Anda di halaman 1dari 1

3.

PERKEMBANGAN ILMU TAUHID DI MASA BANI UMAYYAH


Dalam zaman Bani Ummayah ini situasi dan kondisi berubah. Selain karena pertikaian partai
dan golongan bertambah ramai, juga karena adanya pemeluk agama yang lain masuk
kedalam islam yang jiwanya tetap dipengaruhi oleh unsur-unsur kepercayaan yang pernah
mereka anut. Kebebasan berbicara mendorong pula timbulnya kebebasan mengemukakan
argumentasi masing-masing.
Masalah qadar yang dulunya dibatasi pembatasannya mulai diungkapkan kembali secara
bebas. Maka timbulah golongan Qadariyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al Juhaimi (wafat
tahun 80 H ) yang mengemukakan tentang kebebasan berbuat dan memilih, tanpa campur
tangan Tuhan dalam perbuatan manusia. Dari pernyataan ini munculah golongan Jabariyah
yang dipelopori oleh Jaham bin Safwan sebagai bantahan yang mengemukakan akidah yang
dianutnya bahwa manusia itu serba terpaksa (majbur) dalam segala tindakannya.
Pada akhir abad pertama hijriyah muncul golongan khawarij membentuk suatu madzhab
sendiri yang menonjolkan pendapat: orang yang mengerjakan dosa besar itu kafir. Sedangkan
Hasan Al Bisri (wafat tahun 110 H), berpendapat bahwa orang yang mengerjakan dosa besar
itu adalah fasiq, tidak keluar dari lingkaran mukmin (tidak kafir).
Kemudian tampilah Washil bin Atho’ murid Hasan Al bisri, membantah pendapat gurunya
dengan mengatakan: orang yang mengerjakan dosa besar itu berada diantara dua martabat,
karena Washil bin Atho’ mengasingkan diri dari majlis gurunya Hasan Al bisri atau dari
pendapat umum, maka dinamakanlah gologannya dengan sebutan Al-Mu’tazilah, golongan
orang yang mengasingkan diri. Pada akhir masa ini, Washil bin Atho’ telah dapat menyusun
dasar-dasar ilmunya bagi madzhab Mu’tazilah dan jalan-jalan mengajak masyarakat
mengikuti ajarannya. Dia melaksanakan misinya ke seluruh pelosok dengan segenap tenaga
dan kecakapan hingga sampailah pengembangannya ke Khurasan disebelah timur ke Maroko
sebelah barat, ke Armenia sebelah utara dan ke Yaman sebelah selatan.
Menurut keterangan seorang ahli tarikh, al-Maqrizi (766-845). Washil bin Atho’telah
menyusun kitab tauhid yang berjudul “Kitabut-Tauhid”, “Kitabul Manzilatibainal
Manzilatain”, “Kitab al futaya”.  Dengan demikian masa ini adalah masa dimulainya usaha
menyusun kitab dalam ilmu kalam, sekalipun kitab-kitab itu telah dibawa oleh arus zaman
dan tidak ada yang sampai ketangan kita. Demikianlah situasi ini yang jauh berbeda dengan
zaman khulafaurrosyidin dan malahan kian jauh dibandingkan dengan zaman nabi
Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai