Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI STUDI DAN PENELITIAN


Dosen Pembimbing : T. Fadlanil Muflih, S.E.I, M.E

Disususun Oleh :

KELOMPOK 2

1. AFDHILA KRAIRUNNISA
2. ANGGI FARHA DAEBA
3. AIDA HUSNA
4. ABELIA RAHAYU
5. BAYU ANANDA

Semester II A Ekonomi Syariah Eksklusif

i
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH H.A.HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah serta
karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar tanpa halangan yang berarti.

Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan kita Nabi


Muhammad SAW, serta sahabat-sahabatnya, pengikut-pengikutnya yang setia
menyampaikan risalahnya sampai akhir zaman.

Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki,


maka bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon
kiranya dapat memberikan kritik serta saran yang dapat membawa kepada
kebaikan. Pada kesempatan ini pula penulis ucapkan terima kasih yang telah
membimbing penulis hingga terselesaikan makalah yang sederhana ini. Mudah-
mudahan atas bantuan serta bimbingan semua pihak, Allah SWT akan
membalasnya dengan pahala yang setimpal, Aamin yaa Rabbal ‘aalamiin.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Binjai, Maret 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB l PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2

A. Objek Studi Islam.................................................................................................... 2


B. Urgensi Studi Islam................................................................................................. 3
C. Studi Islam Sebagai Disiplin Ilmu..........................................................................5
D. Studi Islam dan Sains Islam ....................................................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................7

A. Kesimpulan……………………………………….……………….…..7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang
telah ada, dan islam merupakan agama Rahmatan lil’alamin untuk semua umat.
Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan
Studi Islam.1
Dalam buku Kawasan dan Wawasan studi Islam karya Muhaimin, dkk
menjelaskan bahwa Islamic Studies itu adalah usaha sadar dan sistematis untuk
memahami dan mengetahui serta membahasan secara mendalam tentang seluk beluk
atau hal - hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik yang berhubungan dengan
ajaran, sejarah, maupun praktik praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari - hari, sepanjang sejarahnya. Karena studi Islam adalah
pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran Islam yang dipraktikkan dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, pengkajian terhadap metodologi studi Islam
secara benar sangat diperlukan, agar umut Islam mampu menyesuaikan diri
keberagamaan. Disinilah letak urgensi studi Islam, untuk menggali kembali ajaran -
ajaran Islam yang asli dan murni, dan yang bersifat manusiawi dan universal.2
Studi Islam merupakan pengetahuan yang dirumuskan dari agama Islam yang
Diperaktikan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sejarah perkembangan studi
Islam didunia Islam, dari masa ke masa ada banyak sekali atau hal3

BAB II
1
Rozali, M, Metodologi Studi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan,
(Depok: PT Rajawali Buana Pusaka.2020),hlm.I
2
Chuzaimah, Iwan dkk, Handbook Metodolohi Studi Islam, (Jakarta Timur:Prenadamedia
Group.2018).hlm.10
3
Fadlan Kamali Batubara, Metodologi Studi Islam “Menyingkap Persoalan Ideologi Dari
Arus Pemikiran Islam Dengan Berbagai Pendekatan Dan Cabang Ilmu”,(Yogyakarta Deepublish,
2019), hlm.6
PEMBAHASAN

A. Obyek Studi Islam


Studi Islam, pada masa-masa awal terutama masa Nabi dan sahabat dilakukan di
Masjid. Pusat-pusat studi Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Amin,
Sejarawan Islam kontemporer, berada di Hijaz berpusat Makkah dan Madinah; Irak
berpusat di Basrah dan Kufah serta Damaskus. Masing-masing daerah diwakili oleh
sahabat ternama.4
Pada masa keemasan Islam, masa Pemerintahan Abbasiyah, Studi Islam di
pusatkan di Baghdad, Bait al-Hikmah. Sedangkan pada Pemerintahan Islam di
Spanyol di pusatkan di Universitas Cordova. Pada pemerintahan Abdurrahman III
yang bergelar Al-Dahil. Di Mesir berpusat di Universitas al-Azhar yang didirikan oleh
Dinasti Fathimiyah dari kalangan Syi’ah. Studi Islam sekarang berkembang hampir di
seluruh negara di dunia, baik Islam maupun yang bukan Islam. Di Indonesia studi
Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAIN. Ada juga sejumlah Perguruan Tinggi
Swasta yang menyelengggarakan Studi Islam seperti Unissula (Semarang) dan Unisba
(Bandung).
Studi Islam di negara-negara non Islam diselenggarakan di beberapa negara,
antara lain di India, Chicago, Los Angeles, London, dan Kanada. Di Aligarch
University India. Studi Islam di bagi menjadi dua: Islam sebagai doktrin di kaji di
Fakultas Ushuluddin yang mempunyai dua jurusan, yaitu Jurusan Madzhab Ahli
Sunnah dan Jurusan Madzhab Syi’ah. Sedangkan Islam dari Aspek sejarah di kaji di
Fakultas Humaniora dalam jurusan Islamic Studies. Di Jami’ah Millia Islamia, New
Delhi, Islamic Studies Program di kaji di Fakultas Humaniora yang membawahi juga
Arabic Studies, Persian Studies, dan Political Science.
Di Chicago, Kajian Islam diselenggarakan di Chicago University. Secara
organisatoris, studi Islam berada di bawah Pusat Studi Timur Tengah dan Jurusan
Bahasa, dan Kebudayaan Timur Dekat. Dilembaga ini, kajian Islam lebih
mengutamakan kajian tentang pemikiran Islam, Bahasa Arab, naskah-naskah klasik,
5
dan bahasa-bahasa non-Arab.
Di Amerika, studi Islam pada umumnya mengutamakan studi sejarah Islam,
bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu social. Studi Islam di
Amerika berada di bawah naungan Pusat Studi Timur Tengah dan Timur Dekat.

4
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Tt. Tc., h. 86
Di UCLA, studi Islam dibagi menjadi empat komponen. Pertama, doktrin dan
sejarah Islam; kedua, bahasa Arab; ketiga, ilmu-ilmu social, sejarah, dan sosiologi. Di
London, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies
(Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan
kebudayaan di Asia dan Afrika.5
Dengan demikian obyek studi Islam dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bagian, yaitu, sumber-sumber Islam, doktrin Islam, ritual dan institusi Islam, Sejarah
Islam, aliran dan pemikiran tokoh, studi kawasan, dan bahasa.
B. Urgensi Studi Islam
Seiring berkembangnya zaman agama lantas tidak hanya berfungsi sebagai
penegasan terhadap doktrin semata namun agama juga harus mampu dipelajari secara
akademik. Sebagaimana yang dijelaskan Amin Abdullah bahwa fenomena
keberagamaan manusia tidak hanya dilihat dari sudut normativitas ajaran wahyu,
meskipun fenomena ini sampai kapanpun akan menjadi ciri khas daripada agama-
agama yang ada. Tetapi juga harus mampu dilihat dari sudut historisitas pemahaman
dan interpretasi orang-orang atau kelompok terhadap norma-norma ajaran agama yang
dipeluknya serta model-model amalan dan praktek-praktek ajaran agama yang
dilakukan.6 Usaha mempelajari agama terutama Islam dalam keyataannya bukan
hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam, melainkan juga dilaksanakan oleh
orang-orang di luar kalangan umat Islam. Studi keislaman dikalangan umat Islam
sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motivasinya dengan yang dilakukan oleh
orang-orang diluar kalangan umat Islam.
Dari segi tingkat kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Salah
satu prinsip teori fungsonal menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi
akan lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang, agama telah
menunjukkan eksistensinya, dalam hal ini mempunyai dan memerankan sejumlah
peran dan fungsi di masyarakat. Oleh karena itu, secara umum studi Islam menjadi
penting karena agama, termasuk Islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di
masyarakat.

Urgensi studi Islam dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut :


1. Munculnya Perbedaan Pandangan Antara Insider dan Outsider yang Memerlukan
5
Atang Abdul Hakim, & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Rosda Karya, h. 12
6
Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
hlm. 5
Jalan Tengah.7
Sebelum lebih jauh membahas problem insider dan outsider maka akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian insider dan outsider. Insider adalah
para pengkaji agama yang berasal dari agamanya sendiri (orang dalam). Sedangkan
outsider adalah para pengkaji non Muslim yang mempelajari Islam dan
menafsirkannya dalam berbagai analisis dan pembacaan dengan metodologi
tertentu (orang luar). Problem insider dan outsider muncul pasca jatuhnya kejayaan
Islam, lalu ilmu pengetahuan pindah ke Barat. Dari sini orang-orang Barat
kemudian mulai mempelajari Islam yang pada akhirnya muncul kajian
orientalisme. Pada saat itu studi Islam di Barat didorong oleh kebutuhan akan
kekuasaan koloni untuk belajar dan memahami masyarakat yang mereka kuasai.
Sehingga studi Islam di Barat juga perlu diuji. Seorang peneliti selalu
menghadapi problem serius, diantaranya teramat sulit bagi peneliti untuk
melakukan studi yang bersifat objektif mungkin, netral dan terhindar dari bias,
apalagi ketika menyentuh ajaran-ajaran normatif agama yang dianutnya. Menurut
Johan Meuleman problem yang terjadi dalam penelitian agama disebabkan oleh
beberapa faktor:8
Pertama, setiap pemikiran manusia terikat pada bahasa atau meminjam istilah
Mohammad Arkoun, logocentrisme dengan segala peraturan dan batasannya.
Namun, keterturutan logocentrisme ini amat menojol di kalangan Muslimin.
Karena itu menganggap teks-teks yang bersifat immanent dari segi bahasa yakni
berfungsi dalam batas suatu bahasa dan kondisi tertentu dianggap sebagai
transendent Ilahi. Kedua, dari sebab pertama pada akhirnya mengakibatkan
penelitian itu terpusat pada teks-teks dan mengabaikan unsur yang tidak tertulis
dari agama dan kebudayaan Islam. Ketiga, interpretasi yang terbatas dan tertutup
terhadap al-Quran dan al-Sunnah sebagai teks yang membicarakan fakta dan
peraturan ( bukan makna dan nilai). Keempat, anggapan teks-teks klasik mewakili
agama dan bahkan dianggap sebagai agama itu sendiri sehingga mengabaikan yang
lainnya karena naskah tersebut dianggap asli. Kelima, sikap apologetis terhadap
aliran lain (kalam, fikih, dan sebagainya), sikap ini menunjang pada ketertutupan
7
pemikiran agama. Keenam, sistem pendidikan yang terlalu mementingkan bahwa
terlampau besar terhadap tradisi terutama pada teks tradisional dan guru serta lebih
mementingkan hafalan daripada sikap kritis dan ilmiah.9

7
http://fiaitha10.blogspot.co.id/2016/01/problematika-insider-dan-outsider-dalam.html
8

9
Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan, Teori, dan Praktik. (Jakarta: Raja Grafindo
C. Studi Islam sebagai Disiplin Ilmu
Studi Islam sebagai Disiplin Ilmu Munculnya istilah Studi Islam, yang di
dunia Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies,dalam dunia Islam dikenal
dengan Dirasah Islamiyah, sesungguhnya telah didahului oleh adanya perhatian
besar terhadap disiplin ilmu agama yang terjadi pada abad ke sembilan belas di
dunia Barat. Perhatian ini di tandai dengan munculnya berbagai karya dalam bidang
keagamaan, seperti: buku Intruduction to The Science of Relegion karya F. Max
Muller dari Jerman (1873); Cernelis P. Tiele (1630-1902), P.D. Chantepie de la
Saussay (1848-1920) yang berasal dari Belanda. Inggris melahirkan tokoh Ilmu
Agama seperti E. B. Taylor (1838-1919). Perancis mempunyai Lucian Levy Bruhl
(1857-1939), Louis Massignon (w. 1958) dan sebagainya. Amirika menghasilkan
tokoh seperti William James (1842-1910) yang dikenal melalui karyanya The
Varieties of Relegious Experience (1902). Eropa Timur menampilkan Bronislaw
Malinowski (1884-1942) dari Polandia, Mircea Elaide dari Rumania. Itulah
sebagian nama yang dikenal dalam dunia ilmu agama, walaupun tidak seluruhnya
dapat penulis sebutkan di sini. Tidak hanya di Barat, di Asia pun muncul beberapa
tokoh Ilmu Agama. Di Jepang muncul J. Takakusu yang berjasa memperkenalkan
Budhisme pada penghujung abad kesembilan belas dan T. Suzuki dengan sederaetan
karya ilmiahnya tentang Zen Budhisme. India mempunyai S Radhakrishnan selaku
pundit Ilmu Agama maupun filsafat India, Moses D. Granaprakasam, Religious
Truth an relation between Religions (1950), dan P. D. Devanadan, penulis The
Gospel and Renascent Hinduism, yang diterbitkan di London pada 1959. dan
filsafat analitis.10
Berbeda dengan dunia Barat, Ilmu Agama (baca: Studi Islam) di dunia Islam
telah lama muncul. Dalam dunia Islam dikenal beberapa tokoh dalam berbagai disiplin
ilmu. Dalam bidang yurisprudensi (hukum) dikenal tokoh seperti Abu Hanifah, Al-
Syafi’I, Malik, dan Ahmad bin Hanbal. Dalam bidang ilmu Tafsir dikenal tokoh
seperti Al-Thabary, Ibn Katsir, Al-Zamahsyari, dan sebagainya pada sekitar abad
kedua dan keempat hijriyah. Dan akhirnya muncul tokoh-tokoh abad kesembilan belas
seperti: Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Abad kedua puluh seperti Musthafa al-
Maraghy, penulis Tafsir al-Maraghy. Di bidang kalam pun muncul tokh-tokoh besar
dari berbagai aliran: Khawarij, Murji’ah, Syi’ah, Asy’ariyah, dan Mu’tazilah. Penulis

Persada, 2002) hlm. 4.


10
W.B. Sidjabat, Penelitian Agama: Pendekatan dari Ilmu Agama”, dalam Mulyanto Sumardi (ed.),
Penelitian Agama, Jakarta: Sinar Harapan, 1982, h. 70-74
bidang ini antara lain; al-Qadhi Abdul Jabbar, penulis al-Mughny dan Syarah al-Ushul
al-Khamsah (w. 415 H). Di bidang Tasawuf melahirkan tokoh-tokoh seperti al-
qusyairi yang terkenal dengan Kitabnya Al-Risalah al-Qusyairiyah (w. 456), Abu Nasr
al-Sarraj al-Thusy (w. 378 H), penulis al-Luma’, Al-Kalabadzi, penulis al-ta’arruf li
Madzhab Ahl al-Tashawwuf, Abdul Qadir al-Jailany, penulis kitan Sirr al-Asrar, al-
Fath al-Rabbaniy, dan sebagainya.11
Walaupun secara realitas studi ilmu agama (baca: studi Islam [agama])
keberadaannya tidak terbantahkan, tetapi dikalangan para ahli masih terdapat
perdebatan di sekitar permasalahan apakah ia (Studi Islam) dapat dimasukkan ke
dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu
pengetahuan dan agama berbeda. Pembahasan di sekitar permasalahan ini banyak
dikemukakan oleh para pemikir Islam dewasa ini.
Amin Abdullah misalnya mengatakan jika penyelenggaraan dan penyampaian
Islamic Studies, Studi Islam, atau Dirasah Islamiyah hanya mendengarkan dakwah
keagamaan di kelas, lalu apa bedanya dengan kegiatan pengajian dan dakwah yang
sudah ramai diselenggarakan di luar bangku sekolah? Merespon sinyalemen tersebut
menurut Amin Abdullah, pangkal tolak kesulitan pengembangan scope wilayah kajian
studi Islam atau Dirasah Islamiyah berakar pada kesukaran seorang agamawan untuk
membedakan antara yang bersifat normative dan histories. Pada tataran normativ
kelihatan Islam kurang pas kalau dikatakan sebagai disiplin ilmu, sedangkan untuk
dataran histories nampaknya relevan. Tidak hanya kesukaran yang dihadapi oleh
seorang agamawan saja, melainkan dosen dan guru juga mengalami hal yang sama.
Banyak dijumpai seorang guru atau dosen yang tidak mengerti fungsi dan substansi
mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Sehingga banyak murid atau
mahasiswa yang tidak memahami apa yang mereka pelajari, sungguh ironis.
Pada tataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi
keagamaan yang bersifat memihak , romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan
analisis, kritis, metodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau
naskah-naskah produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam
lingkungan para peneliti tertentu yang masih
9
sangat terbatas.12

Dengan demikian secara sederhana dapat ditemukan jawabannya bahwa dilihat


dari segi normatif sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits, maka Islam

11
Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, Jakarta:
Teraju, 2002, h. 21
12
Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta;1996, Cet. ke-1, h. 106
lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu –
ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis, kiritis, metodologis, historis, dan empiris.
Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak, romantis, apologis, dan subyektif.
Sedangkan jika dilihat dari segi historis, yakni Islam dalam arti yang dipraktekkan
oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia, maka Islam
dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni Ilmu Ke-Islaman, Islamic Studies,
atau Dirasah Islamiyah.Perbedaan dalam melihat Islam yang demikian itu dapat
menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika Islam dilihat
dari sudut normatif, maka Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran
Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan mu’amalah.
Sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut histories atau sebagaimana yang
nampak dalam masyarakat, maka Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic
Studies). Selanjutnya studi Islam sebagaimana yang dikemukakan di atas, berbeda
pula dengan apa yang disebut sebagai Sains Islam. Sains Islam sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sayyed Husen Nasr adalah sains yang dikembangkan oleh kaum
muslimin sejak abad kedua hijriyah, seperti kedokteran, astronomi, dan lain
sebagainya.13
Dengan demikian sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern yang
dibangun atas arahan nilai-nilai Islami. Sementara studi Islam adalah pengetahuan
yang dirumuskan dari ajaran Islam yang dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan
manusia. Sedangkan pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya
diambil dari ajaran-ajaran Allah dan Rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi oleh
sejarah, seperti ajaran tentang akidah, ibadah, membaca al-Qur’an dan akhlak.
Berdasarkan uraian di atas, berkenaan dengan Studi Islam sebagai sebuah disiplin
ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan persoalan metode dan pendekatan yang akan
dipakai dalam melakukan pengkajian terhadapnya. Inilah yang menjadi topik utama
dalam kajian makalah ini.
Metode dan pendekatan dalam Studi Islam mulai diperkenalkan oleh para
pemikir Muslim Indonesia sekitar tahun 1998 dan menjadi mejadi matakuliah baru
dengan nama Metodologi Studi Islam (MSI) yang diajarkan di lingkup Perguruan
Tinggi Agama Islam di Indonesia.

D. Studi Islam dan Sains Islam


13
Syed Husen Nasr, Menjelajah Dunia Modern, (terj.) Hasti Tarekat, dari judul asli A Young Muslim’s
Guide in The Modern World, Bandung: Mizan, 1995, Cet. ke-2., h. 93
Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) secara historis merupakan pusat studi yang
merupakan perpaduan perubahan dari Lembaga Kajian al-Qur’an dan Sains (LKQS)
dan Pusat Kajian Sains dan Islam (PKSI) yang sebelumnya masing-masing berdiri
sendiri. Perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan terbitnya
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang
organisasi dan tata kerja
Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) merupakan pusat studi yang didirikan
untuk mengkaji dan mengembangkan kajian terintegrasi antara islam dan sains.
Dalam sains islam, referensi utama atau data primer sains islam diperoleh
dari teks-teks Al-Quran dan hadits nabi. Fakta-fakta ilmiah dalam islam adalah
informasi yang berasal dari keduanya. Fakta-fakta ilmiah ini kemudian diperkuat
oleh penelitian dan penemuan ilmiah.
Dalam kegiatannya, Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) berfokus untuk
mendukung Rencana Strategis pengembangan universitas yaitu menjadi universitas
yang mencapai tahap reputasi dan rekognisi internasional, melalui tugas pokok
tridharma perguruan tinggi yaitu penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat.
Guna mewujudkan tujuan tersebut, selain pelaksanaan riset, pengabdian masyarakat
dan publikasi, Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) juga melaksanakan kegiatan
pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM khususnya bagi dosen muda
Pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi dosen yang dilakukan diutamakan
dalam hal riset, publikasi, pengabdian masyarakat yang berorientasi pada
diperolehnya HAKI di bidang integrasi sains, teknologi dan islam. Kajian Pusat Studi
Islam dan Sains juga mencakup inovasi sains dan teknologi, kajian terkait isu halal,
pengembangan produk dan lain-lain.

1
1

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Studi Islam membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam adalah ajaran yang
dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus
mengganggu keyakinan agama Islam. Selain itu, studi Islam juga dapat
menumbuhkan sikap objektif dan menghilangkan citra negatif dari sebagian
masyarakat terhadap ajaran Islam.
Dan Islam sebagai agama dan keagamaan merupakan sebagai sebuah bidang
kajian yang tidak pernah kering untuk diteliti. Mulai dari agama sebagai doktrin,
hingga sebagai gejala sosial dan budaya. Saat umat Islam menghadapi tantangan dari
kehidupan dunia dan budaya modern, studi Islam menjadi sangat penting. Sudi Islam
memerlukan pendekatan-pendekatan yang obyektif dan rasional agar mampu
berkembang dan beradaptasi dengan keadaan sekarang.
Tujuan dan motivasi studi Islam di kalangan umat Islam berbeda dengan orang
di luar Islam. Di kalangan kaum muslimin, studi keislaman bertujuan untuk
mendalami dan memahami ajaran-ajaran Islam agar dapat dilaksanakan dengan
benar. Sedangkan orang diluar kalangan umat Islam, studi keislaman hanya sebagai
ilmu pengetahuan belaka.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad, Dhuha al-Islam, Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Tt. Tc.
Hakim, Atang Abdul & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Rosda
Karya
Abdullah, Amin ,2002, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar)
Ali, Sayuthi, 2002 Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan, Teori, dan Praktik.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada)
Sidjabat, W.B, 1982, Penelitian Agama: Pendekatan dari Ilmu Agama”, dalam
Mulyanto Sumardi (ed.), Penelitian Agama, Jakarta: Sinar Harapan
Praja, Juhaya S. 2002, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya
di Indonesia, Jakarta: Teraju
Abdullah, Amin 1996, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta
Nasr, Syed Husen 1995, Menjelajah Dunia Modern, (terj.) Hasti Tarekat, dari judul
asli A Young Muslim’s Guide in The Modern World, Bandung: Mizan
http://fiaitha10.blogspot.co.id/2016/01/problematika-insider-dan-outsider-
dalam.html

1
3

Anda mungkin juga menyukai