Anda di halaman 1dari 4

Allooh Swt.

Berfirman :

“Serulah Manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl: 125)

Ada 3 unsur yang sangat penting yang terkandung dalam ayat ini, terkait dengan bagaimana cara kita
mengajak orang untuk menuju kejalan yang diridhoi oleh Allooh Swt.,sbb;

1. Bil-hikmah (Bijaksana/pengertian),
2. Sesuatu yang disampaikan Mengandung Mau’izhatul Hasanah atau Pelajaran yang Baik,
3. Menyampaikan bantahan dengan menggunakan etika atau sikap yang baik jika memang
diperlukan atau terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat terhadap sesuatu.

Tidak perlu dengan kekerasan terlebih sesuatu yang bersifat memaksakan ego yang berlatar belakang
kepentingan sektoral/golongan/individual/perorangan atau kelompok-kelompok tertentu. Agama tidak
menghendaki paksaan “LAA IKRAAHA FIDDIIN”.. Tidak ada paksaan dalam beragama.

Allooh Swt. menyukai sikap lembut, sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, tedapat
dalam kitab Shahih Muslim N0. 1794 Juz 8 halaman 22, sbb:

َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬


‫ال يَا‬ ِ َ ‫َأن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َّ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َس لَّ َم‬َ ‫شةَ َز ْو ِج النَّبِ ِّي‬َ ‫َع ْن َعاِئ‬
‫ف َو َما اَل ُي ْع ِطي‬ِ ‫الرفْ ِق ما اَل ي ْع ِطي َعلَى الْعُ ْن‬ ِ
ُ َ ِّ ‫الرفْ َق َو ُي ْعطي َعلَى‬ ِّ ‫ب‬ ُّ ‫شةُ ِإ َّن اللَّهَ َرفِي ٌق يُ ِح‬
َ ‫َعاِئ‬
.ُ‫َعلَى َما ِس َواه‬
1794- Dari Aisyah RA -istri Rasulullah SAW- Rasulullah SAW telah bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya
Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah
lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang
tidak diberikan pada sikap lainnya.' {Muslim 8/22}

Jika memang tetap terjadi perselisihan yang seolah sulit untuk diselesaikan, maka kita
diperintahkan oleh Allooh Swt., untuk mengembalikan/menyelesaikan suatu perkara yang diperselisihkan
tersebut kepada Al-Qur’an dan Sunnah “FARUDDUUHU ILALLOOHI WAROSUULIH”, Maka kembalikanlah ia
(perselisihan) kepada Allooh (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Hadits/Sunnah).

Jika saja kita berbesar hati dalam memahami dan mempraktekkan apa yang sudah ditetapkan
oleh Allooh Swt. dan Rasul-Nya SAW, maka sudah dapat dipatikan tidak akan muncul perselisihan,
ketimpangan yang meresahkan dan sebagainya di kalangan ummat islam.

Disaat yang genting seperti ini, sudah jadi rahasia umum, khususnya di kalangan para muballibh
kota batam, khusunya para Muballigh Kec. Nongsa, bahwa saat ini misionaris kristen dengan begitu
mudahnya merekrut atau melakukan pengkafiran (permutadan) terhadap orang-orang islam di sekitar
kita, sasaran empuknya adalah orang-orang awam yang tipis keimanannya ditambah lagi miskin hartanya,
bisa jadi mereka itu adalah tetangga atau bahkan kerabat kita. Nauudzu billaahi mindzaalika. Sementara
itu kita sesama islam masih sibuk membesar-besarkan perbedaan dan melupakan banyaknya persamaan
antar sesama kita ummat islam (ego aliran dsb), bukankah kata Nabi Saw., IKHTILAAFU UMMATI
RAHMAH, Perbedaan yang terjadi dikalangan ummatku adalah rahmat (kasih sayang).

1
Disaat yang genting seperti ini, ketika ummat kristen mendirikan gereja tanpa jemaat secara
bebas bahkan dengan berkedok pembagian sembako, mereka memanipulasi (memalsukan data), menipu
masyarakat (umat islam) untuk menandatangani surat penerimaan sembako, yang ternyata lembaran
surat yang ditandatangani tersebut adalah lembaran persetujuan pendirian gereja tanpa jemaat. Ini
terjadi tidak jauh dari masjid kita ini. Sementara itu juga kita masih sibuk bermusuhan, tidak tegur
sapa,saling menjatuhkan, tidak akur satu sama lain, lebih mementingkan kepentingan pribadi dan
golongan, melupakan kepentingan bersama (kepentingan ummat). Bahkan masih ada juga segelintir orang
dengan hawa nafsunya (minim ilmu agamanya, besar ambisinya) masih berkutat dengan masalah siapa
yang berhak menjadi pengurus suatu masjid, masih berkutat dengan masalah siapa yang berhak menjadi
imam dsb. Padahal jika kita lebih arif, lebih tenang dalam berfikir dan bersikap dan bertindak, maka tidak
perlu terjadi selisih paham yang dapat memprovokasi ummat, terkait dengan hal ini telah jelas dan nyata
ditegaskan oleh baginda Nabi Saw. sabdanya tentang bagaimana kriteria/ketentuan dalam memilih imam
suatu kaum (termasuk takmir/ imam masjid); terdapat dalam kitab Shahih Muslim Juz 2 halaman 133 No.
318 sbb:

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُؤ ُّم الْ َق ْو َم َأ ْق َرُؤ ُه ْم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ي ق‬ِّ ‫صا ِر‬ ٍ
َ ْ‫َع ْن َأبِي َم ْسعُود اَأْلن‬
‫اء‬ ِ ُّ ‫الس ن َِّة فَ ِإ ْن َك انُوا فِي‬ ُّ ِ‫اء فَ َأ ْعلَ ُم ُه ْم ب‬ ِ ‫اب اللَّ ِه فَ ِإ ْن َك انُوا فِي ال ِْق ر‬ ِ َ‫لِ ِكت‬
ً ‫الس نَّة َس َو‬ ً ‫اءة َس َو‬ َ َ
‫الر ُج َل فِي‬ َّ ‫اء فََأقْ َد ُم ُه ْم ِس ل ًْما َواَل َي ُؤ َّم َّن‬ ِ ِ ِ
َّ ‫الر ُج ُل‬ ً ‫فََأقْ َد ُم ُه ْم ه ْج َر ًة فَِإ ْن َك انُوا في الْ ِه ْج َرة َس َو‬
‫ُس ْلطَانِِه َواَل َي ْقعُ ْد فِي َب ْيتِ ِه َعلَى تَ ْك ِر َمتِ ِه ِإاَّل بِِإ ْذنِِه‬
318. Dari Abu Mas'ud Al Anshari RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, Imam suatu kaum adalah
orang yang paling pandai membaca dan memahami kitab Allah. Kalau mereka setara dalam qira'ah
{membaca dan memahami Al Quran}, maka imamnya adalah orang yang paling banyak mengetahui Al
Hadits. Kalau mereka setara dalam mengetahui hadits, maka imamnya adalah orang yang lebih awal
hijrahnya. Kalau mereka sama-sama dalam berhijrah, maka imamnya adalah orang yang lebih awal
islamnya. Janganlah sekali-kali orang menjadi imamdi wilayah kekuasaan orang lain. Janganlah
seseorang duduk di rumah orang lain pada tempat yang dimuliakan, kecuali atas izinnya' {Muslim 2/133}

Dalam Hadits tersebut secara berurutan dijelaskan bahwa ada 6 hal yang menjadi kriteria/ketentuan atau
syarat orang yang lebih berhak menjadi imam, sbb:

1. “AQROUHUM LIKITAABILLAH”,Orang yang paling mahir/pandai dalam memahami Al-Qur’an, jika


terdapat 2 orang yang setara/sama ilmunya/sama-sama pandai mereka dalam memahami
Alqur’an, maka solusi berikutnya adalah;
2. “A’LAMUHUM BIS-SUNNAH”,Orang yang paling banyak mengetahui tentang Sunnah (Hadits), jika
ternyata 2 orang tersebut masih setara/sama ilmunya/sama-sama pandai mereka dalam
memahami Sunnah, maka solusi berikutnya adalah;
3. “AQEDAMUHUM HIJROTAN”, Orang yang paling duluan Hijrahnya, hijrah yang dimaksudkan disini
adalah Hijrah dalam segi Sikap/prilaku/tabiat keseharian. Atau pendek kata yang paling duluan
Taubatnya. jika ternyata 2 orang tersebut masih setara/sama-sama dalam hijrahnya,maka solusi
berikutnya adalah;
4. “AQEDAMUHUM SILMAN”,Orang yang lebih awal islamnya. Para ulama menafsirkan
AKTSARUHUM SINNAN yang paling tua umurnya. Kemudian baginda Nabi Saw melarang:
5. WALAA YAUMMANNAR ROJULURROJULA FII SULTHAANIHI, Janganlah sekali-kali orang menjadi
imamdi wilayah kekuasaan orang lain. Masksudnya adalah di kota batam ini khususnya bahkan
Negara Indonesia ini, setiap masjid telah dibentuk Takmir Masjid (orang yang mengurus urusan
Masjid atau Ta’mirul Masjid (orang yang mengelola untuk memakmurkan masjid), yang perlu kita
2
pahami adalah bahwa Takmir/ta’mirul masjid adalah orang yang dipilih oleh Allooh Swt melalui
perpanjangan tangan ummat (jama’ah) yang berdomisili disekitar masjid orang yang berstatus
Muqim Mustautiin”. Artinya apapun kebijakan positif yang ditetapkan oleh takmir/ta’mir masjid,
selama tidak membebani/menyusahkan Ummat dan demi berjalannya Syi’ar Islam, maka
seyogyanya kebijakan tersebut dijalani dan dimafhumi. Selama pengurus masjid tidak melakukan
penyelewengan dana atau amanah atau “Ghulul” Korupsi jika didalam istilah islam maka
Kesimpulannya adalah yang paling berwenang di suatu masjid adalah “TAKMIR/TA’MIRUL
MASJID. Masih terkait dengan hal ini secara tegas baginda Nabi Saw. juga melarang:
6. Janganlah seseorang duduk di rumah orang lain pada tempat yang dimuliakan, kecuali atas
izinnya', Maksudnya adalah adab/atau akhlak kita ketika bertamu ke rumah orang, jangan
nyelonong-nyelonong, ada tata caranya yang telah diajarkan oleh baginda nabi Saw. AL-AADABU
FAUQAL ILMI, Derajat orang yang beradab/berakhlaq adalah diatas derajat orang yang berilmu.
Sejalan dengan pepatah atau filsafat tanaman padi “Semakin Berisi semakin merunduk”.

Kemudian jika telah ditetapkan seorang Imam suatu kaum (Masjid), maka yang perlu diperhatikan adalah
mengenai perintah Allooh Swt dan Nabi Saw. kepada para imam untuk meringankan bacaan shalatnya.
“FAQERA’UU MAA TAYASSARO MINAL QUR’AAN” , maka bacalah apa-apa yang mudah bagimu dari Al-
Qur’aan,(Al-Muzammil: 73), Juga Sebagaimana Hadits yang termaktub didalam kitab Shahih Muslim No.
320 Juz 2 hal-42-43, yang intinya adalah imam harus mengerti kondisi jama’ah/makmum di belakang.

‫ال ِإنِّي‬َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َف َق‬ ِ ِ ‫ال جاء رجل ِإلَى رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ٌ ُ َ َ َ َ َ‫ي ق‬ ِّ ‫صا ِر‬ ٍ
َ ْ‫َع ْن َأبِي َم ْسعُود اَأْلن‬
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ َ ‫ت النَّبِ َّي‬ ُ ْ‫َأج ِل فُاَل ٍن ِم َّما يُ ِطي ُل بِنَ ا فَ َم ا َرَأي‬ ِ ُّ ‫َأَلتَ َأخَّر عن ص اَل ِة‬
ْ ‫الص ْب ِح م ْن‬ َ َْ ُ
ِ َ ‫ب َي ْو َمِئ ٍذ َف َق‬ ِ ِ ُّ َ‫ب فِي َم ْو ِعظَ ٍة ق‬ ِ
َ ‫َّاس ِإ َّن م ْن ُك ْم ُمَن ِّف ِر‬
‫ين‬ ُ ‫ال يَا َُّأي َه ا الن‬ َ ‫ط َأ َش َّد م َّما غَض‬ َ ‫َو َسلَّ َم غَض‬
‫اج ِة‬ ِ ‫وج ْز فَِإ َّن ِمن وراِئِه الْ َكبِير والض‬ ِ ‫فََأيُّ ُكم ََّأم النَّاس َفلْي‬
َ ‫ْح‬َ ‫يف َوذَا ال‬ َ ‫َّع‬ َ َ ََ ْ ُ َ ْ
320. Dari Abu Mas'ud Al Anshari RA, dia berkata, "Ada seorang pria menjumpai Rasulullah SAW sambil
berkata, 'Kami pasti telat dalam melaksanakan shalat Subuh karena imamnya si Fulan yang
memperpanjang shalat." Kata Abu Mas'ud, '"Saya sama sekali tak pernah melihat Nabi SAW marah dalam
memberi nasihat kecuali pada hari itu. Kemudian beliau bersabda, 'Wahai seluruh manusia! Sungguh di
antara kalian terdapat orang-orang yang suka mempersulit. Maka siapa saja yang menjadi imam
hendaklah tidak memanjangkan shalat, sebab di belakangnya terdapat orang-orang tua. lemah dan
orang yang mempunyai hajat'{Muslim 2/42-43}

Kemudian dalam riwayat yang shahih dari salah satu shabat nabi yang bernama Jabir r.a (HR.Muslim Juz 2
hal. 41), juga diceritakan bahwa baginda Nabi Saw. pernah marah besar kepada salah satu sahabat yang
bernama Mu’adz bin jabal yang dilaporkan menjadi imam shalat isya’ di kampungnya ketika itu membaca
surah Al-Baqarah di raka’at pertama, kemudian ada seorang makmum yang meutuskan shalatnya, lalu
shalat sendirian.

ِ ِ
‫ص لَّى‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ثُ َّم يَْأتي َفَي ُؤ ُّم َق ْو َم هُ ف‬ َ ‫صلِّي َم َع النَّبِ ِّي‬ َ ُ‫ال َكا َن ُم َعاذٌ ي‬ َ َ‫َع ْن َجابِ ٍر ق‬
‫ور ِة الَْب َق َر ِة‬
َ ‫س‬
ِ
ُ ‫اء ثُ َّم َأتَى َق ْو َم هُ فَ ََّأم ُه ْم فَ ا ْفتَتَ َح ب‬
َ ‫ش‬َ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ال ِْع‬َ ‫لَْيلَ ةً َم َع النَّبِ ِّي‬
‫ال اَل َواللَّ ِه‬ َ َ‫ت يَ ا فُاَل ُن ق‬ َ ‫ف َف َق الُوا لَ هُ َأنَ ا َف ْق‬َ ‫ص َر‬ َ ْ‫ص لَّى َو ْح َدهُ َوان‬ َ ‫س لَّ َم ثُ َّم‬
َ َ‫ف َر ُج ٌل ف‬ َ ‫فَ انْ َح َر‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ َ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّهُ َعلَي ِه وسلَّم فَُأَل ْخبِرنَّهُ فََأتَى رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ ََ ْ َ َ ‫َوآَل تِيَ َّن َر ُس‬
3
َ ‫ك ال ِْع‬ ِ ‫َأص حاب َنو‬ ِ َ ‫ال ي ا رس‬
‫اء ثُ َّم‬
َ ‫ش‬ َ ‫ص لَّى َم َع‬ َ ‫اض َح َن ْع َم ُل بِالن‬
َ ‫َّه ا ِر َوِإ َّن ُم َع ا ًذا‬ َ ُ َ ْ ‫ول اللَّه ِإنَّا‬ ُ َ َ َ ‫َف َق‬
ُ‫ال يَا ُم َعاذ‬ َ ‫اذ َف َق‬ٍ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّهُ َعلَي ِه وسلَّم َعلَى مع‬
َُ َ ََ ْ َ ُ ‫ور ِة الَْب َق َر ِة فََأقْبَ َل َر ُس‬
َ ‫س‬
ِ
ُ ‫َأتَى فَا ْفتَتَ َح ب‬
ُّ ‫ْت لِ َع ْم ٍرو ِإ َّن َأبَا‬
‫الز َب ْي ِر َح َّد َثنَا َع ْن َج ابِ ٍر‬ ُ ‫ال ُس ْفيَا ُن َف ُقل‬َ َ‫ت اق َْرْأ بِ َك َذا َواق َْرْأ بِ َك َذا ق‬ َ ْ‫َأ َفتَّا ٌن َأن‬
‫ك اَأْل ْعلَى‬ َ ِّ‫اس َم َرب‬ ْ ‫ش ى َو َس بِّ ْح‬ َ ‫الض َحى َواللَّْي ِل ِإ َذا َي ْغ‬ ُّ ‫اها َو‬َ ‫ض َح‬ ُ ‫س َو‬ ِ ‫الش ْم‬ َّ ‫ال ا ْق َرْأ َو‬َ َ‫َأنَّهُ ق‬
.‫ال َع ْم ٌرو نَ ْح َو َه َذا‬ َ ‫َف َق‬
291. Dari Jabir RA, dia berkata, "Biasanya Mu'adz shalat bersama Nabi SAW, kemudian (suatu ketika} dia
menjadi imam shalat di kaumnya. Dia pernah shalat Isya bersama Nabi SAW pada suatu malam, kemudian
setelah itu dia mengimami shalat Isya pada kaumnya dengan membaca (surah Al Baqarah) pada rakaat
pertama. Kemudian ada seorang makmum yang memutuskan shalat, lalu dia shalat sendirian, kemudian
pergi. Setelah shalat, orang-orang berkata kepadanya, "Kamu telah berlaku munafik, wahai pulan." Dia
menjawab, "Tidak, demi Allah saya akan datang kepada Rasulullah SAW untuk memberitahukan hal ini."
Dia kemudian mendatangi Rasulullah SAW. lalu mengatakan, "Ya Rasulullah! Kami ini orang yang bekerja
berat, di siang hari kami selalu bekerja dan sedangkan Mu'adz shalat Isya bersamamu, lalu datang
mengimami kami dengan membaca surat Al Baqarah di rakaat pertama!". Setelah itu Rasulullah SAW
memanggil Mu'adz lalu bersabda, "Hai Mu'adz'. Apakah kamu ingin menyombongkan diri? Bacalah surah
ini dan ini!  Kata Sufyan, "Saya berkata kepada Amru bahwa Ibnu Zubair memberitahu saya dari Jabir,
Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah surah Wasysyamsi wa Dhuhaaha, Wadhdhuhaa. Wallaili idzaa
yaghsyaa. dan Sabbihisma rabbikal a'laa." Amru juga mengatakan itu. {Muslim 2/41}

Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah hukum seseorang yang memaksakan diri menjadi imam dan
banyak orang atau makmum yang tidak senang/benci dengan kebencian yang muncul disebabkan alasan
keagamaan) kepada yang bersangkutan, atau telah jelas tidak memenuhi ketentuan yang telah diajarkan
oleh Nabi Saw, maka sekurang-kurangnya makruh bahkan menjadi haram orang tersebut menjadi imam
di mata syari’at islam. Dalam kitab fiqhul islam kaya Syaikh KH. Soelaiman Rasyid: Bab Shalat, hal. 115,
dipaparkan bahwa orang imam yang dibenci/atau tidak disenangi karena alasan yang bersifat keagamaan,
dapat menyebabkan orang/makmum jadi enggan dan malas shalat di masjid.

        


        
      18. Hanya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
.maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk

Anda mungkin juga menyukai