Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum
dan Al-Hakim” tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 Huruf.......................5
B. Perbedaan Pendapat Ulama Seputar Pengertian Tujuh Huruf..................6
C. Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf…………….8
D. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf……………………11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan komprehensif
guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan unik, yang
mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia
terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.
Sulit dibayangkan sekiranya umat Islam tidak memiliki al-Qur’an. Padahal ia adalah umat
terakhir, umat yang diutus Allah sebagai saksi atas perbuatan semua manusia, dan umat
terbaik yang rasulnya menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Atau sulit
dibayangkan sekiranya al-Qur’an yang ada di tangan umat ini bukan berasal dari ‘Tangan’
Zat yang maha mengetahui segala sesuatu yang gaib dan yang zahir.
Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw ternyata bagaikan
magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti kandungan makna
dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas tujuh huruf (sab’ah ahruf) menjadi
polemik pengertiannya di kalangan ulama, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan
ahruf itu sendiri, dan korelasinya dengan cakupan mushaf Usman. Apabila orang arab
berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah itu. Dan ini
merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan
memahaminya
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf?
2. Apa saja perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf?
3. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf?
4. Apa saja hikmah turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf
2. Mengetahui perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf
3. Mengetahui dalil-dalil mengenai turunna Al-Qur’an dengan 7 huruf
4. Mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an dengan 7 huruf
BAB II
PEMBAHASAN
a) Ikhtilaful Asma' (perbedaan kata benda), dalam bentuk mufrod, mudzakkar dan
cabang cabangnya, seperti tatsniyah, jamak dan ta'nits. Contoh dalam surat Al-
Mukminun ayat 8 :والذين هم ألمنتم وعهدهم رعون. Dibaca dalam bentuk jamak dan dibaca
pula dalam bentuk mufrod.
b) Perbedaan dalam segi i'rab, seperti firman Allah SWT. ( ما هذا بشراQ.S. Yusuf : 31)
Jumhur membacanya dengan nashab, sebagaimana penduduk Hijaz, adapun Ibnu
Mas'ud membacanya dengan rafa sebagaimana penduduk Tamim.
c) Perbedaan dalam tashrif, seperti firman Allah. ( فقالوا ربنا باعد بين اسفارناQ.S. Saba' ;
19) ada yang menashabkan ربناkarena mudhof dan merafakan ربناkarena sebagai
mubtada.
d) Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta'hir (mengakhirkan) seperti firman
Allah. أفلم ييأسdibaca ( أفلم يأيسAr Ra'd:31).
e) Peredaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dangan huruf,
sepertiزهاQQف ننشQQام كيQQر إلى العظQQ وانظdiganti dengan رهاQQ( ننشAl Baqarah: 159). Lafazh
dengan lafazh, seperti firman-Nya. كا العهن المنفوشdiganti dengan ( كا الصوف المنفوشAl
Qari'ah: 5). Terkadang perbedaan makhraj, seperti طلح منصودdibaca dengan طلع منضود
(Al Waqi'ah: 29).
f) Perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan. Dalam penambahan
misalnya: ( وأعد لهم جنات تجرى تحتها األنهارAt Taubah:100), dibaca dengan tambahan من
yaitu : ارQا األنهQ من تحتهkeduanya merupakan qira'at mutawatir. Mengenai perbedaan
karena adanya pengurangan (naqsh), seperti, ( قالوا اتخذا هللا ولداAl Baqarah: 116), tanpa
huruf wawu. Jumhur ulama membacanya ]4[. وقالوا اتخذا هللا ولدا
g) Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), fathah dan
imalah, idhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam dan lain lain. Seperti membaca
imalah dan tidak imalah seperti : ( هل أتاك حديث موسىThaha: 9), yang dibaca dengan
mengimalahkan kata أتىdan موسى.
h) Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan
secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan
menurut kebiasaan orang Arab.
i) Ada juga ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah
qira'at sab'ah.
Mengenai pendapat satu ini, maka dapat dijawab: Al Qur'an itu bukanlah qira'at, Al Qur'an
adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti risalah dan
mukjizat. Adapun qira'at adalah perbedaan cara mengucapkan lafazh lafazh wahyu tersebut,
seperti meringankan (takhfif), memberatkan (tatsqil), membaca panjang (mad) dan
sebagainya. Berkata Abu Syamah, "Suatu kaum mengira bahwa qira'at tujuh yang ada
sekarang ini itulah yang dimaksudkan dengan tujuh huruf dalam hadits. Asumsi ini sangat
bertentangan dengan kesepakatan ahli ilmu. Juga anggapan seperti itu adalah anggapan orang
orang yang tidak mengerti."
Lebih lanjut Ath Thabari mengatakan,"Adapun perbedaan bacaan seperti merafa'kan
sesuatu huruf, menjarkan, menashabkan, mensukunkan, memberi harakat dan
memindahkannya ke tempat lain dalam bentuk yang sama, tidak termasuk pengertian ucapan
Nabi, "Aku diperintahkan untuk membaca Al Qur'an dengan tujuh huruf." Sebab
sebagaimana diketahui, tidak ada satu huruf pun dari huruf huruf Al Qur'an –bagaimanapun
perbedaan bacaannya menurut pengertian ini -, menyebabkan seseorang dipandang kafir
karena meragukannya.
Tampaknya, mereka terjebak salah paham tentang bilangan tujuh, sehingga
permasalahannya menjadi kabur bagi mereka. Dalam hal ini Ibnu Umar berkomentar,"Orang
yang menginterpretasikan kata sab'ah dalam hadits ini dengan qira'at tujuh, telah melakukan
apa yang tidak sepantasnya dilakukan dan membuat kekaburan bagi orang awam, dengan
mengesankan pada setiap orang yang berwawasan sempit bahwa berbagai macam qira'at
itulah yang dimaksud oleh hadits. Andaikata qira'at yang masyhur itu kurang dari tujuh atau
lebih, tentu kekaburan dan kesalahan ini tidak perlu terjadi."
Pendapat terkuat dari semua pendapat tersebut adaalah pendapat pertama, yang
mengatakan bahwa tujuh huruf yang dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa
bahasa Arab dalam mengungkapkan satu makna yang sama, misalnya: - عجل- هلم- تعال-اقبل
اسرعLafazh lafazh yang berbeda ini digunakan untuk menunjuk pada satu makna. Pendapat
ini dipilih oleh Sufyan bin Uyanah, Ibnu Jarir, Ibnu Wahab, dan lainnya. Dalil pendapat ini
ialah apa yang terdapat dalam hadits Abu Bakrah yang menyebutkan, bahwasanya Jibril
berkata "Hai Muhammad, bacalah Al Qur'an dengan satu huruf." Lalu Mikail berkata
"Tambahkanlah." Jibril berkata lagi, "Dengan dua huruf." Jibril terus menambahnya hingga
sampai enam atau tujuh huruf. Lalu ia berkata "Semua itu obat penawar yang memadai,
selama ayat adzab tidak ditutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak ditutup dengan
ayat adzab. Seperti kata kata halumma, ta'ala, aqbil, idzhab, asra'a, dan 'ajala."
Pendapat pertama ini didukung pula oleh banyak hadits yakni mengenai kisah Umar
bin Khathab diantaranya "Hai Umar, Al-Qur'an itu seluruhnya adalah benar, selama ayat
rahmat tidak dijadikan ayat adzab atau ayat adzab dijadikan rahmat,"
2. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan yang lafalnya dari Bukhari bahwa Umar bin
Khattab r.a. berkata, “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di
masa hidupnya Rasulullah SAW aku mendengar bacaannya mengandung beberapa
huruf yang belum pernah dibacakan oleh Rasulullah SAW kepadaku sehingga aku
hampir saja beranjak dari shalatku, namun aku menunggunya sampai salam. Setelah
salam, aku menarik sorbannya dan bertanya, “Siapa yang membacakan surat ini
kepadamu?” Ia menjawab, “Rasulullah yang membacakannya kepadaku”, Aku
menyela, “Engkau telah berdusta, Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah
membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”. Setelah itu, aku
mengajaknya untuk menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah
SAW, aku telah mendengar lelaki ini membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf
yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah
membacakan surat Al-Furqanini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab, “Hai Umar!
Lepaskan dia”. Bacalah surat tersebut, wahai Hisyam!” kemudian ia membacakan
bacaan yang tadi aku dengar. Rasul SAW bersabda, “Begitulah surat itu diturunkan”,
sambil sabdanya, “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah
yang paling mudah!” (Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan
Ibnu Jarir). Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan
pula bacaan Umar r.a. kemudian beliau bersabda, “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
3. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata, “Ketika
aku berada di masjid, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki. Kemudian ia shalat dan
membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu, masuk lagi lelaki lain yang membaca
berbeda dengan bacaan lelaki yang pertama. Setelah kami selesai shalat, kami masuk ke
rumah Rasulullah SAW, lalu aku bercerita bahwa, “si lelaki ini membaca bacaan yang
aku ingkari dan lelaki yang satunya lagi membaca berbeda dengan bacaan lelaki yang
pertama”. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan keduanya untuk membaca.
Setelah mereka membaca, Rasulullah menganggap baik bacaan mereka. Setelah
menyaksikan hal itu terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan. Imam Qurtubi
berkata, “Denyutan hati ini (dalam jiwa Ubay) adalah akibat dari sabda Rasulullah
SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya, “Bahwasanya kami mendapatkan
sesuatu dalam diri kami, ketika seseorang merasa berat sekali untuk mengatakannya.
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah sudah kalian temui jawabannya?” “Ya” jawab
mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah iman yang jelas”. (H.R. Muslim)
4. Al-Hafiz Abu Ya’la dalam musnad kabirnya meriwayatkan bahwa pada suatu hari
Usman r.a. berkata di atas mimbar, “Aku sebut nama Allah ketika teringat seorang laki-
laki yang mendengar Rasulullah berkata, Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf
yang kesemuanya tegas lagi sempurna”. Ketika Umar berdiri, hadirin pun berdiri
sehingga tidak terhitung dan mereka menyaksikan pula Rasulullah SAW bersabda, “Al-
Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap”. Kemudian
Usman r.a. berkata, “Saya menyaksikannya bersama mereka”.
5. Imam Muslim dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW
ketika berada di oase Bani Ghaffar didatangi Malaikat Jibril .s. Jibril berkata,
“Sesungguhnya Allah telah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada
umatmu dengan satu huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta kepada Allah ampunan
dan maghfirahnya sebab umatku tidak mampu menjalankan perintah itu”. Kemudian
Jibril datang untuk kedua kalinya, seraya berkata, “Allah telah memerintahkanmu untuk
membacakan Al-Qur’an dengan dua huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan
dan maghfirah kepada Allah, karena umatku tidak kuat menjalankannya”. Jibril datang
lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Allah SWT memerintahkanmu untuk
membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf”. Nabi menjawab, “Aku
meminta ampunan dan maghfirah kepada Allah, sebab umatku tidak sanggup
mengerjakannya”. Jibril datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata, “Kau telah
diperintahkan Allah untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf
dan huruf mana saja yang mereka baca berarti benar”. (Hadits Riwayat Muslim).
6. At-Turmuzi juga meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan, “Rasulullah SAW
berjumpa dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata, “Kemudian Rasul
berkata kepada Jibril bahwa beliau diutus untuk ummat yangummi (tidak bisa menulis
dan membaca). Di antaranya ada yang kakek-kakek, nenek-nenek, dan anak-anak”.
Jibril menjawab, “Perintahkan membaca Al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Imam
Turmuzi mengatakan, “Hadits ini hasan lagi sahih”. Dalam suatu lafal lain disebutkan,
“Barang siapa membacanya dengan satu huruf saja berarti telah membaca seperti ia
(Nabi) membaca”. Dituturkan dalam lafal Huzaefah, “Kemudian aku berkata, “Wahai
Jibril bahwa aku diutus untuk umat yang ummiyah di dalamnya terdapat orang laki-
laki, perempuan, kanak-kanak, pelayan (babu), dan kakek tua yang tidak bisa membaca
sama sekali”. Jibril berkata, “Bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf.
7. Imam Ahmad mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula Amar bin
Ash dari Amr, bahwa ada seseorang yang membaca satu ayat Al-Qur’an. Kemudian
Amr berkata kepadanya, “Sebenarnya ayat itu begini dan begini. Setelah itu, ia
mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab, “Sesungguhnya Al-
Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan
jangan kalian saling meragukan”.
8. At-Tabari dan At-Tabrani meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata, “Seseorang
menghadap Rasul SAW lalu berkata, “Ibnu Mas’ud telah membacakan sebuah surat
kepadaku seperti yang telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula
kepadaku Ubay bin Ka’ab. Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa
yang saya ambil?”. Rasulullah terdiam, sedangkan Ali berada di sampingnya, kemudian
Ali berkata, “Setiap orang di antara kalian hendaklah membaca menurut
pengetahuannya, karena kesemuannya baik lagi indah”.
9. Ibnu Jarir At-Tabari mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh
huruf, maka bacalah semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali
mengakhiri zikir rahmat dengan azab atau zikir azab dengan rahmat”.[8]
A. Kesimpulan
1. Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-
Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab)
mengenai satu makna.
2. Banyak ulama yang berpendapat tentang seputar turunnya Al-Qur’an dalam tujuh huruf
3. Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
a) Hadits Bukhari dan Muslim tentang Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku
mengulanginya,senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai
dengan tujuh huruf.
b) Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir,
Tentang Umar bin Khattab r.a mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-
Furqan yang beberapa huruf belum ia dengar di masa hidupnya Rasulullah SAW.
c) (H.R. Muslim) tentang Ubay bin Ka’ab mendengar bacaan sholat beberapa laki-laki
dengan bacaan yang berbeda-beda.
4. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
a) Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi.
b) Bukti kemukjizatan Al-Quran bagi kebahasaan orang Arab.
c) Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Qaththan, Manna Khalil. 2013. Studi Ilmu Ilmu Qur'an. Terj. Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa. 2013. Pengantar Studi Ilmu Al Qur'an. Terj. Aunur Rafiq El Mazan. Jakarta: Pustaka Al
Kautsar.
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html
http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com/2012/06/turunnya-al-quran-dengan-tujuh-huruf.html,·
Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Qur'an, Bandung: Remaja Rosdakarya.
· Qaththan, Manna Khalil. 2013. Studi Ilmu Ilmu Qur'an. Terj. Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa.
· 2013. Pengantar Studi Ilmu Al Qur'an. Terj. Aunur Rafiq El Mazan. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html
http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com/2012/06/turunnya-al-quran-dengan-tujuh-huruf.html,