Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ULUMUL HADIST

ORIENTALISME

Dosen Penggampu : Sayida Khairatun Nisak,M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Anggun Putri Utami

Nim : HS.222020

Semester : Dua

No. Urut Absen : (2) Dua

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI`AH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI`AH AL-MUJADDID

TANJUNG JABUNG TIMUR

TAHUN 2023/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ULUMUL HADIST yang mengkaji perihal ORIENTALISME ,Karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.

Muara Sabak,08 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Orientalsme...............................................................................................................3
B. Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Pemikirannya........................................................6
C. Sejarah Orientaisme..................................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita tidak tahu secara pasti siapa orang Eropa pertama yang memberikan perhatiannya
terhadap studi-studi ketimuran dan kapan pula waktunya. Namun yang jelas ialah bahwa
beberapa orang rahib Barat pernah datang ke Andalusia di masa kejayaannya. Mereka belajar di
sekolah-sekolah yang ada di sana, menerjemahkan al-Qur’an serta buku-buku yang berbahasa
Arab ke dalam bahasa-bahasa mereka. Dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu pasti.
Yang paling pertama di antara mereka adalah rahib Jerberi yang terpilih menjadi Paus di
Roma pada tahun 999 M, setelah kembali dari studinya di Andalusia. Juga Pierrele Aenere
(1156-1092), serta Gerard de Gremone (1187-1114). Setelah rahib-rahib tersebut kembali ke
negerinya masing-masing mereka menyerbarluaskan kebudayaan Arab serta buah karya ulama-
ulama terkenal. Dan mereka pun mendirikan akademi-akademi yang bergerak di bidang studi-
studi ketimuran, seperti sekolah “Baduy” Arabi.
Menjelang pertengahan abad ke-19, bahwa literatur Barat menghantam Islam akarnya
kembali pada pertengahan ideologis, historis, dan kultural antara Kristen dan Islam. Sedangkan
pada abad ke-20, bahwa kaum missionaries adalah dengan mengklaim bahwa agama Kristenlah
yang paling banyak berjasa bagi kemajuan yang telah diraih oleh dunia barat dengan berbagai
faktor tersebut.
Perkembangan besar dalam sejarah dengan adanya peristiwa-peristiwa yaitu dengan
munculnya gerakan kebangkitan yang mencapai puncaknya pada abad 15 yaitu pada
masa Renaisance, di mana ilmu-ilmu Yunani dikembangkan dengan para ilmuwan muslim yang
telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa-bahasa besar Eropa di bidang fisika,
matematika, filsafat dan sebagainya. akan tetapi semua itu belum mampu mempengaruhi image
sejarah, teologi, dan ajaran Islam di mata dunia Barat Kristen. Sedangkan peristiwa yang kedua,
bahwa persatuan dunia Kristen dibawah kepemimpinan Gereja terganggu oleh lahirnya paham
nasionalisme dan kepentingan ekonomi setelah lahirnya revolusi industri.

1
Dalam Islam dibangunkan oleh Perang Salib modern, ketika Jenderal Alleaby setelah
merebut Yerusalem pada tahun 1917 dari Turki Usmani, dengan mengatakan : “today ended the
crusade” (baru sekaranglah berakhir Perang Salib). 1

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan orientalisme?
2. Siapa saja yang menjadi tokoh orentalisme dan pemikiannya?
3. Bagaimana sejarah orientalisme?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan orientalisme
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi tokoh orentalisme dan pemikirannya
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah orientalisme

1
https://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sejarah-orientalisme.html#ixzz817Pv6F00

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientalisme

`` Orientalisme`` berasal dari kata-kata Perancis `` Orient`` yang berarti `` timur``. Kata
``orientalisme` berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur. Orang-orang yang
mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut `` orientalis `` atau ahli ketimuran.
2
Menurut Joesoef Sou`yb , orientalisme berarti suatau paham atau aliran, yang berkeinginan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya.3
Orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa –bahasa dunia
timur dan kesusasteraannya, dan mereka juga menaruh perhatian besar terhadap agama-agama
dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmuilmunya.4
Sejarah orientalisme pada masa-masa pertama adalah pertarungan antara dunia barat
Nasrani abad pertengahan dengan dunia timur Islam, baik dalam keagamaan maupun ideologi.
Bagi dunia barat Nasrani ,Islam merupakan problema masa depan secara keseluruhan di Eropa.
Dalam perkembangannya, orientalisme menjadi cabang ilmu pengetahuan yang subyektif, karena
intervensi kolonial serta kecenderungan-kecenderungan emosional. Akibatnya, orientalisme
tidak lebih dari alat kekuasaan kolonial atau ekspressi emosional belaka. Para orientalis dengan
dukungan penjajah telah berhasil memalsukan dan memutarbalikkan ajaran-ajaran
Islam.5Dengan kata lain orientalisme merupakan sebuah bentuk eksplorasi dunia timur yang
dilakukan oleh Barat. Tidak hanya pada karya ilmiah, melainkan kepada beragam corak seni,
sastra, maupun hasil tulisan –tulisan penelitian yang dilakukan oleh orang barat. Sedangkan
orientalis merujuk pada subyek orang Barat peneliti.
Edward Said sendiri menyatakan bahwa orientalisme sebagai bentuk penggambaran
tentang tradisi timur, baik dilakukan oleh para akademisi maupun oleh para seniman. Dalam hal
ini, Said menyatakan “Anyone who teaches, writes about, or researches the Orient – and this
applies wheter the person is an anthropologist, sociologist, historian, or philologist—eithe in its

2
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.9
3
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.7
4
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.9
5
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.1

3
specisfic or its general aspects, is an Orientalist, and what he or she says does is Orientalism”
26(setiap orang yang mengajar, menulis atau sebagai peneliti tentang ketimuran , - hal ini berlaku
pada setiap orang baik sebagai seorang antropolog, sosiolog, sejarawan atau pengkaji masalah
filologi –dari aspek umum atau sepesifik merupakan seorang orientalis, dan siapapun orangnya,
apa yang dilakukan oleh pria maupun wanita tersebut dinamakan sebagai orientalis). Sehingga
cakupan orientalisme sangat luas, tetapi yang perlu dipahami ada beberapa istilah kunci adalah
bagaimana Barat menjelaskan The Others. Menurut Said, studi ini banyak sekali dihinggapi oleh
suatu bentuk pre-judice dari seorang penafsir dari luar terhadap kajian budaya timur.7
Dalam melakukan kajian terhadap dunia timur, kajian para orientalis cenderung
dihinggapi subyektivitas, yaitu tidak terlepas dari fanatik agama atau fanatik rasial. Sehingga
emosional dan latar belakang sangat menentukan kajian yang telah dilakukan. 8Baik itu dalam
bentuk penelitian, sastra ataupun sejarah. Oleh karena itu pembahasan –pembahasan mereka
penuh kekeliruan dan bahkan kebohongan-kebohongan yang disengaja, dimana para pembacanya
harus berhatihati.Bahkan banyak persoalan-persoalan bahasa dan kesusasteraan serta sejarah
yang disalahgunakan dari kebenaran. Dalam pembahasan-pembahasan di Encyclopedia of Islam
kesalahan-kesalahan mereka lebih menonjol lagi ,terutama dalam hal-hal yang berhubungan
dengan soal-soal keagamaan murni.9
Kecenderungan subyektif ini dapat dilihat dari pemikiran Habermas. Berbeda dengan
A’zhami atau Said, bagi Habermas ilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari kepentingannya.
Menurut Habermas, kepentingan adalah keadaan alami yang dimiliki oleh tiap manusia dalam
melakukan aktivitas kehidupannya, termasuk dalam aktivitas keilmuan. Selain itu, para peneliti
juga memiliki “innerworld” (dunia internal) atau cara pandangnya. Cara pandang ini tidak dapat
dilepaskan begitu saja ketika melakukan aktivitas penelitian. Kecenderungan sikap seperti ini
yang dikritik oleh A’zhami sebagai sikap unnaturally, yaitu suatu sikap tidak alami dan dengan
hasil penelitian yang sama dengan prejudice. 10

6
http://www.wmich.edu./dialogues/texts/orientalism.htm, diakses pada tanggal 8 November 2023
7
http://en.wikipedia.org/wiki/Orientalism, diakses pada tanggal 8 Mei 2023
8
Richard King, Agama Orientalisme dan Poskolonialisme(terj.),(Yogyakarta: Qalam,1999), hlm.177
9
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka al Husna,
1981), hlm.18
10
Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebesan ( terj). Hairus Salim & Imam Baihaqy(Yogyakarta: LkiS, 2007), hlm. 80

4
B. . Tokoh-Tokoh Orientalisme Dan Pemikirannya

Secara jujur diakui bahwa diantara orientalis itu ada pula yang bersifat moderat dan jujur,
tentunya dengan tingkat kejujuran yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang keliru dan ada yang
benar. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa tokoh orientalis-yang menurut pemakalah-yang
melakukan kajian serta penelitian terhadap Timur secara obyektif.

1. Henry Frederick Amendroz (1854 – 1917)


Amendroz adalah orientalis Inggris yang mendalami hukum sampai ia menjadi
penegak hukum. Di samping itu, amendroz juga mempelajari bahasa Arab hingga dapat
menguasainya dengan sempurna. Amendroz kemudian memulai memusatkan obyek
kajiannya pada literature-literatur sejarah Arab yang muncul pada abad ke-4
Hijriyah.kajiannya dipusatkan pada karya-katya Hilal Ash-Shabi yang masih tersisa. Hilal
Ash-Shabi adalah sejarawan ytang lahir pada bulan Syawal 359 H, dan meninggal pada 17
Romadhon 448 H. sepanjang karirnya, ia telah menghasilkan sembilan karangan, namun
yang amat disayangkan bahwa semua karangannya itu telah hilang, dan hanya beberapa
karangan lepasnya saja yng dapat dijumpai. Karangan lepas Hilal Ash-Shabi itulah yang
dikumpulkan dan diterbitkan oleh Amendroz di Leiden pada tahun 1904. Koleksi karangan
itu berjudul Historical Remains, First Part of His kitab Al-Wuzara’ and Fragment of His
History 389 – 393 A. H., yang dilengkapi dengan catatan-catatan dan glosarium.

2. Wilhelm Ahlwardt (1828 – 1909)


Wilhhelm Ahlwardt atau yang biasa disebut William Alward, adalah orientalis Jerman
yang dilahirkan di kota Greifswald, kawasn Jerman Utara dekat, Laut Baltik, pada 4 JUni
1828 dan meninggal di tempat kelahirannnya pada 2 November 1909. Dia adalh guru besar
di Universitas Jerman, dan juga pengelola perpustakaan tersebut. Dia termasuk sosok
ilmuwan yang paling mumpuni dalam bahas Arab, terutama dalam kajian syair-syair
Jahilliyah dan syair-syair sukuArab yang lain.11
Diantara hasil karya Alward adalah : Al-Aqdu Ats-Tsamin fi bDawawin Asy-Syu’ara’
Al-Jahiliyah (Greifswald, 1869); The Divans of The Six Ancient Arabic Poets (London,

11
Badawi, Abdurrahman. Ensiklopedi tokoh Orientalis. Yogyakarta: LKis.2003.hal.36

5
1870); Diwan Ru’bah bin Al-Ajjaj (Leipzig, 1903), yang kemudian diterjamahkan kedalam
bahasa Jerman(Berlin, 1904).

3. Michele Amari (1806 – 1889)


Amari adalah sosok ilmuwan yang menerjuni bidang politik, sekaligus seorang
orientalis Itali. Ia dilahirkan di Palermo, Siccilia pada bulan Juli 1806. Ayah Amari adalah
sosok politik ulung, bahkan akibat dari kegiatan politiknya itu ayahnya pernah dipenjara
selam 30 tahun.
Amari adalah sosok ilmuwan yang amat tinggi nasionalismenya, sifat inilah yang
mendorongnya menekuni sejarah bangsanya, Sicilla. Bukunya, Sejarah Perang Siccilia,
menjelaskan tentang peperangan dan pembantain antara rakyat Sicillia dengan Perancis pada
tahun 1282. Karena dorongan nasionalisme juga Amari pergi ke Paris untuk menelaah
sejarah Sicillia dibawah kekuasaa Islam yang terdalam buku Al-Ibar kaqrya Ibnu Khaldun
yang diterjemahkan kedalam bahasa Perancis.
Buah karya dari kajian sejarahnya itu menghasilkan Historia dei Musulmani in
Sicillia, dalam tiga jilid (Fiorentina, 1854 – 1873). Dalam buku tersebut dijelaskan tentang
sejarah Sicillia dari zaman Byzantium sampai pemerintahan Islam, tahun 827 – 1090.

4. Theodor Zenker (wafat 1884)


Zenker adalah orientalis Jerman yang menetap di Leipzig dan Dresden, ia bekerja
secara mandiri dalam pengertian bukan sebagai pegawai pemerintahan. Zenker meninggal di
Thun bei Zwiekau.
Diantara karya-karyanya adalh terjemah dari Al-Maqulat-nya Aristoteles yang
tersimpan dalam manuskrip nomor 882, dalam daftar nmanuskrip yang disusun oleh De
Slann, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1846. Karya Zenker yang terkenal adalah
“Kamus Turki-Arab-Persia” yang berjudul Bibliotheca Orientalis dalam dua jilid. Kamus
Zenker disusun secara tematis, dimana jilid kedua dari karyanya itu merupakan apendiks dari
jilid pertama.

6
5. Jean-Jacques-Antoine De Perceval (1759 – 1835)
Perceval adalah orientalis Perancis, begitu juga anaknya. Dia lahir di Montdidier pada
24 Juli 1759, dan meninggal pada 20 Juli 1835 di Paris. Sejak mudanya ia belajar bahasa-
bahasa Timur di Paris, kemudian menjadi guru besar di College de France dan juga menjadi
pngelola atas manuskrip-manuskrip Timur di perpustakaan Negara, sekaligus di pilih
menjadi anggota Institute Perancus.
Karya-karya Perceval yang menonjol adalah dalam bidang terjemahan, baik dari
bahasa Yunani ataupun dari bahasa Arab kedalam bahasa Perancis. Dari bahasa Arabia
menerjemahkan Sejarah Sicillia di bawah Penguasa Muslim (Paris, 1802), Kelengkapan dari
Kisah Seribu Satu Malam (1806), dan Al-Jadawil Al-Falaqiyah-nya Ibnu Yunus (1806).12

6. Martinus Theodorus Houtsma (1851 – 1943)


Houtsma adalah orientalis Belanda yang dilahirkan pada 15 Januari 1851 Irnsum.
Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya di Dokhum, dia kemidian melanjutkan
studinya di Universitas Leiden. Pada tahun1875, Houtsma memperoleh gelar sarjana teologi
tingkat pertama dengan judul penelitian “Perdebatan di Sekitar Aqidah Islam” dengan bahasa
Belanda.
Hasil karya ilmiah Houtsma diantaranya Indeks Manuskrip-manuskrip Timur di
perpustakaan Universitas Leiden (1877). Bersama dengan De Goeje, Houtma menyusun jilid
pertama dari cetakan kedua indeks ini, jilid pertama indeks ini diterbitkan tahun 1888.
Houtsma juga banyak meneliti sebagian dari manuskrip-manuskrip Arab. Pada tahun 1878,
Houtsma meneliti beberapa bagian dari kasidah-kasidah Akhthal dengan juduil Al-Akhthal
Madih Al-Umawiyyin. Setelah penelitian itu, Houtsma meneliti dua buku lainnya Kitab Al-
Adhdad-nya Ibnu Al-Anbari tahun 1881 dan Tarikh Al- Ya’qubi, tentang sejarah Islam
menurut pandangan kaum Syi’ah tahun 1883.

7. Franciscus Martelottus
Martelottus adalah pendeta ordo Fransiskan. Dia ditugasi untuk menyusun buku
tentang tata bahasa Arab. Tugas ini dilaksanakan dengan menyusun buku berjudul Mabadi’
Al-Lughah Al-Arabiyah, yang didalamnya juga diterangkan tentang “nuzhun jumlah”, yaitu

12
Jamilah, Maryam.Islam dan Orientalisme:Sebuah Kajian Analitik. Jakatrta: PT Raja Grafindo Persada.1997.hal.45

7
ilmu Bayan . Apa yang dikerjakan oleh Martelottus merupakan yang pertama kali dalam
buku-buku tata bahasa Arab yang diterbitkan di Eropa. Karyanya itu dibagi kedalam tiga
bagian : pertama, tentang kosakata; kedua, tentang kalimat; ketiga, tentang ilmu Bayan.

8. Friedrich August Muller (1847 – 1892)


August Muller adalah orientalis Jerman yang lahir pada tahun 1847 dan meninggal
pada 12 September 1892 di kota Halle. Dia memperoleh gelar sarjana tingkat pertama dengan
judul risalah Mu’allaqah Amru Al-Qais pada tahun 1869. Dia berupaya menghadirkan
gambaran orisinil dari Mu’allaqah tersebut. Dia menjadi dosen di Universitas Kingsburg
pada tahun 1882, dan di Universitas Halle pada tahun 1890.
Diantara karya ilmiahnya yang paling menonjol adalah ‘Uyun Al-Anba’ fi Thabaqat
Al-Athibba’-nya Abi Ushaibiah.

9. Julius Heinrich Ptermann (1801 – 1876)


Orientalis Jerman ini banyak menemukan banyak menemukan naskah-naskah yang
masih dalam bentuk manuskrip. Petermann lahir pada 12 Agustus 1801 di Gllauchau, dan
meninggal pada Juni 1876 di Bad Ruheim. Pada tahun 1837 ia dianugerahi gelar guru besar
tanpa jabatn dalam bidang bahasa Timur di Universitas Berlin.
Diantara hasil karyanya yang terpenting, yaitu Tata bahasa Armenia (Berlin, 1837)
dan Porta Linguarium Orientalium (Berlin, 1840), yang terdiri atas lima jilid. Usahanya ini
diteruskan oleh para orientalis lain, seperti Stracku Brockelmann.

10. Arent Jan Wensinck (1882 – 1939)


Orientalis Belanda ini belajar kepada Houtsma, De Goeje, Snouck Hurgronje, dan di
kemudian hari menggantikan posisi Snouck Hurgronje di Universitas Leiden pada tahun
1927.
Karya ilmiah pertamanya adalah risalah sarjan tingkay pertama dengan judul
Mohammed en de Joden te Medina dalam bahasa Belanda (Leiden, Brill, 1908). Pada tahun
1916, Wensinck menegaskan obsesinya di majalah ZDMG, dengan menyusun Konkordasi
Indeks Kosakata Alfabetis dari Hadis-Hadis nbi Muhammad SAW., yang terdapat dalam
Kutub As-Sittah, Musnad Ad-Darimi, Ahmad bin Hmabal, dan Muwaththa’-nya Imam

8
Malik. Dalam mewujudkan obsesinya ini, Wensinck mengorganisir 38 pakar dari berbagai
Negara. Juz pertama selesai dikerjakan pada tahun 1936, dari huruf Alif hingga huruf Ha’.
Sejak tahun 1932 proyek raksasa ini ditangani oleh Persatuan Akademi Dunia.
Selain karya monumental tersebut, pada tahun 1927 Wensinck juga menusun matan
hadis-hadis nabi Muhammad SAW secara alfabetis. Karya inilah yang kemudian disalin ke
dalam bahasa Arab oleh Fuad ‘Abdul Baqi de4ngan judul Miftah Kunz As-Sunnah, tahun
1934, sedangkan catatan asli diterbitkan di Leiden oleh penerbit Brill.13

C. Sejarah Perkembangan Orientalisme

Sejarah orientalisme Islam merujuk pada studi dan interpretasi Barat terhadap agama,
budaya, sejarah, dan peradaban Islam. Orientalisme Islam berbeda dengan orientalisme umum
karena fokusnya terutama pada pemahaman tentang Islam dan dunia Muslim.

Perkembangan orientalisme Islam dimulai pada abad ke-18 dan ke-19, ketika para
orientalis Eropa mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami agama Islam. Para orientalis
seperti Silvestre de Sacy, William Muir, dan Ignaz Goldziher, melakukan studi tentang Al-
Quran, sejarah Islam, hukum Islam, dan teologi Islam. Mereka menerjemahkan teks-teks Islam
ke dalam bahasa-bahasa Eropa dan menghasilkan karya-karya penting dalam bidang ini.

Namun, sejarah orientalisme Islam juga dicirikan oleh pandangan yang bias atau terbatas
dari para orientalis. Beberapa orientalis cenderung melihat Islam sebagai agama yang eksotis,
terbelakang, atau bahkan ancaman bagi Barat. Mereka sering menggunakan sudut pandang
Kristen atau kolonial dalam menginterpretasikan Islam dan menggambarkan kehidupan Muslim.

Salah satu contoh penting dari orientalisme Islam adalah karya Ernest Renan, seorang
orientalis Prancis yang menulis tentang sejarah awal Islam. Renan mengkritik dan meragukan
keaslian dan kebenaran agama Islam. Karya-karyanya menjadi kontroversial dan diperdebatkan
oleh para sarjana Muslim.

Pada abad ke-20, orientalisme Islam terus berkembang dengan penelitian yang lebih kritis
dan multidisiplin. Pemikiran Edward Said, seorang intelektual Palestina, menjadi sangat

13
Buchari, Mannan.Menyingkap Tabir Orientalisme.Jakarta: Amzah.2006.hal.19

9
berpengaruh dalam memahami orientalisme dan kritik terhadapnya. Dalam bukunya yang
terkenal, "Orientalism," Said mengungkapkan bagaimana orientalisme menciptakan pandangan
stereotip dan bias terhadap Islam dan Timur, serta mempengaruhi hubungan antara Barat dan
Timur.

Seiring berjalannya waktu, orientalisme Islam telah mengalami perubahan dalam


pendekatannya. Banyak orientalis modern berusaha untuk memahami Islam dari perspektif
internal dan berkolaborasi dengan cendekiawan Muslim dalam penelitian mereka. Mereka juga
berupaya untuk melampaui pandangan yang terbatas atau bias dalam memahami agama dan
budaya Islam.

Penting untuk diingat bahwa orientalisme Islam merupakan bidang yang kompleks dan
terus berkembang seiring dengan perkembangan studi tentang Islam dan dialog antara Barat dan
dunia Muslim.14

14
https://chat.openai.com/c/a4a838d8-f596-4cfc-9ba3-060c2ab7537(diakses pada 21 Mei 2023)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

`` Orientalisme`` berasal dari kata-kata Perancis `` Orient`` yang berarti `` timur``. Kata

``orientalisme` berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur.

Orientalis bagi sebagian kalangan sering kali dianggap sebagai “momok” yang harus
diwaspadai dan disingkirkan jauh-jauh, tetapi bagi sebagian yang lain tidaklah demikian. Hal ini
tidak terlepas dari kebenarannnya yang memang problematis. Satu sisi, orientalis sangat
merugikan karena kajian dan analisis yang dilakukannya seringkali dimaksudkan untuk untuk
mendiskreditkan dan menghegemoni dunia Islam. Tetapi di sisi lain, tidak jarang mereka
melakukan analisis dan dengan begitu obyektif, sehingga-diakui ataupuntidak-mereka telah
memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi peradaban Timur pada umumnya dan dunia
Islam pada khususnya.

Perkembangan orientalisme Islam dimulai pada abad ke-18 dan ke-19, ketika para
orientalis Eropa mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami agama Islam. Para orientalis
seperti Silvestre de Sacy, William Muir, dan Ignaz Goldziher, melakukan studi tentang Al-
Quran, sejarah Islam, hukum Islam, dan teologi Islam.

B. Saran

Demikian apa yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak

ditemukan kekurnagn dimana-mana, sehingga kritik dan saran dari bapak dosen Pengampu

maupun teman-teman sekailian sangatlah kami harapkan demi kebaikan karya-karya kami

selanjutnya.

11
DAFTAR PUSATAKA

A.Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta:
Pustaka al Husna, 1981)

Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebesan ( terj). Hairus Salim & Imam Baihaqy(Yogyakarta:
LkiS, 2007)

Badawi, Abdurrahman. Ensiklopedi tokoh Orientalis. Yogyakarta: LKis.2003

Buchari, Mannan.Menyingkap Tabir Orientalisme.Jakarta: Amzah.2006


Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama ( Quran dan Hadits ), (Jakarta: Pustaka
al Husna, 1981)

Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006)

Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006)

Jamilah, Maryam.Islam dan Orientalisme:Sebuah Kajian Analitik. Jakatrta: PT Raja Grafindo


Persada.1997
Richard King, Agama Orientalisme dan Poskolonialisme(terj.),(Yogyakarta: Qalam,1999)
http://en.wikipedia.org/wiki/Orientalism, diakses pada tanggal 8 Mei 2023

http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sejarah-orientalisme.html#ixzz817Pv6F00,diakses
pada 8 mei 2023

http://www.wmich.edu./dialogues/texts/orientalism.htm, diakses pada tanggal 8 Mei 2023

https://chat.openai.com/c/a4a838d8-f596-4cfc-9ba3-060c2ab7537(diakses pada 21 Mei 2023)

12

Anda mungkin juga menyukai