Anda di halaman 1dari 13

ALIRAN MATURIDIYAH

Dosen Pengampu : Iwan Setiya Budi, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 10/B/P.MTK

1. Indrawan Al Ikhsan (1711050055)

2. Prakasa Ibnu Waskita (1711050092)

HALAMAN JUDUL

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa sukur Al hamdulillah kehadirat Allah SWT yang

maha tinggi. Dan berkat karunianyalah kami bisa mengerjakan tugas ini.

Dan kami haturkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi kita

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang -orang yang mengikuti jejak

mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Kami dari kelompok 10 bersyukur dikasih tugas makalah ini karna atas

dasar makalah aliran maturidiyah inilah kami bisa mengetahui dan memahaminya.

Dan di dalam makalah ini kami akan membahas tentang ALIRAN

MATURIDIYAH dan alhamdulillah makalah kami ini bisa menjadi pelajaran

dan selesai pada tepat waktu sesuai dengan apa yang diharapkan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Masalah ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

2.1 Sejarah Lahirnya Maturidiyah ..................................................................... 2

2.2 Pendiri dan Tokoh-tokoh Maturidiyah........................................................ 3

2.3 Ajaran-ajaran Pokok Maturidiyah ............................................................... 4

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa misi dari Nabi Muhammad SAW
mengajarkan agama Islam sesuai apa yang beliau terima berupa wahyu yang
diwujudkan dalam bentuk Al-Quran memang pada waktu Nabi masih hidup
belum muncul aliran-aliran dalam Islam karena setiap ada permasalahan mengenai
Islam atau yang lainnya beliau sebagai rujukan. Namun, setelah Nabi meninggal,
maka mulailah muncul aliran-aliran dalam Islam terutama pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Dengan munculnya aliran-aliran Islam tersebut, maka tidak mengherankan


lagi diantara mereka saling berbeda pendapat, terutama dalam menafsiri ayat-ayat
Al-Quran. Karena kita tahu bahwa dalam ayat-ayat Al-Quran masih banyak
terdapat ayat yang masih bersifat mujmal atau umum, sehingga perlu adanya
penafsiran terutama ayat-ayat yang berhubungan dengan teologi Islam.

1.2 Masalah

Dari sini kami akan mencoba membahas tentang salah satu aliran yang
muncul dalam teologi Islam, yaitu aliran Maturidiyah tentunya dengan
keterbatasan pemahaman kami.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Lahirnya Maturidiyah

Rupanya pertentangan faham antara Mutazilah/Qodariyah yang rasionalis


liberal dengan Ahlul Hadits yang tekstualis orthodoks bersama Jabariyah yang
fatalis, membawa pengaruh yang besar di dunia Islam. Tetapi barangkali kalau
tidak karena Mutazilah, maka tidak akan demikian besar reaksi yang ditimbulkan
karenanya.

Reaksi terhadap Mutazilah lahir di tiga daerah Islam yang cukup berjauhan
dan dalam masa yang hampir bersamaan.

Di Irak (Bashrah), Al-Asyari (260-324 H) yang membentuk aliran


Asyariyah. Di Mesir, At-Tahtawi (w. 321 H) dan di Iran (Samarkand) Al-
Maturidi (238-352 H). Mereka secara sendiri-sendiri di daerahnya masing-masing,
bersama-sama melawan Mutazilah.

Manifestasi daripada perlawanan itu tidak sama persis satu dengan yang
lain, karena kondisi daerahnya masing-masing, tetapi bagaimanapun antara
ketiganya mempunyai banyak persamaan.

Sebenarnya kalau disebut perlawanan kurang begitu tepat, sebab apa yang
dilakukan mereka bermaksud untuk memberi pegangan ummat dalam situasi
perbedaan pendapat diantara kaum muslimin. Mereka tidak mendukung salah
satualiran yang ada, sebab ada hal-hal yang disetujui dan ada pula sebagian yang
perlu ditolak.

2
2.2 Pendiri dan Tokoh-tokoh Maturidiyah

Pendiri Maturidiyah adalah Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin


Mahmud Al-Maturidi, sering pula disebut Abu Mansur. Lahir di kota kecil
Maturidi, daerah Samarkand (Soviet sekarang) pada 238/853 M dan meninggal
di Samarkand pula pada 333 H. Tidak banyak yang kita ketahui tentang riwayat
hidupnya, tetapi yang jelas ia adalah penganut madzhab Hanafi.

Abu Mansur menerima pendidikan yang baik dalam berbagai bidang ilmu
ke-Islaman di bawah empat orang guru yang terkenal pada waktu itu, Syekh Abu
Baker Ahmad, Abu Nasr Ahmad bin Abbas yang dikenal sebagai Al-Faqih As-
Samarkandi, Nusair bin Yahya Al-Balkhi (w. 268) dan Muhammad bin Muqotil
Al-Rozi (w. 248) yang dikenal sebagai Qodli Al-Roy. Semua mereka itu
bermadzhab hanafi. Oleh sebab itu tidak heran apabila Abu Mansur pun
bermadzhab Hanafi.

Kita tidak begitu banyak mengetahui hasil-hasil pemikirannya karena buku-


buku karangannya masih dalam bentuk tulisan tangan dan belum dicetak. Seperti
kitabnya : Kitab At-Taukhid, Kitab Tawil Al-Quran, Risalah Fil-Aqoid dan
Syarah Al-Fiqh Al-Akbar.

Tokoh penting Maturidiyah adalah Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi


(421-493 H), neneknya adalah murid Al-Maturidi dan Al-Bazdawi memperoleh
ajaran-ajaran Maturidiyah daripadanya. Al-Bazdawilah yang membawa ajaran
Maturidiyah ke Bukhoro, yang memperoleh banyak pengikut sehingga menjadi
Maturidiyah aliran/cabang Bukhoro, dimana pendapat-pendapatnya mendekati
kepada faham Asyariyah. Sedang aliran-aliran asli (Samarkand) lebih dekat
kepada faham Mutazilah. Al-Bazdawi mengarang kitab : Ushuluddin, sedang
muridnya Najmuddin Muhammad Al-Nasafi (460-537 H) mengarang Al-Aqoid
Al-Nasafiyah.

Perngikut Al-Maturidi tidak selalu sefaham dengan gurunya, oleh sebab itu
ada dua aliran Maturidiyah, yaitu aliran Samarkand dan aliran Bukhoro. Letak

3
perbedaannya pada tingkat pengakuan akal sebagai instrumen penafsiran
kebenaran. Aliran Samarkand dikenal lebih dekat dengan Mutazilah dalam
beberapa pemikirannya, seperti penerimaannya At-Tawil terhadap ayat-ayat yang
memuat sifat-sifat antroposentris dari Tuhan. Sementara aliran Bukhoro dalam hal
ini lebih dekat dengan metodologi berfikirnya Asyariyah.

2.3 Ajaran-ajaran Pokok Maturidiyah

Al-Maturidi di dalam memberi pegangan kepada ummat, selalu berusaha


untuk mengambil jalan tengah dari beberapa aliran teologi yang bertentangan.

Beberapa ajaran pokok Maturidiyah antara lain membahas :

1. Masalah akal dan wahyu.


2. Perbuatan manusia
3. Kehendak dan kekuasaan Tuhan.
4. Masalah keadilan Tuhan.

1. Masalah akal dan wahyu

Dalam hal kemampuan akal manusia, Al-Maturidi berpendapat bahwa akal dapat.

1. Mengetahui adanya Tuhan


2. Kewajiban mengetahui Tuhan.
3. Mengetahui baik dan jahat/buruk.

Demikianlah pendapat Al-Maturidi dan para pengikutnya di Samarkand.


Bahwa akal dapat mengetahui wujudnya Tuhan. Demikian pula kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui oleh seseorang yang sudah matang
akalnya, kematangan akal tidak ditentukan oleh umur. Bahwa apa yang baik
dan jahat pun dapat diketahui akal dan pikiran.

4
Adapun kewajiban untuk megerjakan yang baik dan meninggalkan yang
jahat, akal tidak mampu mengetahuinya. Hal ini hanya dapat dketahui oleh
wahyu. Aliran Samarkand ini tampak sekali mendekati Mutazilah, karena
mengakui kemampuan yang besar terhadap akal.

Sedang aliran Bukhoro berpendapat bahwa akal manusia hanya mampu


untuk mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan jahat. Adapun kewajiban,
baik kewajiban mengetahui Tuhan maupun mengetahui kewajiban melakukan
yang baik dan meninggalkan yang jahat, akal manusia tidak mampu
mengetahui.

Menurut aliran Bukhoro, akal tidak mampu mengetahui kewajiban.


Masalah kewajiban hanya dapat diketahui dengan pertolongan wahyu. Oleh
sebab itu sebelum datangnya para Rasul/wahyu, kita tidak berkewajiban
percaya kepada Tuhan dan bukan merupakan suatu dosa. Dengan demikian
aliran Bukhoro ini mendekati pendapat Asyariyah, karena memandang lemah
kemampuan akal manusia dan memandang wahyu mempunyai kemampuan
dan fungsi yang lebih tinggi.

Dengan demikian wahyu bagi aliran Samarkand berfungsi menunjukkan


adanya kewajiban untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
Tetapi bagi aliran Bukhoro disamping menunjukkan kewajiban seperti di atas,
juga kewajiban untuk mengetahui Tuhan. Dengan perkataan lain wahyu
berfungsi untuk menunjukkan tentang kewajiban-kewajiban bagi manusia.

2. Perbuatan manusia

Apakah manusia mampu dan bebas mengadakan pilihan berdasarkan


kemampuan sendiri melakukan perbuatan (free will dan free act), ataukah
manusia tidak mampu memilih, apalagi melakukan perbuatan, sebagaimana

5
faham Jabariyah, sehingga hanya melakukan saja apa yang telah ditentukan
terlebih dahulu oleh Tuhan (predestination).

Dalam hal ini Al-Maturidi berpendapat, bahwa perbuatan manusia adalah


juga ciptaan Tuhan. Al-Maturidi sebagai pengikut Abu Hanifah menyebut
dua perbuatan, yaitu : perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan. Perbuatan
Tuhan adalah dalam bentuk penciptaan daya pada diri manusia, sedang
pemakaian daya itu ada pada manusia. Dengan kata lain, perbuatan Tuhan
berarti majazi, sedang hakikatnya adalah perbuatan manusia. Menurut
Maturidi, daya itu dicipta Tuhan bersama-sama dengan perbuatan manusia,
bukan sebelum perbuatan manusia sebagai faham Mutazilah.

Aliran Bukhoro berpendapat bahwa manusia hanyalah merealisir


perbuatan Tuhan, perbuatan manusia hakikatnya adalah perbuatan Tuhan,
sedang perbuatan manusia hanyalah dalam pengertian majazi saja. Untuk ini
lantas mengajukan dua konsep, yakni masyiah dan ridlo. Masyiah adalah
kemauan/kehendak, yang bentuknya berupa berbagai pilihan perbuatan, yang
baik dan yang jahat. Manusia bebas memilih perbuatan mana yang akan
dikerjakan, apabila ia kerjakan yang baik, ini sesuai dengan kehendak Tuhan
dan diridhoi Tuhan. Apabila ia memilih dan mengerjakan yang jahat, ini juga
sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi tidak diridhoi Tuhan. Jadi Tuhan itu
adil, demikianlah yang dikehendaki Maturidiyah dengan konsep ini.

3. Kehendak dan kekuasaan Tuhan

Masalah ini erat hubungannya dengan persoalan kemampuan akal dan


kebebasan manusia dalam melakukan perbuatan.

Maturidiyah Bukhoro berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan


mutlak. Al-Bazdawi menjelaskan bahwa memang Tuhan berbuat apa yang
dikhendaki serta menentukan segala sesuatu dengan menurut kemauan dan

6
kehendak-Nya sendiri. Tidak ada yang dapat menentang, menghalangi
ataupun memaksa Tuhan, tidak ada larangan bagi Tuhan, demikian pula tidak
kewajiban. Dengan ini aliran ini sefaham dengan Asyariyah.

Adapun Maturidiyah Samarkand, memberikan batasan sebagai berikut :

1. Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan adalah pada manusia.


2. Bahwa apabila Tuhan menjatuhkan hukuman, bukan berarti sewenang-
wenang, tapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia di dalam
menggunakan daya yang telah diciptakan Tuhan dalam dirinya, terserah
kepada manusia, apakah akan melakukan perbuatan yang baik ataukah
yang jahat. Untuk itu Maturidiyah Samarkand mangajukan konsep
masyiah dan ridho sebagaimana diterangkan sebelumnya.
3. Keadaan hukuman-hukuman Tuhan baik pahala ataupun siksa
sebagaimana kata Al-Bayadi tidak boleh tidak mesti terjadi. Adapun
mengenai aturan siksa atau pahala adalah ditentukan Tuhan dengan
pengetahuan dan kemauan-Nya sendiri.

Dari uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Samarkand lebih


mendekati kalau tidak dikatakan sama dengan faham Mutazilah.

4. Masalah keadilan Tuhan

Faham kekuasaan mutlak pada Tuhan, menimbulkan bantahan dan


sanggahan, karena membayangkan suatu pengertian bahwa Tuhan pada suatu
ketika akan berbuat tidak adil. Akan tetapi faham keadilan Tuhan bisa pula
menimbulkan pengertian bahwa Tuhan adalah tidak berkuasa mutlak, karena
kekuasaan-Nya akan dibatasi oleh keadilan-Nya.

Dalam hal ini Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa perbuatan


manusia adalah perbuatannya sendiri dalam arti yang sebenarnya, karena

7
manusia menurut pandangannya adalah bebas di dalam kemauan dan berbuat
(free will dan free act). Dengan demikian bagi Maturidiyah Samarkand tiak
begitu sukar memahami masalah keadilan. Sebagaimana diketahui bahwa
keadilan menurut Mutazilah adalah erat hubungannya dengan hak, dimana
Tuhan akan memberi kepada seseorang akan haknya. Keadilan Tuhan berarti
Tuhan berkewajiban membuat apa yang yang baik dan terbaik bagi manusia,
termasuk di dalamnya memberi daya pada manusia untuk berbuat.

Bagi Maturidiyah Bukhoro, berpendapat bahwa perbuatan menusia pada


hakikatnya adalah perbuatan Tuhan. Pendapat ini akan cenderung berakibat
bahwa Tuhan tidak adil atau dengan kata lain Tuhan adalah dhalim. Untuk
menghindari kecaman ini mereka berpendapat bahwa Tuhan yang berkuasa
mutlak berbuat sekehendak hatinya dan penciptaannya tidak mesti harus
mengandung hikmah. Alam yang diciptakan ini bukan untuk kepentingan
manusia. Selanjutnya mereka mengajukan konsepsi masyiah dan ridho,
dimana manusia bebas berbuat menurut pilihan dan kemauannya. Apabila ia
memilih dan mengerjakan yang baik, maka adalah sesuai serta mendapat
ridho dari Tuhan, sebaliknya apabila ia memilih dan mengerjakan yang
buruk/jahat maka tidak dikehendaki dan tidak akan mendapat ridho dari
Tuhan.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat pemakalah simpulkan sebagai berikut :

1. Aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansur


Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi, yang lahir di
Samarkand pertengahan kedua dari abad kesembilan masehi dan
meninggal di tahun Guum.
2. Aliran Maturidiyah berintikan pada pemikiran Abu Hanifah dan
merupakan pengurainya yang sangat bebas.
3. Dalam perkembangannya aliran Maturidiyah terbagi menjadi dua
golongan yaitu :

1. Golongan Samarkand yang cenderung dekat dengan faham-faham


Mutazilah.
2. Golongan Bukhoro (pengikut Al-Bazdawi) yang cenderung dekat
dengan faham Asyariyah.
4. Ajaran pokok Maturidiyah antara lain membahas tentang :

1. Masalah akal dan wahyu.


2. Perbuatan manusia.
3. Kehendak dan kekusaan tuhan.
4. Masalah keadilan Tuhan.

9
DAFTAR PUSTAKA

A. Hanasfi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta : Bulan Bintang, 1985.

Ishak, Muslim, Sejarah dan Perkembangan Theologi Islam, Semarang : Duta


Grafika, 1988.

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta : Universitas Indonesia Press,

10

Anda mungkin juga menyukai