Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SYARAH HADIS HUKUM KELUARGA

KAIFIYAT SHALAT

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. H. MAHSYAR, M. Ag

DISUSUN OLEH:

 NAHARUDDIN SR (19.2100.026)
 ALDIANSYAH (19.2100.047)
 YUNI NENGSIH (19.2100.070)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah milik Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya,
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Syarah
Hadis Hukum Keluarga yang berjudul “Kaifiyat Shalat” dengan dosen pembimbing
Dr. H. MAHSYAR, M. Ag.

Tak lupa sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya
semoga mendapatkan syafaat di Yaumil Akhir nanti.

Kami meminta maaf apabila dalam makalah yang kami susun dengan
sedemikian rupa belum sempurna seperti yang ada dalam benak dan harapan anda
semua karena “ Tak ada gading yang retak” kami hanya manusia biasa yang tak luput
dari salah dan dosa karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

PAPEPARE, 16 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

MAKALAH SYARAH HADIS HUKUM KELUARGA.......................................................1


KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. Pengertian Shalat.......................................................................................6
B. kedudukan dan dalil shalat.........................................................................7
C. Macam-macam shalat................................................................................9
D. Tata cara shalat fardhu dan shalat sunnah................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan
Tuhannya. Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah akan terasa,
pengamdiannya kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu juga penyerahan kepada
segala urusan kepada-Nya. Shalat juga mengantar seseorang kepada keamanan,
kedamaian, dan keselamatan dari-Nya. Shalat adalah perilaku ihsan hamba terhadap
Tuhannya. Ihsan shalat adalah menyempurnakan dengan membulatkan budi dan
hati sehingga pikiran, penghayatan dan anggota badan menjadi satu, tertuju kepada
Allah.
Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam, dalam waktu yang telah
ditentukan merupakan fardhu ain. Shalat fardhu dengan ketetapan waktu
pelaksanaannya dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah mempunyai nilai disiplin yang tinggi
bagi seorang muslim yang mengamalkannya. Aktivitas ini tidak boleh dikerjakan
dengan ketentuan di luar syara’. Dalam shalat seseorang muslim berikrar kepada
Allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matinya hanya bagi Tuhan
sekalian alam.1
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat
ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah ibadah
pertama yang di wajibkan oleh Allah Swt yang perintahnya disampaikan Allah. Shalat
merupakan inti pokok ajaran agama dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan
maka hilanglah agama secara keseluruhannya. 2
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian shalat menurut Bahasa dan istilah?
2. Kedudukan dan dalil sholat?
1
Khairunn Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,(Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2011), Cet. 1, h. 91-95.
2
Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 125-126.

4
3. Macam-macam shalat?
4. Tata cara sholat fardhu dan sholat Sunnah?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian sholat menurut Bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetahui kedudukan dalil sholat.
3. Untuk mengetahui macam-macam sholat.
4. Tata cara sholat fardhu dan Sunnah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian shalat
Shalat menurut Bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah
bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan

5
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratan yang ada.
Adapun syarat-syarat shalat sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Syarat wajib shalat adalah syarat yang wajib di penuhi, seperti:
a. Islam
b. Berakal
c. Tamyiz atau baligh
2. Syarat sah shalat yaitu:
a. Suci dari dua hadas yaitu hadas besar dan hadas kecil.
b. Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
c. Menutup aurat:
 Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah (antara pusar
sampai lutut), sedangkan
 Aurat perempuan adalah jami’I badaniha illa wajna wa kaffain
(semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak
tangan).
d. Menghadap kiblat
e. Mengerti kefarduan shalat (mengetahui waktu masuknya shalat)
f. Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat:
1) Berhadast
2) Terkena najis
3) Berkata-kata dengan sengaja
4) Terbuka aurat
5) Mengubah niat
6) Makan/minum
7) Bergerak tiga kali berturut-turut diluar gerakan shalat
8) Membelakangi kiblat

6
9) Tertawa terbahak-bahak
10) Mendahului imam
11) Murtad.
B. Kedudukan dan dalil-dalil sholat
1. Kedudukan shalat
a. Shalat adalah tiang islam
b. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab amalan
seseorang bisa dinilai baik buruknya dari shalat
c. Shalat adalah akhir wasiat nabi Ummu Salamah ra, mengatakan
bahwa diantara wasiat terakhir rasulullah SAW: “ jagalah shalat dan
budak-budak kalian”. (HR. Ahmad 6:290).
d. Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan
mengakhirinya juga dengan shalat.
e. Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad dan umatnya untuk
memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.
f. Semenjak masih kecil sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul
jika tidak shalat pada umur 10 tahun.
g. Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia
mengqodhonya.
2. Dalil-dalil dalam shalat
Dalil yang mewajibkan shalat banyak baik dalam al-qur’an maupun hadist
nabi Muhammad saw. Dalil ayat-ayat al-qur’an antara lain:
a. Dalam QS. Al-Baqarah: 43
َّ ‫صلَ َة َوآ ُت ْو‬
‫الز َكو َة َوارْ َكع ُْوا َم َعالرَّ ا ِك ِعي َْن‬ َّ ‫َواَقِ ْيم ُْوال‬
Artinya:
“ dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan ruku’lah
bersama-sama orang yang ruku” (QS. Al-baqarah: 43).

7
b. Dalam QS. Al-ankabut: 45
‫صلَ ٰو َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْٱل َفحْ َشٓا ِء َو ْٱلمُن َك ِر‬ َّ ‫َوَأق ِِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰو َة ۖ ِإنَّ ٱل‬
Artinya:
“ kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah perbuatan yang
jahat dan munkar” (QS. Al-ankabut: 45).
c. Dalam hadist nabi yang berbunyi:
‫صالَةُ ْالم َْك ُت ْوب َُة‬
َّ ‫ اِنَّ اَ َّو َل مَا يُحَ اسَ بُ ِب ِه ْالعَ ْب ُد ي َْو َم ْالقِيَا َم ِة ال‬:‫هللا ص َيقُ ْو ُل‬ ُ ْ‫ سَ مِع‬:‫عَ نْ اَ ِبى هُرَ ْيرَ َة َقا َل‬
ِ ‫ت رَ س ُْو َل‬
‫ ُث َّم ُي ْفعَ ُل‬،ِ‫ت ْال َف ِر ْيضَ ُة مِنْ َت َطوُّ عِ ه‬ ُ ‫ ا ُ ْن‬.‫َفاِنْ اَ َت َّمهَا َو ِاالَّ قِ ْي َل‬
ِ َ‫ َه ْل لَ ُه مِنْ َت َط ُّو ٍع؟ َفاِنْ َكانَ لَ ُه َت َط ُّو ٌع ا ُ ْك ِمل‬،‫ظر ُْوا‬
345 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬. َ‫َال ْال َم ْفر ُْوضَ ِة م ِْث ُل ذلِك‬ ِ ‫اِئر ْاالَعْ م‬ ِ َ‫ِبس‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang
dihisab pada hari qiyamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah
menyempurnakannya (maka selesailah persoalannya). Tetapi apabila
tidak sempurna shalatnya, dikatakan (kepada malaikat), “Lihatlah
dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah! Jika ia
mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib
disempurnakan dengan shalat sunnahnya”. Kemudian semua amal-
amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR. Khamsah, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 345]
d. Dalam hadist nabi yang berbunyi:

Dari jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda :

‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫َبي َْن الرَّ ج ُِل َو َبي َْن ال ِّشرْ كِ َو ْال ُك ْف ِر َتر‬
َّ ‫ك ال‬
Dari jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“ Pembatas antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran
adalah meninggalkan shalat”. (HR. Muslim: 257). 3
3
Sunarto, Ahmad. Fathul Qorib. Surabaya: Al-Hidayah, 1991.

8
C. Macam-macam sholat
1. Macam-macam shalat fardhu
a. Shalat dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari
dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang
sesuatu telah sama dengan panjangnya selain dari baying-bayang
ketika matahari menonggak (tepat diatas ubun-ubun).
b. Shalat ashar. Waktunya dimulai dari habisnya waktu dzuhur; bayang-
bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang
ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.
c. Shalat maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai
terbenama syafaq (mega) merah.
d. Shalat isya. Waktunya mulai dari terbenamnya syafaq merah (sehabis
waktu maghrib) sampai terbit fajar kedua.
e. Shalat subuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit
matahari.
2. Macam-macam shalat Sunnah:
1. Shalat Sunnah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu
tengah malam di antara shalat isya’ dan shalat subuh setelah bangun
tidur. Jumlah rakaat shalat tahajud minimal dua rakaat hingga tidak
terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi,
surat al-ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.
2. Shalat Sunnah dhuha adalah shalat Sunnah yang dilakukan pada pagi
hari antara pukul 07:00 hingga jam 10:00 waktu setempat. Jumlah
raka’at shalat dhuha minimal dua raka’at dan maksimal dua belas
raka’at dengan satu salam setiap dua raka’at. Manfaat dari shalat
dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama
rejeki. Saat melakukan shalat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat

9
surat al-waqiah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-
ikhlas.
3. Shalat Sunnah istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan
hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua.
Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan
kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan akan berguna di
masa yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan:
 Memilih jodoh suami/istri
 Memilih pekerjaan
 Memutuskan suatu perkara
 Memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Dalam melakukan shalat istikhara sebaiknya juga melakukan, puasa


Sunnah, shadaqah, zikir, dan amalan baik lainnya.

4. Shalat Sunnah Tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk


memperbanyak memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan sholat
bebas. Setiap rakaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika
shalat dilakukan siang hari, jumlah rakaatnya adalah empat rakaat
salam, sedangkan jika malam hari dengan dua salam.
5. Shalat Sunnah Taubat adalah shalat dua rakaat yang dikerjakan bagi
orang yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa
yang telah dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan
serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat
Sunnah taubat dibarengi dengan puasa, shadaqah dan shalat.
6. Shalat Sunnah Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya
dikabulkan oleh Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan

10
dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat
Sunnah hajat dilakukan minimal dua rakaat dan maksimal dua belas
bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua rakaat, namun lebih
baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.
7. Shalat Sunnah safar adalah shalat yang delakukan oleh orang yang
sebelum bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak
bertujuan untuk maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari
kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya
mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.
8. Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat yang dilakukan sebelum shalat
fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat ba’diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan
penambal shalat fardhu yang mungkin kurang khusus atau tidak
tuma’ninah.
9. Shalat Sunnah istisqo’ adalah shalat yang dilakukan untuk memohon
turunnya hujan. Dilakukan secara berjamaah saat musim kemarau.
10. Shalat Sunnah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. Bagi
yang yakin akan bangu malam diutamakan dilakukan saat sepertiga
malam setelah shalat tahajud. Shalat witir disebut juga shalat
penutup.
11. Shalat Sunnah tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati
masjid. Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk
ke masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.
12. Shalat tarawih yaitu shalat malam pada bulan Ramadhan hukumnya
Sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh
dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.

11
13. Shalat hari raya (idul adha dan idul fitri) sebagaimana telah
diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri adalah tanggal 1
syawal mulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya. Akan tetapi,
jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa itu tanggal 1
syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari
kedua atau tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya idul adha
tanggal 10 Dzulhijjah.
14. Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan.
Shalat kusuf dan khusuf hukumnya Sunnah muakkad berdasarkan
sabda Nabi SAW. Yang artinya:
“sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena
kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian
menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah
Ta’ala.(HR. Syaikhain).
D. Tata cara sholat fardhu dan sholat Sunnah
1. Tata cara shalat fardhu
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surah al fatihah
e. Ruku’ serta tuma’ninah
f. I’tidal serta tuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan tuma’ninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
i. Duduk akhir
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad

12
l. Memberi salam yang pertama (kanan kemudian kiri).4

E. Hadist-hadist kaifiyah shalat


a. Teks Hadis yang Menjadi Topik

‫ت ِإ َلى‬ َ َّ‫ر َة َأنَّ ال َّن ِبي‬F


َ ْ‫ا َل ِإ َذا ُقم‬FF‫ َق‬... ‫لَّ َم‬F ‫ ِه َو َس‬F‫لَّى هَّللا ُ َع َل ْي‬F ‫ص‬ َ F‫َعنْ َأ ِبي ه َُر ْي‬
َّ‫عْ َح َّتى َت ْط َمِئن‬FF‫آن ُث َّم ارْ َك‬ ِ ْ‫ر‬FFُ‫ك ِمنْ ْالق‬F َ F‫ َر َم َع‬F ‫ة َف َكبِّرْ ُث َّم ا ْق َرْأ َما َت َي َّس‬Fِ ‫صاَل‬
َّ ‫ال‬
ْ‫ع‬FF‫ا ِج ًدا ُث َّم ارْ َف‬F ‫َرا ِكعًا ُث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َتعْ َت ِد َل َقاِئمًا ُث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َس‬
‫ك فِي‬FFِ َ ‫ ْل َذل‬FF‫ا ِج ًدا ُث َّم ا ْف َع‬FF‫ج ُْد َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َس‬FF‫اس‬ ْ ‫ا ُث َّم‬FF‫َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َجال ًِس‬
‫ِك ُكلِّ َها‬
َ ‫صاَل ت‬ َ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw." Beliau pun bersabda: "Jika kamu mengerjakan
shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur'an. Kemudian
rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk)
hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu
angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah
sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh
shalat (rakaat) mu. (BUKHARI - 751)
b. Hadis Pendukung/hadis terkait

َ ‫ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو‬


‫س َّل َم َق ال َ ال‬ َ ِ ‫س ول َ هَّللا‬
ُ ‫ت َأنَّ َر‬ ِ ‫الص ا ِم‬ َّ ‫َعنْ ُع َبادَ َة ْب ِن‬
ِ ‫صال َة لِ َمنْ َل ْم َي ْق َرْأ ِب َفات َِح ِة ا ْل ِك َتا‬
‫ب‬ َ
Dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada shalat
bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (al Fatihah). (BUKHARI - 714)
c. Kandungan hukum hadis
1. Wajib tegak punggung ketika takbir pertama dan setiap berdiri
(i’tidal)
2. Wajib tuma’ninah setiapakhir gerakan shalat
3. Wajib membaca surat al-Fatihah setiap gerakan.

4
Thohir Syamsuddin, Anas. Kifayatul Ahyar, Surabaya: PT. Bina ilmu, 1983.

13
‫‪D. Syarah Hadis‬‬

‫‪1.‬‬ ‫شرح البخاري‪ :‬ابن بطال أبو الحسن علي بن خلف بن عبد الملك‪-‬‬

‫‪ -‬فيه‪َ :‬أبو ه َُري َْر َة‪َ :‬أنَّ ال َّن ِبيَّ عليه السالم‪ ،‬دَ َخ َل ْال َمسْ ِج َد‪َ ،‬ف َد َخ َل‬
‫صلَّى‪ُ ،‬ث َّم َجا َء‪َ ،‬ف َسلَّ َم َع َلى ال َّن ِبيِّ ‪َ ،‬ف َر َّد ال َّن ِبيُّ ‪ -‬صلى هللا‬ ‫َر ُجلٌ‪َ ،‬ف َ‬
‫ك َل ْم‬ ‫صلِّ‪َ ،‬فِإ َّن َ‬ ‫عليه وسلم ‪َ -‬ع َل ْي ِه السَّال َم‪َ ،‬ف َقا َل‪ « :‬ارْ ِجعْ ‪َ ،‬ف َ‬
‫ك َل ْم‬
‫صلِّ‪َ ،‬فِإ َّن َ‬ ‫صلَّى‪ُ ،‬ث َّم َجا َء إ َلى ال َّن ِبيِّ ‪َ ،‬ف َقا َل‪ :‬ارْ ِجعْ ‪َ ،‬ف َ‬ ‫صلِّ‪َ ،‬ف َ‬‫ُت َ‬
‫ك ِب ْال َح ِّق َف َما ُأحْ سِ نُ َغي َْرهُ‪،‬‬ ‫صلِّ‪َ ،‬ث ً‬
‫الثا‪َ ،‬ف َقا َل‪َ :‬والَّذِي َب َع َث َ‬ ‫ُت َ‬
‫ك‬ ‫ت ِإ َلى الصَّال ِة َف َكبِّرْ ‪ُ ،‬ث َّم ا ْق َرْأ َما َت َيس ََّر َم َع َ‬ ‫َف َعلِّ ْمنِي‪َ ،‬قا َل‪ِ :‬إ َذا قُ ْم َ‬
‫م َِن ْالقُرْ آنِ‪ُ ،‬ث َّم ارْ َكعْ َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َرا ِكعًا‪ُ ،‬ث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َتعْ َت ِد َل‬
‫َقاِئمًا‪ُ ،‬ث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َسا ِج ًدا‪ُ ،‬ث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َت ْط َمِئنَّ‬
‫ِك‬
‫صالت َ‬ ‫ك فِي َ‬ ‫َجالِسًا‪ُ ،‬ث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َت ْط َمِئنَّ َسا ِج ًدا‪ُ ،‬ث َّم ا ْف َع ْل َذلِ َ‬
‫ُكلِّ َها » ‪.‬قال المؤلف‪ :‬استدل بهذا الحديث جماعة من الفقهاء‪،‬‬
‫فقالوا‪ :‬الطمأنينة فى الركوع والسجود فرض‪ ،‬ال تجزئ صالة‬
‫من لم يرفع رأسه‪ ،‬ويعتدل فى ركوعه وسجوده ثم يقيم صلبه‪،‬‬
‫وقالوا‪ :‬أال ترى أن الرسول قال له‪ :‬ارجع فصل فإنك لم تصل‬
‫‪ ،‬ثم علمه الصالة وأمره بالطمأنينة فى الركوع والسجود‪ ،‬هذا‬
‫قول الثورى‪ ،‬وأبى يوسف‪ ،‬واألوزاعى‪ ،‬والشافعى‪ ،‬وأحمد‪،‬‬
‫وإسحاق‪ ،‬وابن وهب صاحب مالك قال‪ :‬من لم يعتدل قائمًا من‬
‫ركوعه حتى يسجد فال يعتد بتلك الركعة‪.‬‬

‫‪14‬‬
‫وفيها قول آخر‪ ،‬روى ابن القاسم عن مالك فى « العتبية »‬
‫قال‪ :‬من رفع رأسه من الركوع فلم يعتدل قائمًا حتى يسجد‬
‫يجزئه وال يعود‪ ،‬وقاله ابن القاسم فى كتاب سحنون‪ ،‬وروى‬
‫ابن وهب عن مالك مثل ذلك فى « العتبية » ‪.‬‬
‫وروى عيسى عن ابن القاسم فيمن رفع رأسه من السجود‪ ،‬فلم‬
‫يعتدل جالسًا حتى سجد‪ :‬يستغفر هللا وال يعود‪.‬‬
‫وذكر ابن المواز عن ابن القاسم مثله‪ ،‬وهو قول أبى حنيفة‪،‬‬
‫ومحمد‪.‬‬
‫‪2.‬‬‫إكمال المعلم شرح صحيح مسلم ‪ -‬للقاضي عياض‪ :‬العالمة القاضي أبو الفضل‬
‫عياض اليحصبي‬
‫تيس‪FFF‬ر معك من الق‪FFF‬ران ‪ ،‬ثم‬ ‫(إذا قمت إلى الص‪FFF‬الة فكبِّر ثم اق‪FFF‬رأ ما َّ‬
‫اركع حتى تطمئن راكعا‬
‫لما الح‪FF‬ديث] (‪ ، )1‬ق‪FF‬ال اإلم‪FF‬ام ‪ [ :‬قوله ‪( :‬اق‪FF‬رأ ما تيسر معك من‬
‫القران)] (‪ )2‬تعلق به أصحاب أبى حنيف َة في أن القران (‪ )3‬ال يتعيَّن‬
‫‪ ،‬وال تجب ق‪FF‬راءة أم الق‪FF‬راَن بعينها ؛ ألنه ( ص‪FF‬لى هللا عليه وس‪FF‬لم )‬
‫أحاله على ما تيسر ‪ ،‬وظاهر هذا إسقاط تعيين أقراءة] (‪ )4‬أم القران‬
‫‪ ،‬ومن أوجب قراءتها ي‪FF‬رى ه‪FF‬ذه اإلحالة إنما وقعت على ما زاد على‬
‫أ َم القرآن ‪ ،‬فإن ذلك ال يتعين إجماعًا ‪ ،‬ويُس ‪َ F‬تدل على ذلك باألح‪FF‬اديث‬
‫الدالة على وجوب قراء ِة أم القرآن ‪.‬‬
‫قال القاضى ‪ :‬احتج أئمتنا والشافعى بقوله هذا ‪ :‬أن تكب‪FF‬يرة اإلح‪FF‬رام‬
‫من الص‪FF‬الة‪ )5( F‬خال ًفا للك‪FF‬رخى فى قوله ‪ :‬ليس من الص‪FF‬الة (‪، )6‬‬
‫وجعل‪FF‬وا قوله ‪ -‬عليه الس‪FF‬الم ‪ : -‬اال ص‪FF‬الة لمن لم يق‪FF‬رأ ب‪FF‬أم الق‪FF‬راَن)‬
‫تفسير لمجمل قوله ‪( :‬اق‪FF‬رأ بما تيسر معك من الق‪FF‬رآن) ‪ ،‬وقد ذكر أبو‬

‫‪15‬‬
‫ وبما‬، ‫رآن‬FF‫ (فكبر ثم اقرأ بأم الق‬: ‫داود في بعض روايات هذا الحديث‬
. ‫) فرفع ا إلشكال‬7( )‫شاء هللا أن تقرأه‬
‫ال مثله في‬FFF‫تى تطمئن راكعا) وق‬FFF‫ (ثم اركع ح‬: ‫ وقوله‬: ‫ام‬FFF‫ال اإلم‬FFF‫ق‬
‫ نفى إيجاب الطمأنينة تعل ًقا‬: ‫ أحدهما‬، ‫ فعندنا قوالن في ذلك‬، ‫السجود‬
)8( }F‫ { ارْ َكعُوا َواسْ ُج ُدوا‬: ‫بقوله‬

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim, karena hal ini di syariatkan oleh
Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak
menjadi mesalah karena di dalam al-qur’an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan

16
secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah
melaksanakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan
mengenai parektek shalat semua pendapat bias dikatakan benar karena masing-
masing memiliki dasar dan pendapatnya masing-masing dan tentunya berdasarkan
ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang diberikan kepada kaum muslimin tentunya
memiliki faidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang
lainnya yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
B. Saran
Dari makalah yang kami susun banyaklah kesalahan dan kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah
tempatnya salah dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Khairunn Rajab, 2011, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Sayyid sabiq, 2006, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Sunarto, Ahmad. 1999, Fathul Qorib. Surabaya: Al-Hidayah.
Thohir Syamsuddin, Anas. 1983, Kifayatul Ahyar, Surabaya: PT. Bina ilmu.

17

Anda mungkin juga menyukai