DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
FAKULTAS SYARIAH
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang
telah melimpahkan Rahmat serta InayahNya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan
makalah Ulumul Hadits dan tak lupa kami ucapakan terima kasih kepada teman-teman yang
ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.sarana penunjang makalah ini kami susun
berdasarkan referensi yang bermacam-macam.Hal ini dengan tujuan untuk membantu para
mahasiswa untuk mengetahui,memahami bahkan menerapkannya.
Adapun makalah ini kami susun dengan tujuan: Pertama, mempermudah mahasiswa
untuk menyampaikan materi yang ada. Kedua, mempermudah mahasiswa untuk belajar.
Ketiga, dapat memperlancar proses belajar dan mengajar,sehingga mahasiswa menjadi aktif.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan.oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di harapkan.
Akhirul kalam,semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para
mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di Kampus.Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 4
A.LATAR BELAKANG................................................................... ................................................ 4
B.RUMUSAN MASALAH................................................................... ............................................ 4
C.TUJUAN PENULISAN ……….................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 5
1.SEJARAH ILMU HADITS......................................................... .................................................. 5
2.PENGERTIAN ILMU HADITS..................................................... .............................................. 6
3.PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN HADITS RIWAYAH................................................... 7
1. HADITS RIWAYAH BI-LAFDZI ............................................................................... 8
2. HADITS RIWAYAH BIL MA'NA ..............................................................................10
4.PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN ILMU DIRAYAH……….. ........................................ 12
BAB III PENUTUP...............................................................................................................16
A.KESIMPULAN................................................................................. ........................................... 16
B. SARAN........................................................................................... ............................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alquran sebagai kalâm Allah (firman Allah) mencakup segala aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya, sesama manusia dan alam
semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan manusia. Alquran
sebagai kitab suci umat Islam sangat kaya dengan pesan-pesan yang mengandung nilai-
nilai pendidikan.
Sedangkan Hadits bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW
dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan kehidupan umat manusia yang
benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua alam, termasuk manusia dalam
mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi
keselamatan dalam kehidupannya. Kedudukan al-Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran
Islam sangat penting, karena di samping memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan
dalam Alquran, juga banyak memberikan dasar pemikiran yang lebih kongkret mengenai
penerapan berbagai aktivitas yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan
kehidupan umat manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah ilmu hadits ?
2. Apakah pengertian ilmu hadits ?
3. Apakah pengertian dan pembahasan ilmu hadits riwayah ?
4. Apakah pengertian ilmu pembahasan hadits dirayah ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah ilmu hadits
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu hadits
3. Untuk mengetahui pengertian dan pembahasan ilmu hadits riwayah
4. Untuk mengetahui pengertian dan pembahasan ilmu hadits dirayah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
riwayah hadis. Yakni, karena hadis pada masa Rasulullah SAW merupakan suatu
ilmu yang didengar dan didapatkan langsung dari beliau, maka setelah beliau wafat
hadis disampaikan oleh para sahabat kepada generasi berikutnya dengan penuh
semangat dan perhatian sesuai dengan daya hafal mereka masing-masing. Para
sahabat juga telah meletakkan pedoman periwayatan hadis untuk memastikan
keabsahan suatu hadis. Mereka juga berbicara tentang para rijal-nya, hal ini mereka
tempuh supaya dapat diketahui hadis makbul untuk diamalkan dan hadis yang mardud
untuk ditinggalkan. Dan dari sini muncullah mushthalah al-hadits (ilmu hadits)
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis. Secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Sedangkan hadis artinya
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan,
perbuatan, maupun persetujuan. Para ulama ahli hadis banyak yang memberikan
definisi ilmu hadis, di antaranya As-Suyuti, ilmu hadits adalah
ً مِنْ ﺣَيْﺚُ أَﺣْوَاﻝِ ﺭِﻭَاتِﻪِ ﺿَبْﻄًا ﻭَعَﺪَالَة. ﻡ. عِلْمٌ يُبْحَﺚُ فِيْﻪِ عَنْ كَيْﻔِيَةِ إِتِّصَاﻝِ اْلحَﺪِيْﺚِ بِﺮَسُوْﻝِ اللﻪِ ﺹ
َ ﻭَمِنْ ﺣَيْﺚُ كَيْﻔِيَّةِ الﺴَّنَﺪِ اِتِّصَاﻻً ﻭَانْﻘَﻄَا عًا ﻭَﻏَيْﺮِ ﺫلِﻚ.
1
Wakid Yusuf, ''sejarah ilmu hadits'' diakes dari
https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/03/25/sejarah-ilmu-hadits/, pada tanggal 16 september 2019
pukul 14.30
6
3. PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN HADITS RIWAYAH
Secara etimologis, kata riwayah terbentuk dari kata rawa-yarwi-
riwayatan ()ﺭﻭى – يﺮﻭي – ﺭﻭاية. Ia merupakan bentuk masdar, kata dasar yang
membentuk kata kerja rawa-yarwi tersebut. Yang berarti an-naql ()النﻘل, yaitu
pemindahan atau penukilan. Disebut demikian karena inti dari ilmu ini memang
pemindahan riwayat, penukilan riwayat, baik secara lisan maupun tulisan.
Secara terminologi Ilmu Hadits Riwayah ialah Ilmu pengetahuan yang
mempelajari hadits-hadits yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, tabi’at maupun tingkah lakunya Ibn al- Akfani,
sebagaimana dikutip oleh imam AL- Suyuthi, mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan ilmu Hadis Riwayah ialah:
َعِلْمُ اْلحَﺪِيْﺚِ اْلﺨَا ﺹُّ بِالﺮِّﻭَايَةِ عِلْمٌ يَﺸْتَﻤِلُ عَلَى نَﻘْلِ أَقْوَاﻝِ النَّبِﻲِّ ﺻَلَّى اللﻪُ عَلَيْﻪِ ﻭَسَلَّم
ﻭَأَفْعَالِﻪِ ﻭَﺭِﻭَايَتِهَا ﻭَﺿَبْتِهَا ﻭَتَحْﺮِيْﺮِ أْلﻔَاﻇِهَا
Ilmu hadits khusus yang berhubungan dengan riwayah adalah ilmu
pengetahuan yang mencakup perkataan perbuatan Nabi SAW, baik periwayatannya,
pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan lafaz lafaznya
Ilmu hadits riwayah ini sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup, yaitu
bersamaan dengan dimulainya periwayatan hadits itu sendiri. Para sahabat Nabi SAW
menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadits Nabi, mereka berupaya untuk
memperoleh hadits Nabi SAW dengan cara mendatangi majlis Rasul SAW serta
mendengar serta menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan beliau.
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadits (jakarta: PT Rajagrafindo, 2006), hlm. 25.
7
Penghimpunan Hadits secara resmi dilakukan pada masa pemerintah Khalifah
‘Umar Ibnu ‘Abd al-‘Aziz. Usaha tersebut di antaranya dipelopori oleh Abu Bakar
Muhammad Ibnu Syihab al-Zuhri. (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di
Hedzjaz (Hijaz) dan Syam (Suriah). Dalam sejarah perkembangan hadis, az-Zuhri
tercatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah
Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah Umar II (memerintah 99 H/717 M-102
H /720 M).
a. untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi
Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan
hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi,
atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
b. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi SAW
dan mana yang disandarkan kepada selain beliau.
c. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut kemulut atau dari satu tulisan ke
tulisan yang lain tanpa sanad.
d. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi SAW.
e. Agar dapat diperiksa sanad dan matan -nya sah atau tidaknya
8
. ( سﻤعت ﺭسوﻝ هللا ﺻلّى هللا عليﻪ ﻭسلّمSaya mendengar Rasulullah saw)
Contonya:
: سﻤعت ﺭسوﻝ هللا ﺻلّى هللا عليﻪ ﻭسلّم يﻘوﻝ:عن الﻤغيﺮة قاﻝ
ً ﻲ ُمت َ َع ِ ّﻤﺪا
َّ َعل َ َعلَى أ َ َﺣ ٍﺪ فَ َﻤ ْن َكذ
َ ب َ ﻲ لَي
ٍ ْس َك َك ِذ
َ ب َ ً ِإ َّن َكذِبا
َّ َعل
ِ َّفَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْﻘعَﺪَهُ ِمنَ الن
)اﺭ (ﺭﻭاه مﺴلم ﻭﻏيﺮه
(Saya mendengar Rasulullah saw) Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak
seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan
sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR.
Muslim dan lain-lainnya)
. ( ﺣﺪّثنى ﺭسوﻝ هللا ﺻلّى هللا عليﻪ ﻭسلّمMenceritakan kepadaku Rasulullah saw)
Contohnya:
( ﺭأيت ﺭسوﻝ هللا ﺻلّى هللا عليﻪ ﻭسلّمSaya melihat Rasulullah saw berbuat)
9
(Mengkhabarkan kepadaku Rasulullah saw)(Saya melihat Rasulullah saw berbuat)
Artinya: Dari Abbas bin Rabi’ ra., ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab
ra., mencium Hajar Aswad dan ia berkata: “Sesungguhnya benar-benar aku tahu
bahwa engkau itu sebuah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula)
memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, aku
(pun) tak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menukil atau meriwayatkan hadits secara makna ini hanya diperbolehkan ketikan
hadits-hadits belum terkodifikasi. Adapun hadits-hadits yang sudah terhimpun dan
dibukukan dalam kitab-kitab tertentu (seperti sekarang), tidak diperbolehkan
merubahnya dengan lafadz/matan yang lain meskipun maknanya tetap.
ِ ض ْالقُ ْر
آن َ س ْو َل هللاِ ا َ ْنكِحْ نِ ْي َها َولَ ْم َي ُك ْن َمعَهُ ِمنَ ْال َم ْه ِر
ِ غي َْر َب ْع ُ ارَ َي
ِ سلَّ َم ا َ ْن َكحْ ت ُ َك َها بِ َما َمعَكَ مِنَ ْالقُ ْر
آن َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ي ُّ ِفَقا َ َل لَهُ النَّب
ِ قَ ْد زَ َّوجْ ت ُ َك َها ِب َما َم َعكَ ِمنَ ْالقُ ْر, وفىرواية
آن
10
ِ ُ َملَ ْكت ُ َك َها بِ َما َمعَكَ ِمنَ ْالق, وفىرواية
)رآن (الحديث
Artinya: Ada seorang wanita datang menghadap Nabi saw, yang bermaksud menyerahkan
dirinya (untuk dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: Ya
Rasulullah, nikahkanlah wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut
tidak memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya selain dia hafal sebagian
ayat-ayat Al-Qur’an. Maka Nabi saw berkata kepada laki-laki tersebut: Aku
nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa
mengajarkan ayat Al-Qur’an.
Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut atas dasar mahar berupa
(mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an.
Aku jadikan wanita tersebut milik engkau dengan mahar berupa (mengajarkan)
ayat-ayat Al-Qur’an.
(Al-Hadits)
11
Jika hadits itu tidak mengenai masalah ibadah atau yang diibadati, umpamanya
hadits mengenai ilmu dan sebagainya, maka diperbolehkan dengan catatan:
Hanya pada periode sahabat
Bukan hadits yang sudah didewankan atau di bukukan
Tidak pada lafadz yang diibadati, umpamanya tentang lafadz tasyahud dan
qunut.
Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri-
daryan yang berarti pengetahuan. Maka seringkali kita mendengar Ilmu Hadits
Dirayah Disebut-sebut sebagai pengetahuan tentang ilmu Hadits atau pengantar
ilmu hadits.Menurut imam Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ”ilmu yang
mempelajari tentang hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-
macamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat
mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan
dengannya”.Disebut dengan juga ilmu Musthalahul Hadits – undang-undang
(kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima
dan menyampaikan al-Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya
12
Syarat-Syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan
diriwiyatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan, seperti melalui Sama
(pendengaran), Al- Qira’ah (pembacaan), Al-Washiah ( berwasiat), Al-Ijazah (
pemberian izin dari perawi)
Macam-Macam periwayatan ialah membicarakan sekitar bersambung dan
terputusnnya periwayatan dan lain-lain.
Hukum-Hukum periwayatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau ditolaknnya
suatu hadis.
Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan para perawi,
dan syarat-syarat mereka dalam menerima dan meriwatkan hadis.
Macam-Macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis-hadis yang dapat
dihimpun pada kitab-kitab tasauf,kitab tasnid, dan kitab mujam.
Obyek Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi dan marwinya.
Keadaan para perawinya, baik menyangkut peribadinya, seperti akhlak, tabi’at,
dan keadaan hafalannya, maupun yang menyangkut persambungan dan
terputusnnya sanad. Sedang keadaan marwi adalah dari sudut kesohihan,
kedhaifannya, dan dari sudut lain yang berkaitan dengan keadaan matan.3
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadits dan ilmu hadits dari masa
ke masa sejak masa Nabi SAW sampai sekarang.
2. Mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadits.
3. Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasikan hadits lebih lanjut.
4. Mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan kriteria-kriteria hadits sebagai
pedoman dalam menentukan suatu hukum syara’.
5. untuk menetapkan maqbul (dapat diterima) atau mardudnya (tertolaknya)
suatu hadits dan selanjutnya untuk diamalkannya yang maqbul dan
ditinggalnya yang mardud.
Berikut adalah ilmu ilmu yang bermunculan dari Ilmu Hadits Dirayah
3
Ibid, hlm. 27
13
1. Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil
Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka tercela atau
bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah buah ilmu tersebut dan
merupakan bagian terbesarnya.
Misalnya sabda rasulullah SAW, “tiada penyakit menular ” dan sabdanya dalam hadits lain
berbunyi, “Larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu lari singa”. Kedua hadits tersebut
sama-sama shahih. Lalu diterapkanlah jalan tengah bahwa sesungguhnya penyakit tersebut
tidak menular dengan sendirinya. Akan tetapi allah SWT menjadikan pergaulan orang yang
sakit dengan yang sehat sebagai sebab penularan penyakit.
Di antara ulama yang menulis tentang ilmu mukhtalaf al-hadits adalah imam syafi’I (204 H),
Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya al-Saji (307 H) dan Ibnu al-Jauzi (598
H).
14
hukum syar’i sementara ia tidak mengenal dan menguasai ilmu tentang nasikh
mansukh.
Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurahman
bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H).
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam ilmu hadis, ada dua cabang utama ilmu hadis. Yaitu ilmu riwayah dan ilmu
dirayah. Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk
mengetahui dirayah hadis, baik dari segi historisitas (kualitas sanad) maupun segi
pemahaman, sangat diperlukan pengetahuan tentang ilmu riwayah. Tanpa adanya
ilmu riwayah, dirayah akan terputus dari konteks historisnya. Baik, histori
kemunculannya pada masa Nabi (sababul wurud), maupun histori
periwayatannya (sababul irad).
Sebaliknya, kajian ilmu riwayah saja tanpa disertai dengan pengetahuan tentang
dirayahnya, akan menjadi kering dan tidak sempurna manfaatnya. Ini karena tujuan
utama praktik periwayatan adalah bukan sekedar pengutipan, penyampaian, atau
konservasi, melainkan juga pemaknaan, pemahaman dan pengamalan hadis. Dari
situlah kemudian ilmu hadis riwayah dan dirayah adalah bak dua sisi mata uang,
berbeda namun tak terpisahkan.
B. SARAN
Semoga pembuatan makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca
mengenai ilmu hadits. Pemakalh berharap ilmu hadits dapat lebih dipelajari lagi karena ilmu
hadits ini sangat erat kaitannya dengan masalah masalah yang terjadi di kehidupan kita sehari
hari. Dengan mengetahui hadits yang sahih maka akan dapat menjadi panduan kita dalam
memperbaiki diri menjadi manusia yang beragama islam secara sempurna. Apabila terdapat
kesalahan dan kekeliruan dari isi makalah ini pemakalah mohon maaf. Wassalam.
16
DAFTAR PUSTAKA
17