Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul,“ORIENTALIS DAN HADIST NABI SAW” ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT. Karunia kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber, yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pengampu mata kuliah ini. Dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Penulis
i
DATAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DATAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Pengertian Orientalis.......................................................................................................
A. KESIMPULAN...............................................................................................................
B. SARAN...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ruang lingkup kajian orientalisme hampir mencakup pada semua
bidang ilmu pengetahuan di Timur, mulai dari kajian tentang kultur
budaya, agama, bahasa-sastra, dan bahkan masuk kepada politik dan
militer. Apalagi, seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan menjadi
sangat meluas. Jika ditelusuri dalam segi historis, ketertarikan para
penjelajah Barat adalah berawal pada bahasa Arab dan merembet pada
bidang- bidang lainnya.
Untuk itulah didalam makalah ini penulis fokus membahas tentang
orientalis dan hadist nabi agar bisa lebih dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Orientalis?
2. Bagaimana Sejarah Kajian Hadis di kalangan Orientalis?
3. Apa saja pandangan Orientalis terhadap Hadist Nabi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Orientalis.
2. Untuk mengetahui Sejarah Kajian Hadis di kalangan Orientalis.
3. Untuk mengetahui pandangan Orientalis terhadap Hadist Nabi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Orientalis
Kajian tentang orientalis tidak dapat dipisahkan dari studi tentang
orientalisme. Kata "orientalis" menimbulkan perasaan yang bermacam-
macam pada diri kita, bahkan kata itu tidak luput dari prasangka dan
keraguan yang bukanlah buatan kita atau sesuai dengan naluri kita,
melainkan buatan sebagian kaum orientalis yang ekstrem. Mereka tidak
dapat melepaskan diri dari keyahudian, kekristenan, atau keturunan etnis
ketika mereka menulis tentang Arab atau Islam.
Orientalisme berasal dari kata orient dan isme. Dalam bahasa
Inggris, kata orient berarti direction of rising sun (arah terbitnya matahari).
Secara geografis, kata orient berarti dunia timur dan secara etnologis
berarti bangsa-bangsa timur. Secara luas, kata orient juga berarti wilayah
yang membentang dari kawasan Timur Dekat (Turki dan sekitarnya)
hingga Timur Jauh (Jepang, Korea, Cina) dan Asia Selatan hingga
republik-republik muslim bekas Uni Soviet, serta kawasan Timur Tengah
hingga Afrika Utara. Adapun istilah isme berarti aliran, pendirian, ilmu,
paham, keyakinan, dan sistem. Dengan demikian, secara etimologis,
orientalisme dapat diartikan sebagai ilmu tentang ketimuran atau studi
tentang dunia timur.
Secara terminologis, Edward Said memberikan tiga pengertian dasar
orientalisme, yaitu:
sebuah cara kedatangan yang berhubungan dengan bangsa-bangsa
Timur berdasarkan tempat khusus Timur dan pengalaman Barat Eropa.
sebuah gaya pemikiran berdasarkan ontologi dan epistemologi Barat
pada umumnya.
sebuah gaya Barat untuk mendominasi, membangun kembali, dan
mempunyai kekuasaan terhadap Timur.
3
Dari beberapa pengertian ini agaknya pengertian orientalisme
dapat disederhanakan menjadi kajian tentang dunia Timur. Dengan
pengertian ini, maka orientalis berarti orang yang mengkaji dunia
ketimuran, yang dalam perkembangannya mengalami penyempitan
menjadi dunia Islam. Dalam hal ini, ada pendapat yang membatasi
pengertian orientalis itu pada orang-orang Barat saja, di samping pendapat
lain yang tidak membatasinya pada kelompok tertentu.
4
B. Sejarah Kajian Hadis di kalangan Orientalis
Dari sekian banyak bidang kajian yang menjadi garapan para
orientalis, salah satunya adalah hadis Nabi. Tentang siapa orientalis yang
pertama kali mengadakan kajian di bidang ini, belum ditemukan kepastian
sejarah. Para ahli berbeda pendapat dalam hal ini. Menurut G. H. A
Joynboll sebagaimana dikutip oleh Daniel W. Brown, sarjana Barat yang
pertama kali melakukan kajian skeptik terhadap hadis adalah Alois
sprenger kemudian diikuti oleh Sir Willian Muir dalam karyanya Life of
Muhamet dan mencapai puncaknya pada karya Ignaz Goldziher.
5
keberadaannya hingga masa Nabi dan bukan buatan umat Islam setelah
abad pertama Hijriyah. Pandangan ini didasarkan atas manuskrip-
manuskrip yang berhubungan dengan hadist Nabi. Dapat dikatakan bahwa
di kalangan orientalis telah terjadi pergeseran pendapat tentang Hadist.
6
Para orientalis tidak memahami istilah bahwa istilah hadist itu
berasal dari Nabi, tetapi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
teoritis (hadist) dan peraturan-peraturan praktis (sunnah) yang berasal dari
kebiasaan-kebiasaan umat Islam awal bidang ibadah dan hukum.
Pada kesempatan lain, Ignaz Goldziher menyatakan bahwa
perbedaan antara sunnah dan hadis bukan saja dari maknanya, tetapi
melebar pada adanya pertentangan dalam materi hadis dan sunnah.
Menurutnya, hadis bercirikan berita lisan yang dinilai bersumber dari
Nabi, sedangkan sunnah berdasar kebiasaan yang lazim digunakan di
kalangan umat Islam awal yang menunjuk pada permasalahan hukum dan
keagamaan, baik ada atau tidak ada berita lisan tentang kebiasaan itu.
Suatu kaidah yang terkandung di dalam hadis biasanya dipandang
sebagai sunnah, tetapi tidak berarti sunnah harus mempunyai hadis yang
relevan dan mengukuhkannya. Lebih lanjut Goldziher menyatakan bahwa
sunnah sebenarnya hanyalah sebuah revisi atas adat istiadat bangsa Arab
yang sudah ada. Dengan demikian, menurut Goldziher sunnah bukanlah
suatu yang berasal dari Nabi tetapi merupakan kebiasaan yang sudah
berkembang di kalangan bangsa Arab yang direvisi.
Pendapat senada di kemukakan oleh Joseph Schacht bahwa sunah
merupakan konsep bangsa Arab kuno yang berlaku kembali sebagai salah
satu pusat pemikiran islam. Menurutnya, sunnah merupakan tradiasi Arab
kuno yang kembali mengemuka dalam ajaran Islam. Dalam konteks ini,
Fazlur Rahman menyimpulkan makna sunnah menurut Schalcht sebagai
tradisi dari Nabi yang tidak ada sama sekali sampai Abad Kedua Hijriah
atau Kedelapan Masehi. Kebiasaan sebelum waktu itu dipandang sebagai
sunnah Nabi, tetapi sebagai sunnah masyarakat karena sunnah tersebut
terutama sekali adalah hasil penalaran bebas orang-orang.
Dapat dikatakan bahwa pandangan Goldziher dan Schaht tentang
sunnah relatif sama. Keduanya menganggap sunnah bukan suatu yang
berasal dari Nabi, tetapi hanya kelanjutan dari tradisi bangsa Arab yang
kemudian disandarkan kepada Nabi.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata orientalis diartikan dengan berbagai macam definisi, namun
dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa orientalis adalah dunia ketimuran
yang dijadikan objek oleh para ilmuwan atau peneliti. Salah satu bidang
yang dikaji para orientalis adalah Hadits. Mereka merasa sangat perlu
untuk mengkaji dan menelitinya, karena itu salah satu bagian penting yang
ada di dunia Timur. Adapun arti dari hadits adalah segala riwayat yang
berasal dari Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan
(taqrir), sifat fisik dan tingkah laku beliau, baik sebelum diangkat menjadi
rasul (seperti tahannut beliau di gua Hira') maupun sesudahnya. Sikap dan
asumsi orientalis terhadap hadits itu bermacam- macam, yaitu: Skeptis,
non-skeptis, dan middle ground.
B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari pasti masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, karena itu kami sangat
mengharapkan masukan dan kritikan dari para pembaca.
8
DAFTAR PUSTAKA