Makalah
Oleh:
Abdul Kadir
NIM: 80100322074
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Ahmad Sewang, M.A.
Alhamdulillah saya haturkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt.
atas karunia dan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa
tersusun. Salam dan shalawat junjungan Nabi Muhammad saw yang senantiasa
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Sejarah
kepada seluruh pihak yang telah turut memberikan saran dan kritik dalam proses
Makassar, 25 September
2022
Penulis,
Abdul Kadir
NIM: 80100322074
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
II PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Pengertian Orientalisme...................................................................
B. Sejarah Perkembangan Orientalisme...............................................
C. Motif-motif Lahirnya Orientalisme..................................................
D. Beberapa Tokoh Orientalis ………………………………………. 10
III PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Rekomendasi ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA 13
iii
BAB I
PENDAHULUANN
A. Latar Belakang
nyata atau khayali antarsatu dengan yang lain. Garis demarkasi yang muncul
berabad-abad lamanya. Tentu saja, tidak sedikit pelayaran yang telah dilakukan
Namun demikian, lebih dari itu, sejak pertengahan abad XVIII, ada dua
unsur pokok dalam hubungan antara Timur dan Barat. Unsur pertama adalah
invasi kolonial, perhatian-perhatian yang besar terhadap hal-hal yang asing dan
pengetahuan sistematis ini ditambah lagi dengan sejumlah besar literatur yang
berbakat.
Unsur kedua yang muncul dalam relasi antara dunia Timur dan Eropa
adalah bahwa Eropa selalu berada dalam “kedudukan yang kuat” (untuk tidak
1
. Edwar W. Said, Orientalism. Ter. Orientalisme, Menggugat Dunia Barat dan
Mendudukan Timur sebagai Subyek (Cet II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2016), h. 58
iv
mengatakan “mendominasi”). Tak ada kata-kata yang lebih halus untuk
mengungkapkan hal ini. Memang benar bahwa hubungan antara "yang kuat"
dan “yang lemah” bisa saja diselubungi atau bahkan dilunakkan sedemikian
Timur.
yang tak pernah lepas dari kajian orientalisme. Dan pada dasarnya dapat
Timur (mayonitas adalah Islam) sebagai suatu pemahaman dan analisa yang
berkembang sedemikian rupa dan telah mendapat perhatian dan juga kajian
lahirnya Islam, yakni Arab, sebagai obyek kajiannya Meskipun demikian untuk
mengkaji orientalisme bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu penulis
2
. Balfour adalah Arthur James Balfour Anggota Parlemen Majelis Rendah Inggris yang
Konsevatif
3
. H. Muhammad Bahar Akkase Teng, Orientalis Dan Orientalisme Dalam Persfektif
Sejarah (Vol 4 No 1; Makassar: Jurnal Ilmu Budaya 2016), h. 48
v
B. Rumusan Masalah
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Orientalisme
Orientalisme dalam Kamus Ilmiah populer brasal dari kata orien berarti
timur; kemudian oriental yang berarti adat istiadat atau ciri atau tabiat ketimuran
(Asia). Selanjutnya Orientalis yang berarti orang Barat yang mempelajari timur;
(adat istiadat atau sastra atau bahasa atau kebudayaan dan sebagainya) dunia
Timur (Asia): sikap membanggakan akan segala yang dimiliki oleh dunia Timur
(oleh orang Timur Asia sendiri); proses penyerapan adat istiadat atau kebudayaan
Menurut sebahagian ahli Orientalisme berasal dari kata latin “oriens” yang
berarti the rising of the sun (terbit matahari), the castern part of the world
(belahan dunia timur): the sky whence comes the sun (langit asal datangnya
matahari): the cast (timur). Kata oriens kemudian diserap ke dalam Bahasa
kata orient yang berarti cast (timur). Kata orient ini dilawankan dengan kata
Dunia Barat (Eropa). Dengan demikian, secara bahasa, orien atau oriental
4
. Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Cet. I; Surabaya: Gita Media Press, 2006) h.
349
5
. Ahmad Bayuni Wahib, Orientalisme Dalam Humum Islam, Kajian Hukum Islam
Dalam Tradisi Barat, (Cet. I; Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018) h. 1
vii
Menggugat Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur Sebagai Subyek, maka
munculya orientalisme atau ahli ketimuran adalah hadirnya ilmuwan Barat yang
Timur. 6
oleh para ilmuan Barat yang menitikberatkan pada ambisi geografis pada
6
. Ahmad Bayuni Wahib, Orientalisme Dalam Humum Islam, Kajian Hukum Islam
Dalam Tradisi Barat, h. 8
viii
sebagai fase awal munculnya Orientalisme sebagai mana yang dikatakan oleh
E.W. Said bahwa pada abad tersebut Renan menemukan usia bahasa Timur
(Sanskerta) yang ternyata jauh lebih tua daripada usia bahasa Ibrani, berbondong-
bondong orang-orang Eropa pada saat itu menyampaikan penemuan ini kepada
ilmu baru, yakni filologi Indo-Eropa. Dari sinilah muncul keinginan yang kuat
dari orang Eropa untuk mulai meninjau bahasa-bahasa Timur, dan pada waktu
yang bersamaan —seperti yang ditunjukkan oleh Foucault dalam The Order of
Timur dalam bidang politik (puncak periode kolonialisme Barar terhadap Timur),
Orientalisme yang dilakukan oleh para sarjana Barat yang mempunyai perhatian
terhadap dunia
Timur. Barat semakin intensif melakukan kajian terhadap dunia Timur. Pada era
Fase ini adalah fase orientalisme terpenting baik bagi Muslim maupun
7
. Edwar W. Said, Orientalism. Ter. Orientalisme, Menggugat Dunia Barat dan
Mendudukan Timur sebagai Subyek,h. 33
8
. Ahmad Bayuni Wahib, Orientalisme Dalam Humum Islam, Kajian Hukum Islam
Dalam Tradisi Barat, h. 9
ix
bagi orientalis sendiri. Sebab pada fase ini Barat telah benar-benar menguasai
negara-negara Islam secara politik, militer, kultural dan ekonomi. Mungkin karena
orang Barat telah masuk dan menguasai negeri-negeri Islam, mereka mudah
mendapatkan bahan-bahan tentang Islam. Oleh sebab itu pada waktu yang hampir
studi keislaman maka framework kajian orientalis berubah dari fase caci maki
menjadi serangan sistimatis dan ilmiah. Tapi sistematis dan ilmiah tidak berarti
tanpa kesalahan dan bias. Framework kajian orientalis tidak lepas dari warna dan
latar belakang agama, politik, worldview dan nilai-nilai peradaban Barat. Bagi
yang berfikir kritis perubahan sikap orientalis ini akan mendapati bahwa kajian
para orientalis itu berpijak pada subyektifitas mereka sebagai orang Barat. Kajian
Edward Said melahirkan kesimpulan bahwa apa saja yang dikatakan oleh orang
abad XIX dan awal abad XX telah mengalami proses pereduksian besar-besaran.
kekuatan Eropa yang superior terhadap Timur yang inferior. Hal ini tentu
menghadapi Timur. Tidak hanya itu, ketakutan Eropa ini juga diperparah lagi oleh
9
. Hamid Fahmi Zarkasy, Tradisi Orientalisme Dan Framework Studi Al-Qur’an, (Vol 7
No 1: Gontor: Jurnal Peradaban Islam Tsaqfqh 2011), h. 7
x
menjadi terancam eksistensinya karena Timur sudah mulai menunjukkan
Barat, kritik Islam ini perlu dijawab agar tidak mempengaruhi penganut
Kristen.
Motif kedua, adalah keilmuan. Sejarah telah mencatat keberhasilan umat Islam
dalam pengembangan sains dan teknologi dari berbagai bangsa, ketika orang
Muslm.
Barat membutuhkan daerah jajahan dan sekaligus pasar. Peluang itu dilihat ada di
dunia Muslim yang kala itu sedang terpuruk. Untuk itu Barat perlu mengkaji
Moif keempat, adalah politik. Islam bagi Barat adalah peradaban yang di masa lalu
10
. Edwar W. Said, Orientalism. Ter. Orientalisme, Menggugat Dunia Barat dan
Mendudukan Timur sebagai Subyek,h. 391
11
. H. Muhammad Bahar Akkase Teng, Orientalis Dan Orientalisme Dalam Persfektif
Sejarah, h. 49
xi
telah tersebar - dan. menguasai peradaban dunia dengan begitu cepat. Barat
sebagai peradaban yang baru bangkit dari kegelapan melihat Islam sebagai
ancaman langsung yang besar bagi kekuatan politik dan agama mereka.
Dia lebih dikenal dengan nama Ignaz Goldziher adalah seorang ahli Islam
yang terjadi dua abad setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, bukan
12
. Ahmad Bayuni Wahib, Orientalisme Dalam Humum Islam, Kajian Hukum Islam
Dalam Tradisi Barat, h. 50
xii
2. Cristiaan Snouck Hurgronje (1857 – 1936)
Pria kelahiran Belanda ini selain sebagai akademisi dalam studi keislaman,
karier akademik Snouck seperti tertutupi oleh peranan sebagai penasihat ini.
Teorinya mengenai hubunga hukum adat dan hukum Islam juga lebih
doktrin dalam bidang politik dan bidang dalam ibadah dan muamalah.
Dalam bidang ibadah dan muamalah umat islam diberi kebebasa seluas-
pemerintah kolonial.13
13
.
xiii
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan pengkajian ketimuran (oriental studies) yang bernama
ketimuran dan keislaman didunia Barat telah berumur berabad-abad, karena itu
karena subyek kajian ini umumnya adalah manusia Barat yang mayoritas
beragama Kristen yang obyek kajiannya ada di Timur yang mayoritas beragama
Islam, maka bias ideologis, kultural dan religius tidak dapat dihindari.
Framework kajian orientalis tidak lepas dari warna dan latar belakang agama,
politik, worldview dan nilai-nilai peradaban Barat. Bagi yang berfikir kritis
perubahan sikap orientalis ini akan mendapati bahwa kajian para orientalis itu
berpijak pada subyektifitas mereka sebagai orang Barat. Kajian Edward Said
xiv
melahirkan kesimpulan bahwa apa saja yang dikatakan oleh orang Eropah tentang
B. Rekomedasi
Pertama: Yang menjadi subyek dalam orientalisme adalah orang Barat (western
people) yang mayoritas non-Muslim yang saat ini sedang menjadi pusat sekaligus
kiblat budaya dan peradaban dunia. Bahasa, cara berpikir, cara pandang, dan
Kedua; Yang menjadi obyek adalah salah satunya kita sebagai orang Timur yang
beragama Islam yang merupakan salah satu agama besar dunia yang banyak
mewarnai bahkan membentuk pola kehidupan dunia sejak dahulu hingga kini.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Bahar Akkase Teng H. Muhammad, Orientalis Dan Orientalisme Dalam
Persfektif Sejarah. Jurnal Ilmu Budaya: Makassar 2016.
Bunyan Wahib Ahmad, Orientalisme Dalam Hukum Islam, Kajian Hukum Islam
Dan Tradisi Barat, Magnum Pustaka Utama: Yogyakarta 2018
Fahmy Zarkasy Hamid, Tradisi Orientalisme Dan Framework Studi al-Qur’an.
Tsaqafah Jurnal Islam: Gontor 2011
Minhaji H. Akh, Kontroversi Orientalisme Dalam Studi Islam [Makna, Latar
Belakang, Teori, Dan Metodologi], Bening Pustaka: Maguwoharjo 2020.
Nasir St. Maghfirah, Sejarah Perkembangan Orientalisme, Al-Mutsla: Makassar
2021
S. Ahmed Akbar, Postmodernism and Islam; Predicamen and Promise:
Posmodernisme Bahaya Dan Harapan Bagi Islam Ter. M. Sirozi. Mizan:
Bandung 1996.
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Gitamedia Press: Surabaya 2006
W. Said Edward, Orientalis: Oreintalisme Ter. Achmad Fawaid. Pustaka Pelajar
2016
xvi