ORIENTALISME
Disusun Oleh :
Nim : HS.222020
Semester : Dua
TAHUN 2023/202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ULUMUL HADIST yang mengkaji perihal ORIENTALISME ,Karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Orientalsme...............................................................................................................3
B. Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Pemikirannya........................................................6
C. Sejarah Orientaisme..................................................................................................9
A. Kesimpulan...............................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita tidak tahu secara pasti siapa orang Eropa pertama yang memberikan perhatiannya
terhadap studi-studi ketimuran dan kapan pula waktunya. Namun yang jelas ialah bahwa
beberapa orang rahib Barat pernah datang ke Andalusia di masa kejayaannya. Mereka belajar di
sekolah-sekolah yang ada di sana, menerjemahkan al-Qur’an serta buku-buku yang berbahasa
Arab ke dalam bahasa-bahasa mereka. Dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu pasti.
Yang paling pertama di antara mereka adalah rahib Jerberi yang terpilih menjadi Paus di
Roma pada tahun 999 M, setelah kembali dari studinya di Andalusia. Juga Pierrele Aenere
(1156-1092), serta Gerard de Gremone (1187-1114). Setelah rahib-rahib tersebut kembali ke
negerinya masing-masing mereka menyerbarluaskan kebudayaan Arab serta buah karya ulama-
ulama terkenal. Dan mereka pun mendirikan akademi-akademi yang bergerak di bidang studi-
studi ketimuran, seperti sekolah “Baduy” Arabi.
Menjelang pertengahan abad ke-19, bahwa literatur Barat menghantam Islam akarnya
kembali pada pertengahan ideologis, historis, dan kultural antara Kristen dan Islam. Sedangkan
pada abad ke-20, bahwa kaum missionaries adalah dengan mengklaim bahwa agama Kristenlah
yang paling banyak berjasa bagi kemajuan yang telah diraih oleh dunia barat dengan berbagai
faktor tersebut.
Perkembangan besar dalam sejarah dengan adanya peristiwa-peristiwa yaitu dengan
munculnya gerakan kebangkitan yang mencapai puncaknya pada abad 15 yaitu pada
masa Renaisance, di mana ilmu-ilmu Yunani dikembangkan dengan para ilmuwan muslim yang
telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa-bahasa besar Eropa di bidang fisika,
matematika, filsafat dan sebagainya. akan tetapi semua itu belum mampu mempengaruhi image
sejarah, teologi, dan ajaran Islam di mata dunia Barat Kristen. Sedangkan peristiwa yang kedua,
bahwa persatuan dunia Kristen dibawah kepemimpinan Gereja terganggu oleh lahirnya paham
nasionalisme dan kepentingan ekonomi setelah lahirnya revolusi industri.
1
Dalam Islam dibangunkan oleh Perang Salib modern, ketika Jenderal Alleaby setelah
merebut Yerusalem pada tahun 1917 dari Turki Usmani, dengan mengatakan : “today ended the
crusade” (baru sekaranglah berakhir Perang Salib). 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan orientalisme?
2. Siapa saja yang menjadi tokoh orentalisme dan pemikiannya?
3. Bagaimana sejarah orientalisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan orientalisme
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi tokoh orentalisme dan pemikirannya
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah orientalisme
1
https://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sejarah-orientalisme.html#ixzz817Pv6F00
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientalisme
`` Orientalisme`` berasal dari kata-kata Perancis `` Orient`` yang berarti `` timur``. Kata
``orientalisme` berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur. Orang-orang yang
mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut `` orientalis `` atau ahli ketimuran.
2
Menurut Joesoef Sou`yb , orientalisme berarti suatau paham atau aliran, yang berkeinginan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya.3
Orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa –bahasa dunia
timur dan kesusasteraannya, dan mereka juga menaruh perhatian besar terhadap agama-agama
dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmuilmunya.4
Sejarah orientalisme pada masa-masa pertama adalah pertarungan antara dunia barat
Nasrani abad pertengahan dengan dunia timur Islam, baik dalam keagamaan maupun ideologi.
Bagi dunia barat Nasrani ,Islam merupakan problema masa depan secara keseluruhan di Eropa.
Dalam perkembangannya, orientalisme menjadi cabang ilmu pengetahuan yang subyektif, karena
intervensi kolonial serta kecenderungan-kecenderungan emosional. Akibatnya, orientalisme
tidak lebih dari alat kekuasaan kolonial atau ekspressi emosional belaka. Para orientalis dengan
dukungan penjajah telah berhasil memalsukan dan memutarbalikkan ajaran-ajaran
Islam.5Dengan kata lain orientalisme merupakan sebuah bentuk eksplorasi dunia timur yang
dilakukan oleh Barat. Tidak hanya pada karya ilmiah, melainkan kepada beragam corak seni,
sastra, maupun hasil tulisan –tulisan penelitian yang dilakukan oleh orang barat. Sedangkan
orientalis merujuk pada subyek orang Barat peneliti.
Edward Said sendiri menyatakan bahwa orientalisme sebagai bentuk penggambaran
tentang tradisi timur, baik dilakukan oleh para akademisi maupun oleh para seniman. Dalam hal
ini, Said menyatakan “Anyone who teaches, writes about, or researches the Orient – and this
applies wheter the person is an anthropologist, sociologist, historian, or philologist—eithe in its
2
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.9
3
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.7
4
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.9
5
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.1
3
specisfic or its general aspects, is an Orientalist, and what he or she says does is Orientalism”
26(setiap orang yang mengajar, menulis atau sebagai peneliti tentang ketimuran , - hal ini berlaku
pada setiap orang baik sebagai seorang antropolog, sosiolog, sejarawan atau pengkaji masalah
filologi –dari aspek umum atau sepesifik merupakan seorang orientalis, dan siapapun orangnya,
apa yang dilakukan oleh pria maupun wanita tersebut dinamakan sebagai orientalis). Sehingga
cakupan orientalisme sangat luas, tetapi yang perlu dipahami ada beberapa istilah kunci adalah
bagaimana Barat menjelaskan The Others. Menurut Said, studi ini banyak sekali dihinggapi oleh
suatu bentuk pre-judice dari seorang penafsir dari luar terhadap kajian budaya timur.7
Dalam melakukan kajian terhadap dunia timur, kajian para orientalis cenderung
dihinggapi subyektivitas, yaitu tidak terlepas dari fanatik agama atau fanatik rasial. Sehingga
emosional dan latar belakang sangat menentukan kajian yang telah dilakukan. 8Baik itu dalam
bentuk penelitian, sastra ataupun sejarah. Oleh karena itu pembahasan –pembahasan mereka
penuh kekeliruan dan bahkan kebohongan-kebohongan yang disengaja, dimana para pembacanya
harus berhatihati.Bahkan banyak persoalan-persoalan bahasa dan kesusasteraan serta sejarah
yang disalahgunakan dari kebenaran. Dalam pembahasan-pembahasan di Encyclopedia of Islam
kesalahan-kesalahan mereka lebih menonjol lagi ,terutama dalam hal-hal yang berhubungan
dengan soal-soal keagamaan murni.9
Kecenderungan subyektif ini dapat dilihat dari pemikiran Habermas. Berbeda dengan
A’zhami atau Said, bagi Habermas ilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari kepentingannya.
Menurut Habermas, kepentingan adalah keadaan alami yang dimiliki oleh tiap manusia dalam
melakukan aktivitas kehidupannya, termasuk dalam aktivitas keilmuan. Selain itu, para peneliti
juga memiliki “innerworld” (dunia internal) atau cara pandangnya. Cara pandang ini tidak dapat
dilepaskan begitu saja ketika melakukan aktivitas penelitian. Kecenderungan sikap seperti ini
yang dikritik oleh A’zhami sebagai sikap unnaturally, yaitu suatu sikap tidak alami dan dengan
hasil penelitian yang sama dengan prejudice. 10
6
http://www.wmich.edu./dialogues/texts/orientalism.htm, diakses pada tanggal 8 November 2023
7
http://en.wikipedia.org/wiki/Orientalism, diakses pada tanggal 8 Mei 2023
8
Richard King, Agama Orientalisme dan Poskolonialisme(terj.),(Yogyakarta: Qalam,1999), hlm.177
9
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.18
10
Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebesan ( terj). Hairus Salim & Imam Baihaqy(Yogyakarta: LkiS, 2007), hlm. 80
4
B. . Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Pemikirannya
Secara jujur diakui bahwa diantara orientalis itu ada pula yang bersifat moderat dan jujur,
tentunya dengan tingkat kejujuran yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang keliru dan ada yang
benar. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa tokoh orientalis-yang menurut pemakalah-yang
melakukan kajian serta penelitian terhadap Timur secara obyektif.
11
Badawi, Abdurrahman. Ensiklopedi tokoh Orientalis. Yogyakarta: LKis.2003.hal.36
5
1870); Diwan Ru’bah bin Al-Ajjaj (Leipzig, 1903), yang kemudian diterjamahkan kedalam
bahasa Jerman(Berlin, 1904).
6
5. Jean-Jacques-Antoine De Perceval (1759 – 1835)
Perceval adalah orientalis Perancis, begitu juga anaknya. Dia lahir di Montdidier pada
24 Juli 1759, dan meninggal pada 20 Juli 1835 di Paris. Sejak mudanya ia belajar bahasa-
bahasa Timur di Paris, kemudian menjadi guru besar di College de France dan juga menjadi
pngelola atas manuskrip-manuskrip Timur di perpustakaan Negara, sekaligus di pilih
menjadi anggota Institute Perancus.
Karya-karya Perceval yang menonjol adalah dalam bidang terjemahan, baik dari
bahasa Yunani ataupun dari bahasa Arab kedalam bahasa Perancis. Dari bahasa Arabia
menerjemahkan Sejarah Sicillia di bawah Penguasa Muslim (Paris, 1802), Kelengkapan dari
Kisah Seribu Satu Malam (1806), dan Al-Jadawil Al-Falaqiyah-nya Ibnu Yunus (1806).12
7. Franciscus Martelottus
Martelottus adalah pendeta ordo Fransiskan. Dia ditugasi untuk menyusun buku
tentang tata bahasa Arab. Tugas ini dilaksanakan dengan menyusun buku berjudul Mabadi’
Al-Lughah Al-Arabiyah, yang didalamnya juga diterangkan tentang “nuzhun jumlah”, yaitu
12
Jamilah, Maryam.Islam dan Orientalisme:Sebuah Kajian Analitik. Jakatrta: PT Raja Grafindo Persada.1997.hal.45
7
ilmu Bayan . Apa yang dikerjakan oleh Martelottus merupakan yang pertama kali dalam
buku-buku tata bahasa Arab yang diterbitkan di Eropa. Karyanya itu dibagi kedalam tiga
bagian : pertama, tentang kosakata; kedua, tentang kalimat; ketiga, tentang ilmu Bayan.
8
Malik. Dalam mewujudkan obsesinya ini, Wensinck mengorganisir 38 pakar dari berbagai
Negara. Juz pertama selesai dikerjakan pada tahun 1936, dari huruf Alif hingga huruf Ha’.
Sejak tahun 1932 proyek raksasa ini ditangani oleh Persatuan Akademi Dunia.
Selain karya monumental tersebut, pada tahun 1927 Wensinck juga menusun matan
hadis-hadis nabi Muhammad SAW secara alfabetis. Karya inilah yang kemudian disalin ke
dalam bahasa Arab oleh Fuad ‘Abdul Baqi de4ngan judul Miftah Kunz As-Sunnah, tahun
1934, sedangkan catatan asli diterbitkan di Leiden oleh penerbit Brill.13
Sejarah orientalisme Islam merujuk pada studi dan interpretasi Barat terhadap agama,
budaya, sejarah, dan peradaban Islam. Orientalisme Islam berbeda dengan orientalisme umum
karena fokusnya terutama pada pemahaman tentang Islam dan dunia Muslim.
Perkembangan orientalisme Islam dimulai pada abad ke-18 dan ke-19, ketika para
orientalis Eropa mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami agama Islam. Para orientalis
seperti Silvestre de Sacy, William Muir, dan Ignaz Goldziher, melakukan studi tentang Al-
Quran, sejarah Islam, hukum Islam, dan teologi Islam. Mereka menerjemahkan teks-teks Islam
ke dalam bahasa-bahasa Eropa dan menghasilkan karya-karya penting dalam bidang ini.
Namun, sejarah orientalisme Islam juga dicirikan oleh pandangan yang bias atau terbatas
dari para orientalis. Beberapa orientalis cenderung melihat Islam sebagai agama yang eksotis,
terbelakang, atau bahkan ancaman bagi Barat. Mereka sering menggunakan sudut pandang
Kristen atau kolonial dalam menginterpretasikan Islam dan menggambarkan kehidupan Muslim.
Salah satu contoh penting dari orientalisme Islam adalah karya Ernest Renan, seorang
orientalis Prancis yang menulis tentang sejarah awal Islam. Renan mengkritik dan meragukan
keaslian dan kebenaran agama Islam. Karya-karyanya menjadi kontroversial dan diperdebatkan
oleh para sarjana Muslim.
Pada abad ke-20, orientalisme Islam terus berkembang dengan penelitian yang lebih kritis
dan multidisiplin. Pemikiran Edward Said, seorang intelektual Palestina, menjadi sangat
13
Buchari, Mannan.Menyingkap Tabir Orientalisme.Jakarta: Amzah.2006.hal.19
9
berpengaruh dalam memahami orientalisme dan kritik terhadapnya. Dalam bukunya yang
terkenal, "Orientalism," Said mengungkapkan bagaimana orientalisme menciptakan pandangan
stereotip dan bias terhadap Islam dan Timur, serta mempengaruhi hubungan antara Barat dan
Timur.
Penting untuk diingat bahwa orientalisme Islam merupakan bidang yang kompleks dan
terus berkembang seiring dengan perkembangan studi tentang Islam dan dialog antara Barat dan
dunia Muslim.14
14
https://chat.openai.com/c/a4a838d8-f596-4cfc-9ba3-060c2ab7537(diakses pada 21 Mei 2023)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
`` Orientalisme`` berasal dari kata-kata Perancis `` Orient`` yang berarti `` timur``. Kata
Orientalis bagi sebagian kalangan sering kali dianggap sebagai “momok” yang harus
diwaspadai dan disingkirkan jauh-jauh, tetapi bagi sebagian yang lain tidaklah demikian. Hal ini
tidak terlepas dari kebenarannnya yang memang problematis. Satu sisi, orientalis sangat
merugikan karena kajian dan analisis yang dilakukannya seringkali dimaksudkan untuk untuk
mendiskreditkan dan menghegemoni dunia Islam. Tetapi di sisi lain, tidak jarang mereka
melakukan analisis dan dengan begitu obyektif, sehingga-diakui ataupuntidak-mereka telah
memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi peradaban Timur pada umumnya dan dunia
Islam pada khususnya.
Perkembangan orientalisme Islam dimulai pada abad ke-18 dan ke-19, ketika para
orientalis Eropa mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami agama Islam. Para orientalis
seperti Silvestre de Sacy, William Muir, dan Ignaz Goldziher, melakukan studi tentang Al-
Quran, sejarah Islam, hukum Islam, dan teologi Islam.
B. Saran
Demikian apa yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak
ditemukan kekurnagn dimana-mana, sehingga kritik dan saran dari bapak dosen Pengampu
maupun teman-teman sekailian sangatlah kami harapkan demi kebaikan karya-karya kami
selanjutnya.
11
DAFTAR PUSATAKA
A.Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta:
Pustaka al Husna, 1981)
Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebesan ( terj). Hairus Salim & Imam Baihaqy(Yogyakarta:
LkiS, 2007)
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sejarah-orientalisme.html#ixzz817Pv6F00,diakses
pada 8 mei 2023
12