Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STUDI ISLAM : BATASAN PENGERTIAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu : Siti Ida Yanti, M.Pd.

Oleh :
Kusmawati L. Goran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KUPANG
TAHUN, 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan
sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian
alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola
perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian
berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah.
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang
telah ada, islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam
itu dibawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah.
Untuk mengetahui islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan
Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang
cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari itu Studi
Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum diantaranya : apa penertian
Studi Islam, apa ruang lingkup, atau objek Studi Islam, apa tujuan Studi Islam,
bagaimana pendekatan dan metodologi dalam Studi Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari
Studi Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang
mempelajari Studi Islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada
manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk
mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.
Oleh karena itu, islam sebagai ajaran menjadi sebuah topik yang menarik
untuk dikaji baik dari kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjanasarjana
barat, mulai tradisi orientalis sampai pada sebutan islamisist. Kajian keislaman
(Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas islam baik
ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya. Dalam prosesnya,
usaha kajian itu mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin keagamaan dari
generasi ke generasi, dengan menjadikan tokoh-tokoh agama, mulai dari
Rasulullah sampai dengan ustad dan para dai sebagai perantara sentral yang
hidup. Dari ustad maupun guru kita dapat mengetahui apa itu studi islam, baik

2
pengertian, ruang lingkup, obyek, pendekatan, metodologi. Banyak sekali
pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang itu semua yang perlu kita kaji
bersama dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat kita simpulkan dua
permasalahan pokok yang akan penulis bahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apakah pengertian Studi Islam?
2. Bagaimanakah ruang lingkup kajian Studi Islam?
3. Apakah tujuan Studi Islam?
4. Bagaimanakah pendekatan dan metodologi Studi Islam?
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui pengertian Studi Islam.
6. Untuk mengetahui bagaimanakah ruang lingkup kajian Studi Islam.
7. Untuk mengetahui tujuan Studi Islam.
8. Untuk mengetahui bagaimanakah pendekatan dan metodologi Studi Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam
Kata Studi Islam secara Etimologi (bahasa) merupakan gabungan dari dua
kata yaitu Studi dan Islam. Dan kata studi sendiri memiliki banyak makna,
diantaranya Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti
mempelajari atau mengkaji. Dan menurut Lester Crow dan Alice Crow
menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan
maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar
atau meningkatkan suatu keterampilan. Kemudian menurut Muhammad Hatta
Studi adalah mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya,
mencari pengetahuan tentang sesuatu dalam hubungan sebab akibatnya, ditinjau
dari jurusan tertentu dan dengan metode tertentu pula. Sedangkan Islam berasal
dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama. Salima mengandung arti selamat,
tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga mengandung arti kepatuhan,
ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan muslim adalah orang yang tunduk,
patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada ajaran Islam dan akan selamat dunia
dan akhirat.1
Dan Secara Terminologi (Istilah) Kajian Islam atau di Barat terkenal dengan
istilah Islamic Studies adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui
dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan
dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, maupun praktek-praktek
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarah.2
Pengertian Studi Islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah Studi
Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud, yaitu :
1. Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan programprogram
pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
2. Studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum
atas semua kajian Islam.

1
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman
Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013,
hlm. 19-20
2 Ibid
, hlm. 21
4
3. Studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian Islam,
baik dilakukan secara formal seperti perguruan tinggi, maupun yang non
formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.3
B. Ruang Lingkup Kajian Studi Islam
Pada dasarnya pengkajian keislaman mengikuti pada wawasan dan keahlian
para pengkajinya, sehingga terkesan nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya.
Secara material, ruang lingkup kajian Islam dalam tradisi Barat (orientalism
sscholar) meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin, pemikiran, teks, sejarah
dan institusi keislaman. Pada awalnya ketertarikan sarjana Barat terhadap
pemikiran Islam lebih karena kebutuhan atas penguasaan daerah koloni.
Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara yang banyak di
domisili warga negara yang beragama Islam, sehingga mau tidak mau mereka
harus paham tentang budaya lokal. Kasus ini dapat dilihat pada pada perang Aceh,
Snouck Hurgronje (sarjana Belanda) telah mempelajari Islam terlebih dahulu
sebelum diterjunkan dilokasi dengan asumsi ia telah memahami budaya dan
peradaban masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam. Islam dipelajari oleh
Snock Hurgronje dari sisi landasan normatif maupun praktik bagi para
pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para penguasa kolonial
untuk membuat kebajikan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.
Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan
asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu,
pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orientalis diambil sebagai dasar
kebajikan oleh para penguasa kolonial yang tentunya lebih menguntungkan
mereka dibandingkan dengan rakyat banyak di wilayah jajahannya. Hasil studi ini
sesungguhnya lebih menguntungkan kaumpenjajah. Atas dasar masukan ini para
penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah koloni dengan
mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah mampu
membuat peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan
keuntungannya.4

3 Muhammad Mustahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011, hlm. 1
4 Jamali Sahordi, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 57
5
Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama,
khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi Islam,
ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
1. Islam sebagai Doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya
sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agama.
3. Interaksi sosial yaitu realitas umat Islam.5
Sementara menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah
keilmuan agama Islam yang dapat menjadi Objek Studi Islam, yaitu :
1. Wilayah praktik keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah
diintrepretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat
pada umumnya. Wilayah praktik ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan
penjernihan teoritik keilmuan yang dipentingkan disini adalah pengalaman.
2. Wilayah-wilayah teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan
metodologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang
kajiannya masing-masing. Apayang ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain
dan tidak bukan adalah “teori-teori” keilmuan agama Islam, baik secara
deduktif dari nash-nash atau teks-teks wahyu, maupun secara induktif dari
praktik-praktik keagamaan yang hidup dalam masyarakat era kenabian,
sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah perkembangan asyarakat muslim
dimanapin mereka berada.
3. Telaah kritis yang lebih populer disebut metadiscourse, terhadap sejarah
perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh kalangan ilmuan
dan ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketiga yang kompleks dan
sophisticated inilah yang sesungguhnya dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu
keislaman.6
Sedangkan menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian

5
M. Nur Hakim, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, hlm. 13
6
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm. 8-9
6
Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf.
Dalam aspek ini agama lebih bersifat penelitianbudaya, hal ini mengingat bahwa
ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang
dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses
penawaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran
Islam tentang sholat, haji, zakat, haji, tentang konsep keEsa-an Allah, tentang
argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam Islam, berarti
sedang mempelajari Islam sebagai gejala Budaya.7
C. Tujuan Studi Islam
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah,
bahwa setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana
yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya
berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada
sederetan materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan,
sebelum komponen-komponen lainnya.8
Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai
konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi
kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi
nilainilai al-Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat Islam yang
bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri , atau disebut dengan insane
kamil. Pribadi semacam inilah yang menjadi tujuan study Islam sebagaimana
dirumuskan oleh al-Ghazali. Dalam mewujudkan Islam kamil, pendidikan Islam
ditujukan sebagai proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer
metode (transfer of methodology), dan transfer nilainiilai (transfer of values).
Study Islam sebagai media transfer pengetahuan dapat ditinjau dari
perspektif perspektif human capital, pendidikan tidak dipandang sebagai barang
konsumsi saja tetapi juga sebagai sebuah investasi. Hasil investasi ini berupa
tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilannnya dalam proses produksi dan pembangunan pada umumnya.

7
Muhammad Mustahibun Nafis, Opcit, hlm. 9
8
Ibid, hlm. 57
7
Secara normative tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga
dimensi yaitu:
1. Dimensi spiritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam
ibadah dan muamalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu
akhlak mulia, yang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama study
Islam. Sementara menurut Said Aqil Husein al-Munawar, akhlak merupakan
alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak,
manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak memliliki tata nilai
dalam kehidupannya. Rasulullah saw. Merupakan sumber akhlak yang
hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya:
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”.
2. Dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan
pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan
kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar
(lingkungan) dengan berpedoman kepada nilainilai keislaman.
3. Dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, aktif, disiplin,
inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan
psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal:
analisis, kreatifitas, dan praksis.
Upaya yang dilakukan dalam study Islam tentunya tidak cukupn di ruang
kelas atau disekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya
adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak
langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Disinilah
anak mendapatkan imu pengetahuan pertama kalinya sebelum mendapatkan dari
lembaga lain.9
Studi islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap islam memiliki
sebuah tujuan kegiatan apapun, apalagi studi islam, akan lebih mudah tercapai

9
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustakan Rizki
Putra, 2008 hlm. 21-24
8
manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Secara garis besar tujuan studi
islam adalah:
1. Mempelajari secara mendalam tentang hakikat islam, bagaimana posisinya
dengan agama lain, dan bagaimana hubungannya dengan dinamika
oerkembangan yang terus berlangsung.
2. Mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama islam yang
tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.
3. Mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran islam yang asli, dan
bagaimana operasionalisasinya dalam pertumbuhan budaya dan peradaban
islam sepanjang sejarah.
4. Mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar
ajaran islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan
mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia
pada zaman modern ini.
Dengan menyimak terhadap 4 tujuan ini studi islam diharapkan akan lebih
jelas arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai
sarana dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka tujuan semacam ini,
studi islam diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan normatif, tetapi
juga konstektual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret terhadap dinamika
dan perkembangan yang ada.
D. Pendekatan dan Metodologi Studi Islam
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris,
approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian
sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati
disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini
untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai
dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki
kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode yang dapat digunakan
dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah menentukan pendekatan
yang digunakannya, akan dengan mudah terbaca langkah-langkah metodologis
yang digunakan.

9
Jika seorang pengkaji keislaman telah menentukan pendekatan yang
digunakannya, pembaca dapat melihat, bahkan menguji kelurusan logika dan
langkah metodologis yang harus dilakukan. Kalaupun terjadi perbedaan, mungkin
diperbolehkan hanya pada aspek pengembangannya saja, namun tidak
diperbolehkan melenceng dari metode dan prinsip-prinsipnya yang berlaku dalam
disiplin ilmu itu. Sesungguhnya di era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini., perkembangan ilmu harus dibarengi pula dengan
perkembangan metodologi dan semakin mendalamnya kajian akan ditentukan
berdasarkan pendekatan dan disiplin ilmunya.10
Menurut Marylin R. Waldman, sejarah agama dapat diajarkan melalui dua
pendekatan: Teologis yaitu mengenai tindakan realitas tertinggi dan mutlak
didunia ini. Humanis yaitu mengenai respons manusia terhadap kehadiran realitas
tertinggi tersebut.
Disamping itu, sejarah agama juga dapat disampaikan dalam bahasa agama
yang plural, yang menekankan pemisahan berbagai tradisi dan dalam bahasa
agama yang tunggal yang menekankan religiolitas sebagai satu-satu nya dimensi
pengalaman manusia.Pendekatan humanistis digunakan untuk mengkaji bahasa
agama yang plural maupun yang tunggal, namun ia seringkali dipakai untuk yang
tersebut terakhir. Salah satu pendekatan humanistis adalah pendekatan
antropologis yang dapat digunakan untuk mengkaji sejarah islam oleh pengamat
luar yang berusaha secara mendalam untuk melihat islam secara simpatik.
Berkaitan dengan penggunakan pendekatan, Waldmand memberikan dua catatan
penting. Pertama, pemahaman manusia tentang tradisi agama, baik miliknya
sendiri maupun milik orang lain, bersifat terbatas.Demikian pula, kualitas
pemahaman orang luar dan orang dalam adalah bertingkat-tingkat, bahkan
terkadang pemahaman org luar lebih baik.
Kedua, keunikan sebuah tradisi hanya tampak jika agama adalah subbeknya,
yakni hanya ketika tradisi yang ada diletakan dalam konteks keberagaman
manusia.Karena itu pendekatan humanitis tidak menolak pendekatan teologis, ia
hanya mengurunginya ( ephoche) sehingga membuat pemahaman timbal balik.
Pendekatan humanitis bahwa ada sesuatu pada banyak level yang harus kita

10
Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm. 64-66
10
pelajari dari orang lain. Jadi pendekatan teologis harus ditambahkan agar
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pendekatan antropologis dapat membantu non muslim memahami
aspekaspek tertentu dari kecenderungan bahwa agama harus ditumbuhkan dan
disakukan dalam kehidupan koimunitas secara keseluruhan dan bahwa
sekularisasi oleh teknologi modern bukan merupakan kemajuan.
Menurut Adams, dia mengemukakan ada dua pendekatan dalam kajian studi
islam yaitu:
1. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang di jiwai oleh motifasi dan tujuan
keagamaan.
2. Pendekatan deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motifasi keingintauan
intelektual atau akademis.11
Untuk melakukan studi islam, ada beberapa istilah yang perlu dipahami
dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk
memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah ; Pendekatan, metode,
dan metodologi.
Tetapi jika kita melakukan telaah secara mendalam dan kritis, antara
keduanya terdapat perbedaan, walaupun perbedaannya sangat tipis. Metode
merupakan cara mengerjakan sesuatu (a way of doing something). Sementara
pendekatan adalah cara memperlakukan sesuatu (a way of dealing with
something). Dengan mencermati pengertian ini, dapat kita pahami bahwa
perbedaan antara keduanya tertetak pada perlakuan atas objek. Metoode
cenderung menganggap sebuah objek sebagai entitas pasif.Sementara pendekatan
cenderung mengaanggap sebuah objek yang aktif. Ketika seseorang akan
memperlakukan sesuatu, misalnya saja, kuda sebagai objek yang aktif, maka ia
berarti sedang melakukan pendekatan tehadap kuda.Sementara ketika ia
memperlakukan perawatan terhadapnya, kuda dianggap sebagai benda pasif, maka
sesungguhnya ia sedang melakukan metode perawatan kuda. Dalam konteks
kajian islam, ketika seseorang ingin mengkaji islam, dan menganggapnya sebagai

11
Tholhatul Choir, Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, Pustaka Pelajar, 2009, hlm.
254
11
sebagai entitas yang aktif dan dinamis, maka sesungguhnya ia sedang melakukan
pendekatan atas Islam.
Sementara metodologi berasal dari tiga kata yunani yaitu, meta, hetodos,
dan logos. Meta berarti menuju, melaui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan atau
cara. Maka kata metodos (metode) berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai sesuatu.Ketika kata metode digabung dengan kata logos maka
maknanya berubah. Logos berarti ‘’ studi tentang” atau “teori tentang”.
Metodologi disebut pula sebagai ‘science of methods’ yaitu ilmu yang
membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga
metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik berbagai metode. Dalam
islam, kajian tentang metode-metode studi islam merupakan metodologi. Oleh
karena itu, metodologi dalam studi islam bersifat teoritis. 12

12
Ngainun Naim, Opcit, hlm. 10
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah usaha mendasar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam
seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaranajarannya,
maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari sepanjang sejarah.
Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam
yang dapat menjadi objek studi, yaitu :
1. Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya
sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya. Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.
Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris,
approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian
sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati
disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini
untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai
dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Metode merupakan cara mengerjakan
sesuatu (a way of doing something). Sementara pendekatan adalah cara
memperlakukan sesuatu (a way of dealing with something).
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk menambah
khazanah keilmuan kita. Kritik dan Saran yang membangun kami harapkan untuk
perbaikan penyusunan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Choir Tholhatul, Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, Pustaka


Pelajar, 2009.
Hakim M. Nur, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004.
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk
Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi
Islam), Yogyakarta: Teras, 2013.
Nafis Muhammad Mustahibun, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.
Naim Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.
Sahordi Jamali, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Sahrodi Jamali, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Tantowi Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang :
Pustakan Rizki Putra, 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai