Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“SHOLAT”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“FIQIH IBADAH”

Dosen Pengampu: Lutfi Zaimuddin.,M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok B

1. Astari Rukmana 2001080005

2. Resi Suhendri 2001080018

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


TAHUN AJARAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniannya kita dapat menyelesaikan Makalah Fiqih Ibadah, yang
berjudul “Sholat”. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini karena keterbatasan kemampuan kami yang
masih kurangnya ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Metro,…………Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
A. Pengertian Shalat....................................................................... 3
B. Dasar Hukum............................................................................. 4
C. Tujuan Shalat............................................................................. 4
D. Kedudukan Shalat...................................................................... 5
E. Syarat Sah dan Rukun Sholat..................................................... 6
F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat.............................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................. 9


Kesimpulan ........................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan
Tuhannya. Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah akan terasa, pengabdian
kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu juga penyeraha segala urusaan kepada-Nya.
Shalat juga mengantar seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan keselamatan
dari-Nya.
Shalat adalah perilaku ihsan hamba terhadap Tuhannya. Ihsan shalat adalah
menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati sehingga pikiran, penghayatan
dan anggota badan menjadi satu, tertuju kepada Allah.
Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam, dalam waktu yang telah
ditentukan merupakan fardhu ain. Shalat fardu dengan ketetapan waktu
pelaksanaannya dalam Al-Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin yang
tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkannya. Aktivitas ini tidak boleh
dikerjakan dengan ketentuan diluar syarat. Dalam shalat seorang muslim berikrar
kepada Allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matinya hanya bagi
Tuhan semata.
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah ibadah pertama
yang di wajibkan oleh Allah ta’ala yang perintahnya disampaikan Allah. Shalat
merupakan inti pokok ajaran agama dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka
hilanglah agama secara keseluruhannya.
Telah di ketahui bahwa sumber hukum Islam, baik Alqur’an maupun hadits
berbahasa Arab. Oleh karena itu istilah-istilah hukum dalam agama Islam, juga
berasal atau menggunakan bahasa arab. “Shalat” adalah salah satu diantaranya.
Dalam bahasa Arab kata “shalat” digunakan dalam berbagai arti. Diantaranya
digunakan untuk arti “do’a” seperti firman Allah yang terdapatdalam Alqur’an Surat
(9) At-Taubat, ayat 103, digunakan untuk arti “rahmat” dan untuk arti “mohon
ampunan” seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Azhab, ayat 43 dan
56. 1

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah yang saya adalah berkaitan dengan judul
SHOLAT adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan shalat?
2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Apakah tujuan shalat?
4. Bagaimana kedudukan shalat?
5. Apa sajakah syarat dan rukun shalat?
6. Apa saja yang menbatalkan shalat?

1
Pdf_Sholat_Fiqih Ibadah, diakses tanggal 26 februari 2021.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SHOLAT
Sholat menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti, diantaranya doa
dan rahmat. Selanjutnya menurut istilah sholat ialah ibadah yang dimulai dari
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala dan di
sudahi dengan salam. Dalam kitab Fadhul Muin dijelaskan bahwa sholat adalah
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang di awali oleh takbirotul dan diahkiri
dengan salam dengan syarat tertentu.
Sholat adalah rukun islam yang ke-2 setelah syahadat. Ia merupakan ibadah
yang sangat penting dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain. Dalam persoalan
ini banyak hadis-hadis Nabi saw yang menyebut keutamaan ibadah sholat, yang
artinya:
“ Pokok urusan islam, sedangkan tiangnya ialah sholat dan puncaknya adalah
berjuang di jalan Allah. Kemudian, sholat adalah amalan hamba yang pertama-tama
dihisab dan merupakan kunci untuk diterima atau ditolaknya amalan-amalan
lainnya. Sabda Rasulullah saw yang disampaikan Abdullah bin Qurth r.a.”
Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan
bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan
dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam,
dengan syarat tertentu.2 Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang
meliputi ucapan dan peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri
dengan salam (taslim).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan
syaratsyarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan
diakhiri dengan salam. Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya,
dan shalat merupakan menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah
SWT. Dari sini maka, shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam

2
Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in ,(Surabaya: Al-Hidayah, 1996), hlm. 47.

3
menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan
hidupnya.3

B. DASAR HUKUM SHALAT


Shalat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegaskan oleh
setiap muslim yang sudah akil baliqh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam
keadaan sehat maupun sakit. Dasar kewajiban shalat ini adalah Al-Qur’an dan hadis.
“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orang yang ruku “
(Al-Baqarah : 43)
“ Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khatab, semoga Allah meridhai
merek berdua, ia berkata : Aku pernah mendngar Rasulullah saw. Bersabda : Islam,
didirikan diatas 5 dasar, yaitu memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan haji ke baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.” “(HR. Imam
Bukhari dan Muslim)

C. TUJUAN SHALAT
Adapun tujuan shalat yaitu:
1. Untuk mengingat Allah.
Sebagiman firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 41, Thaha ayat 14 dan Al-
ahzab ayat 41.
2. Untuk mencegah manusia dari perbuatan tercela.
“ Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar. Dan, sesungguhnya menginggat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). dan Allah akan mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut{29}:45)

3
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2009), hlm 145

4
3. Sebagai kafarat atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Nabi saw menegaskan bahwa shalat merupakan kafarat (penebus dosa-dosa yang
telah diperbuat dimasa lalu:
“ sesungguhnya shalat yang lima waktu itu merupakan kifarat (penebus dosa-
dosa) yang dilakukan dengan shalat yang satu engan shalat lainnya, kecuali atas
dosa-dosa besar,”(HR. Muslim)
4. Cara untuk mengadu kepada Allah
“ jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk.” (QS. Al-
Baqarah {2}:45)
5. Tata cara mengingat Allah secara khusus.
“ ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”(QS. Thaha:
132)
6. Untuk diperintahkan kepada keluarga.
“ dan perintahkanlah kepadamu untuk mendirikan shalat dan sabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak memint rezeki kepadamu, kamilah yang
memberi rezeki kepadamu, dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang
bertaqwa,” (QS. Thaha: 132)

D. Kedudukan Shalat
Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu fardhu yang dituntut
hamba setelah iman. Shalat itu pendahuluan fardu dari semua ibadah. Sementara
manusia melupakan dan malas dalam melakukannya.
Salah satu hadis yang menunnjukan kedudukan salat yaitu:
Warta diiriwayatkan dari Ummu Farwah wanita Ansor ikut membaiat Nabi ia
berkata: “ Nabi saw perbuatan\amal yang paling utam”.
Nabi berkata : “yaitu shalat diawal waktunya”
Selain itu shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat menentu, yaitu
menentukan diterima atau tidaknya amal manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah
hadis:

5
“ Sesungguhnya amal manusia yang paling yang paling pertama kali dihisab
(diperiksa) pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya diterima, maka
diterima pula amalnya yang lain. dan jika shalatnya ditolak, maka ditolak pula
amalnya yang lain.” (HR Thabrani)
Shalat mulai diwajibkan pada saat Nabi Muhammad saw. melaksanakan isra
mi’raj, yaitu satu tahun sebelum beliau hijrah ke Madinah. Pada mulanya shalat
diwajibkan sebanyak 50 kali dalam sehari semalam. Akan tetapi atas saran Nabi
Musa as., beliau memohon keringanan kepada Allah sehingga shalat menjadi 5 kali
sehari semalam.4

E. SYARAT SAH DAN RUKUN SHOLAT


1. Syarat Sah Sholat
Adapun syarat sah sholat sebagai berikut:
a. Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun besar.
b. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis
c. Menutup aurat. Aurat laki-laki antar pusar sampai litut dan aurat perempuan
adalah seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
d. Telah masuk waktu shalat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk
waktu shalat atau telah habis waktunya .5
2. Rukun Sholat
Rukun shalat biasa juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan
rukun shalat adalah bahwa syarat merupakan sesuatu yang harus ada pada suatu
pekerjaan amal ibadah itu dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau fardu
adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan/amal ibadah pada waktu
pelaksanaan suatu pekerjaan atau amal ibadah tersebut.

Rukun Shalat ada 13 yaitu:


4
https://www.slideshare.net/fitribersahabat/makalah-shalat-28870442, diakses tanggal 28 februari
2021.
5
Kementrian Agama, Buku siswa/Kementerian Agama, (Jakarta: Kementerian Agama, 2015), hlm.17.

6
a. Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah SWT
b. .Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbirotul Ihram.
d. Membaca Surah Al-fatihah.
e. Ruku‟ dan Thuma‟ninah
f. I‟tidal dengan Thum‟ninah.
g. Sujud dua kali dengan thuma‟ninah.
h. Duduk diantara dua sujud dengan thum‟ninah.
i. Duduk yang terakhir.
j. Membaca Tasyahud pada waktu duduk akhir.
k. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah
membaca tasyahud.
l. Mengucapkan Salam.
m. Thuma‟ninah pada setiap gerakan.
n. Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah shalat harus berurutan dari
rukun yang pertama sampai yang terakhir6

F. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT


Hal-hal yang membatalkan sholat adalah sebagai berikut:
1. Berbicara dengan sengaja.
Berbicara dengan sengaja yang bukan ucapan yang telah ditentukan dalam
shalat, maka membatalkan shalat.
2. Makan dan minum dengan sengaja.
Dalam kitab fiqih sunnah oleh Sabiq telah dijelaskan oleh Ibnu Munzir bahwa
para ahli sepakat barang siapa yang makan dan minum dengan sengaja dalam
shalat baik fardu maupun shalat sunnat, maka shalatnya batal dan wajib
mengulanginya.

3. Bergerak banyak dengan sengaja.

6
Ibid ,hlm 19

7
Para sahabat bahwa bergerak banyak dan terus menerus membatalkan shalat.
4. Sengaja meninggalkan syarat atau rukun atau syarat tanpa uzur.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa
Nabi saw bersabda kepada seorang badui yang tidak menyempurnakan
shalatnya.
5. Tertawa
Menurut ijma’ shalat itu batal karena tertawa. Hal ini dijelaskan oleh Nawawi
bahwa pendapat ini dimasukkan jika tertawa itu sampai keluar dengan jelas
dua buah huruf. Demikian, dikemukakan oleh Sabiq.7

BAB III

7
Hafsah, Pembelajaran Fiqh,(Bandung:Citapustaka Media Perintis,2016), hlm 122-124

8
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas maka dapat disimpulkan, shalat merupakan rukun
islam yang ke-2 setelah syahadat. Dasar kewajiban shalat ini adalah Al-Qur’an dan
hadis.shalat juga memiliki tujuan yaitu: untuk mengingat Allah, mencegah manusia
dari perbuatan keji dan mungkar, sebagai kafarat(penghapus dosa) yang telah
dilakukan, cara untuk mengadu kepada Allah, tata cara untuk mengingat Allah, untuk
diperintahkan kepada hambanya. Shalat mempunyai kedudukan sangat penting yaitu
fardhu. Shalat merupakan ibadah yang sangat penting dibandingkan dengan ibadah-
ibadah yang lain. Oleh karena itu shalat memiliki syarat sah dan rukun. Syarat sah
solat adalah sebagai berikut: suci dari hadats, suci badan, pakaian dan tempat shalat
dari najis, menutup aurat, dan telah masuk waktu shalat. Rukun Shalat ada 13 yaitu:
niat, berdiri bagi yang mampu, takbirotul Ihram, membaca Surah Al-fatihah, ruku‟
dan Thuma‟ninah, i‟tidal dengan Thum‟ninah, sujud dua kali dengan thuma‟ninah,
duduk diantara dua sujud dengan thum‟ninah, duduk yang terakhir, membaca
Tasyahud pada waktu duduk akhir, membaca Shalawat, mengucapkan Salam, tertib,
Hal-hal yang membatalkan sholat adalah sebagai berikut: berbicara dengan sengaja,
makan dan minum dengan sengaja, mergerak banyak dengan sengaja, mengaja
meninggalkan syarat atau rukun atau syarat tanpa uzur dan tertawa.

DAFTAR PUSTAKA

9
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
Jakarta: Amzah, 2009.

Hafsah, Pembelajaran Fiqh, Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2016.

https://www.slideshare.net/fitribersahabat/makalah-shalat-28870442, diakses tanggal


28 februari 2021

Kementrian Agama, Buku siswa/Kementerian Agama, Jakarta: Kementerian Agama,


2015.

Pdf_Sholat_Fiqih Ibadah, diakses tanggal 26 februari 2021.

Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in , Surabaya: Al-Hidayah,


1996.
.

10

Anda mungkin juga menyukai