Anda di halaman 1dari 9

ِ ‫سيّئَا‬

‫ت‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬ ُ ‫إِ ّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ بِاهللِ ِم ْن‬
ُ‫ِي لَه ُ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللا‬
َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
ُ ‫س ْولُه‬ َ ‫َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬
.‫ان ِإلَى يَ ْو ِم الدّيْن‬
ٍ ‫س‬ ْ َ ‫على آ ِل ِه ِوأ‬
َ ْ‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِح‬ َ ‫سلّ ْم‬
َ ‫على ُم َح ّم ٍد َو‬ َ ‫اَلل ُه ّم‬
َ ‫ص ّل َو‬
َ‫يَاأَيّ َها الّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ ّن إِالّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬
‫ث ِم ْن ُه َما‬ّ َ‫احدَةٍ َو َخ َلقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ِ ‫َاس اتّقُ ْوا َربّ ُك ُم الّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬ ُ ‫َياأَيّ َها الن‬
َ َ‫سا َءلُ ْونَ ِب ِه َواْأل َ ْر َحام َ ِإ ّن هللاَ َكان‬
‫علَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬ َ َ ‫سا ًء َواتّقُوا هللاَ الَذِي ت‬َ ِ‫ِر َجاالً َكثِي ًْرا َون‬
‫صلِحْ لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم‬ َ ً‫يَاأَيّ َها الّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوال‬
ْ ُ‫س ِد ْيدًا ي‬
… ُ ‫ أ َ ّما بَ ْعد‬،‫ع ِظ ْي ًما‬َ ‫س ْولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬ ُ ‫َو َم ْن يُ ِطعِ هللاَ َو َر‬
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Tidak ada perkara yang penting dan pokok yang kita yakini di dalam hati dan jiwa kita dalam
memaknai kesempatan pada hari ini ketika kita dipertemukan pada salah satu tempat yang
Alloh cintai diantara Masjid-Nya kecuali adalah syukur kita kepada-Nya atas semua
kenikmatan yang Alloh SWT berikan dalam kehidupan kita, atas segala ketaatan yang Alloh
SWT mudahkan dalam kehidupan kita, sesungguhnya tidak ada ketaatan dan ibadah yang kita
selenggarakan, bukan karena hebatnya kita dalam iman, bukan karena hebatnya kita dalam
taqwa tetapi sesungguhnya setiap ketaatan kita dan ibadah yang kita selenggarakan
merupakan bagian dari Kemahakuasaan dan hebatnya Alloh SWT menolong orang yang
beriman, itulah yang menjadikan kita senantiasa bersyukur, karena seungguhnya siapa pun di
antara manusia yang disibukkan di dalam kebaikkan oleh Alloh SWT, Alloh mudahkan ia
melakukan ketaatan (ma yuridillahu bihi khoiron yufaqqihhu fiddiin), maka sesunggunya
tidak ada tempat bagi dia memuji kecuali adalah Alloh SWT dan kita berharap dengan pujian
kita kepada-Nya, Alloh SWT tidak meninggalkan kita walaupun dalam sekejap mata, kepada-
Nya kita bersyukur dan kepada-Nya kita menggantungkan segala urusan dalam kehidupan
kita. ALLOHU ashSHOMAD.
Sholawat dan salam marilah kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi dan
seorang Rosul yang sempurna dan paripurna yang diutus oleh Alloh dalam kehidupan,
dipanjangkan umurnya selama 63 tahun bukan tanpa sebab, dihidupkan selaku manusia
sebagaimana kita selaku manusia bukan tanpa tujuan, tetapi diutusnya Rosululloh SAW dalam
kehidupan kita menjadi contoh yang sempurna bagi umat manusia dalam menjalani hidup dan
kehidupan. Oleh karenanya kita diperintahkan oleh Alloh SWT untuk mencintainya dan
mencintainya tidak hanya sebatas fasih bersolawat kepadanya, tetapi yang paling penting di
dalam kita mencintainya adalah bagaimana kita mengkuti tata cara hidup yang telah
dicontohkan oleh Beliau. Fa innal muhibba limay yuhibbu muti’un (sesungguhnya orang
ketika telah benar cintanya, maka dia jujur mengikuti orang yang dia cintai). Hakikat cinta kita
kepada Nabi Muhammad SAW, bukan hanya memuji bagaimana keindahan akhlaqnya, tetapi
hakikat cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW hakikatnya terletak pada bagaimana kita
mengikutinya. Semoga kita senantiasa bersolawat kepadanya diiringi ikhtiar tanpa henti untuk
menyelaraskan kehidupan kita dengan apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Sebelum Khotib menyampaikan materi khutbah, terlebih dahulu disampaikan dua adab
penting pada hari Jumat saat mendengarkan Khutbah. Pertama : diam dan tidak berbicara
saat mendengar khutbah. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at : Diam..! dan khotib sedang
berkhutbah, sungguh engkau telah sia-sia.” (HR. Bukhari No. 934 dan Muslim No. 851).

Kedua : dilarang al-hubwah, yaitu duduk sambil memeluk lutut saat mendengarkan khutbah.
Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata :

“Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa salaam melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada
saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi No. 514 dan Abu Daud No. 1110. Al Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Demikian semoga menjadi pemahaman.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani
perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Qolallohu Ta’ala fi kitabil kariim :
“wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah pada Allah dengan sebenar-benar takwa;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (QS. Ali Imran : 102).

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Setiap ibadah maupun mu’amalah yang kita kerjakan haruslah mendasarkan pada tuntunan
yang sudah ditetapkan baik di dalam al Qur’an maupun as Sunah. Dalam kesempatan
menjalankan ibadah maupun mu’amalah kita terkadang terlewatkan memahami hal-hal
sederhana namun mendasar karena telah dituntunkan di dalam al Qur’an maupun as Sunah.
PERTAMA, NIAT. Pembahasan terkait niat menjadi hal yang paling mendasar dan utama.
Bukankah kita pernah mendengar dalam sebuah Hadits terdapat 3 golongan manusia yang
pertama kali dimasukkan ke dalam neraka bukanlah mereka golongan orang munafik, bukan
pula golongan orang kafir pun juga bukan golongan pendurhaka, tetapi mereka adalah 3
golongan manusia dengan amalan yang dijamin surga, yaitu orang yang gugur di medan jihad,
dermawan yang gemar mendermakan hartanya dan alim ‘ulama yang mendakwah dengan
ilmu yang dimilikinya, tetapi dengan niat yang salah… niat yang li ghoirillah.

Orang yang gugur di medan jihad karena ingin dipuji sebagai seorang pemberani dan berharap
namanya dikenang sepanjang masa sebagai seorang pahlawan, dermawan yang
membelanjakan sebagian besar hartanya hanya karena ingin mendapat pujian dari orang-
orang di sekitarnya… hatinya dilingkupi oleh penyakit riya’… ujub… dan alim ‘ulama yang
mentransformasikan ilmunya hanya karena ingin dipuji karena keilmuan yang dimilikinya…
bahkan terbersit di hatinya kesombongan dan ingin merendahkan orang lain. Amalannya yang
dijamin surga tidak mampu menyelamatkannya dari siksa api neraka, bahkan menjadi
golongan pertama yang dimasukkan ke dalam neraka karena salah meniatkan amalan
perbuatan… nawa li ghoirillah. Na’udzu billahi min dzalik. Di dalam Surat Ali Imran ayat 159,
Alloh menetapkan tentang niat, bahwa niat haruslah sungguh-sungguh dan disertai taqwa
kepada Alloh SWT. “Apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertawakal”.
Dalam Hadits yang Pertama Kitab Hadits ‘Arba’in Nawawiyah karangan Imam Nawawi,
Rosululloh SAW menerangkan tentang niat.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab RA, dia berkata, "Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan”.

Niat merupakan syarat mutlak layak diterima atau tidaknya amal perbuatan seorang hamba,
dan amal ibadah tidak akan menghasilkankan pahala kecuali diniatkan karena Allah Ta’ala.

KEDUA, setiap ibadah HARUS ADA TUNTUNANNYA, tidak boleh mengada-ada. Terdapat 3
mas’alah terkait ketentuan bahwa setiap ibadah harus ada tuntunannya. Pertama, bahwa
agama Islam adalah agama yang sempurna. Oleh karenanya semua tuntunan ada di dalam al
Qur’an, sebagaimana firman Alloh SWT di dalam Surat al Maidah ayat 3.

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”.

Kedua, larangan mengikuti apa yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta
pertanggunganjawabnya”. (QS. Surat al Isra’ ayat 36)

Ketiga, mengada-ada dalam urusan agama maka akan tertolak.

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah RA dia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) yang bukan (berasal) darinya, maka dia
tertolak”. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan : siapa yang
melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil), bukan ibtida’
(mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah SAW telah berusaha menjaganya dari
sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


KETIGA, ibadah maupun mu’amalah tidak terkait dengan jumlah bilangan, tetapi terkait
dengan AKHLAQUL KARIMAH dan KEIKHLASAN. Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang
kiranya mampu menjadi ta’tsir dan mampu berpengaruh dalam kehidupan kita selaku
umatnya Nabi Muhammad SAW. “Ya Rosululloh SAW : Inna fulanah tut ktsaru min katsroti
sholatiha, wa shiyamiha wa shodaqotiha, wa tu’di jaaroha. Aina hiya ya Rosululloh. Qoola
: finnar.” “Ya Rosululloh SAW, sesungguhnya ada seorang wanita yang banyak sholatnya,
banyak puasanya, banyak shodaqohnya dan (tetapi) menyakiti tetangganya dengan lisannya.
Dimana (tempatnya kelak di akhirat) dia ya Rosululloh SAW? Kata Rosululloh : di neraka. Dari
hadis ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa bilangan ibadah (sholat, puasa dan shodaqoh)
yang tak terhitung sekalipun tidak akan bisa menyelamatkan dari siksa api neraka ketika
akhlaqnya buruk kepada tetangganya, menyakiti tetangga dengan lisannya.

Hadis kedua sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik, Rosululloh SAW dalam suatu majelis
bersama para sahabat, Beliau bersabda : “yatlak fiikum rojulun min ahlil jannah’. (akan
datang kepada kalian seorang laki-laki calon penduduk surga). Yang muncul siapa? Yang
muncul adalah seorang lelaki Anshor yang tidak terkenal namanya, jenggotnya basah bekas
air wudlu dan menenteng sandal dengan tangan kirinya. Kejadian serupa terulang sampai 3
kali. Lelaki Anshor yang tidak terkenal namanya tetapi disebut Rosululloh SAW sebagai
penduduk surga sampai 3 kali. Itulah yang harus kita pahami bahwa “kam min masyhurin
fiddun ya, majhulun fissama’, wa kam min majhulin fiddun ya, masyhurun fissama’. (berapa
orang yang terkenal di dunia tetapi tidak dikenal di langit, dan berapa orang yang tidak
terkenal di dunia tetapi terkenal di langit). Amalannya menggetarkan pintu langit. Lelaki
Anshor yang tidak terkenal namanya tetapi disebut Rosululloh SAW sebagai penduduk surga
sampai 3 kali. Khalifah Umar saja hanya disebut Rosululloh SAW hanya 2 kali sebagai penduduk
surga. Ini menggambarkan betapa amalan lelaki Anshor yang tidak terkenal namanya yang
luar biasa di hadapan Alloh SWT.
Maka kemudian salah satu dari sahabat yaitu Abdulloh bin Amru bin Asy penasaran dan ingin
mengetahui amalan apa yang dilakukan oleh lelaki Anshor tersebut sehingga Rosululloh SAW
sampai menyebut 3 kali sebagai penduduk surga. Maka sahabat Abdulloh bin Amru bin Asy
bermaksud menginap di rumah lelaki Anshor tersebut dan mengatakan inni fi mukhosamah
(saya ini sedang ada masalah dengan keluarga) bolehkah aku menginap di rumahmu selama 3
hari saja. Kemudian diamati kehidupan malam lelaki Anshor tadi. Setelah sholat Isya’ tidur dan
tidak sholat tahajud. Merasa tidak mendapatkan jawaban atas amalan apa yang dikerjakan
lelaki Anshor tersebut, kemudian Abdulloh bin Amru bin Asy mengatakan : “sesungguhnya aku
tidak ada masalah dengan keluargaku, aku hanya ingin mengetahui amalan apa yang engkau
kerjakan sehingga Rosululloh SAW menjamin enggkau sebagai penduduk surga hingga 3 kali.”
Lelaki Anshor menjawab : “kalau engkau ingin tahu amalan dlohirku ya seperti yang engkau
lihat”. Maka sahabat Abdulloh bin Amru bin Asy bergegas pulang. Tetapi lelaki Anshor tersebut
berkata : “kecuali satu, hatiku tidak pernah hasad kepada orang yang beriman, tidak pernah
berkeinginan untuk mendlolimi mereka, dan setiap kedloliman yang dilakukan oleh mereka
aku maafkan setiap menjelang tidurku. Sahabat Abdulloh bin Amru bin Asy berhenti dan
berkata : “inilah amalan yang menjadikanmu dijadikan Alloh SWT menjadi penduduk surga.
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa amalan hati yang disertai dengan keikhlasan, lebih
tinggi nilai dan derajatnya di hadapan Alloh dibandingkan dengan amalan yang bersifat dlohir
yang terpapar riya’ atau ‘ujub. Na’udzu billahi min dzalik.

KEEMPAT, ISTIQOMAH. Istiqomah menjadi takaran dan parameter kesungguhan dan


keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah maupun mu’amalah. Istiqomah pula yang
menyebabkan malaikat turun kepada seorang hamba dan menguatkan hatinya, sehingga tiada
kekhawatiran dan kesedihan di hatinya, sebagaimana Surat Fushshilat ayat 30 :
ٰۤ ْ
َّ ُ َ ‫ّٰللاُ ث ُ َّم ا ْستَقَا ُم ْوا تَتَن ََّز ُل‬
‫علَ ْي ِه ُم ال َمل ِٕىكة اال تخَاف ْوا‬
ُ َ َ َ ‫اِ َّن الَّ ِذيْنَ قَالُ ْوا َربُّنَا ه‬
َ‫َو َال تَ ْحزَ نُ ْوا َواَ ْبش ُِر ْوا ِب ْال َجنَّ ِة الَّتِ ْي ُك ْنت ُ ْم ت ُ ْو َعد ُْون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami adalah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan : "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa bersedih; dan
gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Juga dalam hadits disebutkan, dari Abu ‘Amr (ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah) Sufyan
bin ‘Abdillah RA, ia berkata :

“Aku berkata : Wahai Rasulullah SAW, katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam
yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu. ”Beliau bersabda :
“Katakanlah : aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”. (HR. Muslim No. 38)

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang tetap mengikuti kebenaran,
menjalankan perintah-Nya, dihindarkan dari segala bentuk kemudlaratan dan munafiqiin
‘aliimil lisaan (orang-orang munafiq yang pandai bicara), di manapun dan kapanpun. Amin ya
Rabbal ‘alamin.

‫ت َوال ِذّ ْك ِر‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ اْآليَا‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ‫ي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر‬ ْ ‫ار َك هللاُ ِل‬ َ ‫َب‬
ُ‫سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْنَ فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوه‬
َ ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْال َع ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل‬.‫ْال َح ِكي ِْم‬
ّ ‫إِنّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر‬
‫الر ِحي ِْم‬

KHUTBAH KEDUA :

َ ‫ ا َ ْل َح ْم ُد َ ه‬,َ‫ا َ ْل َح ْم ُد َ هّلِل‬
ُ ‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ َإلَهَ َإاله هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش ََري َْك لَه‬.‫ّلِل َح ْمدًا َك َثي ًْرا َك َما أ َ َم َر‬
‫ان َإ َلى َي ْو َم‬
ٍ ‫س‬ ْ َ ‫علَى آ َل َه َوأ‬
َ ْ‫ص َحا َب َه َو َم ْن ت َ َب َع ُه ْم َبإَح‬ َ ‫س ْولُهُ َو‬ َ ‫َوأ َ ْش َه ُد أ َ هن ُم َح َمدًا‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬
َ ‫ فَاتهقُوا‬،َ‫هاي بَت َ ْق َوى هللا‬
‫هللا َح هق تُقَاتَ َه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ هن‬ َ ‫ أ ُ ْو‬،َ‫ أ َ هما بَ ْعدُ؛ َعبَا َد هللا‬،‫الدي َْن‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َو َإي‬ َ
َ‫إَاله َوأَنت ُ ْم ُّم ْس َل ُم ْون‬
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Semoga apa yang khotib sampaikan pada khutbah pertama, dapat menjadikan ibroh dan
muhasabah atas ibadah maupun mu’amalah yang kita kerjakan dan menjadi pemahaman
serta motivasi untuk melaksanakan secara istiqomah ibadah maupun mu’amalah sesuai
tuntunan di dalam al Qur’an dan as Sunnah.
ِ ‫س ِّيئَا‬
‫ت‬ ُ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِ ََّلِلِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬
ُ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا‬.ُ‫ِي لَه‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬
َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ِ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫أ َ ْع َما ِلنَا‬
ُ‫س ْولُه‬ َ ‫َوحْ دَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬
َّ ‫ص ْحبِ ِه أ َ َّما بَ ْعد ُ؛ فَقَا َل‬
‫ َوت َزَ َّود ُوا‬: ‫ّٰللاُ تَعَالَى‬ َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬
َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫صالَة ُ َوال‬
َّ ‫َوال‬
‫الزا ِد الت َّ ْق َوى‬
َّ ‫فَإ ِ َّن َخي َْر‬
‫س ِلّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‬ َ ‫صلُّ ْوا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ يَا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا‬،‫ي‬ َ َ‫صلُّ ْون‬
ِّ ِ‫علَى النَّب‬ َ ُ‫ ِإ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ ي‬.
،‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫علَى ِإب َْرا ِهي َْم َو‬ َ ‫صلَّي‬
َ ‫ْت‬ َ ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬َ ‫ص ِّل‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫علَى‬
َ ‫علَى إِب َْرا ِهي َْم َو‬ َ ‫ار ْك‬
َ ‫ت‬ َ َ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬
َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ ِ َ‫ َوب‬.ٌ ‫ِإنَّ َك َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد‬
َ ‫ار ْك‬
ٌ ‫ إِنَّ َك َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد‬،‫آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‬.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Di khutbah kedua ini, marilah kita berdoa kepada Allah, agar ibadah maupun mu’amalah yang
kita kerjakan diterima Alloh SWT sehingga kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa secara
sempurna dan paripurna, selalu diberi kesadaran atas setiap dosa, sehingga kita menjadi
orang yang bersegera untuk bertaubat kepada-Nya. Semoga kita didekatkan dengan orang-
orang yang saleh dan berteman dengan mereka, sehingga kita kelak dibangkitkan bersama
mereka. Dan semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk sabar menghadapi setiap ujian,
sehingga kita tetap istiqomah di jalan-Nya dan menjadi orang-orang yang dicintai-Nya.

Semoga kita selalu dalam lindungan dan rahmat Alloh ‘Azza wa Jalla dalam persaudaraan Islam
yang hakiki, dihindarkan dari kemudlaratan, perpecahan dan fitnah akhir zaman.
Allohumma inna nas ‘aluKa bi anna nasyhadu allaha illa Anta al ahadus shomad
alladzi lam yalid walam yuulad walam yakullahu kufuan ahad.

ِ ‫ َو ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬،ِ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َمات‬
،ِ‫ت اْأل َ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوات‬
‫ت‬ َ ّ‫ْب الد‬
ِ ‫ع َوا‬ ُ ‫ْب ُم ِجي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري‬َ ‫إِنَّ َك‬
‫ان َو َال ت َ ْج َع ْل ِفي قُلُو ِبنَا ِغ ّالً ِلّلَّذِينَ آ َمنُوا‬ َ َ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِ ِِل ْخ َوا ِننَا الَّذِين‬
ِ ْ ‫س َبقُونَا ِب‬
ِ ‫اِلي َم‬
ٌ ُ‫َربَّنَا ِإنَّ َك َرؤ‬
‫وف َّر ِحي ٌم‬
‫سنَا َو ِإن لَّ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرينَ‬ ‫ظلَ ْمنَا أَنفُ َ‬
‫َربَّنَا َ‬
‫اب النّا ِر‪.‬‬‫عذَ َ‬‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫سنَةً َوفِي اْأل َ ِخ َرةِ َح َ‬ ‫َر َبنَا َءاتِنَا فِي الدّ ْن َيا َح َ‬
‫ربنا ال تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربنا وال تحمل علينا إصرا كما حملته على‬
‫الذين من قبلنا ربنا وال تحملنا ما ال طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت‬
‫ب ْال َعالَ ِمينَ‬
‫موالنا فانصرنا على القوم الكافرين َو ْال َح ْمد ُ ِ ََّلِلِ َر ّ ِ‬
‫ِع َبادهللا ‪:‬‬
‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر‬
‫ع ِن ْالفَحْ ش ِ‬
‫اء ذِي القُ ْربَى َويَ ْن َهى َ‬
‫ان َو ِإ ْيت َ ِ‬
‫س ِ‬ ‫(( ِإ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ِب ْال َعدْ ِل َو ِ‬
‫اِل ْح َ‬
‫َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ ))‬
‫‪Wa la dzikrullahi akbar‬‬

Anda mungkin juga menyukai