Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH


TAFSIR AYAT IBADAH
“TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SHALAT”

DOSEN PENGAMPU:
AFRIADI PUTRA,S.Th.I.,M.Hum

DISUSUN OLEH:
SASKIA SALSABILA
12130421104
SULISTIYANI
12130420929

JURUSAN ILMU HADITS III B


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Shalat” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan
yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah “Tafsir
Ayat-Ayat Shalat” ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kulitas
dikemudian hari.

Pekanbaru 4 Oktober 2022

Penulis

i
PEMBAHASAN

A.Shalat

1. Pengertian Shalat

Secara bahasa shalat bermakna do’a. Kata shalat dengan makna do’a ini dicontohkan
di dalam al-Qur’an al-Kariem pada ayat berikut.

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَط ِّهُر ْمُه َو ُتَز ِّكِهْي ْم َهِبا َو َص ِّل َعَلِهْي ْۗم ِاَّن َص ٰلوَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو اُهّٰلل ِمَس ْي ٌع‬
‫َعِلٌمْي‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan shalatlah (do’akanlah mereka).” (QS. At-Taubah:103)

Adapun menurut istilah dalam ilmu syariah, oleh para ulama shalat didefinisikan
sebagai:
‫َأْقَو اٌل َو َأْفَع اٌل ُم ْفَتَتَح ٌة اِب لَّتْكِب ِري ُم ْخ َتَتَم ٌة اِب لَّتْس ِلِمي َم َع الِّنَّيِة ِبَرَش اِئَط َم ْخ ُص وَص ٍة‬
“Serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dikerjakan dengan niat dan syarat-syarat.”

Al-Hanafiyah punya pengertian sendiri tentang definisi shalat, yaitu:


‫َيِه اٌمْس ِلَهِذِه اَألْفَع ال اْلَم ْع ُلوَم ِة ِم َن اْلِقَياِم َو الُّر ُكوِع َو الُّس ُج وِد‬
“Nama untuk serangkaian perbuatan yang sudah dikenal, diantaranya berdiri, ruku’ dan
sujud.”1

2. Hukum Shalat

Shalat wajib hukumnya atas setiap muslim yang berakal dan sudah mencapai aqil
baligh, baik itu laki-laki maupun perempuan, kaya atau miskin, orang yang berdomisili atau
dalam keadaan musafir, dalam keadaan sehat atau sakit, dan kewajiban shalat yang lima

1
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, (Jakarta: DU Publishing), 2011. Hlm.32

1
waktu sehari semalam tidak akan jatuh dari seorang pun walaupun dia dalam keadaan sakit,
selama akalnya masih sehat sampai kematian datang menjemputnya.

Adapun ketetapan al-Qur’an dilihat melalui firman Allah:

‫َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓوا ِااَّل ِلَيْع ُبُد وا اَهّٰلل ُم ْخ ِلِص َنْي ُهَل اِّدل ْيَن ۙە ُح َنَفۤا َء َو ُيِقْيُم وا الَّص ٰلوَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز ٰك وَة َو ٰذ َكِل ِد ْيُن‬
‫اْلَقِّي َم ِۗة‬
Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Bayyinah:5)2

Meninggalkan shalat wajib itu adalah kufur. Oleh karena itulah, barang siapa
meninggalkan shalat dengan mengingkari hukum wajibnya, menurut kesepakatan ijma para
ulama dia telah masuk dalam kategori kufur besar, meski terkadang dia juga mengerjakannya.
Adapun orang yang meninggalkan shalat secara total, sedangkan ia meyakini hukum
wajibnya dan tidak mengingkarinya, dia juga kufur. Yang benar dari pendapat ulama adalah
bahwa kufurnya itu adalah kufur besar yang meyebabkan pelakunya keluar dari Islam.

Hal itu didasarkan pada dalil yang cukup banyak diantaranya:

‫َخاِش َع ًة َاْبَص اُر ْمُه َتْر َه ُقُهْم ِذٌةَّلۗ َو َقْد اَك ُنْو ا ُيْد َع ْو َن ِاىَل الُّس ُج ْو ِد َو ْمُه ٰس ِلُمْو َن‬
Artinya: “ Pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu
(di dunia) mereka telah diseru pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan).”
(QS. Al-Qalam:43)

Hal itu menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat itu masuk dalam
golongan orang-orang munafik yang punggung mereka tetap tegak ketika Kaum Muslimin
bersujud. Seandainya mereka termasuk golongan Kaum Muslimin, niscaya mereka akan
diperkenankan untuk bersujud sebagaimana (yang diperkenankan kepada) Kaum Muslimin.

2
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Ensiklopedi Shalat Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I), 2006. Hlm.149

2
‫اْلَيِم ِنْي ۛ ْيِف َج ّٰنٍت ۛ َيَتَس ۤا َء ُلْو َۙن َع ِن اْلُم ْج ِر ِم َۙنْي َم ا َس َلَكْمُك ْيِف‬ ‫ُّلُك َنْفٍۢس ِبَم ا َكَس َبْت َر ِه ْي َنٌۙة ِآاَّل َاٰحْص َب‬
‫ُنْط ِع ُم اْلِم ْس ِكَۙنْي َو ُكَّنا ُخَن ْو ُض َم َع اْلَخ ۤا ِٕىِض َۙنْي َو ُكَّنا ُنَكِّذ ُب ِبَيْو ِم‬ ‫َس َقَر َقاُلْو ا َلْم َنُك ِم َن اْلُم َص ِّلَۙنْي َو َلْم َنُك‬
‫اِّدل ْيِن‬
a. Artinya: “ Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali
golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-
orang yang berdosa. ‘Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?’ Mereka
menjawab: ‘Kami dahulu termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami
membicarakan yang (pula) memberi makan orang miskin, dan kami membicarakan yang
bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari
pembalasan.” (QS. Al-Mudatstsir:38-46)
Dengan demikian, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang-orang yang berbuat dosa
dan akan masuk ke dalam Neraka Saqar.3

3. Keistimewaan Shalat dalam Islam


a. Allah menyebut shalat dengan sebutan iman

‫َو َيُكْو َن الَّر ُس ْو ُل َعَلْي ْمُك َش ِهْي ًد اۗ َو َم ا َجَع ْلَنا‬ ‫َو َكٰذ َكِل َجَع ْلٰن ْمُك ُاَّم ًة َّو َس ًط ا ِّلَتُكْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َعىَل الَّناِس‬
‫َّيْنَقِلُب َعىٰل َع ِقَبْي ِۗه َو ِا ْن اَك َنْت َلَكِب َرْي ًة ِااَّل َعىَل‬ ‫اْلِقْبَةَل اَّلْيِت ُكْنَت َعَلَهْيٓا ِااَّل ِلَنْعَمَل َمْن َّيَّتِب ُع الَّر ُس ْو َل ِم َّم ْن‬
‫اِذَّل ْيَن َهَد ى اُهّٰلل ۗ َو َم ا اَك َن اُهّٰلل ِلُيِض ْي َع ِاْيَم اَنْمُك ۗ ِاَّن اَهّٰلل اِب لَّناِس َلَر ُء ْو ٌف َّر ِح ٌمْي‬
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (Umat Islam) ‘umat pertengahan’
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat)
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
berbalik ke belakang. Sungguh (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh
Allah Maha Pengasih Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah:143)

3
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Ensiklopedi Shalat Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I), 2006. Hlm. 165-166

3
b. Kata shalat disebutkan secara khusus untuk membedakannya diantara beberapa syariat
Islam

‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو َيِح ِاَلْي َك ِم َن اْلِكٰتِب َو َاِق ِم الَّص ٰلوَۗة ِاَّن الَّص ٰلوَة َتٰهْنى َع ِن اْلَفْح َش ۤاِء َو اْلُم ْنَكِر ۗ َو ِذَل ْكُر اِهّٰلل‬
‫َاْكُرَب ۗ َو اُهّٰلل َيْعُمَل َم ا َتْص َنُع ْو َن‬
Artinya: “Bacalah Kitab (al-Qur’an) yang telah diwajibkan kepadamu (Muhammad) dan
laksakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. Dan
(ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:45)

c. Di dalam al-Qur’an shalat disandingkan dengan banyak ibadah

‫َو َاِق ْيُم وا الَّص ٰلوَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َكُع ْو ا َم َع الّٰر ِكِع َنْي‬
Artinya: “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk.” (QS. Al-Baqarah:43)

d. Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya bersabar dalam menjalankannya

‫َو ْأُم ْر َاْه َكَل اِب لَّص ٰلوِة َو اْص َط ْرِب َعَلَهْيۗا اَل َنْس َٔـَكُل ِر ْز ًقۗا ْحَن ُن َنْر ُز ُقَۗك َو اْلَع اِق َبُة ِللَّتْقٰو ى‬
Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam
mengerjakan. Kami tidak memina rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Thaha:132)

e. Allah mewajibkan shalat ini dalam segala keadaan


f. Allah mensyariatkan kesempurnaan bagi shalat dalam beberapa hal, yaitu thaharah,
berhias (sopan dalam berpenampilan), dan menghadap kiblat, yang tidak disyariatkan dalam
ibadah-ibadah lainnya
g. Di dalam shalat dipergunakan seluruh anggota tubuh manusia: hati, lisan, dan seluruh
anggota tubuh, yang hal tersebut tidak diterapkan pada ibadah-ibadah lainnya

4
h. Ketika mengerjakan shalat, kita dilarang menyibukkan diri dengan kegiatan lainnya,
meski itu hanya sekedar lintasan perasaan di dalam hati, berupa sebuah kata atau pemikiran
i. Shalat merupakan ajaran Allah yang dipegang teguh oleh para penghuni langit dan bumi,
yang menjadi kunci bagi syariat-syariat para nabi. Tidak seorang nabi pun diutus melainkan
disyariatkan kepadanya ibadah shalat
j. Shalat dikaitkan dengan pembenaran.4

B.Dalil Al-Qur’an dan Tafsirnya

1. QS. Al-Baqarah:43

‫َو َاِق ْيُم وا الَّص ٰلوَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َكُع ْو ا َم َع الّٰر ِكِع نْي‬
Artinya: “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang yang
ruku’.”

Telah disebutkan bahwa shalat itu merupakan ungkapan butuhnya manusia kepada yang
disembah (Allah). Pengungkapan ini dilakukan dengan perkataan, perbuatan atau kedua-
duanya. Cara mendirikan shalat adalah menghadap kepada Allah dengan hati yang khusyu’,
ikhlas dalam melaksanakan. Itulah inti shalat yang sebenarnya dan syariatkan. Mengenai
gerakan-gerakan shalat adalah bukan merupakan tujuan utama daripada shalat. Karenanya,
ibadah shalat bentuknya berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan agama dan masa. Tetapi ruh
atau inti daripada shalat ini tidaklah berbeda, sekalipun nabi yang membawa syariat berbeda-
beda.

Kesimpulan ayat tersebut ialah: setelah Allah menyeru kepada Bani Israil tentang iman,
kemudia Allah memerintahkan kepada mereka agar mendirikan shalat untuk membersihkan
jiwa. Allah juga memerintahkan agar menunaikan zakat. Sebab, jenis ibadah ini merupakan
manefestasi rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada mereka, sekaligus
merupakan cermin hubungan yang serasi antar manusia. Hal ini karena pelaksanaan zakat
diperlukan adanya pengorbanan harta benda untuk menyantuni kaum fakir miskin. Zakat juga

4
Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui Shalat Yang Benar, (Jakarta:
Prenada Media), 2006

5
mengandung nilai kesejahteraan umum di dalam sebuah kehidupan, karena si kaya juga
membutuhkan si miskin, dan si miskin membutuhkan si kaya.

Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk melakukan ruku’ bersama orang-
orang yang melakukan ruku’. Artinya, hendaklah Kaum Yahudi berada dalam kelompok
Umat Islam ketika mendirikan shalat, sehingga sama seperti Umat Islam. Melalui ayat ini
Allah memerintahkan agar shalat dilaksanakan secara jamaah. Sebab ketika shalat dilakukan
secara jamaah ini, semua jiwa bersatu memanjatkan do’a dan mengadu kepada Allah.
Disamping itu jamaah bisa pula membina adanya saling pengertian antara Kaum Muslimin.
Sebab ketika mereka berkumpul, tentunya akan membicarakan hal-hal yang seharusnya
dicegah, dan bermusyawarah untuk hal-hal yang bermanfaat dikalangan mereka.5

2. QS. An-Nisa:103

‫َفِاَذ ا َقَض ْيُمُت الَّص ٰلوَة َفاْذ ُكُر وا اَهّٰلل ِق َياًم ا َّو ُقُع ْو ًدا َّو َعىٰل ُج ُنْو ِبْمُك ۚ َفِاَذ ا اْط َم ْأَنْنْمُت َفَاِق ْيُم وا الَّص ٰلوَةۚ ِاَّن‬
‫الَّص ٰلوَة اَك َنْت َعىَل اْلُم ْؤ ِمِنَنْي ِكٰت ًبا َّم ْو ُقْو ًت‬
Artinya: “Selanjutnya apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah ketika
kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Allah ta’ala memerintahkan agar banyak berdzikir setelah shalat khauf meskipun dzikir
tersebut telah disyari’atkan dan dianjurkan setelah shalat lainnya. Akan tetapi berdzikir
setelah shalat khauf lebih ditegaskan lagi karena didalamnya terdapat peringanan pada rukun-
rukunnya, rukhshah untuk bergerak maju mundur di dalamnya, dan perkara-perkara lain yang
tidak didapatkan di selain shalat khauf. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman berkenaan
dengan bulan-bulan haram, “Maka janganlah kamu mendzalimi dirimu dalam (bulan yang
empat) itu.” (QS. At-Taubah:36); yaitu meskipun berbuat dzalim pada diri sendiri dilarang di
selain bulan-bulan Haram. Akan tetapi pelarangann berbuat dzalim di bulan-bulan haram itu
lebih ditekankan lantaran kehormatan dan kemuliannya yang begitu besar. Oleh karena itu
Allah ta’ala berfirman, “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah

5
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi Juz I, (Semarang: PT. Karya Toha Putra), 1992. Hlm.178-179

6
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (103) Selanjutnya Allah ta’ala
berfirman, “Kemudian apabila kamu telah merasa aman.” (103). Yaitu apabila kalian telah
merasa nyaman dan rasa takut hilang, dan masing-masing telah merasa tenang dan tentram.
Firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang dittentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” (103) Ibnu Abbas Radhiyallau Anhuma berkata, “Yaitu
diwajibkan.” Begitu pula halnya yang diriwayatkan dari mujahid, Salim bin Abdillah dan
selain mereka berdua. Zaid bin Aslamm Rahimahullah berkata berkenaan dengan firman
Allah ta’ala: “Ditentukan waktunya.” (103) “Yaitu teratur” maksudnya adalah setiap kali
lewat satu waktu, maka waktu yang lainnya pun datang.6

3. Qs. Al-Isra:78

‫َاِق ِم الَّص ٰلوَة ُدِل ُلْو ِك الَّش ْم ِس ِاىٰل َغَس ِق اَّلْي ِل َو ُقْر ٰا َن اْلَفْجِۗر ِاَّن ُقْر ٰا َن اْلَفْج ِر اَك َن َم ْش ُهْو ًد‬
Artinya: “Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan
(laksanakanlah pula shalat) subuh. Sungguh shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

‫( َاِق ِم الَّص ٰلوَة ُدِل ُلْو ِك الَّش ْم ِس‬Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir) artinya sejak
dari matahari tergelincir - ‫( ِا ىٰل َغَس ِق اَّلْي ِل‬sampai gelap malam) hingga kegelapan malam

tiba; yang di maksud adalah shalat dzuhur, ashar, maghrib dan isya - ‫( َو ُقْر ٰا َن اْلَفْج ِر‬dan bacaan

di waktu fajar) yakni shalat subuh - ‫( ِا َّن ُقْر ٰا َن اْلَفْج ِر اَك َن َم ْش ُهْو ًدا‬sesungguhnya bacaan di

waktu fajar dan waktu shalat shubuh itu disaksikan) oleh malaikat-malaikat yang berjaga
pada malam hari dan malaikat-malaikat yang berjaga pada siang hari.7

4. QS. At-Taubah:103

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَط ِّهُر ْمُه َو ُتَز ِّكِهْي ْم َهِبا َو َص ِّل َعَلِهْي ْۗم ِاَّن َص ٰلوَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو اُهّٰلل ِمَس ْي ٌع َعِلٌمْي‬

6
Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), (Jakarta:Darus Sunnah Press), 2016. Hlm.311-
312
7
Jalaluddin Al-Mahalliy & Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, (Bandung:
Sinar Baru), 1990. Hlm. 1157-1158

7
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan
mereka, dan do’akanlah mereka karena sesungguhnya do’amu adalah ketentraman bagi
mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah:103)

‫( ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَط ِّه ُر ْمُه َو ُتَز ِّكِهْي ْم ِب َه‬Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka,
dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka) dari dosa-dosa mereka,

maka Nabi mengambil sepertiga harta mereka kemudian menyedekahkannya - ‫َو َص ِّل َعَلِهْي ْم‬
(sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenangan jiwa) rahmat – ‫( َّلُهْم‬bagi mereka), menurut
suatu pendapat yang di maksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran taubat

mereka - ‫( َو اُهّٰلل ِمَس ْي ٌع َعِلٌمْي‬dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). 8

C.Hadis yang Berkaitan dengan Shalat

 ‫ َح َّد َثَنا َقْيٌس َع ْن َج ِر ْيِر‬: ‫ َح َّد َثَنا َمْس اِع ْي ُل َقاَل‬: ‫ َح َّد َثَنا ْحَي ىَي َقاَل‬: ‫َح َّد َثَنا ُم َح َّم ُد ْبُن اْلُم َثىَّن َقاَل‬
‫ِإ‬
‫ اَب َيْع ُت َر ُس وَل ِهللا صىل هللا عليه وسمل َعىَل ِإ َقاِم الَّص اَل ِة َو يَتاِء الَّز اَك ِة َو الُّنْص ِح‬: ‫ْبِن َع ْب ِد ِهللا َقاَل‬
‫ِإ‬
‫ِلِّلُك ُم ْس ٍمِل‬
Artinya: “Muhammad bin Al-Mutsanna telah memberitahukan kepada kami, ia berkata,
‘Yahya telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, ‘Isma’il telah memberitahukan
kepada kami, ia berkata, ‘Qais telah memberitahukan kepada Jarir bin Abdullah, ia
mengatakan, “Saya telah berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk
mendirikan shala, membayar zakat, dan nasehat untuk setiap muslim.” (Syarah Shahih al-
Bukhari No. Hadis 524)9

8
Jalaluddin Al-Mahalliy & Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, (Bandung:
Sinar Baru), 1990. Hlm.808
9
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Darus Sunnah), 2014. Hlm.732-733

8
 ‫ ِمَس عُت َر ُس وُل‬: ‫َع ِن َأيب عبِد الَّر محِن عبِد ِهللا ْبِن َمُع َر بن اَخلَّط اِب َر َيِض اُهَّلل َع ُهْنَم ا َقاَل‬
‫ َش َهاَد ِة َأْن َال َهَل اَّل اُهَّلل َو َأَّن ُم َح َّم ًد ا‬: ‫اِهَّلل َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل َيُقوُل بَيِن ا ْس َالُم َعىَل ْمَخ ٍس‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإل‬
‫ َو َص ْو ِم َر َم َض اَن‬، ‫ َو َح ِّج الَبيِت‬، ‫ َو يَتاِء الَّز اَك ِة‬، ‫ َو َقاِم الَّص َالِة‬، ‫َر ُس وُل اِهَّلل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Artinya: “Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab ra, ia berkata, “Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Islam dibangun di atas 5 dasar; bersaksi tiada yang
berhak diibadahi secara benar kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah, dan melakukan
shaum pada bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).10

KESIMPULAN

10
Muhammad Yusran Anshar, Matan Hadits Arba’in (40 Hadits Pilihan), (Solo: At-Tibyan), 2021. Hlm.13

9
Tidak ada satupun kewajiban yang dibebankan kepada manusia kecuali didalamnya
terdapat kebaikan, hikmah, atau manfaat bagi manusia itu sendiri, meskipun kadang-kadang
sebagian manusia tak mampu melihat hikmah yang terkandung karena kurang
diperhatikannya tau belum dapat dirasaknnya. Karenanya, adalah sangat wajar jika kita
diwajibkan untuk mensyukuri segala yang dicipatakan Allah dibumi, terlebih apabila yang
diberikan Allah terssebut datang dalam bentuk suatu kewajiban. Sebab, sebagai yang
didatangkan Allah kepada hambanya atau sebagai sebuah kewajiban yang secara langsung
dijemput Nabi pastilah shalat tersebut mengandung beberapa manfaat bukan hanya dalam
kehidupan dunia melainkan juga untuk kepentingan masa depannya diakhirat.

Shalat adalah suatu kewajiban yang diperintahkann Allah secara langsung ketika
Rasullullah Muhammad tengah melakukan perjalanan mi’raj. Memilih momentum mi’raj
sebagai awal penetapan kewajiban shalat tentu memiliki makna yang mendalam setidaknya
ibadah ini memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembinaan jasmani dan rohani
manusia. Dan kenyataan bahwa ibadah ini telah melibatkan seluruh dimensi fisik dan batin
manusia merupakan isyarat bahwa ibadah ini sangat penting.

Seorang hamba yang memelihara shalatnya akan terhindar dari sikap dan tindakan
yang menyimpang dari aturan agama. Pejabat yang mampu memelihara shalatnya akan
terhindar dari perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sebab shalatnya akan tampil kedepan
sebagai pengawas dan mengingatkannya akan keadilan Allah dan ketegasan Allah atas setiap
kejahatan. Demikian seorang pekerja atau karyawan tidak akan berbuat curang selama ia
memelihara shalatnya, sebab ruh shalatnya akan menegur dan mengingatkannya akan
kesementaraan dunia dan keabadian akhirat. Shalat juga akan mengingatkan betapa azab
Allah amat pedih bagi yang melakukan kecurangan, demikian seterusnya hingga moral yang
benar dapat ditegakkan.11

DAFTAR PUSTAKA

11
Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui Shalat Yang Benar, (Jakarta:
Prenada Media), 2006

10
Anshar, Muhammad Yusran, Matan Hadits Arbai’in (40 Hadist Pilihan), Solo: At-Tibyan,
2021

Mahalliy, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul, Bandung: Sinar Baru, 1990

Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi Juz I, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1992.

Noer, Jefry, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui Shalat Yang
Benar, Jakarta: Prenada Media, 2006.

Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Ensiklopedi Shalat Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah,
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.

Sarwat, Ahmad, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: DU Publishing, 2011.

Syakir, Syaikh Ahmad, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), Jakarta:Darus Sunnah Press,
2016.

Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Syarah Shahih Al-Bukhari (Jilid 2), Jakarta: Darus Sunnah,
2014.

11

Anda mungkin juga menyukai