Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metodologi Islam

Nama : M. Nurhidayah Al Fath Alwi

Nim : 105241104421

Kelas : PBA 4A

1. Apa Itu Pengetahuan Ilmiah (Saitifik) ?


: Pengetahuan ilmiah atau pengetahuan saintifik adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
metode ilmiah yang didasarkan pada pengamatan, experiment, dan analisis data yang objektif.
Pengetahuan ilmiah ini didasarkan pada prinsip-prinsip dan teori ilmiah yang dapat diuji dan
diverifikasi.
2. Apa ciri-ciri dari ilmiah ?
: Ciri-ciri dari sikap ilmiah adalah
1. Skeptis: skeptis terhadap klaim atau asumsi tampa adanya bukti yang cukup. Ilmuan
cenderung mempertanyakan atau tidak menganggap sesuatu sebagai kebenara muthlak
tampa adanya bukti yang mendukung.
2. Objektif: berusaha mempertahankan objektivitas, yaitu menghindari pengaruh pribadi atau
emosional dalam pengumpulan dan interpretasi data. Ilmuan berusaha memahami
fenomena sebaik mungkinberdasarkan fakta dan bukti yang ada.
3. Metode ilmiah: melibatkan penggunaan metode ilmiah yang sistematis dan terstruktur
dalam mengejar pengetahuan. Ilmuan mengikuti langkah-langkah ilmiah, seperti
memutuskan hipotesis, merancang dan melakukan experiment, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
4. Kritis: keisis terhadap ide atau teori yang ada. Ilmuan cenderung melakukan evaluasi,
analisis, dan penilaian yang teliti terhadap argumen, metode, dan bukti yang ad untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik.
5. Tebuka dalam perubahan: sikap ilmiah berkembang seiring dengan perubahan penemuan
yang baru. Ilmuan memiliki kesadaran bahwa pengetahuan ilmiah selalu diperbarui dan
diperbaiki dengan adanya informasi baru. Mereka siap mengubah pandangan atau teori
mereka berdasarkan fakta dan bukti yang baru.
6. Kolaboratif: mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan. Ilmuan bekerja sama dengan
sesama ilmuan dalam berbagi hasil penelitian, berdiskusi, saling memberi masukan, dan
melengkapi pengetahuan mereka dalam mencapai pemahaman yang lebih baik.
7. Rasional: berbasis dalam pemikiranrasional dan logis. Ilmuan menggunakan penalaran yang
sistematis, metodis, dan kkritis dalam merumuskan hipotesis, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan.
8. Berorientasi: mengutamakan bukti empiris yang dapat di amati, diukur, dan dianalisis.
Ilmuan mencari bukti yang tepat diverifikasi ulang oleh orang lain dan mempertimbangkan
data secara objektif dalam proses penelitiannya.
3. Metode ilmiah seperti yang dijelaskan dalam 3 video tersebut bagus apabila di pakai dalam
studi islam. Mengapa demikian, karena penjelasa divideo tersebut menjelsakan tentang
sains/ilmu pengetahuan dan agama itu suatu kesatuan. Mengajarkan kita bagaimana sains dan
agama itu selalu tumbuh berkembang bersama dan dibutuhkan oleh manusia. Manusia tidak
bisa berkembang bangun peradaban tanpa sains dan agama.
Sains itu hasil baca’an, sains itu himpunan formula-formula kebenaran hukum alam, dan hasil
penelitian alam itu namanya sains. Dan semua asal usul alam berawal dari pencipta (tuhan) kita
bertuhan berarti kita beragama, dan secara intologis semua bersumber dari pencipta.
Agama membutuhkan penalaran argumentasi yang lebih sainstifik. Maka peranan pendidikan
sangat penting agar tidak terjadi splitting agama dan sains, tapi bagaimna kita
mengkombinasikannya.

4. Tentang studi islam di barat


Sejarah studi islam di barat untuk mencaritau dan menyangkal kebenaran islam atau untuk
mencari kesalahan islam dan keburukannyan dan awalnya karena perkara konflik. Itu sejarah dan
awalmula adanya studi islam di barat.
Seiring berjalannya waktu Studi islam di barat sangat berbeda dengan di timur tengah kerena
dibarat lebihmencoba memahami islam sebagai sebuah realitassosial ataurealitas historis,
memahami sebagai sebuah agama yang berkembang dalam ruang waktu sejarah. Jadi melihat
islam sebagai fenomena historis melihat sejarahintelektual islam. Dan namanya religius study itu
melihatnya bukan posisi sebagai orang yang beriman artinya mengetahui atau mendekati islam
dalam pandangan yang berbada. Islam di barat tidak mendefinisikan islam tapi cukup
mengeobservasi bagaimana kaum muslimin berbicara tentang agamanya. Dan itulah mengapa
orang lebih yakin belajar islam di timur tengah dibandingkan di barat, karena melihat seperti
sejarah, sosiologi, antropologi.

Komentar saya: keduanya saling melengkapi, studi islam di barat lebih cenderung untuk menjadi
ilmuan memahami islam, reservasi islam dan tujuannya bisa menggunakan kajian sejarah dan
pemikiran dan intelektual. Sedangkan di timur tengah mungkin lebih seperti ingin menjadikan
kamu ulama atau ahli tafsir, pendakwah.
dan keduanya tidak ada yang salah saling melengkapi entah mau jadi ilmuan atau praktisi dalam
dunia islam.

5. Tentang studi Al qur’an di barat


Studi Al qur’an di barat merupakan suatun kajian akademik terhadap Al qur’an yang dilakukan
oleh non muslim di universitas di negara-negara barat. Studi Al qur’an di negara barat sering kali
melibatkan metode kritis dan interdisipliner, dan para peneliti mengacu pada karya-karya ilmuan
muslim dan non muslimsebelum dalam pengembangan pemahaman mereka. Mereka juga
melakuka pembandingan dengan teks-teks yang lain, seperti kitab agama lain. Serta
menggunakan metodeh ilmiah untuk menafsirkan, menganalisis, dan membahas Al qur’an.
Studi Al qur’an di negara barat juga mencakup berbagai topik, termasuk juga bahasa dan teks Al
qur’an, tentang histori dansosial Al qur’an, penafsiran dan tafsir Al qur’an dalam berbagai
macam konteks. Meskipun studi alqur’an di negara barat dilakukan oleh peneliti non muslim,
bukan berarti bahwa mereka saja yang dapat memahami Alqur’an atau menafsirka Al qur’an
dengan benar. Masih ada banyak pendekatan pemahaman Al qur’an di dalam maupun diluar
negara barat, baik dari orang muslim atau bukan muslim.
Komentar saya: mungkin tidak apa kita kaji historis atau mengkritis Al qur’an asalkan jangan
lewat batas dari kemampuan kita.

6. Studi hadist di barat


Ketertarikan sarjana barat terhadap hadist yaitu hadist merupakan sumber ke 2 terpenting
setelah Al qur’an baik dalam hal keimana maupun praktis, jadi tampa hadist hampir mustahil
bahwa kaum muslimin bisa mengajarkan ajaran agama secara sempurnah. Karena Al qur’an
bersifat generik. Contoh kita berbicara tentang sholat tapi tampa hadist kita tidak akan tau
bagaimana cara sholat, Al qur’an membutuhkan hadist lebih dari hadist membutuhkan Al qur’an.
Ketertarikan barat terhadap studi hadist untuk memahami dan menganalisis hadist-hadist islam
secara kritis dan obyektif. Seperti untuk mengetahui sejarahnya, contoh bagaimana hadist
menjadi sumber ke2 setelah Al qur’an, mempelajari hadist konteks histori seperti pada zaman
awal pemerintahan abbasyiah dan Umayyah. Para peneliti barat juag mempertimbangkan
perspektif kritis terhadap hadist yg muncul dari kajian muslim itu sendiri. Mereka mneritik
metode translit, terjemah, dan interpretasi hadist yg mungkin mengandung bias atau
kesalahan.mereka juga mendeskusikan dan mempertanyakan keberlakuan dan relevansi hadist
dalam konteks modern.
Studi hadist dan keseriusan akademik di barat memainkan peran penting dalam
mengembangkan pemahaman yg lebih kritis dan multidimensional tentang hadist-hadist islam.
Namun, perlu kita tau keberagaman pendekatandan pemahaman tentang hadist juga ada di
dalam maupun diluar lingkaran akademik barat, termasuk di kalangan muslim sendiri.

Komentar saya: serjana barat mempelajari hadist itu lebih ke arah ingin mengetahui aspek-aspek
sejarahnya, menganalisis hadist secara kritis, dengan memakai berbagai macam metodeh.
Metodeh redaksional, metodeh keontetikan dan metode penulisan hadist. Berbedah dengan
muslim padah umumnya mempelajari hadist sebagai landasan hukum dalam islam.

7. Tentang masa keemasan islam dengan pendekatan sejarah


Pada hakikatnya zaman keemasan islam ini merupakan wacana ideologis, artinya itu lebih banyak
kita melihat bukan sejarah apa adanya, tetapi bicara tentang sejarah yang memang diadakan
sebagai sebuah zaman keemasan yang mana pemahaman tentang emas itu terbentuk dalam
konteks kontenporer, bahwasanya kita juga dulu pernah berjaya. Contoh pada zaman Abbasyiah
yang disebut zaman keemasan.
Dinasti Abbasyiah berbeda dengan dinasti umayyah yang sebelumnya, yang mana ke khilafaan
umayyah itu ke khilafaan arab identitas arab jauh lebih penting bagi dinasti umayyah ketimbang
identitas ke islaman. Kemudian pindah setelah revolusi Abbasyiah pindah ibu kota ke baghdath.
Selama masa keemasan islam, terjadi penyebaran luas agama islam dari Timur Tengah dan
berbagai wilayah di Afrikah, Asia, dan eropa. Islam menjadi agama dominan di banyak daerah ,
seperti Mesir, Andalusia, persia, dan india. Penyebaran agama ini juga diikuti oleh pertumbuhan
ke budayaan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Adapun tokoh-tokoh yang selalu di jadikan champion ship terhadap pengaruh keemasan islam
seperti: Al Khawarizmi, Ibnu Sinah sebagai contoh dalam bidang ke ilmuan.
Komentar saya: di zama keemasan islam di kekhalifaan Abbasyiah di sebut zaman keemasan
islam karena islam mengalami kepesatan yang sangat cepat seperti disiplin ilmu, pengembangan
pengetahuan dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai