Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KETAATAN DAN KEPATUHAN KOLEKTIF KEPADA PEMIMPIN


Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah”Hadis-Hadis Siyasah”
Dosen pengampu:
Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag.

Disusun oleh:
1. Syaiful Huda (20103070080)
2. Faizal Basri (2013070083)
3. Tiara Nur Kholijah (20103070084)
4. Lisa Silfiana (20103070089)
5. Ahmad Fathoni Latif Arafat (2013070091)
6. Adinda Putri Nahrya (20103070092)

Kelas C

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang sempurna di mana segala hal dan urusan diatur
dalam agama ini. Tidak terkecuali urusan bernegara dan taat kepada pemimpin yang
mana cakupannya sangat luas di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Bahkan
Allah SWT telah memberikan tugas kepada manusia sebagai pemimpin di muka
bumi. Dengan usaha yang maksimal tentu diorientasikan agar terciptanya keadilan
dan menjadikan kehidupan umat yang makmur dan diberkahi.
Dalam Islam pemimpin biasa disama artikan dengan khalifah, imamah atau
amir. Khalifah merupakan pengganti (orang yang mengganti posisi orang lain karena
hal tertentu). Jadi, pengertian khalifah dalam hal ini berkembang dari pengganti
menjadi titel atau gelar yang disandang oleh pemimpin ummat Islam. Imam juga
memiliki arti pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin yang memberikan contoh untuk
dianut ataupun yang yang mendahului. dan Amir memiliki arti pemimpin.1
Diskursus tentang pemimpin selalu hangat untuk diperbincangkan. Mengingat
pembahasannya berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Pembicaraan
tentang kepemimpinan tidak akan pernah selesai. Ia akan senantiasa ada selama
manusia hidup di permukaan bumi ini. Masing-masing orang memiliki pendapat
tentang pemimpin dan konsep kepemimpinan. Terlepas dari apakah pendapat mereka
tersebut berdasarkan penelitian ilmiah atau hanya sekedar mendengar dari mulut ke
mulut. Karena jika kita lihat banyak sekali problematika terjadi adalah banyaknya
toko masyarakat bahkan ulama yang membuat provokasi agar tidak percaya kepada
pemimpinya. Hal itu lah yang menyebabkan citra pemimpin kita ( pemerintah )
menurun yang akhirnya kepercayaan masyarakat menurun.
Salah satu ayat yang turun pada saat periode madinah adalah tentang
bagaimana hidup bernegara. Salah satunya adalah ayat QS.An-Nisa ayat: 59. Di mana
disebutkan Ūlil amri sebagai pemimpin, yang memberikan isyarat adanya Ūlil amri

1
. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995), 48–49.
adalah untuk mengatur dan mengelola tatanan kehidupan kemasyarakatan yang harus
ditaati oleh setiap rakyat2
Di dalam QS.An-Nisa ayat: 59 Allah SWT berfirman sebagai berikut :
‫ش ْيءٍ فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ه‬
ِ‫ّٰللا‬ َ ‫س ْو َل َواُولِى ْاْلَ ْم ِر مِ ْن ُك ْۚ ْم فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي‬ َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اَطِ ْيعُوا ه‬
َّ ‫ّٰللا َواَطِ ْيعُوا‬
ُ ‫الر‬
‫سنُ تَأْ ِوي ًْل‬
َ ْ‫اْلخِ ِۗ ِر ٰذلِكَ َخي ٌْر َّواَح‬
ٰ ْ ‫اّٰلل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ ‫س ْو ِل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ مِ نُ ْونَ بِ ه‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫ࣖ َو‬
“ Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. “
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT menempatkan
ketaatan terhadap pemimpin pada urutan yang ketiga setelah taat kepada Allah SWT
dan taat kepada Rasul-Nya. Yang harus di garis bawahi adalah bahwa taat kepada
pemimpin di sini tidaklah datang menggunaakan lafadz “Taatilah”, karena taat
terhadap pemimpin itu harus setelah taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Artinya selama seorang pemimpin itu tidak menyuruh kepada kemungkaran serta
kemaksiatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan selagi pemimpin itu masih
amanah dalam melaksanakan jabatanya, maka umat muslim hendaknya sebagai
orang-orang yang beriman sudah selayaknya wajib taat dan mendegarkan seorang
pemimpin. karena itu termasuk perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan.
Lantas siapakah pemimpin atau Ūlil amri yang perlu kita taati tersebut? di
dalam konsep pemerintahan. jika bersangkutan dengan urusan bernegara istilah Ūlil
amri dapat diartikan sebagai pemimpin, presiden, atau raja. Makna diambil dari
kandungan QS.An-Nisa ayat: 59 di atas, yang dimaksud adalah seorang pemimpin
umat muslim sepeninggal Rasulullah SAW dianggap sebagai Ūlil amri
Pemimpin secara umum adalah orang-orang yang memiliki kuasa atau
pelaksana jalanya pemerintahan atau bisa disebut orang yang menjalankan perintah.
Termasuk para (penguasa) yang menjadi pemimpin kaum muslimin. Dari pemimpin
pusat pemerintahan hingga yang paling rendah. Meskipun masih ada beberapa
perbedaan mengenai pengertian tentang istilah Ūlil amri ini.

2
Sulaiman Kurdi dan Jumratul Mubibah, Ummul Faizah, “ Konsep taat kepada Ulil Amri dalam QS.An-Nisa : 59,
Al-Anfal : 46 dan Al-Maidah : 48-49 ( Analisis Tafsir Al-Qurtubhi, Al-Misbah, dan Ibnu Katsir ) “. Journal of
Islamic Law and Studies, Vol. 1, Nomor 1, Juni 2017
Selain wajib mentaati serorang pemimpin, maka diwajibkan pula untuk
menasehatinya. Karena ini adalah kewajiban sebagai seorang muslim untuk saling
menasehati dalam kebaikan. Jika tidak mampu untuk menasehatinya maka doakan
kepada mereka supaya menjadi pemimpin yang amanah. Karena do‟a adalah
senjatanya orang muslim insyaallah Allah SWT akan mengijabah Nya. Rasulullah
SAW bersabda :
ْ‫ َوإِْلَّ َكانَ قَد‬، َ‫ فَإِ ْن قَبِ َل مِ ْنهُ فَذَاك‬،ِ‫ َولَك ِْن ِليَأ ْ ُخذْ بِيَ ِد ِه فَيَ ْخلُ ْو بِه‬،ً‫لنِيَة‬ َ ُ‫ان فَلَ يُ ْب ِد لَه‬
ِ ‫ع‬ ٍ ‫ط‬َ ‫س ْل‬ َ ‫َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يَ ْن‬
ُ ‫ص َح ِل‬
ُ‫علَ ْي ِه لَه‬ ْ ‫أَدَّى الَّ ِذ‬
َ ‫ي‬
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka
janganlah dia menasihati secara terang-terangan. Akan tetapi, ambillah tangannya
dan menyepilah dengannya. Jika sang penguasa menerima (nasihatmu), itulah yang
diinginkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya “3
Dasar tersebut yang menjadikan ketertarikan para penulis untuk melakukan
analisis lebih dalam dengan didasarkan berbagai perspektif yang nantinya akan
menjadi acuan dalam penulisan paper ini.

B. TEKS HADIST
- Shahih Bukhari hadis nomor 6611
Pembahasan dalam makalah ini didasarkan pada salah satu hadist tentang
kewajiban ta’at dan patuh akan perintah seorang pemimpin :
ُ‫صلَّى هللا‬َ ‫ي‬ َ ،ُ‫ع ْنه‬
ِِّ ِ‫ع ِن النَّب‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْب ِد هللاِ َر‬َ ‫ع ْن‬ َ ،‫عبَ ْي ِد هللاِ َحدَّثَنِي نَافِ ٌع‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫ َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ْب ُن‬،ٌ‫سدَّد‬
َ ،ٍ‫سعِيد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ِ ‫ فَإِذَا أُمِ َر بِ َم ْع‬،ٍ‫صيَة‬
‫صيَ ٍة فَ َل‬ ِ ‫ َما لَ ْم يُؤْ َم ْر بِ َم ْع‬،َ‫علَى ْال َم ْرءِ ْال ُم ْسل ِِم فِي َما أ َ َحبَّ َوك َِره‬
َ ُ ‫عة‬ َّ ‫س ْم ُع َو‬
َ ‫الطا‬ َّ ‫ «ال‬:َ‫سلَّ َم قَال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
َ‫عة‬ َ ‫س ْم َع َو َْل‬
َ ‫طا‬ َ
Telah menceritakan kepada kami Mussadad, telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Sa’id dari Ubaidillah, telah menceritakan kepadaku Nafi dari Dari Abdullah
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
“Wajib bagi seorang muslim mendengar dan taat dalam perkara yang ia sukai dan ia
benci kecuali jika ia diperintah untuk berbuat maksiat, Adapun jika ia diperintahkan
untuk berbuat maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat”
- Perbedaan Redaksi
Ada sedikit redaksi hadis tersebut yang berbeda yang kita temukan kitab hadist, yaitu:
1. Kitab Musnad Ahmad, Hadist No 5996 :

3
Musnad Ahmad 3/403
‫َّللا ع َْن نَاف ٍِع ع َِن اب ِْن ُ‬
‫ع َم َر‬ ‫عبَ ْي ٍد َح َّدثَنَا ُ‬
‫عبَ ْي ُد َّ ِ‬ ‫َح َّدثَنَا ا ْب ُن نُ َمي ٍْر َو ُم َح َّم ُد ْب ُن ُ‬
‫َب أ َ ْو ك َِر َه ِإ َّّل أ َ ْن يُؤْ َم َر‬
‫سل ِِم فِي َما أَح َّ‬ ‫طاعَةُ َ‬
‫ع َلى ا ْل َم ْرءِ ا ْل ُم ْ‬ ‫س ْم ُع َوال َّ‬ ‫سلَّ َم َقا َل ال َّ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلَّى َّ‬
‫َّللاُ َ‬ ‫َّللا َ‬ ‫أَنَّ َر ُ‬
‫سو َل َّ ِ‬
‫طاعَة‬ ‫س ْم َع َو َّل َ‬ ‫بِ َم ْع ِصيَ ٍة َف ِإ ْن أُمِ َر بِ َم ْع ِصيَ ٍة َف ََل َ‬
‫‪2. Kitab Sokhih Muslim, Hadist No 1629 :‬‬
‫ع َم َر َقا َل‬‫ع َم َر ع َْن نَاف ٍِع ع َْن اب ِْن ُ‬ ‫َّللا ب ِْن ُ‬
‫عبَ ْي ِد َّ ِ‬‫ْث ع َْن ُ‬ ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ َح َّدثَنَا اللَّي ُ‬
‫سل ِِم فِي َما أَح َّ‬
‫َب َو َك ِرهَ َما لَ ْم يُؤْ َم ْر ِب َم ْع ِصيَ ٍة‬ ‫علَى ا ْل َم ْرءِ ا ْل ُم ْ‬ ‫طاعَةُ َ‬ ‫س ْم ُع َوال َّ‬ ‫سلَّ َم ال َّ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلَّى َّ‬
‫َّللاُ َ‬ ‫َّللا َ‬ ‫َقا َل َر ُ‬
‫سو ُل َّ ِ‬
‫طاعَةَ‬
‫علَ ْي ِه َو َّل َ‬ ‫َف ِإ ْن أُمِ َر ِب َم ْع ِصيَ ٍة َف ََل َ‬
‫س ْم َع َ‬
‫‪-‬‬ ‫‪Skema Sanad‬‬

‫‪Sumber hadis‬‬
‫‪Rosulullah SAW‬‬

‫‪haHadist‬‬
‫‪Periwayat 1‬‬
‫‪Abdillah Ibn Umar‬‬

‫‪Periwayat 2‬‬

‫’‪Nafi‬‬ ‫‪Periwayat 3‬‬

‫‪Ubaidillah‬‬

‫‪Muhammad bin‬‬
‫‪Yahya Ibn Said‬‬ ‫‪Al Laits‬‬
‫‪Ubaid‬‬

‫‪Rawi‬‬ ‫‪Rawi‬‬
‫‪Rawi‬‬

‫‪Musadad‬‬ ‫‪Ibn Numair‬‬ ‫‪Qutaibah‬‬

‫‪Rawi‬‬ ‫‪Rawi‬‬
‫‪Rawi‬‬

‫‪Imam Bukhori‬‬ ‫‪Imam Ahmad‬‬ ‫‪Imam Nasa’i‬‬

‫‪Rawi‬‬ ‫‪Rawi‬‬ ‫‪Rawi‬‬

‫‪Imam Abu Dawud‬‬ ‫‪Imam Muslim‬‬


‫‪Rawi‬‬ ‫‪Rawi‬‬
- Status Sanad Hadits
- ‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وْل علة‬
menurut Mahmud At-Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits untuk
menentukan status sanad hadist kita perlu mengetahui beberapa syarat yang ada
didalam hadist.
• Ketersambungan Sanad
• Perawi Adil (Kredibilitas)
• Hafalan Perawi Kuat
• Tidak Ada Syadz
• Tidak Ada ‘Illah4
Dari penjelasan diatas, dan melihat hadist tersebut secara tekstual dan
kontekstual maka status hadist tersebut dikategorikan sebagai hadist sokhih karena
sanad dan para rowinya telah memenuhi syarat – syarat hadist dikatakan sokhih

C. SYARAH HADIST
- Mufrodat
(‫ )الطاعة‬Taat secara bahasa bermakna kepatuhan dan ketundukan. Secara istilah
adalah melakukan sesuatu yang diperintah dan meninggalkan sesuatu yang dilarang.
Jadi taat adalah patuh atau berbakti atas semua arahan serta aturan-aturan yang sedang
belaku. Mentaati Allah berarti patuh atas perintah dan aturan-aturan yang dibuat oleh
Allah dalam segala hal, baik aturan itu berhubungan dengan sasama manusia dan
makhluk yang lainnya.5
) ‫ ( معصية‬Maksiat bisa diartikan juga Sayyi’ah ,khathi’ah ,dzanbun ,dan
itsmun) adalah perilaku atau tindakan manusia yang melanggar hukum moral yang
bertentangan dengan perintah Allah SWT.
- Penjelasan Hadist
Rasullullah semasa hidupnya telah bersabda kepada para sahabat, bahwa akan
ada khalifah-khalifah dan pemimpin setelah Nabi Muhammad SAW (at-Tuhfah 63).
Dan sesuai dengan sabda Rasullullah, umat Islam tidak dibiarkan hancur pasca
meninggalnya Rasullullah (sebagaimana umat-umat sebelumnya ketika ditinggal Nabi
mereka) walaupun tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad yang meneruskan

4
Tolhan Mahmud, Mustolakhul Hadist, hal 24, Darul Kutub As- salafiyyah, Indonesia.
5
Ida Farida, “Pengertian Taat”, islamicahaya (blogspot), diakses tanggal 27 November 2022. Cahaya Islami:
Pengertian Taat (islamicahaya.blogspot.com)
syariatnya, tergantikan oleh para khalifah dan pemimpin yang menegakkan Islam
dengan perintah pada yang ma’ruf dan larangan terhadap munkar.
Sayangnya, diantara para pemimpin itu ada yang berlaku tidak adil,
membunuh sesama muslim dan merampas hak rakyatnya. Hal ini menimbulkan
berbagai keresahan diantara masyarakat lantaran kewajiban untuk mengikuti dan
patuh terhadap pemimpinnya setelah bai’at, dengan ancaman hukuman bagi siapa pun
yang memberontak oleh rezim yang berkuasa saat itu. Seperti hukuman gantung yang
terjadi pada Sayyid Qutb dan sebagian Ikhwanul Mu’minin karena melawan rezim
Gamal Abdul Nasir yang mendirikan pemerintahan sekuler-nasionalis di Mesir.
Rasullulah SAW juga menekankan dalam sabdanya akan hal-hal yang harus
diikuti dan ditolak terhadap seorang pemimpin melalui konteks dan peristiwa yang
berbeda :
ُ‫صلَّى هللا‬َ ‫ي‬ َ ،ُ‫ع ْنه‬
ِِّ ِ‫ع ِن النَّب‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْب ِد هللاِ َر‬َ ‫ع ْن‬ َ ،‫عبَ ْي ِد هللاِ َحدَّثَنِي نَافِ ٌع‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫ َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ْب ُن‬،ٌ‫سدَّد‬
َ ،ٍ‫سعِيد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ِ ‫ فَإِذَا أُمِ َر بِ َم ْع‬،ٍ‫صيَة‬
‫صيَ ٍة فَ َل‬ ِ ‫ َما لَ ْم يُؤْ َم ْر بِ َم ْع‬،َ‫علَى ْال َم ْرءِ ْال ُم ْسل ِِم فِي َما أ َ َحبَّ َوك َِره‬
َ ُ ‫عة‬ َّ ‫س ْم ُع َوال‬
َ ‫طا‬ َّ ‫ «ال‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
َ‫عة‬ َ ‫س ْم َع َو َْل‬
َ ‫طا‬ َ
Wajib bagi seorang muslim mendengar dan taat dalam perkara yang ia sukai dan ia
benci kecuali jika ia diperintah untuk berbuat maksiat, jika ia diperintah untuk berbuat
maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat
Hadist tersebut mengajak umat untuk taat dan patuh terhadap terhadap
pemimpinnya dan sabar terhadap hal-hal yang tidak disukai dari pemimpinnya dengan
ancaman akan keadaan kematiannya sebanding dengan orang jahiliyyah jika ia
memisahkan diri dari jama’ah. Hal inilah yang membuat Ibnu Umar tetap berbaiat
terhadap kepemimpinan Yazid walau sebagian umat telah melepaskan baiatnya
melihat lemahnya kepemimpinan Yazid bin Mua’wiyyah, padahal di waktu yang
sama, sebagian sahabat mengajukan diri mereka untuk membaiat Ibnu Umar yang
langsung ditolak tegas.
Tapi hal ini tidak mengharuskan umat untuk taat terhadap hal-hal yang
dianggap keluar dari agama ataupun maksiat, karena pada hadits memberikan batasan
terhadap hal-hal yang harus dan tidak boleh ditaati. Di dalam hadits dikatakan, bahwa
jika kita diperintahkan terhadap kemaksiatan, kemunkaran, maka tidak ada kewajiban
untuk taat dan patuh terhadap perintahnya, dan barang siapa mampu untuk
menghalangi perintah itu, maka tidak ada larangan baginya untuk menentangnya.
Sejak dulu, telah banyak ulama yang mengkrtitik penguasa yang lalim demi
kebenaran yang berujung pada kriminalisasi ulama dan penyiksaan. Sayyid Qutb
salah satu contoh kontemporer. Sebagian masyarakat yang takut memilih untuk patuh.
Contoh pada masa klasik adalah Imam Nawawi yang berani berhadapan langsung
dengan penguasa untuk menyampaikan kritiknya.
Tidak semua orang berani untuk melawan dan mengkritik secara langsung
perintah pemimpin yang tergolong maksiat, dengan bayangan akan siksaan maupun
penggalan. Dalam hadits lain, diperbolehkan untuk hijrah dan pergi ke tempat yang
lebih aman jika tidak mampu untuk menolak dan melawan perintah pemimpin yang
salah. Salah satunya adalah Sa’id bin Jubair, seorang tabiin yang dipaksa mengaku
kafir oleh panglima Umayyah –Hajaj bin Yusuf- memutuskan meninggalkan Irak dan
pergi ke dekat Mekah.
Namun, berbicara tentang makna ta’at dan patuh terhadap seorang pemimpin
ada beberapa hadist dan ayat al- Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut :
1. َّ ‫سو ُل‬
ِ‫ّٰللا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل ]قَا َل َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َر‬ ِ ‫ع ْن أَبِي التَّي‬
َ ‫َّاح‬ َ َ‫ش ْعبَة‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫سدَّدٌ َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ْب ُن‬
َ ‫سعِي ٍد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
َ ْ‫ي َكأ َ َّن َرأ‬
ٌ‫سهُ زَ ِبيبَة‬ َ ‫سلَّ َم ا ْس َمعُوا َوأَطِ يعُوا َو ِإ ْن ا ْستُعْمِ َل‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم‬
ٌّ ‫ع ْبدٌ َحبَ ِش‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ
Musaddad menceritakan hadits kepada kami, Yahya bin Said menceritakan hadits
kepada kami, dari Syu’bah dari Abi at-Tayyah dari Anas bin Malik – radiyallahu
‘anhu- beliau berkata: [Rasulullah bersabda: dengarkanlah dan taatlah kalian! Meski
pemimpin kalian dari kalangan budak etiopia yang kepalanya seperti kismis 6
َ ‫ع ْن ُجنَادَةَ ب ِْن أَبِي أ ُ َميَّةَ قَا َل دَخ َْلنَا‬
2. ‫علَى‬ َ ‫ع ْن بُس ِْر ب ِْن‬
َ ‫سعِي ٍد‬ َ ‫ع ْن بُ َكي ٍْر‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ع ْم ٍرو‬ ٍ ‫َحدَّثَنَا إِ ْس َماعِي ُل َحدَّثَنِي ابْنُ َو ْه‬
َ ‫ب‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ِ‫ي‬ ِّ ‫سمِ ْعتَهُ مِ ْن النَّ ِب‬ َّ َ‫ث يَ ْنفَعُك‬
َ ‫ّٰللاُ ِب ِه‬ ٍ ‫ِث ِب َحدِي‬ ْ ِّ‫ّٰللاُ َحد‬
َّ َ‫ص َل َحك‬ ْ َ ‫يض قُ ْلنَا أ‬
ٌ ‫ت َوه َُو َم ِر‬ ِ ِ‫عبَادَة َ ب ِْن الصَّام‬ ُ
َّ ‫س ْمع َوال‬ َ ‫علَ ْينَا أ َ ْن َبا َي َعنَا‬
َ َ‫سلَّ َم فَ َبا َي ْعنَاهُ فَقَا َل فِي َما أ َ َخذ‬ َّ ‫صلَّى‬
‫ع ِة فِي َم ْنشَطِ نَا‬ َ ‫طا‬ ِ َّ ‫ع َلى ال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫عانَا النَّ ِب‬
َ َ‫قَا َل ]د‬
ِ َّ ‫ع ْاْل َ ْم َر أَ ْهلَهُ ِإ َّْل أَ ْن ت ََر ْوا ُك ْف ًرا َب َوا ًحا ِع ْندَ ُك ْم مِ ْن‬
ٌ ‫ّٰللا فِي ِه ب ُْره‬
‫َان‬ َ ‫َاز‬ِ ‫علَ ْينَا َوأ َ ْن َْل نُن‬
َ ً ‫عس ِْرنَا َويُس ِْرنَا َوأَث َ َرة‬ ُ ‫َو َم ْك َر ِهنَا َو‬
Ismail menceritakan hadits kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan hadits kepada
kami dari ‘Amr dari Bukair dari Busr bin Said dari Junadah bin Abi Umayyah
berkata: kami masuk menemui Ubadah bin Shamit saat dia sedang sakit, kami
berkata: semoga Allah Membaikan kondisimu, ceritakan kepada kami hadits yang
engkau dengar dari Nabi, dia berkata: [Nabi memanggil kami, maka kamipun
membai’atnya, beliaupun berbicara tentang hal-hal apa saja yang menjadi bai’at kami,
yaitu kami harus mendengar dan taat dalam keadaan suka, duka, sempit, lapang dan

6
al-Bukhary no. 7142 dalam kitab al-Ahkam
mendahulukannya dari pada kepentingan kami. Dan tidak boleh mencopot
kepemimpinan kecuali telah Nampak kekafirannya dengan bukti yang jelas7
3. ‫س ْو ِل ا ِْن‬ ُ ‫الر‬ ِ ‫ش ْيءٍ فَ ُردُّ ْوهُ اِلَى ه‬
َّ ‫ّٰللا َو‬ َ ‫س ْو َل َواُولِى ْاْلَ ْم ِر مِ ْن ُك ْۚ ْم فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اَطِ ْيعُوا ه‬
َّ ‫ّٰللا َواَطِ ْيعُوا‬
‫سنُ تَأْ ِوي ًْل‬َ ‫اْلخِ ِۗ ِر ٰذلِكَ َخي ٌْر َّواَ ْح‬
ٰ ْ ‫اّٰلل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ ‫ࣖ ُك ْنت ُ ْم تُؤْ مِ نُ ْونَ بِ ه‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
Dalam redaksi Hadist & Ayat Al- quran Allah memerintahkan kaum
mukminin untuk taat kepadanya dan kepada Rasul-Nya yaitu dengan mengerjakan
perintah keduanya baik yang wajib maupun yang sunnah dengan menjauhi larangan
dari keduanya. Dan Allah juga memerintahkan kepada kaum mukminin untuk taat
kepada ulil amri, yaitu orang yang mengurusi kepentingan umat, baik itu umarah,
pemerintah ataupun mufti-mufti karena sesungguhnya tidak akan konsisten urusan
Akhirat dan dunia kecuali dengan taat kepada mereka dan mengharap pahala yang ada
di sisinya. Akan tetapi dengan syarat mereka tidak memerintahkan kepada
kemaksiatan.
Ketaatan terhadap pemimpin berarti tunduk dan patuh dalam semua keadaan,
baik dalam keadaan semangat ataupun susah, dalam keadaan sulit ataupun mudah,
mengesampingkan kepentingan pribadi, dan tidak merebut urusan dari yang berhak
kecuali jika melihat kekufuran terang-terangan dan ada bukti dari Allah mengenainya.
Kepada pemimipin di awal baiat hendaklah bersabar dan jangan memisahkan diri dari
jamaa rakyat karena sesungguhnya tidak wajib bagi rakyat untuk bangkit melawan
dan memecat pemimpin mereka meskipun pemimpin itu seorang yang zalim.
D. RELEVANSI KONTEKS SEKARANG
Dalam pembahasan terkait relevansi makna hadist pada saat sekarang, bisa
kita masukan dalam pembahasan ta’at dan patuh pada konteks ke Indonesiaan. Misal
saja ketaatan kepada Presiden dan Wakilnya, atau terhadap
pemimpin/pemerintah/pemegang otoritas. Pada tahun 2019 hingga sekarang setelah
terlantiknya Ir Joko Widodo & KH. Ma’ruf Amin sebagai pasangan Presiden dan
Wakil Presiden beserta kabinetnya, banyak sekali fenomena - fenoma yang

7
Al-Bukhary no. 7056 dalam kitab al-Fitan
menggiurkan seperti halnya ucapan - ucapan para akademisi yang dianggap
provakasi serta aksi demontrasi. Hal itu dilakukan bukan tanpa sebab, banyak
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dianggap kurang pas.
Berkaitan dengan hal itu, tidak bisa dipungkiri banyak juga yang mengkritisi
kebijakan pemerintah hingga dianggap masuk konteks pencemaran nama baik,
mencaci atau menghina dan lain sebagainya. lalu makna Ta'at dan pa’uh terhadap
pemimpin yang sebenarnya seperti apa ? Wajibnya patuh dan taat kepada Presiden
dan Wakilnya, atau terhadap pemimpin/pemerintah/pemegang otoritas telah
disuratkan dalam firman-Nya, QS An-Nisa [4]: 59.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Syekh al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi
juz 5 halaman 72 menjelaskan bahwa umat muslim diperintahkan untuk taat kepada
Allah dan mengetahui terhadap kitab-Nya. Juga diperintahkan untuk taat kepada Nabi,
karena beliaulah yang menjelaskan ketentuan-ketentuan dari Allah.
Sementara dalam menafsirkan lafaz “ulil amri”, Syekh al-Maraghi
memberikan penjelasan sebagai berikut:
‫ وهم اْلمراء والحكام والعلماء ورؤساء الجند وسائر الرؤساء والزعماء الذين‬،‫وأطيعوا أولى اْلمر‬
‫ فهؤْلء إذا اتفقوا على أمر وحكم وجب أن يطاعوا فيه بشرط أن‬،‫يرجع إليهم الناس في الحاجات والمصالح العامة‬
‫ وأن يكونوا مختارين في بحثهم في اْلمر‬،‫يكونوا أمناء وأْل يخالفوا أمر هللا وْل سنة رسوله التي عرفت بالتواتر‬
‫واتفاقهم عليه‬
Artinya: (Wahai orang-orang beriman) taatilah ulil amri, yaitu umara, ahli
hikmah, ulama, panglima (TNI/Polri/pasukan lainnya), pemimpin-pemimpin lainnya
termasuk zu’ama, yang mana orang-orang merujuk kepada mereka dalam setiap
kebutuhan dan urusan kemashlatahan umum. Apabila pihak-pihak (yang baru
disebutkan) tersebut bersepakat terhadap suatu perkara atau suatu hukum, maka
orang-orang mukmin wajib menaatinya, dengan ketentuan mereka adalah orang yang
dapat dipercaya dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, hadis-hadis mutawatir
dan memiliki elektabilitas dalam mengkaji dan meneliti suatu perkara dan bersepakat
terhadapnya.8
Sederhananya, jika Presiden dan Wakil Presiden/pemerintah/pemegang
otoritas telah bersepakat untuk melaksanakan suatu program yang tidak bertentangam
dengan perintah Allah dan Rasulnya serta mendatangkan kemashlahatan bagi bangsa,

8
Syekh al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi juz 5 halaman 72
baik suka atau tidak, maka hukum menaatinya adalah wajib. Hal ini juga didasarkan
pada hadis riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar, sebagai berikut:
‫صلَّى‬ َ ِ‫ي‬ َ ُ‫ع ْنه‬
ِّ ِ‫ع ْن النَّب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ض‬ ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
ِ ‫ّٰللا َر‬ َ ‫ّٰللا َحدَّثَنِي نَافِ ٌع‬
َ ‫ع ْن‬ ُ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫عبَ ْي ِد‬ َ ‫سعِي ٍد‬َ ‫سدَّدٌ َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ْب ُن‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ِ ‫صيَ ٍة فَإِذَا أُمِ َر بِ َم ْع‬
‫صيَ ٍة فَ َل‬ ِ ‫علَى ْال َم ْرءِ ْال ُم ْسل ِِم فِي َما أ َ َحبَّ َوك َِرهَ َما لَ ْم يُؤْ َم ْر بِ َم ْع‬ َ ُ ‫عة‬ َّ ‫س ْم ُع َوال‬
َ ‫طا‬ َّ ‫سلَّ َم قَا َل ال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫ّٰللا‬
َ‫عة‬ َ ‫س ْم َع َو َْل‬
َ ‫طا‬ َ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Sa’id dari ‘Ubaidullah Telah menceritakan kepadaku Nafi’
dari Abdullah radliallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“mendengar dan taat adalah wajib bagi setiap muslim, baik yang ia sukai maupun
yang tidak ia sukai, selama ia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan, adapun
jika ia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada hak mendengar dan
menaati.” [HR. Bukhari]
Dalam menjelaskan hadis tersebut, Ibnu Hajar dalam kitabnya
mengungkapkan:
‫قوله ( ما لم يؤمر بمعصية ) هذا يقيد ما أطلق في الحديثين الماضيين من اْلمر بالسمع والطاعة ولو‬
‫ والوعيد على مفارقة الجماعة‬، ‫ ومن الصبر على ما يقع من اْلمير مما يكره‬، ‫لحبشي‬
Artinya: Ucapan “selagi tidak diperintahkan untuk bermaksiat kepada Allah”,
ini adalah lafaz yang juga digunakan pada dua hadis sebelumnya akan wajibnya
mendengar dan taat terhadap pemimpin walaupun ia seorang Habsy. Di antara bentuk
sabar adalah menaati perintah pemimpin yang tidak disukai dan ancaman yang keras
bagi mereka yang berpisah dari suatu golongan. 9
Maksudnya, umat Islam diperintahkan untuk taat kepada kebijakan atau
program pemimpin/Presiden dan Wakil Presiden/pemerintah yang mendatangkan
kemashlahatan bangsa meskipun mereka tidak menyukai kebijakan atau program
pemerintah tersebut. Contoh, kebijakan penyamarataan harga BBM. Sebagian
penduduk di Pulau Jawa merasa keberatan jika harga BBM dinaikkan oleh
pemerintah. Namun di sisi lain, harga BBM di Papua turun drastis dan memiliki harga
yang sama dengan daerah lain. Kita melihat pemerintah berusaha untuk menunaikan
sila ke lima, tentu ini merupakan kemashlahatan nyata. Selain itu, terdapat kaidah
masyhur di kalangan para ulama:
‫تصرف اْلمام على الرعية منوط بالمصلحة‬
Artinya: Kebijakan pemerintah mestilah didasari oleh kemashlatan rakyatnya

9
Ibn Hajar Al – astqolani, Fathul Bari Syarh Sokhih Bukhori, Juz 13 Hal 123. Beirut
E. PENUTUP
Ketaatan dan Kepatuhan kepada pemimpin bukanlah ketaatan yang
mutlak. Artinya masih ada batasan – batasan dimana umat dilarang untuk
mentaatinya terlebih jika kebijakan atau perintahnnya mengarah kepada hal –
hal yang berbau maksiat bahkan melalaikan diri kepada Allah SWT. Namun,
sebagai rakyat sudah sepatutnya kita mentaati dan patuh terhadap kebijakan
yang diputuskan seorang pemimpin selagi masih mengarah kepada
kemaslakhatan. Tetapi kita tidak boleh tinggal diam bilamana ada kebijakan
yang justru mengarah ke kemudhorotan, jika kita kaitkan dalam konteks
Indonesia sebagai negara demokrasi kita bisa menyampaikan usul kita melalui
aksi demonstransi atau mengadakan audiensi.
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Kurdi dan Jumratul Mubibah, Ummul Faizah, “Konsep taat kepada Ulil Amri
dalam QS.An-Nisa : 59, Al-Anfal : 46 dan Al-Maidah : 48-49 ( Analisis Tafsir Al-Qurtubhi,
Al-Misbah, dan Ibnu Katsir ) “. Journal of Islamic Law and Studies, Vol. 1, Nomor 1, Juni
2017
Ida Farida, “Pengertian Taat”, islamicahaya (blogspot), diakses tanggal 27 November 2022. Cahaya
Islami: Pengertian Taat (islamicahaya.blogspot.com)

J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Kepemimpinan dalam Organisasi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).

Tolhan Mahmud, Mustolakhul Hadist, hal 24, Darul Kutub As- salafiyyah, Indonesia.

Ibn Hajar Al – astqolani, Fathul Bari Syarh Sokhih Bukhori, Juz 13 Hal 123. Beirut

Syekh al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi juz 5 halaman 72

Musnad Ahmad 3/403


al-Bukhary no. 7142 dalam kitab al-Ahkam
Al-Bukhary no. 7056 dalam kitab al-Fitan

Anda mungkin juga menyukai