Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS SANAD


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Dosen Pengampu: Zunaidi Nur, M.Ag.

Disusun Oleh
Kelompok 2:

1. Jimmi Kumalasari 1803021008


2. Reni Oktaviani 1904032013
3. Robi Nur Hakiki 1904031012
4. Septianti Khaerunisa 1904030009

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)METRO LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Allhamdulilahi robbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat


karunia dan taufik hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul” Pembagian
Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad” dapat diselesaikan tepat waktu tanpa halangan
suatu apapun.
Atas dukungan moral dan materi diberikan penyusun makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Junaidi selaku dosen
pengampu kami, yang banyak memberikan materi pendukung, masukan,
bimbingan dalam penulis.
Tidaklah sempurna makalah ini tanpa saran dan kritik yang membangun
dari rekan- rekan dan dosen pengampu sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Metro, 09 November 2021


Hormat saya

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hadist Sahih.............................................................................................3
B. Hadist Hasan.............................................................................................5
C. Hadist Dha’if............................................................................................5
D. Ma’mul bih dan ghairu ma’mul bih.........................................................8

BAB III PENUTUPAN


A. Simpulan..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadits, oleh umat Islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran Islam
sesudah Al Qur’an. Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah
keagamaan dalam kehidupan dan menempati posisi yang sangat penting dalam
kajian keislaman. Secara struktural hadits merupakan sumber ajaran Islam
setelah Al-Qur’an yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak menemukan
penjelasan tentang berbagai problematika kehidupan didalam Al-Qur’an,
maka kita harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu, hadits
merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu
hukum yang tidak termasuk dalam Al-Qur’an.

Salah satu kajian menarik dalam ilmu hadits adalah meneliti hadits
ditinjau atau diterimanya sebagai hujjah atau dasar hukum ajaran Islam.
Terkait dengan sisi kehujjahannya baik itu hadits ma’mul bih dan ghairu
ma’mul bih.

Kualitas keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting,


terutama hadits-hadits yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain
yang lebih kuat. Dalam hal ini, maka kajian makalah ini diperlukan untuk
mengetahui apakah suatu hadits dapat dijadikan hujjah atau tidak.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hadist Sahih ?
2. Apa yang dimaksud dengna Hadist Hasan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Hadist Dha’if ?
4. Apa yang dimaksud dengan Ma’mul bih dan ghairu ma’mul bih ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan hadist sahih
2. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan hadist hasan
3. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan hadist dha’if
4. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan ma’mul bih dan
ghairu ma’mul bih

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBAGIAN HADIS BERDASARLAM KUALITAS SANAD


Pembagian hadis ditinjau dari kualitas sanad dibagi menjadi tiga yaitu
hadis sahih, hadis hasan, da hadis dha’if.
1. Hadis sahih
Shahih secara bahasa lawan dari kata sakit.menurut istilah adalah
hadis yang mencakup paling tingginya kategori hadis yang dapat diterima
yang berjumlah lima.1
a. Ittishal Al- sanad (bersambungnya sanad)
Makna bersambungnya ini adalah setiap rawi harus mendengar
dari orang yang diatasnya secara nyata.Sedangkan orang yang di
atasnya mendengar dengan orang yang diatasnya lagi sampai kepada
akhir sanad.
Contohnya perkataan bukhari:
Menceritakan kepada kamu Abdullah ibn yusuf, mengabarkan
kepada kami malik dari abi al-zainad dari al’araj dari abu hurayrah,
bahwasanya dia berkata: Rasulallah Saw. Bersabda : “makanan dua
orang cukup untuk tiga orang”. Di riwayatkan oleh imam bukhari dalam
kitab al-at’imah.
Maka hadis ini sanadnya bersambung. Artinya bahwasanya
bukhari telah mendengar hadis ini dari Abdullah, sedangkan Abdullah
mendengar hadis ini dari malik, malik mendengar dari abi zinad, dia
mendengarnya dari al-a’raj, sedangkan al- a’raj mendengarkan dari abu
hurayrah, sedangkan abu hurayrah mendengarkan dari Rasulullah Saw.
Hal tersebut di atas mengharuskan semasanya rawi dari rawi
sebelumnya.Dan semasa orang yang sebelumnya tesebut dengan rawi
yang di atasnya.Sehingga dapat dipastikan mendengarnya dari rawi
sebelumnya dan dan juga ketersambungannya.

Arbain Nurdin dan Ahmad Fajar Shodik, Studi Hadis Teori dan aplikasi, ( Yogyakarta:
1

Lembaga Ladang Kata, 2019), hal.31

3
b. ‘Adalah Al- Rawi (keadlan rawi)
Maksudnya adalah setiap rawi dari rawi-rawi hadis dari sanad
tersebut adalah orang yang adil. Adil adalah setiap muslim yang sehat
akalanya dan terbebas dari kefasikan dan sifat-sifat buruk dan keji.
Maka orang kafir, fasiq, orang gila, dan orang yang tidak diketahui
sifat-sifat nya bukan termasuk orang yang adil. Sedangkan orang
perempuan, diterima riwayatnya apabila dia muslim, berakal sehat dan
selamat dari kefasikan dan sifat-sifat buruk dan keji.
Begitu juga seorang budak direrima riwayatnya apabila dia
seorang muslim, berakal sehat dan selamat dari kefasikan dan 2sifat-
sifat buruk dan keji. Dengan ungkapan yang lain, keadilan seorang rawi
berarti bersihnya perilaku dan bersihnya riwayat hidupnya. Hal ini
mencakup sisi akhlak seorang rawi.Maka tinggal melihat sisi
keilmuannya kareana tidak memastian orang rawi yang adil shalih dan
bertakwa adalah orang yang hafidz dan unggul dalam hal
periwayatan.Begitu juga sebalinya, tidak memastikan seorang rawi
yang hafidz dan unggul dalam hal periwayatanya adalah seorang yang
adil, shalih, dan bertakwa.
Oleh karena itu ulama mensyaratkan seorang rawi harus
memenuhi kriteria yang lain. Yaitu seorang rawi harus hafidz, unggul
dan tidak diragukan lagi dalam hal periwayatanya. Ulama menanamkan
hal ini dengan taman al- dhabti. (sempurna kedhabtiannya). Ini adalah
syarat-syarat yang ketiga dalam hadis shahih.
c. Tamam Al-Dhabti (Sempurna Kedhabitannya)
Maksudnya adalah orang perawi berada dalam kedudukan
tertinggi.Yaitu seorang rawi hafal hadis yang dia dengar dalam
pikiranya, dimana dia mampu membacanya kapanpun dia
kehendaki.Maka seseorang yang sering lupa dan ingatanya tidak kuat
tidak masuk dalam kritera ini.

Arbain Nurdin dan Ahmad Fajar Shodik, Studi Hadis Teori dan aplikasi, ( Yogyakarta:
2

Lembaga Ladang Kata, 2019), hal.32

4
d. Tidak ada syadz (Kejanggalan)
Maksudnya seorang perawi yang tsiqah tidak membedai orang yang
lebih tsiqah darinya.
e. Tidak ada Illah
Artinya tidak ada illah dalam hadis tersebut. Illah adalah sifat samar
yang merusak hadis tesebut untuk diterima, sedangkan dzahirnya
terbebas darinya. Adapun hukum penggunaan hadis shahih ini adalah
bisa dijadikan hujjah dalam hal aqidah, hukum dan juga lainnya serta
wajib mengamalkanya.3
2. Hadis hasan
Hasan secara bahasa adalah diinginkan oleh jiwa. Sedangkan
menurut bahasa adalah hadis yang bersambung sanadnya dengan
periwayatan rawi yang adil namun sedhabitannya tidak sempurna (tidak
sampai kederajat hadis shahih) juga terbebas dari syadz dan illah. Syadz
hadis hasan ada lima yaitu : bersambungnya sanad, keadilan rawi,
kedhabiatan rawi( maksydnya adalah kedhabiatan rawi lebih sedkit dari
perawi hadis shahih), terbebas dari syadz , terbebas dari illah.
Penjelasan diatas dapat mengetahui syarat-syarat hadis hasan sama
dengan hadis shahih kecuali syarat yang ketiga yaitu kedhabiatan. Dalam
hadis shahih kedhabiatan harus berada dalam tingkatan yang tinggi
sedangkan dalam hasan tidak disyaratkan hal tersebut, dcukupkan dengan
sedikitnya kedhabiatan.
Contoh adalah hadis Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah dari aby
salamah dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu. Muhammad ibn ‘Amr
dikenal dengan orang jujur , akan tetapi tidak dalam puncak penghafalan.4
3. Hadis dha’if
Kata dha;if menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan kata
dha’if adalah kuat. Maka sebutan hadis dha’if dari segi bahasa berarti
hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat. Secara istilah, diantara para

Arbain Nurdin dan Ahmad Fajar Shodik, Studi Hadis Teori dan aplikasi, ( Yogyakarta:
3

Lembaga Ladang Kata, 2019), hal.33


4
Arbain Nurdin dan Ahmad Fajar Shodik, Studi Hadis Teori dan aplikasi, ( Yogyakarta:
Lembaga Ladang Kata, 2019), hal.34

5
ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadis dha’if ini
akan tetapi, pada dasarnya, ini isi dan maksudnya adalah sama.
Contoh hadis dha’if
“barang siapa tidur sesuai ashar kemudian akalnya terganggu maka
jangan menyalahkan siap-siapa kecuali dirinya sendiri”.
Hadis ini merupakan hadis dha’if, karena perawinya tidak adil tidak
dhabit, da nada kejanggalan dalam matan.
Macam-macam hadis dha’if :
a. pembagian hadis dha’if ditinjau dari segi terputusnya sanad
a) Hadis muallaq
Hads muallaq secara bahasa adalah isim maf’ul dari kata
‘allaqa, yang berarti ”menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang lan
hingga ia menjadi tergantung”.5Secara istilah hadis muallaq adalah
hadis yang dhapus dari awal sanad nya seorang perawi atau lebih
secara berturut-turut.
Contoh hadis muallaq
Hadis yang diriwayatkan oleh bukhari pada mukkadimah bab
mengenai “menutup paha”, berkata abu musa, “rasulullah saw
menutupi kedua kedua lutut beliau ketika utsman masuk”.
b) Hadis mursal
Hadis yang gugur dari akhir sanadnya, seorang perawi sesudah
thabi’i.kata mursal secara bahasa terlepas atau terceraikan dengan epat
atau tanpa halangan.Kata ini kemudian digunakan hads tertentu yang
periwayatanya melepaskan hadis tanpa terlebih dahuku
mengaitkannya kepada sahabat yang menerima hadis itu dari Nabi.
c) Hadis munqathi
Keterputusan ditengah sanad dapat terjadi pada satu sanad atau
lebih, secara berturut-turut atau tidak , jika keterputusan terjadi di
tengah sanad pada satu tempat atau dua tempat dalam keadaan yang
tidak berturut-turut, hadis yang bersangkutan dinamakan hadis

nawir yuslem, ulumul hadis, ( Jakarta :Batavia dvertisin,2001), hal. 238


5

6
munqathi’. Kata munqathi’ berasal dari bentuk inqatha’a yang berarti
berhenti, kering, patah, pecah, atau putus.
d) Hadis mu’an’na dan muannan
Kata al- mu’an’na merupakan bentuk maful dari kata ‘an’ana
yang berarti periwayat berkata (dari…dari…) secara bahasa berarti
pernyatan periwayat. Kata al-muannan berasal dari kata annana yang
berarti periwayat berkata (bahwa…bahwa…) yang menunjukn bahwa
periwayat meriwayatkan hadis dari periwayat lain.
e) Hadis mu’dhal
Kata mu’dhal berarti berasal dari kata kerja ‘adhala yang
berarti melemahkan, melelahkan, menutup rapat.Atau menjadi
bercacat.Kata mu’dhal digunakan dalam jenis hadis tertentu karna
pada hadis itu ada bagian sanadnya yang lemah, tertutup atau cacat.
Secara terminologi, menurut Muhammad, ajjaj al-khathib,, hadis
mu’dal adalah hadis yang gugur dua orang sanad nya atau lebih secara
berturut-turut.
Kriteria hadis mu’dhal adalah:
1) Sanad yang gugur, lebih dari satu orang
2) Keterputusan secara berurut-urut. Sebagaian ulama menambahkan
kriteria tempat keterputusan sanad ditengah sanad bukan siawal
atau siakhir. Jadi hadis mu’dhal adalah hadis yang gugur dua orang
periwayatanya atau lebih secara berturut-turut baik gugurnya itu
diantara sahabat dengan thabi’in antara thabi’in dengan tabi al-
tabi’in atau dua orang sesudah mereka.
f) Hadis mawquf dan hadis maqthu
Hadis mawquf adalah hadis yang disandarkan nabi atau hadis
yang diriwayatkan para sahabat yang berupa perkataan, perbuatan,
atau pertunjukannya.Dilihat dari bahasa kata mawquf berasal dari kata
waqafa yaqifu yang berarti dihentikan atau diwaqafkan.Maksudnya
hadis jenis ini dihentikan penyandaranya kepada sahabat dan tidak
sampai kepada nabi.
b. pembagian hadis dhaif karena periwayatanya tidak adil

7
a) hadis mawdhu
hadis mawdhu adalah hadis dusta yang dibuat-buat dan
dinisbahkan kepada Rasulullah Saw. Seecara bahasa mawdhu berarti
sesuatu yang digugurkan (al-masaqath), yang ditinggalkan (al-
matruk), dan diada-adakan (al-muftara). Menurut istilah hadis
mawdhu adalah pernyataan yang dibuat seseorang pada nabi saw.
Hads mawdhu diciptakan oleh pendusta disandarkan kepada
Rasullullah untuk memperdayai.
b) hadis matruk
hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh periwayat
yang tertuduh sebaga pendusta.
c) hadis munkar
hadis munkar berasal dari kata al-inkar (mengingkari)lawan
dari al iqrar (menetapkan). Kata munkar digunakan untuk hadis yang
seakan mengingkari atau berlawanan dengan hadis lain yang lebih
kuat.6
4. Ma’mul Bih dan Ghairu Ma’mul Bih
a. Hadits Ma’mul Bih
Hadits Ma’mul Bih adalah hadits yang dapat diterima menjadi
hujjah dan dapat diamalkan. Yang termasuk katogori ini meliputi:
1) Hadits Muhkam
Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan atau
yang diteguhkan. Yaitu hadits-hadits yang tidak mempunyai
saingan dengan hadits yang lain, yang dapat mempengaruhi artinya.
Dengan kata lain tidak ada hadits lain yang melawannya. Dikatakan
muhkam ialah karena dapat dipakai sebagai hukum lantaran dapat
diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikit pun. Kebanyakan
hadits tergolong kepada jenis ini, sedangkan yang bertentangan
jumlahnya sedikit.

nawir yuslem, ulumul hadis, ( Jakarta :Batavia dvertisin,2001), hal. 240


6

8
2) Hadits Mukhtalaf
Mukhtalaf artinya adalah yang bertentangan atau yang
berselisih. Sedangkan secara istilah ialah hadits yang diterima
namun pada zhahirnya kelihatan bertentangan dengan hadits maqbul
lainnya dalam maknanya, akan tetapi memungkinkan untuk
dikompromikan antara keduanya. Kedua buah hadits yang
berlawanan ini kalau bisa dikompromikan, diamalkan kedua-
kaduanya. Untuk mendudukan hadits-hadits yang mukalaf ini para
ulama’ mengunakan dua cara yaitu: Thariqotul jam’i, yaitu
mengumpulkan hadits-hadits yang kelihatan berlawanan yang
kemudian didudukan satu-persatu sehingga semua hadits tersebut
dapat dipakai, dan Thariqotut tarjih, yaitu hadits-hadits yang dhahir
kelihatan bertentangan satu dengan yang lain kemudian dicari
keterangan yang paling kuat.
3) Hadits Rajih
Hadits Rajih yaitu sebuah hadits yang terkuat diantara dua
buah hadits yang berlawanan maksudnya. Riwayat yang tidak
dipakai dinamai marjuh artinya yang tidak diberati, yang tidak kuat.
Contoh :hadits tentang riwayat yang mengatakan Nabi menikah saat
ihlal. Riwayat yazid bin asham itu disebut rajih dan riwayat ibnu
abbas di sebut marjuh.
4) Hadits Nasikh
Hadits Nasikh yaitu hadits yang datang lebih akhir, yang
menghapuskan ketentuan hukum yang terkandung dalam hadits
yang datang mandahuluinya. Hadits yang dihapuskan ketentuan
hukumnya dinamakan mansukh.

9
b. Hadits Ghairu Ma’mul bih
Hadits ghairu ma’mul bih ialah hadits hadits maqbul yang tidak
bisa di amalkan. Yang masuk kategori ini melipiti:
1) Hadits Mutasyabih
Matasybih artinya yang samar. Yakni hadits yang samar/
sukar dipahami dan tidak bisa diketauhi maksud dan tujuannya.
Ketentuan hadits mutasyabih ini ialah harus diimankan adanya,
tetapi tidak boleh diamalkan.
2) Hadits Mutawaqqaf fihi
Hadits mutawaqqaf fihi yaitu dua buah hadits maqbul yang
saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, ditarjihkan
dan dinasakhkan. Kedua hadits ini hendaklah dibekukan sementara.
3) Hadits Marjuh
Hadits marjuh yaitu sebuah hadits maqbul yang ditenggang
oleh hadits Maqbul lain yang lebih kuat. Kalau yang ditenggang
itu bukan hadits maqbul, bukan disebut hadits marjuh.
4) Hadits Mansukh
Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yakni hadits
maqbul yang telah dihapuskan (nasakh) oleh hadits maqbul yang
datang kemudian. Contohnya: Fakta sejarah, seperti hadits yang
terdapat dalam kitabnya Imam Ibn Majah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembagian hadis ditinjau dari kualitas sanad dibagi menjadi tiga yaitu
hadis sahih, hadis hasan, da hadis dha’if.Hadis shahih adalah hadis hadis yang
mencakup paling tingginya kategori hadis yang dapat diterima yang berjumlah
lima.dibagi menjadi lima yaitu Ittishal Al- sanad (bersambungnya sanad),
‘Adalah Al- Rawi (keadlan rawi), Tamam Al-Dhabti (Sempurna
Kedhabitannya), Tidak ada syadz (Kejanggalan), dan Tidak ada Illah. Hadis
hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan rawi yang
adil namun sedhabitannya tidak sempurna (tidak sampai kederajat hadis
shahih) juga terbebas dari syadz dan illah. Hadis dha’if adalah hadis yang
lemah atau tidak kuat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Arbaindan ShodikFajar,Ahmad. 2019. Studi Hadis Teori dan


aplikasi.Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata
Yuslem, nawir . 2001. Ulumul hadis, Batavia : mutiara sumber widya.

12

Anda mungkin juga menyukai