Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya dan agama. Maka pantaslah jika
Indonesia di juluki dengan semboyan “ bhineka tunggal ika” berbeda-beda tetap satu juga.
Berdasarkan fakta tersebut kementerian agama republic Indonesia yaqud menegaskan bahwa
semua pemeluk agama berhak memeluk agama yang dianutnya, menghargai hak pemeluk agama lain
nya.
Presiden Soekarno dalam pidatonya pernah menyampaikan bahwa” jika hendak mendirikan
suatu negara semua buat semua, bukan untuk satu orang, bukan untuk satu golongan, bukan
hanya untuk kaum bangsawan, dan bukan hanya untuk kaum islam, tetapi negara semua buat
semua”.
Namun sayang hadirin, sikap berlebihan dalam beragama masih terus berkembang, munculnya
kelompok Ekstrimisme yang menganggap agamanya paling benar, menyalahkan pancasila dan ingin
menggantikan ideologi negara. Adanya kelompok yang mengharamkan hormat bendera,
mengkafirkan orang yang menyanyikan lagu indonesia raya, bahkan adanya kelompok yang
membenturkan bahan agama dan tradisi budaya, menolak bhineka tunggal ika, menyuruh jihat atas
nama agama, memenggal kepala, bahkan menghalalkan darah sesama.
Hadirin cara pandang beragama yang berlebihan ini harus di moderasikan sehingga tidak ekstrim
kanan dan tidak ekstrim kiri. Untuk itu izinkan kami menyampaikan syarahan melalui syair berikut ini
Pergi mengaji membawa al-qur’an
Ridho Ilahi yang diharapkan
Izinkan kami menyampaikan syarahan
Semoga hadirin jadi terkesan
Dengan judul, “KONSEP MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI
BHINEKATUNGGAL IKA”.
Imaduddin Abulfida Ismail bin Katsir, dalam tafsir Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim halaman 454
Prof.dr wahbah azzuhaili yang lahir tahun 1932, wafat pada tahun 2015 dalam tafsir al-munir
jilid 3 halaman 619 menjelaskan bahwa kalimat اَل َت ْغلُ ْواberarti janganlah kalian melampau
batas. Sedangkan kata al-ghuluu berarti sikap ceroboh, gegabah dan melampaui
batas.
Syekh Muhammad Tahir Bin Asyur yang lahir taun 1879 m dan wafat 12 oktober 1973 Dalam
dalam Tafsir At-Tahrir Wat-Tanwir Juz 6 Halaman 290 Menjelaskan Makna Ghulu Dalam Kalimat:
Menurut Syekh Al-Qurtubi dalam Tafsir Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz 2 halaman 153,
Wasath, adalah pertengahan dalam urusan agama, tidak berlebihan dan tidak meremehkan, serta tidak
ektrim kanan dan tidak ektrim kiri.
Namun sayang hadirin praktek Ektrimisme di Indonesia masih terus terjadi. Menurut data
laporan setara Institud For Demografis Enpes, pada tahun 2021 sebanyak 318 tindakan intoleransi
agama terjadi diindonesia, 32 tindakan penodaan agama, 17 tindakan menolak pembangunan
rumah ibadah, 8 tindakan melarang aktivitas rumah ibadah, dan 6 tindakan merusak rumah
ibadah, dan yang lebih mengerikan lagi hadirin, jihad atas nama agama membuat satu keluarga
meledakkan diri di tiga gereja di surabaya. Na’uzubillahimdzhalik.
ِإيَّا ُك ْم َوا ْل ُغلُ َّو فِي الدِّي ِن فَِإنَّ َما َهلَكَ َمنْ َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم بِا ْل ُغلُ ِّو فِي ال ِّد ْي ِن
“Jauhilah sikap berlebihan dalam beragama dan sesungguhnya sebab hancurnya umat
sebelummu karena berlebihan dalam beragama”.
Oleh karena itu hadirin, jangan mempersulit diri tanpa dasar yang syari’, jangan berlebihan
dalam beribadah, agar terhindar dari bit’ah, jangan mengikuti hawa nafsu, hanya berdalih
hadis palsu.
Lalu hadirin, bagaimana menyikapi konsep moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa.
Sebagai jawabannya, firman allah dalam Al-Qur’an surah Al-Qashos ayat 77.
سنَ هّٰللا ُ اِلَ ْيكَ َواَل تَ ْب ِغ ِ ص ْيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَ ْح
َ سنْ َك َمٓا اَ ْح ِ َس ن
هّٰللا
َ َوا ْبت َِغ فِ ْي َمٓا ٰا ٰتى َك ُ الدَّا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن
هّٰللا
ِ ض ۗاِنَّ َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف
َس ِديْن ِ سا َد فِى ااْل َ ْر َ َا ْلف
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepada mu (pahala) negeri akhirat, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu didunia. Berbuat baiklah ( kepada orang lain) sebagaimana allah
telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
maha benar Allah yang maha agung dengan segala firmannya.
Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah Volume 9 Halaman 66 kalimat َ تَ ْن
س َواَل
ص ْيبَ َـك ِمنَ ال ُّد ْنيَا
ِ َ نMerupakan larangan melupakan dan mengabaikan bagian seseorang dari kenikmatan
dunia, larangan ini dipahami bukan dalam arti haram mengabaikannya, tetapi mubah boleh untuk
mengambilkannya.
Sedangkan menurut Ibnu Asyur kalimat صــ ْيبَكَ ِمنَ الــ ُّد ْنيَا َ َواَل تَ ْن
ِ َس ن adalah allah tidak
mengecammu jika engkau mengambil bagianmu dari kenikmatan dunia selama bagian itu tidak
kehilangan bagian kenikmataan ukhrawinya.
Oleh karena itu hadirin mari kita terapkan moderasi beragama dengan cara : Pertama
memahami Moderasi beragama secara kaffah, Kedua meningkatkan Ukhuwah Watoniah,
Ketiga meningkatkan ukhuwah Basyariah. Agar Radikalisme dan Ekstrimisme jauh dari negara
tercinta Indonesia.
Sebagai kesimpulan syarahan : Moderasi beragama adalah solusi Al-Qur’an agar terhindar dari
Ektrimisme dan kekerasan dalam beragama. Moderasi beragama perekat pemersatu bangsa yang wajib
di amalkan warga negara. Oleh karena itu mari kita jalankan ajaran agama, menjaga hubungan baik
dengan sesama, hormati umat yang berbeda keyakinannya, karena kita bhineka tunggal ika, satu
negara, satu jiwa dan satu tanah air kita indonesia.