Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. M. Syukri Azwar Lubis, MA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

 Michelle Fanisah
 Fahran Lubis

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS AL-WASLIYAH (UNIVA)
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
sejarah perkembangan studi islam. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi islam.

Sholawat dan salam mudah-mudahan tetap tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, kerabat, para tabi‟in hingga akhir kelak.
Semoga kita dapat mengikuti sunnah dan meneladani beliau dalam segala aktivitas
kehidupan. Aamiin

Saya menyadari sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna begitu juga
dengan penulisan makalah ini yang mungkin masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,dengan ketulusan hati kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah penulis di masa mendatang. akhirnya semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca pada umumnya.

Medan, 13 Maret 2023

Penulis

Michelle dan Fahran

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….................... I

DAFTAR ISI……………………………………………………………… …………… II

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….…….. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………….……. 1
B. Tujuan dan manfaat pembahasan…………………………….……........ 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…….. 2

A. Pengertian studi islam………………..………………………………… 2


B. Perkembangan awal studi islam….……………………………………. 2
C. Perkembangan studi islam di barat……………………………………. 5
D. Perkembangan studi islam di timur…………………………………… 7
E. Perkembangan studi islam di indonesia……………………………….. 11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. 17


A. Kesimpulan……………………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Studi Islam tidak dapat dipisahkan dari studi-studi lembaga dan
kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Dalam pembahasan ini kami akan
membahas wilayah besar yan mempunyai perkembangan Studi Islam di dunia barat,
timur dan Indonesia. Dilihat dari segi kelembagaan, perkembangan studi Islam bermula
dari dari sorogan dan halaqah di rumah-rumah para „alim ke system kuttab yang
kemudian ke beralih ke Masjid.
Sejarah Islam merupakan bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian
para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim. Karena dari
penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian
tersebut.Sementara itu, bagi para peneliti barat mempelajari sejarah Islam selain
ditujukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari
kelemahan dan kekuatan umat Islam agar dapat dijajah dsb.
Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak
berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat
memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang
kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos
keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang
memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.

B. Tujuan dan Manfaat Pembahasan


Ada banyak manfaat yang baik dari pembuatan makalah ini, beberapa
diantaranya adalah : menuangkan kreatifitas mahasiswa dalam menuangkan gagasan
pemikirannya (ide-idenya) tentang suatau kajian atau topic yang sudah dipelajari dan
sudah didalami. Adapun tujuan bagi penulis makalah ini di susun untuk memenuhi
tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah Pengantar Studi Islam. Selain itu, bagi
diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk penambahan
wawasan yang lebih bagi mahasiswa. Kemudian untuk pembaca diharapkan lebih
memahami arti penting dari pendekatan normatif dalam studi Islam dan juga
diharapkan agar realisi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan yang semakin baik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Islam


Studi Islam atau Dirosah Islamiyah (barat dikenal dengan istilah Islamic
Studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam.Dikalangan para ahli masih terdapat
perdebatan tentang Studi Islam (agama). Jika dilihat dari sisi Normativitas, kurang pas
rasanya untuk dikatakan sebagai disiplin ilmu, karena normativitas studi Islam
agaknya terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat subyektif, dan apologis, yang
menyebabkan kadar muatan analisis, kritis, metodologis, histories, empiris, terutama
dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu
kurang begitu ditonjolkan. Sedangkan bila dilihat dari sisi Historisitas, tampaknya
tidaklah salah . Inilah Islam kalau dilihat secara historisitas yakni Islam dalam arti
yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah
kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni
ilmu keislaman atau Islam Studies.

B. Perkembangan Awal Studi Islam


Masa kejayaaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan
Islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan
Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam
berbagai pusatkebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sanagat dominan
pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya umatIslam. Berbagai
ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan
pembentukan dan pengembangan berbagaimacam aspek budaya umat Islam.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah,
yaitu pada masa pemerintahan Harun Ar-Rosyid (170-193).Karena beliau adalah ahli
ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasanserta didukung Negara dalam kondisi
aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu
diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat
rendah adalah al-Qur‟an, agama, membaca, menulis, dan sya‟ir.Di istana-istana
biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khitabah,ilmu sejarah, cerita perang, cara-
cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok sepertial-Qur‟an, syair dan fiqih.
2
Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid,kurikulumnya adalah
ilmu agama dengan Al-Qur‟an sebagai intinya.Selain itu hadits dan tafsir. Dan selain
itu, adapula system pengajaran cara berdakwah dengan baik, karena merupakan peran
penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan
masyarakat.Ada 3 hal yang harus di pelajari dalam berdakwah,
1. Al-Ma‟ani yang membahas perbedaan kalimat bagaimana dan bagaimana
melafalkannya dengan jelas.
2. Al-Bayan yang mengajarkan dalam berekspresi, mengeluarkanide-ide dengan
fasih dan tidak mengandung arti ganda.
3. Al-Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam pidato.

Menurut Syafi‟i Ma‟arif, dalam perspektif sejarah, babakan studi Islam dapat
dilihat dalam empat dimensi waktu: periode klasik, pramodern, modern dan neo-
modern. Studi Islam yang paling kaya adalah studi Islam Klasik yang telah
membuahkan karya-karya besar dalam filsafat, sastera, tasawuf, fiqh danUshul fiqh,
Ilmu Kalam, dan sejarah periode produktif ini beralangsungsekitar enam abad (abad
ke-9 sampai abad ke-14 Masehi.

Secara intelektual, periode ini tidak sunyi dari polemik, benturan pendapat dan
sengketa teologis. Benturan pendapat itu kadangkala begitu ganas hingga etika al-
Qur‟an tentang persaudaraan imani bukan saja dilanggar, bahkan telah diabaikan
sama sekali. Terciptalah suasanasaling mengkafirkan. Antara abad ke-15 sampai abad
ke-17 adalah periode yang hampir kosong dari karya-karya kreatif dalam studi Islam.

Periode ini juga ditandai oleh munculnya kekuatan Barat dalam politik,
militer, dan ilmu pengetahuan : dunia Islam dijajah Barat. Ditengah maraknya
imperialism modern, pada abad ke-18 muncul duatokoh besar yang berusaha
membangunkan dunia Islam yang lagi tidur karena kelelahan: Muhammad ibn Abdul
“Wahhab (1703-1792) di SaudiArabia dan Syah Waliullah (1702-1762) di India.
Periode Modern dalamkajian Islam ditandai oleh munculnya Sayyid Ahmad Khan,
Jamaludibnal-Afghani, Muhammad Abduh. Pada dimensi praktis, Ahmad Dahlan
merupakan tokoh yang paling menonjol. Ciri utama dari periode ini adalah non
madzhab danterbuka terhadap ide-ide Barat yang tidak berlawanan dengan
Islam.Tokoh lain dalam kategori ini adalah Muhammad Iqbal dan Agus Salim,dimana

3
mereka tampil ke permukaan sejarah pada saat imperialismemodern sedang berada di
puncak kepongahan dengan topangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Periode ini kemudian diteruskan oleh gerakan neo-modern dengan tokoh


Fazlur Rahman, dan mungkin juga dapat dimasukkan Arkoun.Pusat-pusat kajian di
Indonesia seperti LSAF (Lembaga Studi Agamadan Filsafat) barangkali termasuk neo
modern ini dengan berbagai variannya. Fazlurrahman khususnya ingin dan telah mulai
membanguncorak pemikiran Islamnya dengan menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber
peratama dan utama. Tapi kerja ini baru berada di awal jalan, sementara para
penerusnya masih ditunggu.

1. Sejarah Studi Islam di Timur Tengah;


Sejarah Studi Islam di Timur Tengah penting dibedakan dengan Studi Islam di
Negara Islam pada umumnya, termasuk Indonesia. Dalam konteks ini, teori klasifikasi
yang dilakukan oleh Azyumardi Azra,45yang menyebut Arab dan Mesir serta Timur
Tengah pada umumnya dengan tradisi besar (great tradition) Islam, dan Negara lain
termasuk Indonesia sebagai small tradition (tradisi kecil) Islam, dijadikan acuan
dalam klasifikasi ini. Saudi Arabia dan Mesir, serta Negara Timur Tengah lainnya.
Pada umumnya dinyatakan sebagai tradisi besar Islam dikarenakan negara-
negara itu merupakan negara sumber dan asal Islam; dansementara itu negara-negara
lainnya, tentu saja termasuk Negara Indonesia, adalah lebih merupakan negara
“sasaran” penyebaran agamaIslam dari negara kategori tradisi besar Islam tersebut.
Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid.Mahmud
Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekah dan Madinah
(Hijaz), Bashrah dan Kufah (Irak),Damaskus dan Palestina (Syam) dan Fistat (Mesir).
Madrasah Mekahdipelopori oleh Mu‟adz bin Jabal, madrasah Madinah dipelopori
olehAbu Bakar, Umar, Utsman; madrasah Madinah dipelopori oleh Abu Musa al-
Asy‟ari dan Anas bin Malik; madrasah Kufah dipelopori olehAli bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Mas‟ud; Madrasah Damaskus(Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu
Darda‟; sedangkan madrasahFistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin „Amr bin
„Ash.
2. Studi Islam Pada Masa Nabi Muahmmad SAW (610-632)
Terdapat dua pendapat populer tentang awal dimulainya sejarahIslam pada
masa Nabi Muhammad saw. Pertama, yang mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai
sejak Nabi Muhammad saw diangkatmenjadi Rasul. Kedua, yang mengatakan bahwa

4
sejarah Islam dimulaisemenjak Nabi Muhammad saw hijrah dari Makkah ke
Madinah.
Jika berdasar pada dimulainya penghitungan tahun hijrah, maka pilihan akan
jatuh pada pendapat kedua, yaitu dimulai semenjak NabiMuhammad saw melakukan
hijrah dari Makkah ke Madinah, karenatahun Islam (kalender hijriyah) dimulai
dengan hijrahnya NabiMuhammad dari Makkah ke 1 Madinah pada tahun 622 M.
Sesuai dengan periodesasi, Islam pada masa Nabi Muhammad sawterbagi
menjadi dua; yaitu masa Makkah dan masa Madinah. Ketika NabiMuhammad saw di
Makkah, ia bersama pengikutnya selalu mendapatkantekanan dari kalangan Qurays
yang tidak setuju dengan ajaran yangdisampaikannya.
Maka Nabi Muhammad saw kemudian mengirim sejumlah pengikutnya ke
Abesinia yang beragama Kristen Koptik untuk mendapatkan suaka. Itulah fase
Makkah yang membuat Nabi Muhammadsaw bertahan di Makkah atas dukungan
keluarga.
Setelah istrinya, Khadijah, wafat, kepala sukunya juga wafat dandigantikan
oleh orang yang tidak simpati kepadanya. Maka pada tahun620 M, Nabi Muhammad
saw membuat persetujuan dengan sejumlah penduduk Yatsrib yang terkemuka agar
dapat diterima di kalangan mereka. Setelah itu beliau hijrah ke Yatsrib, yang di
kemudian hariYatsrib ini berubah menjadi Madinah.
Di Madinah, umat Islam dikelompokkan menjadi dua; pertamadisebut
kelompok muhajirin, yaitu mereka yang mengikuti NabiMuhammad saw untuk
melakukan migrasi dari Makkah ke Madinah danyang kedua adalah anshar, yaitu
mereka yang merupakan penduduk asliMadinah yang menerima dan menyambut
kedatangan Nabi Muhammadsaw beserta pengikutnya ketika sampai di Madinah.

C. Perkembangan Studi Islam di Barat


Sebagaimana diketahui, bahwa yang sementara ini dikelompokkan sebagai
studi Islam antara lain:Al-Qur‟an/ tafsir, hadits/ilmu hadits, fiqh/hukum Islam,
teologi/ilmu kalam, tasawuf, sejarah Islam, filsafat Islam, dan bahasa Arab.
Belakangan masuk pula ke dalam studi Islam adalah pembaruan pemikiran Islam,
dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam. Semua bidang
studi Islam ini telah dipelajari oleh para orientalis Barat dengan intensitas yang
berbeda-beda. Penjelasan secara singkat tentang studi Islam yang dipelajari oleh
orientalis Barat ini dapat dikemukakan sebagi berikut:
5
Pertama, bidang tasawuf. Para orientalis yang mempelajari tasawuf ini
anatara lain:A.J.Arbery dan S.M. Zwemmer. Kajian mereka tetang tasawuf ini pada
umumnya ditujukan untuk menempatkan tasawuf Islam sebagai kelas dua, atau hasil
menjiplak dari tasawuf yang dikembangkan dikalangan nasrani.
Kedua, bidang dakwah. Di antara orientalis yang mempelajari dakwah ini
ialah Thomas W. Arnold, dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam.
Dalam buku ini, sering digambarkan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan
cara-cara pemaksaan.
Ketiga, bidang pendidikan Islam. Di antara orientalis yang mempelajari
pendidikan Islam ini, ialah Michael Stanton dengan bukunya yang berjudul The
Higher Learning of Islam (Pendidikan Tinggi Islam), dan Karl Stremmbrink dengan
buku pesantren, Madrasah, dan sekolah. Dalam buku-buku ini merekan
membicarakan tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan
Islam mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, mualai dari yang sederhana
hingga yang tinggi, seperti kuttab, masjid, madrasah, dan observatorium

Tujuan Barat Mempelajari Islam

Terdapat sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh orang Barat yang mempelajari
Islam, sebagai berikut:

1. untuk menarik simpati kalangan umat Islam. Dengan mempelajari Islam, diharapkan
masyarakat Islam tidak lagi menaruh benci, curiga atau ragu-ragu menerima
kehadiran orang Barat.
2. untuk melemahkan Islam dari dalam, misalnya dengan cara mengambil kesimpulan
yang keliru tentang Al-Qur‟an, Al-Sunnah, dan fiqih.
3. untuk menunjukkan superioritas mereka sebagai orang Barat. Ilmuwan Barat,
khususnya dalam orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam
segala hal, khususnya dalam logika dan pearadaban.
4. untuk memperjuangkan doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh dikritik. Diantaranya
ialah dua doktrin inti, yaitu bahwa Al-Qur‟an dalam pandangan insan Barat bukan
kalam Allah, dan Muhammad bukan Rasul Allah.
5. untuk kepentingan negara-negara tertentu yang menandai kajian tersebut

6
D. Perkembangan Studi Islam di Timur
Sejarah perkembangan Islam di Timur dimulai sejak akhir periode Madinah
sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan
rumah-rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika,
ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H,
selama periode Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai
menempati gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat
intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik
balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah
menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan
Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat,
diganti hanya mempelajari tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Sedangkan matematika
hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M. Memang pada masa kekhalifahan
Abbasyiah Al-Ma‟mun (198-218 H/813-833 M), sebelum hancurnya aliran
Mu‟tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris
dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu
agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di
zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat
perguruan tinggi tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-
Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat) dan (4) Maroko. Sejarah singkat
masing-masing pusat studi Islam di gambarkan sebagai berikut:
1. Nizhamiyah di Baghdad
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir
abad IV Hijriyah adalah Madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah
lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV)
oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Madrasah Nizhamiyah adalah
madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang
berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola
oleh pemerintah.
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah
untuk memeperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab
keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan
7
ahli sunah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya adalah
kaum syi‟ah, oleh sebab itu Madrasah Nizhamiyah adalah untuk menyokong
sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunah ke seluruh rakyat.
2. Al-Azhar di Kairo Mesir
Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia. Hingga saat
ini usia al-Azhar telah mencapai lebih dari seribu tahun. Awalnya al-Azhar
adalah sebuah masjid yang didirikan oleh khalifah Mu‟idz li Dinillah Ma‟ad
bin Mansyur (931-975 M), khalifah keempat dinasti Fatimah yang berkuasa di
Mesir kala itu. Kemudian fungsi al-Azhar ditambah menjadi pusat kebudayaan
dan pendidikan. Mulanya lembaga pendidikan al-Azhar adalah pusat
penyebaran paham syiah. Namun sejak Salahuddin al-Ayyubi berkuasa di
Mesir pada tahun 1711 M, kurikulum lembaga pendidikan al-Azhar pun
diubah dari paham syiah menjadi mazhab sunni yang terus berlaku sampai
sekarang.
Pada tahun 1961, universitas al-Azhar membuka sejumlah fakultas
baru seperti pendidikan, kedokteran, farmasi, ekonomi, sains, pertanian, dan
teknik. Dangan ini, maka di Universitas al-Azhar terdapat dua penjurusan
yaitu fakultas ilmu (ilmu umum) dan fakultas adabi (agama). Hanya saja yang
membedakan alumni Universitas al-Azhar, baik fakultas agama maupaun non-
agama, dengan alumni Universitas-universitas lain di Mesir adalah kewajiban
setiap mahasiswa/mahasiswinya untuk menghafal seluruh al-Quran bagi
mahasiswa Mesir dan Arab, dan menghafal sebagiannya bagi mahasiswa non-
Arab.
3. Cordova (bagian barat)
Cordova memasuki puncak kejayaannya di bawah pemerintahan
Abdurrahman III (912-961)dan al-Hakam II (961-976). Kemajuan tersebut
dapat di lihat dalam berbagai bidang, antara lain bidang pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan intelektual. Pada saat itu, Islam di Cordova telah memiliki
Universitas Cordova yang tersohor dan menjadi kebanggaan umat Islam, salah
satu Universitas dunia yang terpercaya. Universitas ini menandingi dua
Universitas lainnya, yaitu al-Azhar di Kairo dan Nizhamiyah di Bagdad, dan
berhasil menarik para mahasiswa dari dekat dan jauh, termasuk banyak
mahasiswa Kristen dari negara-negara Eropa lainnya. Al-Hakam
menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan banyak seakali
8
penghargaan kepada para sarjana, beliau juga mendirikan 27 sekolah swasta,
disamping itu terdapat pula 70 perpustakaan dan memiliki koleksi ratusan ribu
buku.
4. Maroko
Pada awalnya nama al-Qurawiyin adalah nama masjid tertua di
Maroko, bahkan termasuk salah satu masjid tertua di dunia. Ia terletak di
daerah pegunungan Atlas, persisnya di wilayah pemukiman lama kota
Fes.nama al-Qurawiyin juga dijadikan sebagai nama Universitas Islam tertua
di dunia yang didirikan pada tahun 245 H/857 M, atau pertengahan abad
kesembilan Masehi oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari kota Qirauan,
negara Tunisia. Dari nama kota itulah nama Universitas Qurawiyin diambil.
Gedung kampuz al-Qurawiyin yang pertama kali di bangun, dengan
bangunan yang dindingnya terbuat dari kayu berukir kaligrafi Arab ciri khas
dan budaya Maroko itu, kini telah di museumkan di kota Fes.
Universitas al-Qurawiyin sebagai Universitas negeri, dengan
mahasiswa dari berbagai negara, kini mempunyai empat kampus. Kampus
utamanya berada di kota Fes, kota ulama dan kota pelajar Maroko, kampus
kedua terletak di kota Tetouan, dekat perbatasan Maroko-Spanyol, kampus
ketiga terletak di kota Aqadir, wilayah Maroko yang di dalamnya banyak
lahan pertanian dan peternakan. Kampus keempat berada di kota Marakes,
kota wisata Maroko.

Itulah sejarah singkat mengenai perguruan tinggi tertua yang ada di dunia muslim.
Adapun sejarah singkat mengenai pusat studi Islam yang terdapat di berbagai negara, akan
kami uraikan mengenai studi Islam di masing- masing negara:

1. Arab Sudi
Arab Saudi mempunyai beberapa Universitas termasukUuniversitas khusus bagi
wanita. Universitas-Universitas itu antara lain adalah king saud University di Riyadh
yang di dirikan tahun 1957,Iislamic University of Madinah (1961), King Abdul Azis
University di jeddah (1967),Iimam Muhammad Bin Saud Islamic University di
Riyadh (1974), King Faisal University di Gammam (1975), Ummul Qura University
di Mekkah (1979). Bahasa pengantar yang di gunakan di Universitas ini, pada
umumnya adalah bahasa arab, meskipun ada juga yang menggunakan bahasa inggris.

9
2. Suriah
Universitas yang terletak dikota Damaskus adalah perguruan tinggi favorit di
Suriah dan menyediakan berbagai fakultas. Sebagaimana yang diuraikan diatas,
fakultas yang bisa dimasuki masyarakat Indonesia adalah terbatas pada Fakultas
Syariah dan Sastra Fakultas Syariah yang dirintis oleh Syaikh Prof. Dr. Musthafa as-
Siba‟i ini merupakansalaah satu fakultas syariah favorit dan terbaik di Timur Tengah.
3. Malaysia
Kemunculan stadi Islam ditingkat perguruan tinggi di Malaysia ditandai dengan
berdirinya Department of Islamic Studies di Universiti Malaya (UM) pada tahun
1960-an. Kemudian disusul dengan kemunculan fakultas-fakultas Islamic Studies di
universitas-universitas lainny, seperti Faculty of Islamic Studies di Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tahun 1970-an, Faculty of Islamic Revealed
Knowledge and Humam Sciences di International Islamic University of Malaysia
(IIUM) pada tahun 1983. Pada perkembangan selanjutnya muncul kolej atau
universitas yang hanya membuka fakultas-fakultas keagamaan keagamaan saja seperti
kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM) pada tahun 1995, Kolej Islam Selangor Darul
Ehsan (KISDAR) pada tahun 1995, dan lain-lain.
4. Aljazair
Di Aljazair, universitas yang berstatusnya islam yang. menyediakan khusus
fakultas-fakultas islam hanya satu, yaitu Universitas Amer Abdel Kader. Sementara
Universitas Aljazair (Universite d‟Alger), meskipun bukan universitas islam, tapi
membuka beberapa fakultas studi islam. Selebihnya, hanya sebagai institut atau
sekolah tinggi islam yang menyediakan beberapa jurusan keislaman. Selain itu,
universitas lain tidak menyediakan studi islam.
Universitas Amer Abdel Kader untuk studi ilmu-ilmu islam(jami‟ah al-amir
„Abdul Qadir lil-Ulum al-Islamiyyah) berada diprovinsi Constantine. Dibangun
berdasarkan perintah dari presiden Houari Boumedienne, pada 14 februari 1984.
Universitas ini memiliki satu gedung bersebelahan dengan masjid Amer Abdel. Nama
Amer Abdel Kader sendiri diambil dari nama pahlawan populer kemerdekaan
Aljazair. Pemerintah menetapkan tujuan didirikan universitas islam ini untuk
mencetak mahasiswa yang berwawasan islam dan ilmiah, menyebarkan pengetahuan
keislaman, mengembangkan penelitian, dan meningkatkan ruh ilmiah.

10
E. Perkembangan Studi Islam Di Indonesia
1. Kondisi Pendidikan pada Kerajaan Islam
a. Pendidikan Islam pada Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam
Menurut Muhammad Zunus, bahwa pada setiap kerajaan islam terdapat masa-
masa kemajuan pendidikan islam. Sejak masuknya islam ke tanah aceh (1290 M),
pendidikan dan pengajaran islam mulai lahir dan tumbuh dengan subur, terutama
setelah berdirinya kerajaan islam di aceh. Pada waktu itu bnyaklah ulama di pasai
yang membangun pesantren, seperti Teungku di Deurenundong, teungku Cot
Mamplam, dan lain-lain. Seiring dengan itu, banyak pula pelajar dari berbagai
daerah yang datang ke Pasai untuk belajar agama islam. Berkat bantuan pemerintah
islam dan masyarakat, maka pesantren, surau dan langgar tersebar di dari kota-kota
sampai ke dusun-dusun. Kegiatan pendidikan islam di Aceh ini mengalami zaman
keemasan pada zaman Iskandar Muda, sehingga menjadi masyhur ke mana-mana,
karena banyak alim ulama dan ahli sastra Islam Indonesia.
b. Pendidikan islam pada kerajaan Demak, panjang, dan Mataram
Pendidikan islam yang berlangsung di kerajan Demak, panjang, dan Mataram
beriringan dengan kegiatan dakwah islam yang di lakukan para ulama dan para wali,
yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
Kitab-kitab agama Islam di zaman Demak yang kini masih di kenal, ialah Primbon,
yaitu notes, berisi serba macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, macam-macam
do‟a, bahkan ada juga tentang obat-obatan, dan ilmu ghaib. Dalam kitab ini di
sebutkan pula tentang ini atau itu adalah wejangan dari sunan polan, atau sunan anu,
atau dari Kiai Ageng anu. Selain itu, ada oula kitab-kitab yang di kenal dengan nama
suluk sunan bonang, suluk sunan kalijaga, wasita jati sunan geseng dan ajaran
mistis Islam dari masing-masing sunan itu yang di tulis tangan.
c. Pendidikan Islam di kerajaan Islam di Sulawesi Selatan
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi Selatan amat pesat.
Sejalan dengan itu, di sana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan
berkembang pesat. Pada tahap awal merupakan pesantren atau surau denagn model
lama sebagaimana yang terdapat di Sumatera dan Jawa. Perkembangan itu semakin
pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang dari tanah Mekkah, setelah tinggal di sana
beberapa tahun lamanya. Tetapi sebelum itu telah ada pula ulama tua, di antaranya
yang termasyur adalah Syekh Yusuf Tanjul Khalwati.

11
d. Pendidikan Islam di Maluku
Menurut sebuah sumber, bahwa pada 11 juli 1951 M, jumlah madrasah tingkat
ibtidaiyah yang berada di maluku Utara sebanyak 44 buah. Adaun guru-guru
berjumlah 58 orang, dan murid-muridnya sebanyak 4.600 orang, di antaranya 3.000
orang laki-laki, dan 1.600 orang perempuan. Madrasah menengah hanya ada 1 buah,
yaitu di Tidore dengan jumlah murid sebanyak 49 orang. Selanjutnya di laporkan
pula, bahwa jumlah madrasah di seluruh Maluku (Maluku utara, Maluku Tengah,
dan Maluku Selatan) sebanyak 56 buah, tetapi dalam laporan yang lain jumlahnya
sebanyak 84 buah. Pada tahun 1951 di Ambon terdapat 4 buah madrasah, termasuk
1 buah madrasah Tsanawiyah. Tetapi pada tahun 1951 hanya tinggal 2 Madrasah
Ibtidaiyah.
e. Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua dikalimantan Barat adalah Madrasatun Najah wa al-
Falah yang terletak di Sei Bukau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918.
Di antara madrasah yang termashur adalah madrasah perguruan islam (Assulthaniah)
di sambas pada tahun 1922.

2. Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Belanda


Sikap kolonial Belanda terhadap pendidikan Islam bisa dilihat lebih lanjut dari
kebijakannya yang sangat distriminatif, baik secara sosial, ras, anggaran, maupun
kepemelukan terhadap agama.
Diskriminasi sosial terlihat pada didirikannya sekolah yang membedakan
antara sekolah yang diperuntukan khusus kaum bangsawan dengan sekolah yang
khusus untuk rakyat biasa.
Diskriminan ras terlihat dengan jelas pada klasifikasi sekolah di Indonesia.
Pada tingkat dasar pemerintah membuka sekolah-sekolah yang dibedakan menurut
ras dan keturunan seperti Europeeche Lagere School (ELS) untuk anak-anak Eropa,
Holandsh Chinese School untuk anak-anakChina dan keturunan Asia Timur,
Holandsch School yang keudian di sebut selah bumiputra, untuk anak-anak pribumi
dari kalangan ningrat, dan terakhir Inlandsch Scool yang disediakan untuk anak-
anak pribumi pada umumnya.
Diskriminasi anggaran terlihat pada pemberian anggaran yang lebih besar
kepada sekolah untuk anak-anak eropa, padahal jumlah siswa pada sekolah
Bumiputra jauh lebih banyak.
12
Diskriminasi kepemelukan agama antara lain terlihat pada kebijakan
pemerintah Belanda yang mengonsentrasikan di wilayah dimana terdapat sejumlah
besar penduduknya yang beragama kristen sepeti Batak, Manado, dn kalimantan.
Pesantren yang menjadi basis pendidikan agidak mendapatkan perhatian sama
sekali, bahkan cenderung dimusuhi.
Dengan bedasarkan pada dalil Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang berisi perintah
memerangi orang kafir, dan tidak boleh mengambil pimpinan dari orang kafir, di
tambah lagi dengan sikap Belanda yang menyengsarakan rakyat indonesia, membuat
kaum pesantren menaruh sikap curiga dan memusuhi Belanda. Mereka menolak
bentuk bantuan apapun dari pemerintah Belanda, dan melarang melakukan berbagai
hal yang berbau Belanda. Kelompok inilah yang pada giliranya bersedia memenggul
senjata untuk jihad di jalan Allah, yakni berperan di medn laga untuk mengusir
kaum penjajah dan membebaskan rakyat Indonesia dari para penjajah. Terdapat 3
sikap yang di tempuh umat islam dalam merespon kebijakan pendidikan Belanda.
Pertama, kelompok yang mengisolasi diri atau non-kooperatif dengan
kebijakan Belanda. Sikap non-kooperatif adalah sikap yang menjadikan Belanda
sebagai musuh yang harus di benci dan di jauhi. Mereka berpendapat bahwa kerja
sama dengan Belanda tidak di benarkan, baik secara aqidah maupun kemanisiaan.
Sikap non-kooperatif ini banyak di lakukan oleh para ulama salaf yang memimpin
pesantren pada umumnya tersebar di pedesaan.
Kedua, kelompok yang bersikap akomodatif secara selektif dan proposional.
Ketiga, kelompok yang sepenuhnya mengambil model pendidikan Belanda. Tetapi
dalam perjalanan selanjutnya, kaum modernispun memutuskan hubungan untuk
tidak lagi mau kerja sama dengan Belanda, karena Belanda kian semena-mena dalam
memperlakukan bangsa Indonesia.
3. Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Jepang
Kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun.
Namun waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh
terhadap perkembangan pendidikan islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang di
lakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belanda di
Indonesia telah berbuat banyak terhadap pendidikan islam.sebaliknya Jepang yang
beradadi Indonesia dalam waktu singkat telah memberikan pengaruh pendidikan
islam sebagai berikut.

13
Pertama, umat islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan
pendidikannya, karena berbagai undang-undang dan peraturan yang di buat oleh
pemerintah Belanda yang sangat diskriminatif dan membatasi itu sudah tidak di
perlakukan lagi. Umat islam pada zaman kolonial Jepang memperoleh peluang yang
memungkinkan dapat berkiprah lebih leluasa dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan islam yang terdapat pada zaman Jepang pada
dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan islam pada zaman Belanda, yakni di
samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga
terdapat sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu
sistem pendidikn Belanda yang muatanya terdapat pelajaran agama.
4. Pendidikan Islam di Zaman Orde Lama
Pada masa ini pendidikan Islam kurang diperhatikan karena adanya perang
dingin antara pemerintah dengan elite Islam, sehingga pendidikan Islam belum
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Namun, meskipun kurang diperhatikan pada zaman ini terdapatbeberapa usaha
yang dilakukan pemerintah dalamkepentingan pendidikan Islam, antara lain:
1. Didirikannya Departemen Agama, pembinaan pendidikan agama setelah
kemerdekaan Indonesia dilakukan secara formal. Departemen agama
diresmikan pada tanggal 3 Januari 1946. Departemen agama juga mengurusi
bidang pendidikan yang berhubungan dengan agama. Namun disamping itu
pemerintah juga mendirikan departemenpen didikan dan kebudayaan, yang
menimbulkan pengelolaan pendidikan yang dikotomis, yang selanjutnya
berdampak adanyad iskriminasi kepada departemen agama.
2. Dikeluarkannya sejumlah kebijakan berupa peraturan perundang-undangan
yang ada hubungannya dengan pendidikan agama. Diantara kebijakan itu antara
lain Undang-UndangNomor 12 tahun 1950, Peraturan Bersama Menteri PP&K
(Nomor K/652) Dengan Menteri Agama (Nomor 1432), dan keputusan sidang
MPRS pada bulan desember 1960.
3. diberikannya perhatian terhadap pertumbuhan perkembangan lembaga
pendidikan Islam,seperti madrasah dan pesantren. Perhatian ini diwujudkan
dengan diberikannya bantuan material dari pemerintah kepada madrasah dan
pesantren yang diserahkan kepada Kementerian Agama sebagai Pembina dan
pengembangnya.

14
4. memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan material kepada lembaga-lembaga
pendidikan Islam, seperti mengangkat guru agama, membantu pembangunan
madrasah, bantuan buku-buku pelajaran, me-negeri-kan madrasah, dan bantuan
lainnya.
5. Pendidikan Islam di Zaman Orde Baru
pada dasarnya kebijakan yang lair pada zaman orde baru, termasuk pada
bidang pendidikan, diarahkan pada upaya pembangunan ekonomi. Kebijakan
dalam bidang pendidikan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Masuknya pendidikan Islam kedalam sistem pendidikan Nasional. Hal ini
dimulai dengan lahirnya surat keputusan bersama 3 menteri (SKB 3 Menteri)
yaitu menteri pendidikan, menteri agama dan menteri dalam negeri. Yang
berisikan bahwa lulusan madrasah dapat melanjutkan kejenjang pendidikan
umum dan sebaliknya, berhak mendapatkan bantuan sarana prasarana, biaya dan
diakuiijazahnya.
2. pembangunan madrasah dan pesantren, baikdalambentukfisikmaupun non fisik.
Pada aspek fisik dilakukan pada peningkatan dan perlengkapan infrastruktur,
sarana prasarana, dan fasilitas sepertibuku, perpustakaan dan perlengkapan
laboratorium. Pada aspek non fisik meliputi pembaruan bidang kelembagaan,
manajemen pengelolaan, kurikulum, mutu sumber daya manusia, proses belajar
mengajar dan lain sebagainya. Pembangunan pada bidang pendidikan ini
tampak cukup berhasil dengan adanya lulusan madrasah yang dapat
melanjutkan keperguruan tinggi yang bergengsi baik di dalam maupun luar
Negeri.
3. pemberdayaan pendidikan islam non formal. Pada zaman orde baru
perkembangan pendidikan islam non formal mengalami peningkatan yang
sangat signifikan yang dipelopori oleh masyarakat. Yaitu dengan
berkembangnya majelis taklim baik untuk kalangan masyarakat islam
kelompok, masyarakat biasa, maupun bagi masyarakat menengah keatas.
6. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi
Pada masa reformasi ini kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh
pemerintah menimbulkan keadaan pendidikan Islam yang secara umum lebih baik
dari keadaan pendidikan pada masa pemerintahan orde lama. Keadaan pendidikan
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

15
1. Kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional. Hal initerlihat pada penyempurnaan UU nomor 2
tahun 1989 menjadi UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa pesantren, ma`had Ali, Roudhatul Athfal
(tamankanak-kanak), dan Majelista`lim masuk dalam sistem pendidikan
nasional. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2005 tentang guru
dan dosen, standar nasional pendidikan, serta sertifikasi guru dan dosen,
baik yang berada di bawah kementerian agama maupun kementerian
pendidikan.
2. Kebijakan tentang Anggaran pendidikan Islam. Hal ini terlihat pada
ditetapkannya anggaran pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya termasuk gaji
guru dan dosen, biaya operasiona lpendidikan, pemberian beasiswa bagi
mahasiswa yang kurang mampu, pengadaan buku gratis, pengadaan
infrastruktur, sarana prasarana, media pembelajaran, peningkatan sumber
daya manusia bagi lembaga yang bernaung di bawah kementerian Agama
dan kementerian Pendidikan Nasional.
3. Program wajib Sembilan tahun, yakni setiap anak Indonesia wajib memiliki
pendidikan minimal sampai dengan tamat sekolah lanjutan pertama, yakni
SMP atau MTS.
4. penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Nasional (SBN), Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).Kelima, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK/tahun 2004) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP/tahun
2006)
5. pengembangan pendekatan pembelajaran PAIKEM (PembelajaranAktif,
Inovatif, Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan).Dan masih banyak lagi
perkembangan pendidikan Islam yang lainnya.

16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa, pada
awalnya pendidikan Islam pada masa Rasulullah berkembang melalui dua periode yaitu
periode Makkah dan Madinah. Pada periode tersebut, pendidikan dilakukan dengan
bertahap , dengan beberapa kebijakan dan metode.
Dinamika studi Islam di Barat begitu pesat dimana ditandai dengan adanya pusat
kajian keagamaan semisal, didirikannya The development of Islamic Studies in Canada,
Temple University, Leiden University dan Chicago University. Selain itu, ditandai dengan
adanya kajian-kajian baru dalam studi Islam di Barat diantaranya pembaruan pemikiran
Islam, dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam. Dalam
mempelajari Islam, tentunya mereka mempunyai tujuan antara lain untuk menarik simpati
umat Islam, melemahkan Islam dari dalam, menunjukkan superioritas Barat,
memperjuangkan doktrin Barat, dan kepentingan negara-negara Barat lainnya.
Dinamika studi Islam di Timur dimulai dengan diawali pembelajaran Islam di masjid-
masjid dan rumah, kemudian berkembang menjadi sekolah dan gedung, dan dilanjutkan
dengan adanya pemisahan ilmu agama dan umum.
Sedangkan dinamika studi Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kondisi,
yaitu kondisi pendidikan pada zaman kerajaan Islam, Belanda, Jepang, masa orde lama,
orde baru dan zaman revormasi.

2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca
tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami
harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nata , Abuddin . 2004. Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grapindo Persada)
Jamali, Al Fadhil. 1992. Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam. (Jakarta:Golden
Terayon Press).
Murodi, 2003. Sejarah Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya
Toha Putra Semarang)
Qardhawi,Yusuf. 1997. Berita Kemenangan Islam, (Jakarta : Gema Insani Press)
Abd. Hakim, Atang, Drs., MA., dkk, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 2008.
Nasution, Khoruddin, Dr., MA., Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA +
TAZZAFA. 2004.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai