Anda di halaman 1dari 13

STUDI AYAT DAN SURAT DALAM AL – QUR’AN

MAKALAH

STUDI AL – QUR’AN DAN HADIST

Oleh :

Khanan Habiburohman Hafizh

2020601021

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al – Qur’an merupakan salah satu petunjuk Ummat Islam, dan juga
sebagai hujjah yang dapat dijelaskan dan dibuktikan dalam kehidupan,
membimbing manusia ke jalan yang benar, menegakkan prinsip kehidupan yang
utama di atas landasan Iman Kepada Allah SWT dan esensi risalah Rasulullah
SAW. Al – Qur’an juga mampu menjadi sumber informasi tentang kejadian
dimasa lalu, kemudian memberikan respons terhadap kejadian yang berlangsung
pada masa awal turunnya Al – Qur’an, dan memberikan informasi
prediksimengenai kehidupan di masa yang akan datang. Perlu waktu yang
panjang untuk memahami Al – Qur’an, karena disetiap ayat dan surat di
dalamnya mengandung hikmah yang tersirat.
Untuk memahami kandungan Al – Qur’an, seseorang harus memahami
bahasa arab terlebih dahulu, karena Al – Qur’an yang Allah SWT turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW menggunakan bahasa arab. Ketika zaman
Rasulullah SAW, jika ada makna yang sulit dipahami dalam Al – Qur’an maka
para sahabat bisa langsung bertanya kepada Beliau. Namun di zaman ini, para
penerus Rasulullah SAW dan para ulama terdahulu harus bisa memahami setiap
Surah dan Ayat yang terkandung di dalam Al – Qur’an bagaimanapun caranya.
Para ulama harus berhati – hati dalam menafsirkan setiap ayat dan surat – Nya.
Jika sampai ada kesalahan, maka mungkin saja akan menimbulkan
kemudharatan dan pertikaian yang besar di masa depan.
Bahkan pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq para sahabat
sangat berhati – hati sekali dalam membuat pembukuan Al – Qur’an karena
mereka takut seandainya tindakan yang dilakukan para sahabat saat itu ternyata
tindakan yang dilarang oleh Syari’at Islam. Akhirnya, pembukuan Al – Qur’an
dilakukan oleh Abu Bakar Ash – Shiddiq dan sahabat lainnya walaupun saat itu
Al – Qur’an dibukukan berdasarkan turunnya wahyu yang pertama hingga

1
wahyu yang terakhir, dan kemudian disempurnakan oleh Khalifah Utsman bin
Affan dengan mengurutkan Al – Qur’an berdasarkan urutan Surat dan Ayatnya.
Oleh karena itu, pemateri ingin memaparkan materi berjudul “Studi Ayat
dan Surat dalam Al – Qur’an” yang akan memaparkan beberapa sub materi
seperti definisi Ayat dan Surat dalam Al – Qur’an, Berapa banyak jumlah Surat
dan Ayat yang terdapat di dalam Al – Qur’an, dan bagaimana sejarah
perkembangan tentang pembukuan Al – Qur’an pada zaman Khalifah Abu Bakar
Ash – Shiddiq dan pengurutan Ayat dan Surat pada zaman Khalifah Utsman bin
Affan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Ayat dalam Al – Qur’an?
2. Apa Definisi Surat dalam Al – Qur’an?
3. Berapa Jumlah Ayat dalam Al – Qur’an?
4. Bagaimana Sejarah Pengurutan Ayat dan Surat dalam Al – Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Ayat dalam Al – Qur’an.
2. Mengetahui Definisi Surat dalam Al – Qur’an.
3. Mengetahui Jumlah Ayat Yang Terdapat dalam Al – Qur’an.
4. Mengetahui Sejarah Pengurutan Ayat dan Surat dalam Al – Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ayat Al – Qur’an


Ayat merupakan bagian dalam Al – Qur’an. Sebelum mengenal Al –
Qur’an, kita harus mempelajari ayat dan suratnya. Beberapa buku juga
menjelaskan arti dari ayat. Kata ayat dapat ditinjau berdasarkan dua segi, yaitu
secara bahasa dan secara istilah. Secara bahasa kata ayat memiliki banyak arti,
seperti memiliki arti “Mukjizat” seperti yang tercantum dalam QS. Al – Baqarah
: 211, memiliki arti “Suatu Tanda” seperti yang tercantum dalam QS. Al –
Baqarah : 248, memiliki arti “Pelajaran” seperti yang tercantum dalam QS. Al
– Furqon : 37, memiliki arti “Hal Menakjubkan” seperti yang tercantum dalam
QS. Al – Mukminun : 50, dan memiliki arti “Hal atau Dalil” seperti yang
tercantum dalam QS. Ar – Ruum : 22.
Kata ayat secara teknis yaitu kalimat-kalimat yang membentuk Al –
Qur’an dengan urutan – urutan tertentu dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya dan akan membentuk surat – surat dalam Al – Qur’an. Namun juga ada
definisi lain dari ayat yaitu kumpulan Kalam Allah yang terdapat dalam suatu
surah Dalam Al – Qur’an, kata ayat digunakan dengan makna teknis ini. Ayat –
ayat Al – Qur’an digunakan sebagai "bayyinat" yang bermakna penjelas dan
terang. Menurut pendapat beberapa ulama, pengelompokan ayat Al - Qur’an
dilakukan dengan cara tauqifi yang artinya adalah berdasarkan ketetapan
Rasulullah SAW.
Argumen dari para ulama tersebut seperti, kata yaasin dihitung sebagai
ayat sedangkan kata thoosiin bukan sebuah ayat, serta kata khaamimsinnqaf
dihitung dua ayat, sedangkan kafha’mim’ainshad dihitung satu ayat. Malaikat
Jibril biasanya turun ke bumi dengan membawa ayat – ayat Al - Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW, sekaligus memberikan petunjuk tentang urutan dan
penempatan ayat – ayatnya tersebut pada masing – masing suratnya. Kemudian

3
Nabi Muhammad SAW membacakannya kepada para sahabat dan
memerintahkan kepada para penerima wahyu untuk menulis sesuai dengan
urutan tempatnya pada masing – masing surat tersebut. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pendapat yang paling kuat adalah ayat Al – Qur’an ditertibkan hanya
berdasarkan ketetapan Nabi Muhammad SAW.
B. Definisi Surat Al – Qur’an
Secara bahasa, kata surat memiliki arti tempat, kedudukan, dan pagar.
Sedangkan menurut istilah yaitu sekumpulan ayat – ayat dalam Al – Qur’an
yang berdiri sendiri dan mempunyai permulaan dan akhiran. Artinya, setiap
Surat dalam Al – Qur’an memiliki awal dan akhir yang berbeda, karena
disamping itu setiap Surat memiliki panjang yang berbeda – beda. Contohnya
yaitu Surat terpedek yaitu Al – Kautsar dengan jumlah 3 ayat dan Surat
terpanjang yaitu Surat Al – Baqarah dengan jumlah 286 ayat. Dalam
pembagiannya, Surat dalam Al – Qur’an dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
berdasarkan kurun waktu dan pembagian jumlah ayatnya.
Menurut pembagian kurun waktunya, Surat Al – Qur’an masih dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu Surat Makiyyyah dan Surat Madaniyyah. Surat Makiyyah
adalah Surat Al – Qur’an yang diturunkan di kota Makkah sebelum Rasulullah
SAW berjihrah ke kota Yatsrib (nama kota Madinah sebelumnya) yang turun
selama 12 tahun 5 bulan 13 hari. Namun setelah Rasulullah SAW tinggal
ditempat tersebut, nama kota Yatsrib dirubah oleh Rasulullah SAW menjadi
kota Madinah. Dan Surat Al – Qur’an yang turun di kota Madinah disebut Surat
Madaniyyah yang turun selama 9 tahun 9 bulan 9 hari.
Kemudian jika Surat dalam Al – Qur’an yang dibagi berdasarkan jumlah
ayatnya, maka terdapat 4 jenis, yaitu :
1. Sab’u Thiwal, artinya adalah Surat – Surat tersebut memiliki ayat yang
Panjang dan berjumlah banyak. Ada tujuh Surat Al – Qur’an dalam kategori
ini, yaitu Surat Al – Baqarah, Ali – Imran, An – Nisaa’, Al – Maidah, Al –
An’am, dan Al – A’raf.
2. Al – Mi’un, artinya adalah Surat – Surat yang lebih pendek dari kategori
sebelumnya namun memiliki jumlah ayat lebih dari 100 ayat. Ada beberapa

4
Surat dalam Al – Qur’an yang termasuk kategori ini yaitu Surah Al – Anfal,
At – Taubah, An – Nahl, Hudd, Yusuf, Al – Kahfi, Al – Isra, Al – Anbiya,
Thaha, Al – Mu’minun, Asy – Syu’ara, Ash – Shaffat.
3. Al – Matsani, artinya adalah Surat – Surat Al – Qur’an yang memiliki lebih
pendek lagi dari kategori Al – Mi’un karena jumlah ayatnya tidak sampai
100 ayat. Surat dengan jenis ini di dalam Al – Qur’an jumlahnya hampir 20
Surat seperti Surat Al – Qashash, An – Naml, Al – Ankabut, Yasiin, dan
Shad.
4. Al – Mufasshal, artinya adalah Surat – Surat yang mempunyai ayat yang
pendek dan dipisahkan oleh Basmallah. Surat dengan jenis Al – Mufasshal
ini terdapat dalam Al – Qur’an pada Juz 30 seperti Surat An – Naas, Al –
Falaq, Al – Ikhlas, Al – Lahab, dan sebagainya.
C. Jumlah Ayat dan Surah dalam Al – Qur’an
Banyak sekali pendapat para ulama mengenai jumlah Surat dan Ayat
dalam Al – Qur’an. Jika dalam menentukan jumlah juzz dalam Al – Qur’an, para
ulama semuanya sepakat bahwa Al – Qur’an memiliki 30 juzz. Namun, dalam
menentukan jumlah Surat dan Ayat dalam Al – Qur’an, mereka banyak memiliki
pendapat masing – masing. Contohnya dalam Al – Qur’an yang dimiliki oleh
sahabat Abdullah bin Mas’ud memiliki 112 surat karena Surat Adh – Dhuha
dengan Surat Al – Insyirah dihitung menjadi satu surat, dan juga Surat Al – Fiil
dengan Surat Al – Quraishi dihitung menjadi satu surat juga. Sehingga, jumlah
Surat dalam Al – Qur’an milik Abdullah bin Mas’ud adalah 112 Surat.
Sementara, Al – Qur’an yang milik sahabat Ubay bin Ka’ab adalah 115 Surat
karena Surat Adh – Dhuha, Al – Insyirah, Al – Fiil, dan Al – Quraishi dihitung
terpisah secara masing – masing.
Namun, ketika Khalifah Utsman bin Affan melakukan pengurutan Surat
dalam Al – Qur’an, ternyata jumlahnya adalah 114 Surat. Al – Qur’an tersebut
akhirnya disahkan dan digunakan pada masa pemerintahan Khalifah selanjutnya
yaitu Ali bin Abi Thalib beserta para sahabat yang lainnya. Bahkan, Al – Qur’an
tersebut diberi sebutan oleh para sahabat dengan sebutan “Mushaf Utsmani”
karena Utsman bin Affan telah menjadi pelopor pemberian kharakat dan tanda

5
baca pada Al – Qur’an untuk generasi selanjutnya. Utsman melakukan hal
tersebut dengan tujuan agar para sahabat terhindar dari kesalahan bacaan. Al –
Qur’an/Mushaf yang digunakan pada zaman ini, merupakan Mushaf Utsmani,
termasuk yang digunakan di Negara Indonesia karena sudah memeliki tanda
baca dan kharakat yang lengkap serta jumlah Suratnya adalah 114 Surat sesuai
yang ditulis oleh Utsman bin Affan.
Selanjutnya adalah pendapat tentang jumlah ayat dalam Al – Qur’an.
Sebelumnya ada pernyataan yang beredar di kalangan masyarakat bahwa jumlah
ayat dalam Al – Qur’an adalah 6.666 ayat. Abdur – Razaq Ali Ibrahim Musa
memberitahukan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat dalam
Al – Qur’an. Menurut pendapat terkuat, kriteria dan jumlah pengelompokan ini
terkait erat dengan enam copy naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke
beberapa wilayah Islam waktu itu. Oleh karena itu, hitungan Madinah ada dua,
yaitu Madani Awal dan Akhir, serta Makkah, Syam, Kufah, dan Basrah.
Sementara menurut Al – Ja’biri menambahkan satu lokasi lagi, yakni hitungan
dari daerah Hims. Dari kronologi ini kemudian para ulama setelahnya
menggenapkannya menjadi 7 riwayat yang memberikan keterangan tentang
jumlah ayat dalam Al – Qur’an. Berikut adalah keterangannya :
1. Al – Madani (Madinah), hitungan jumlah ayat dalam kelompok ini dibagi
lagi menjadi dua, yaitu Madani Awal dan Madani Akhir :
a. Madani Awal, disandarkan pada riwayat Abu Amr Ad – Dani dengan
jalur dari Imam Nafi’ dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid Al – Qa’da dari
Imam Syaibah bin Nashah, seorang anak laki – laki dari mantan
budaknya Ummu Salamah (Istri Rasulullah SAW), jumlahnya adalah
6.217 ayat.
b. Madani Akhir, disandarkan pada riwayat Abu Amr Ad – Dani dengan
jalur dari Imam Nafi’ dari riwayat Ismail bin Ja’far dari Sulaiman bin
Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin Nashah secara marfu dari
keduanya, jumlah ayatnya adalah 6.214 ayat.
2. Al – Makki (Makkah), disandarkan pada riwayat Abu Amr Ad – Dani
dengan jalur Abdullah bin Katsir Al – Makki dari Mujahid bin Zubair dari

6
Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab, jumlahnya adalah 6.219 dan 6.210 ayat.
Jumlah 6210 adalah pendapat Ubay bin Ka’ab sendiri, sementara mayoritas
orang – orang Makkah memakai hitungan 6219.
3. As – Syami (Syria), disandarkan dari riwayat Abu Amr ad – Dani dengan
jalur Yahya bin Harits Ad – Dimari dari Al – Akhfasy dari Ibnu Dzakwan
dan Al – Halwani dari Hisyam, Ibnu Dzakwan dan Hisyam dari Abu Ayyub
bin Tamim Al – Qari dari Abdullah bin Amir Al – Yahshibi dari Abu Darda,
jumlah ayatnya adalah 6.226 ayat.
4. Al – Kufi (Kufah, Irak), disandarkan dari riwayat Abu Amr Ad – Dani
dengan jalur Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu
Abdirrahman bin Habib As – Sulami dari Ali bin Abi Talib, dengan jumlah
ayatnya adalah 6.236 ayat.
5. Al – Bashri (Basrah, Irak), disandarkan dari riwayat Abu Amr Ad – Dani
dengan jalur ‘Ashim Al – Jahdari dan Atha bin Yasar, dengan jumlah
ayatnya adalah 6.204 ayat.
6. Al – Himsyi, menurut Al – Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin
Yazid Al – Himsyi Al – Hadrami. Sementara menurut Abdul Ali Mas’ul
hitungan ini disandarakan kepada Khalid Al – Ma’dan seorang tabi’in senior
dari Syam. Meskipun terjadi perbedaan sumber, keduanya sepakat jumlah
ayatnya adalah 6.232 ayat.

Dari 7 riwayat pendapat diatas, lalu manakah yang benar mengenai


jumlah ayat Al – Qur’an yang benar? Beberapa ulama mengatakan bahwa
negara Indonesia memiliki Al – Qur’an standar sendiri dengan melihat dan
mengamati riwayat diatas. Indonesia memiliki standar Al – Qur’an sendiri sejak
tahun 1984. Sejarah Al – Qur’an standar Indonesia ini berawal dari keberadaan
Lajnah Pentashihan Mushaf Al – Qur’an (sekarang menjadi “Lajnah”) yang pada
kurun waktu tahun 1970-an berada dibawah Lembaga Lektur Keagamaan
Departemen Agama RI. Pada perkembangannya, Lajnah kemudian berubah
menjadi lembaga tersendiri dan terpisah pada tahun 2007.

7
Berdasarkan dokumen hasil Musyawarah Kerja Ulama Al – Qur’an
(sekarang menjadi “Muker Ulama”) yang ada, Mushaf Standar yang digunakan
adalah “Mushaf Al – Qur’an yang dibakukan cara penulisan, harakat, tanda baca
dan tanda waqaf – nya, sesuai dengan hasil yang dicapai dalam Musyawarah
Kerja (Muker) Ulama Ahli Al – Qur’an selama yang berlangsung 9 tahun,
akhirnya dijadikan pedoman bagi Al – Qur’an yang diterbitkan di Indonesia.
Salah satu ulama mengatakan bahwa Mushaf Standar adalah membukukan
tulisan dan tanda baca dengan tanda – tanda yang dikenali di Indonesia, supaya
mudah dibaca, dengan tidak menyimpang jauh dari rasm uṡmānī dan tajwidnya.
Hal ini tercapai setelah 9 tahun kemudian, Muker Ulama selama 9 kali, yang
dihadiri oleh perwakilan para ulama Al – Qur’an dari seluruh Indonesia. Al –
Qur’an standar Indonesia terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. Mushaf Al – Qur’an Standar Utsmani yang diperuntukan masayarakat
umum.
2. Mushaf Standar Bahriyah untuk para penghafal Al – Qur’an.
3. Mushaf Standar Braille untuk para tuna netra.

Ketiga jenis Mushaf Al – Qur’an Standar Indonesia tersebut ditulis


berdasarkan qira’ah riwayat Hafs bin Sulaiman bin Al – Mughirah Al – Asadi Al
– Kufi dari Imam Ashim bin Abi An – Najud Al – Kufi At - Tabi’i dari Abu
Abdirrahman Abdillah bin Habib As – Sulami dari Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin
Abi Thalib, Zaid bin Tasbit, dan Ubay bin Ka’ab yang semuanya memiliki
sumber yang sama dari Rasulullah SAW. Bisa dikatakan bahwa Al – Qur’an
Indonesia mengikuti riwayat dari Al – Kufi yang memakai pendapat milik
sahabat Utsman bin Affan dengan jumlah ayatnya adalah 6.236 ayat untuk di
Indonesia.

D. Pengurutan Ayat dan Surat dalam Al – Qur’an


Sebelum Al – Qur’an dibukukan, para sahabat masih mengikuti saran
Rasulullah SAW untuk tidak membukukan Al – Qur’an. Namun setelah
Rasulullah wafat, muncul seorang nabi palsu bernama Musailamah Al –

8
Kahdzab beserta istrinya bernama Sajah yang menjadi dukun wanita. Abu Bakar
Ash – Shiddiq yang ditunjuk sebagai khalifah penerus Rasulullah SAW, beliau
memerintahkan Jendral perang Khalid bin Walid untuk membunuh nabi palsu
tersebut beserta istrinya di daerah Yamamah. Namun, Khalid bin Walid cukup
kewalahan untuk menaklukan daerah Yamamah tersebut, bahkan beliau sampai
mengirim pasukan sebanyak 3x karena saking sulitnya untuk ditaklukan.
Akhirnya Khalid bin Walid beserta pasukan kaum Muslimin berhasil
membunuh Musailamah Al – Kahdzab beserta istrinya yang menjadi dukun.
Selain itu, kaum Muslimin mengalami duka yang sangat mendalam karena dari
100 orang penghafal Al – Qur’an yang ikut berperang, 70 orang diantaranya
telah syahid di medan perang. Hal ini menimbulkan dilema bagi Abu Bakar Ash
– Shiddiq karena jika para penghafal Al – Qur’an meninggal semua, maka Al –
Qur’an akan hilang dari muka bumi. Akhirnya sahabat Umar bin Khattab
memberikan saran untuk membukukan Al – Qur’an menjadi satu Mushaf.
Awalnya Abu Bakar menolak saran dari sahabat Umar bin Khattab tersebut
dengan dasar nasihat Rasulullah SAW bahwa Al – Qur’an tidak boleh
dibukukan. Namun setelah mempertimbangkan keputusan tersebut, akhirnya
Abu Bakar setuju dengan saran Umar bin Khattab untuk membukukan Al –
Qur’an.
Abu Bakar Ash – Shiddiq beserta para sahabat lainnya akhirnya memulai
untuk membukukan Al – Qur’an secara perlahan, karena potongan ayat Al –
Qur’an yang tercecer harus dikumpulkan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah
dilakukan pembukukuan Al – Qur’an selama 15 bulan yang ditulis oleh sahabat
Zaid bin Tsabit. Namun Al – Qur’an yang dibukukan belum sempurna seperti
pada masa sekarang, karena Al – Qur’an yang dibukukan pada saat itu ditulis
sesuai turunnya wahyu yang pertama dan belum urut, kemudian tanda huruf dari
masing – masing ayat belum diberi tanda kodifikasi, belum ada tanda pemisah
ayat dan surat, dan juga belum diberi kharakat. Bisa dikatakan Al – Qur’an pada
saat itu merupakan Al – Qur’an gundul tanpa tanda dan harakat apapun.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, tidak banyak perubahan
kodifikasi pada Mushaf Al – Qur’an, namun Umar bin Khattab mulai memberi

9
sedikit kodifikasi untuk menghindari salah baca bagi para penghafal Al –
Qur’an. Setelah Umar bin Khattab meninggal, maka giliran Utsman bin Affan
yang meneruskannya dalam memberikan kodifikasi pada Al – Qur’an. Namun
pada saat itu, banyak diantara kaum muslimin yang terkejut dengan tindakan
Utsman terhadap Mushaf Al – Qur’an. Khalifah Utsman bin Affan membongkar
ulang isi Al – Qur’an tersebut, kemudian beliau menulis berniat untuk menulis
ulang dan mengurutkan surat dan ayat – Nya di mulai dari awal surat Al –
Fathihah hingga sampai surat An – Naas.
Bahkan Utsman bin Affan sampai dituduh dan difitnah dengan alasan
membuat Al – Qur’an yang baru. Padahal tujuan Utsman bin Affan hanya ingin
menyatukan kaum muslimin dengan pedoman Al – Qur’an yang sama, karena
Hudzaifah bin Yamani mengatakan kepada beliau bahwa diprediksi akan terjadi
pepecahan diantara generasi muslim yang selanjutnya karena perbedaan qira’ah
Al – Qur’an. Akhirnya Utsman bin Affan menunjuk Zaid bin Tsabit untuk
melakukan pembukuan Al – Qur’an kembali secara urut, kemudian juga lebih
menyempurnakan kembali kodifikasi Al – Qur’an dari masa Abu Bakar dan
Umar bin Khattab sebelumnya. Setelah selesai, maka diterbitkanlah Al – Qur’an
yang sudah diurutkan surat dan ayat – Nya seta diberi nama Al – Qur’an rasm
Utsmani atau Al – Mushaf Al – Iman.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan materi “Studi Ayat dan Al – Qur’an” yang telah
diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Definisi ayat adalah kalimat – kalimat yang membentuk Al – Qur’an dengan
urutan – urutan tertentu yang dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya dan akan membentuk surat – surat dalam Al – Qur’an.
2. Definisi Surah adalah sekumpulan ayat – ayat dalam Al – Qur’an yang
berdiri sendiri dan mempunyai permulaan dan akhiran. Artinya, setiap Surat
dalam Al – Qur’an memiliki awal dan akhir yang berbeda, karena disamping
itu setiap Surat memiliki panjang yang berbeda – beda.
3. Jumlah ayat yang ada pada Al – Quran berjumlah 6.236 ayat untuk Mushaf
Al – Qur’an Standar rasm Utsmani.
4. Dalam sejarah, Tujuan Khalifah Utsman bin Affan mengurutkan Mushaf Al
– Qur’an adalah agar tidak terjadi perpecahan pada generasi muslim
selanjutnya dikarenakan perbedaan Qira’ah Al – Quran.

B. Saran
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita mempelajari kitab Al –
Qur’an beserta kandungannya sebagai pedoman hidup di dunia in dan di akherat
kelak, Kemudian diamalakan sebagai bentuk dakwah umat muslim untuk
menyebarkan kebaikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku :
Affani, Syukron. 2019. Tafsir Al – Qur’an dalam Sejarah Perkembangannya.
Jakarta : KENCANA.
Amal, Taufik Adnan. 2013. Rekonstruksi Sejarah Al – Qur’an. Tangerang : PT
Pustaka Alvabet.
Muhammad, Afif. 2003. Tafsir Al – Qur’an 9. Bandung : DAR! Mizan.

2. Jurnal :
Rudi Suryadi Ahmad. (2013). Asbab Al-Nuzul Dalam Tafsir Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam -Ta’lim.
Ula, M., Risawandi., Rosdian. (2019). Sistem Pengenalan Dan Penerjemahan Al
- Qur'an. 11(1), 104–113.

3. Internet :
https://id.wikishia.net/view/Ayat
https://id.wikishia.net/view/Surah

Anda mungkin juga menyukai