Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN HISTORIS


PADA PERIODE PERTENGAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam

Dosen Pengampuh : Drs. M. Tabah Rosyadi M. A.

Disusun Oleh :

Aulia Anjani Alamsyah 11230970000029

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI FISIKA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna memenuhi
tugas mata kuliah Studi Islam, dengan judul “Studi Islam dengan Pendekatan Historis
Pada Periode Pertengahan”.

Dan tidak lupa Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. M. Tabah Rosyadi M.
A., selaku dosen pengampu Studi Islam yang telah memberikan tugas untuk menambah
wawasan dan membimbing Saya.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk pengetahuan
kita semua. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, pembahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Saya berharap
adanya kritik dan saran dari teman-teman guna dijadikan evaluasi kedepan.

Ciputat, 17 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Studi Islam dengan Pendekatan Historis.............................................................6
2.2 Studi Islam dengan Pendekatan Historis Pada Periode Pertengahan .................................9

2.2.1 Masa Kemunduran (1250-1500M).........................................................................................13

2.2.2 Masa Tiga Kerajaan besar (1500-1800M)............................................................................16


2.3 Perkembangan Islam Pada Periode Pertengahan.................................................................17
2.4 Manfaat Studi Islam Menggunakan Pendekatan Historis...................................................19
BAB III..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
3.1 Saran.........................................................................................................................................21
3.2 Kesimpulan...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi keislaman semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam
pengertian tekstual dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam
tidak hanya sebagai pedoman hidup. Islam telah melebur menjadi sebuah sistem budaya,
peradaban, komunitas dan sebagainya sehingga mempengaruhi perkembangan dunia.
Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, karenanya
dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner. Islam telah menjadi kajian yang
menarik minat banyak kalangan. Tentunya semua aspek kehidupan tidak lepas dari
faktor sejarah, sejarah merupakan bukti yang nyata bahwa sesuatu telah ada, dan karena
dengan sejarah, manusia bisa belajar apa saja yang telah terjadi. Dalam metodologi
islam, diperlukan sejarah untuk mengetahui kebenaran yang valid keadaan masa lampau,
untuk itu sangatlah urgan dalam mengkaji ajaran Islam dengan menggunakan
pendekatan Sejarah (Historis).
Pendekatan historis atau pendekatan kesejarahan ini sangat penting dalam memahami
agama, karena agama itu sendiri turun dari situasi yang konkret dan berkaitan dengan
kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui pendekatan sejarah ini seorang diajak untuk
memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
Seorang yang ingin memahami Al- Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi
turunnya Al-Qur’an. Tujuan pendekatan historis adalah untuk membuat rekonstruksi
masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Melalui pendekatan historis seseorang diajak
menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini
seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam
idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Dalam sejarah pastinya memiliki masa atau periode dengan peristiwa yang berbeda –
beda. Periodisasi sejarah merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa
dalam konteks waktu dan tempat dengan tolak ukur yang bermacam-macam. Di dalam
Studi Islam dengan pendekatan sejarah tedapat tiga periode, diantaranya; Periode Klasik
4
yang terdapat masa integritas dan disintegritas, Periode Pertengahan yang terdapat masa
kemunduran dan tiga kerajaan besar serta Periode Modern yang merupakan zaman
kebangkitan Islam.
Tulisan ini fokus membahas tentang perkembangan Islam pada abad pertengahan
(1250-1800). Perkembangan Islam pada abad pertengahan mengalami dua masa yaitu
maasa kemunduran dan masa tiga kerajaan. Masa kemunduran terjadi pada tahun 650 -
1250 M yang ditandai dengan desentralisasi dan disisntegrasi bertambah meningkat,
perbedaan antara Sunni dan Syi`ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah
tampak dan pada masa ini pula umat Isalm di Spanyol di paksa masuk Kristen atau
keluar dari daerah itu. Pada masa tiga kerajaan besar (1500-1700M) dimulai dengan
zaman kemajuan (1500-1700M), kemudian zaman kemunduran (1700-1800M) dengan
tiga kerajaan besar yaitu, Kerajaan Usmani (otto mani empire) di Turki, Kerajaan Safawi
di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian studi Islam dengan pendekatan histori?


2. Bagaimana studi Islam dengan pendekatan historis pada periode pertengahan?
3. Bagaimana perkembangan studi Islam pada periode pertengahan?
4. Apakah manfaat studi Islam menggunakan pendekatan historis?
1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian studi Islam dengan pendekatan sejarah

2. Untuk mengetahui studi islam dengan pendekatan sejarah pada periode pertengahan

3. Untuk mengetahui perkembangan studi Islam pada periode pertengahan

4. Untuk mengetahui manfaat studi islam dengan menggunakan pendekatan historis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Studi Islam dengan Pendekatan Historis

Studi Islam merupakan kajian berbagai unsur-unsur yang terdapat di dalam


Agama Islam yakni wahyu (al-Qur‟an dan Hadis Nabi), pemahaman teks, dan
praktik masyarakat Islam. Pada tataran tersebut, Islam yang telah melewati 14 abad
lebih, pemahaman Islam awal (sempurna) perlu ditelusuru dalam rangka menjawab
tantangan masa sekarang bahkan yang akan datang. Pada upaya tersebut, unsur
historisitas Islam merupakan unsur terpenting dalam memahami Islam dan
peristiwa (historis) yang terjadi saat itu, sehingga perlu kajian Islam yang
dilakukan menggunakan analisis atau pendekatan histosis atau sejarah, di samping
pendekatan-pendekatan yang lain.
Pendekatan Secara etimologi, pendekatan adalah derivasi kata dekat, artinya
tidak jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an maka artinya (a) proses,
perbuatan, cara mendekati (b) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pendekatan dari sudut
terminology, adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. History, berasal
dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu. Namun menurut kamus Bersar Bahasa
Indonesia (KBBI) historis atau sejarah mempunyai arti; (1) asal-usul (keturunan)
silsilah; (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
riwayat; tambo: cerita; (3) pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian
yg benar-benar terjadi di masa lampau; ilmu sejarah. Dapat disimpukan, berarti
historis atau sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada masa lampau, baik yang
berkaitan dengan sosial, pendidikan, dan apapun yang benar-benar telah terjadi.
Dari hal inilah pendekatan historis atau pendekatan sejarah dalam studi islam dapat
diartikan sebuah sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah
dengan berdasar sejarahnya. Tentunya historis atau sejarah yang diangkat ke
permukaan adalah sejarah terkait kajian islam yang menjadi objeknya. Dalam
menyatakan teori pendekatan historis atau pendekatan sejarah dalam meneliti harus
6
benar-benar kukuh agar tidak terjadi munculnya teori pendekatan lainnya. Sebab
munculnya pendekatan sendiri dalam sebuah rencana kajian studi islam
menjadikan pengkrucutan sebuah cara memandang objek kajian tersebut. Sehingga
ketika terdapat teori-teori lain akan mengembalikan kajian tersebut bersifat umum.
Dalam literatur Islam/Arab secara umum sejarah dikenal dengan istilah tarikh,
satu istilah yang menurut Ibn Mandzur (Mandzur, 1970: 481) berasal dari kata
arrakha yang berarti “menulis” atau “mencatat” dan tarikh berarti “catatan tentang
waktu dan peristiwa”, seorang sejarawan disebut dengan mu’arrikh, yakni “
seseorang yang menulis sejarah atau ilmuwan dalam bidang sejarah”. Pentingnya
hal ini juga dikatakan: sejarah adalah pengetahuan tentang manusia masa lalu
(Marrou, 1966: 33) atau pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian
masa lalu, fakta-fakta yang berhubungan dengan kegiatan manusia baik sebagai
kelompok sosial individu yang terekam dalam bentuk dokumen (Debove, 1991:
931), dan sering pula disebut: sejarah secara umum merupakan studi tentang
manusia masa lalu, dan lebih spesifik menempatkan manusia sebagai masyarakat
sosial dan bukan sebagai suatu spesis (Leff, 1971: 3). Karena itu bisa dipahami jika
sejarah memberi perhatian penting terhadap dua hal utama: waktu dan peristiwa,
elemen penting lainnya dalam sejarah adalah pelaku, tempat, dan sebab.
Sedangkan dalam istilah definisi sejarah atau historis di kalangan sejarawan
berbeda-beda baik dari kalangan Muslim dan Barat, diantaranya sejarah
merupakan suatu ilmu yang membahas tentang berbagai peristiwa yang
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa
tersebut. (Ghazali, 2015: 71) Namun tidak sebatas di situ, sejarah tidak hanya masa
lalu tapi juga menjangkau masa kini, sebagaimana kesimpulan dari pengertian
sejarah oleh Akh Minhaji, berikut: “Suatu ilmu yang berupaya memahami
peristiwa seputar kehidupan manusia dan juga masyarakat bukan hanya yang
terjadi pada masa lalu tapi juga masa kini dan sekaligus bisa memprediksi apa
yang akan terjadi pada masa mendatang.”
Dari berbagai pengertian pendekatan historis atau pendekatan sejarah oleh
beberapa tokoh, maka dapat disimoulkan bahwa pendekatan historis adalah cara
pandang yang digunakan untuk merekonstruksi masa lalu umat manusia yang
melihat suatu peristiwa dari segi kesadaran sosial yang mendukungnya.
Pendekatan ini lebih populer disebut “sejarah sosial”. Pendekatan ini merupakan
7
alternatif terbaik untuk lebih menjelaskan perkembangan dan perubahan-
perubahan historis pada masa lalu secara lebih aktual dan komprehensif. Sebuah
sejarah dipengaruhi oleh banyak faktor, sejarah dipengaruhi oleh masa dan cara
berpikir di masa itu, dan sebagainya. Ketika diterapkan dalam mengkaji Islam,
maka Islam bukan dilihat sebagai doktrin semata, tetapi dilihat secara historis yang
terkena deretan hukum historis yang selalu berubah
Melalui pendekatan historis seseorang diajak menukik dari alam idealis ke
alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat
adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis
dengan yang ada di alam empiris dan historis. Pendekatan historis dibutuhkan
dalam studi agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkret
bahkan berkaitan dan kondisi sosial kemasyarakatan.

2.2 Studi Islam dengan Pendekatan Historis Pada Periode Pertengahan

Periode pertengahan merupakan periode kemunduran peradaban Islam, di mana


secara politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan umat Islam berada dalam kondisi
yang sangat memprihatinkan terutama setelah penyerangan Hulagu Khan dari
Mongol yang membumihanguskan kekuatan khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad
pada tahun 1258 M. Kemunduran peradaban Islam ini disebabkan oleh banyak
faktor. Menurut Badri Yatim, kelemahan khalifah merupakan salah satu faktor
kemunduran peradaban Islam pada periode ini. Selain itu, menurut Guru Besar
Sejarah Peradaban Islam (SPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, ada beberapa
faktor yang saling berkaitan satu sama lain, di antaranya adalah adanya persaingan
antar bangsa Arab dan Persia, telah terjadinya kemerosotan di bidang ekonomi,
adanya konflik keagamaan yang berkembang di kalangan penganut aliran. Sunnah
dan Syi‟ah dan adanya ancaman dari pihak luar, baik akibat perang salib maupun
serangan Mongol.
Pada periode ini pendekatan sejarah dalam studi agama secara umum tidak
dilakukan lagi oleh umat Islam. Hal itu disebabkan karena stagnasi ilmu
pengetahuan Islam yang ditandai dengan minimnya karya ilmiah baru di berbagai
bidang, termasuk sejarah. Sementara itu, di negara-negara Eropa dan Amerika yang
non-muslim, masa pertengahan dalam periode sejarah Islam ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu hal yang menjadikan studi agama di kalangan

8
mereka berkembang pesat pada abad ke-19 dan 20 M. Perhatian ini ditandai dengan
munculnya berbagai karya dalam bidang keagamaan, seperti: buku Introduction to
The Science of Relegion karya F. Max Muller dari Jerman (1873); Cernelis P. Tiele
(1630-1902), P.D. Chantepie de la Saussay (1848-1920) yang berasal dari Belanda.
Inggris melahirkan tokoh Ilmu Agama seperti E. B. Taylor (1838-1919). Perancis
mempunyai Lucian Levy Bruhl (1857-1939), Louis Massignon (w.1958) dan
sebagainya. Amerika menghasilkan tokoh seperti William James(1842-1910) yang
dikenal melalui karyanya The Varieties of Relegious Experience (1902). Eropa
Timur menampilkan Bronislaw Malinowski (1884-1942) dari Polandia, Mircea
Elaide dari Rumania. Keadaan inilah yang membuat para ilmuwan Barat ini mampu
mengembangkan pendekatan mereka dalam studi agama ke pendekatan sejarah,
seperti yang diwujudkan dalam karya-karya mereka di bidang sejarah pada periode
modern. Namun hal ini bukan berarti tidak ada seorang ilmuwan muslim pun yang
menghasilkan karya ilmiah baru pada periode ini. Bukti yang paling nyata adanya
historiografi Islam pada masa ini adalah karya fenomenal Ibn Khaldun yang berjudul
Kitabul’Ibar Wa Diwanul Mubtadai Walkhabar Fi Ayyamil’arab Wal’ajami
Walbarbar Waman ‘Asharahum Min Dzawis Sulthanil Akbar. Yang sangat
disayangkan terkait dengan pendekatan sejarah dalam studi Islam pada periode ini
adalah bahwa hal itu berhenti pada sosok Ibn Khaldun tanpa adalagi ilmuwan
berikutnya yang mengikuti jejaknya sampai memasuki periodemodern. Ironisnya
lagi, di dunia Islam buku al-Muqaddimah ini sendiri baru diterbitkan di Kairo pada
tahun 1855.
Periode pertengahan dalam studi islam dengan pendekatan historis, dibagi
menjadi dua masa :

2.2.1 Masa Kemunduran (1250-1500M)

Pada zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya datang menghancurkan


dunia Islam. Jenghiz Khan berasal dari Mongolia. Setelah menduduki Peking di
tahun 1212 M, ia mengalihkan serangan- serangannya ke arah Barat. Satu demi
satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke tangannya. Transoxania dan Khawarizm
dikalahkan di tahun 1219/1220 M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M,
Azerbaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M,
dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan Rusia.

9
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan. terlebih
dahulu ia mengalahkan Khurasan di Persia dan kemudian menghancurkan
Hasysyasyin di Alamut. Khalifah dan keluarga serta sebagian besar penduduk
dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbasiyah dapat melarikan diri
dan di antaranya ada yang menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Syiria dan dari Syiria ia ingin
memasuki Mesir. Akan tetapi, di Ain Jalut (Goliath) ia dapat dikalahkan oleh
Baybars, Jenderal Mamluk dari Mesir, di tahun 1260 M.
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh
Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang
dikuasai dinasti ini ialah daerah yang terletak antara Asia Kecil di Barat dan
India di Timur. Dinasti Ilkhan berumur hingga 100 tahun. Hulagu bukanlah
beragama Islam dan anaknya Abaga (1265-1281 M) masuk Kristen. Di antara
yang pertama masuk Islam yaitu cucunya Tagudar dengan nama Ahmad, tetapi
mendapat tantangan dari para jenderalnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan demikian juga
Uljaytu Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaytu pada mulanya beragama
Kristen, ia adalah Raja Mongol besar yang terakhir. Kerajaan yang dibentuk
Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan
Jaylar (1336-1411 M) dengan Baghdad sebagai ibu kota, Kerajaan Salghari
(1148-1282 M) di Faris, dan Kerajaan Muzaffari (1313-1393 M) juga di Faris.
Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jenghiz Khan dapat
menguasai Samarkand pada tahun 1369 M. Dari Samarkand ia mengadakan
serangan-serangan ke sebelah barat dan dapat menguasai daerah-daerah yang
terletak antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti Timur Lenk berkuasa sampai
pertengahan kedua dari abad ke-15. Keganasan Timur Lenk digambarkan oleh
pembunuhan massal yang dilakukannya di kota-kota yang tidak mau menyerah
tetapi justru melawan kedatangannya. Di kota-kota yang telah ditundukkan,
Timur Lenk mendirikan piramida dari tengkorak rakyat yang dibunuhDi Delhi
misalnya, ia membunuh 80.000 dari penduduknya. Di Aleppo lebih dari 20.000
orang. Masjid-masjid dan madrasah-madrasah dihancurkan. Dari Masjid
Umayyah di Damaskus misalnya, hanya dinding masjid yang masih ada. Setiap
kota yang ia datangi, ia hancurkan.
10
Di Mesir, khilafah Fathimiyah digantikan oleh Dinasti Shalahuddin Al-
Ayyubi pada tahun 1174 M. Dengan datangnya Shalahuddin, Mesir kembali
masuk ke aliran SunniAliran Syi'ah hilang dengan hilangnya khilafah
Fathimiyah. Shalahuddin dikenal dalam sejarah sebagai pahlawan Islam dalam
Perang Salib.
Dinasti Al-Ayyubi jatuh pada tahun 1250 M dan kekuasaan di Mesir
berpindah ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk ini berasal dari budak-
budak yang kemudian mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan
Mesir. Sultan Mamluk yang pertama adalah Aybak (1250-1257 M), dan salah
satu yang termasyhur di antara mereka adalah Sultan Baybars (1260-1277 M)
yang dapat mengalahkan Hulagu di Ain Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di
Mesir sehingga pemerintahan berpindah tangan ke tangan kaum Mamluk.
Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sampai tahun 1517 M. Merekalah yang
membebaskan Mesir dan Syiria dari peperangan Salib dan juga yang
membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan
Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari serangan seperti yang terjadi di dunia
Islam lain.
Di India, persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan juga selalu
terjadi sehingga India senantiasa menghadapi perubahan penguasa. Ketika
dinasti baru berkuasa, kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang lain.
Kekuasaan Dinasti Ghaznawi dikalahkan oleh pengikut-pengikut Ghaur Khan,
yang juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki. Mereka masuk ke India
tahun 1175 M, dan bertahan sampai tahun 1206 M. India kemudian jatuh ke
tangan Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya menjadi pendiri Dinasti Khalji
(1296-1316 M), selanjutnya Dinasti Tughluq (1320-1413 M) dan dinasti-dinasti
lain, sampai Zhahiruddin Babur datang pada permulaan abad XVI dan
membentuk Kerajaan Mughal di India.
Di Spanyol terjadi peperangan di antara dinasti-dinasti Islam yang ada di
sana dengan raja-raja Kristen. Di dalam peperangan itu raja- raja Kristen
menggunakan politik adu-domba antara dinasti-dinasti Islam tersebut.
Sebaliknya, raja-raja Kristen bergabung menjadi satu, dan akhirnya satu demi
satu dinasti-dinasti Islam dapat dikalahkan. Cordova jatuh pada tahun 1238 M.
Sevilla di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada jatuh pada tahun 1491 M. Pada
11
saat itu umat Islam dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau keluar
dari Spanyol. Di tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi orang Islam di
Spanyol. Umumnya mereka pindah ke kota-kota di pantai Utara Afrika.
Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi dalam dunia Islam meningkat.
Di zaman ini pula hancurnya khalifah secara formal. Islam tidak lagi
mempunyai khalifah, yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan
dan ini berlaku sampai Kerajaan Usmani mengangkat khalifah yang baru di
Istambul pada abad ke-16 M. Bagian yang merupakan pusat dunia Islam jatuh
ke tangan bukan Islam untuk beberapa waktu. Dan terlebih dari itu, Islam
lenyap dari Spanyol.
Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah menjadi memuncak.
Demikian pula antara Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi dalam dua bagian;
bagian Arab yang terdiri atas Semenanjung Arabia, Irak, Suriah, Palestina,
Mesir, Afrika Utara dan Sudan dengan Mesir sebagai pusatnya; dan bagian
Persia yang terdiri atas daerah Balkan, Turki, Persia, Turkistan, dan India
dengan Persia sebagai pusatnya. Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam
bagian Persia serta mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mulai
mendesak bidang kebudayaan Arab.
Di samping itu, pengaruh tarekat-tarekat bertambah mendalam dan
bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman
disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di zaman
ini. Antara mazhab yang empat terdapat suasana damai dan di madrasah-
madrasah diajarkan mazhab yang empat. Perhatian pada ilmu-ilmu
pengetahuan sedikit sekali. Akan tetapi sebaliknya, Islam mendapat pemeluk-
pemeluk baru di daerah- daerah yang selama ini belum pernah dimasuki Islam.
Ke daerah Balkan Islam dibawa oleh Usman, seorang Kepala suku bangsa
Turki yang menetap di Asia Kecil. Usman dan anak buahnya pada mulanya
mengadakan serangan-serangan terhadap kerajaan Bizantium di Asia Kecil.
Sebelum meninggal di tahun 1326 M, Bursa telah dapat dikuasainya. Serangan-
serangan diteruskan oleh anaknya Orkhan I (1326-1357 M) sampai ke bagian
timur dari benua Eropa Benteng Tzimpe dan Gallipoli jatuh ke tangannya.
Sultan Murad I (1359-1389 M) menaklukkan Adrianopel di tahun 1365 M. kota
ini kemudian dijadikan ibu kota. Tidak lama sesudah itu Macedonia jatuh ke
12
bawah kekuasaannya. Di tahun 1385 M, Sofia, ibu kota Rumania diduduki.
Dengan demikian, kesultanan kecil yang dibentuk oleh Usman berubah
menjadi kerajaan besar yang kemudian dikenal dalam sejarah dengan nama
Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) . Sultan Bayazid (1389-1402 M)
memperluas daerah kekuasaan Kerajaan Usmani di Eropa dengan menaklukkan
sebagian dari Yunani dan daerah-daerah Eropa Timur sampai ke perbatasan
Hongaria-Salonika dikuasai kemudian oleh Sultan Murrad II (1421-1451 M)
dan dari sana ia masuk ke Albania. Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh sultan-
sultan yang datang sesudahnya.
2.2.2 Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800M)

Masa ini dapat pula dibagi ke dalam dua fase; fase kemajuan dan fase
kemunduran.
1. Fase Kemajuan (1500-1700 M)
Fase kamajuan ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan
besar yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan
Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481 M) dari Kerajaan
Usmani mengalahkan Kerajaan Bizantium dengan menduduki
Istambul di tahun 1453 M. Dengan demikian, ekspansi ke arah Barat
berjalan lebih lancar. Akan tetapi, di zaman Sultan Salim I (1512-
1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur. Persia
mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan.
Setelah menguasai Syiria, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan
Dinasti Mamluk. Kairo jatuh pada tahun 1517 M. Kemajuan-
kemajuan lain dibuat oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566
M). Sultan Sulaiman adalah Sultan Usmani yang terbesar. Di
zamannya Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest, dan
Yaman dapat dikuasai. Ia mengepung Wina di Austria pada tahun
1529 M. Di masa kejayaannya daerah kekuasaan Kerajaan Usmani
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, serta Yaman di
Asia, Mesir, Libia, Tunis serta Aljazair di Afrika dan Bulgaria,
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
Di Persia, muncul satu dinasti baru yang kemudian merupakan
13
suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang
sufi Syaikh Safiuddin (1252-1334 M) dari Ardabil di Azerbaijan.
Syaikh Safiuddin beraliran Syi'ah dan mempunyai pengaruh besar di
daerah itu. Cucunya Syah Ismail Safawi dapat mengalahkan dinasti
dinasti lain terutama kedua suku bangsa Turki, Domba Putih dan
Domba Hitam sehingga akhirnya Dinasti Safawi dapat menguasai
seluruh daerah Persia. Di sebelah barat kerajaan Safawi berbatasan
dengan Kerajaan Usmani dan di sebelah Timur dengan India pada
waktu itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan MongolSyah Ismail
membuat aliran Syi'ah sebagai mazhab yang dianut yang negara
Di antara sultan-sultan besar dari Kerajaan Safawi selain dari
Syah Ismail (1500-1524 M), terdapat nama-nama Syah Tahmasp
(1524 1576 M), dan Syah Abbasiyah (1557-1629 M). Sesudah Syah
Abbasiyah, raja-raja Safawi tidak ada yang kuat lagi dan akhirnya
dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736-1747 M), kepala suku dari
salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia ketika itu.
Kerajaan Mongol di India beribu kota di Delhi, kota ini didirikan
oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah seorang dari cucu
Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul (Afghanistan), melalui
Khybar Pass, ia menyeberang ke India di tahun 1505 M. Lahore jatuh
ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan tahun 1527 India
Tengah dapat dikuasainya. Humayun anak Zahiruddin Babur (1530-
1556 M) menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang
dikuasai Kerajaan MongolDan Akbar (1556-1606 M) anak Humayun
menaklukkan raja-raja India juga Bengal yang masih ada pada waktu
itu. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan
ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang
diberi nama Din IlahiSultan-Sultan yang besar sesudah Akbar adalah
antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya, Syah
Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah
Aurangzeb terdapat sultan- sultan lemah yang tidak dapat
mempertahankan kelanjutan kerajaan Mongol
Di India, bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur
14
dan menggantikan bahasa Persia yang sebelumnya digunakan di
kalangan istana sultan-sultan di Delhi. Menurut sejarahnya penulis
penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar, Sauda, Dard
dan Mir, kesemuanya di abad ke delapan belas.
Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan periode ini antara
lain Taj Mahal di Agra, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana,
dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Akan tetapi, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan
ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam sedang mengalami
kemerosotan. Tarekat terus mempunyai pengaruh besar dalam hidup
Umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan
besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa
Urdu juga mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam.
Kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah
menurun.
Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam
bidang politik dan jauh lebih kecil dari kemajuan Islam I. Di samping
itu, Barat mulai bangkit terutama dengan terbukanya jalan ke pusat
rempah-rempah dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh, melalui
Afrika Selatan dan ditemukannya Amerika oleh Colombus di tahun
1492 M. Akan tetapi, kekuatan Eropa pada waktu itu masih lemah
jika diperbandingkan dengan kekuatan Islam.
2. Fase Kemunduran II (1700-1800 M)
Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani tidak lagi
mempunyai sultan-sultan yang kuat. Kerajaan ini mulai memasuki
fase kemundurannya di abad ke-17 M. Di dalam negeri timbul
pemberontakan- pemberontakan, seperti di Syiria di bawah pimpinan
Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir
Fakhruddin. Di samping itu, terjadi pula peperangan dengan negara-
negara tetangga seperti Venitia (1645-1664 M) dan dengan Syah
Abbasiyah dari Persia. Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara
Usmani juga memberontak. Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan
Harem. Sementara di Eropa juga mulai timbul negara-negara yang
15
kuat, sedangkan Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula
berubah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan
negara-negara ini Kerajaan Usmani mengalami kekalahan dan
daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Misalnya
Yunani, memperoleh kemerdekaannya kembali di tahun 1829 M dan
Rumania di tahun 1856. Demikian pula yang lain mengikuti, sehingga
akhirnya sesudah Perang Dunia I, daerah Kerajaan Usmani yang
dahulu demikian luas kini hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian
kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Usmani lenyap dan sebagai
gantinya timbul Republik Turki di tahun 1924 M
Kerajaan Safawi di Persia mendapat serangan dari Raja Afghan
yang berlainan faham dengan syah-syah Safawi, ia menganut faham
Sunni. Mir Muhammad dapat menguasai Afghan pada tahun 1722 M.
Akan tetapi, pada waktu itu Nadir Syah seorang Jenderal, atas nama
Syah Tahmasp II dapat merampas ibu kota itu kembali pada tahun
1730 M. Kemudian ia sendiri yang menjadi Syah di Persia Namun
pada tahun 1750 M, Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merebut
kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Agha
Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand pada tahun 1794 M.
Semenjak itu sampai tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti
Qajar.
Di India, di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat
gelar Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak
golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India.
Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur dan
kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan Rajput berontak di
bawah pimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin oleh Sivaji
dan anaknya Sambaji.
Sementara itu Inggris telah pula turut memainkan politik India
dan menguasai India di tahun 1857 M. Sampai tahun 1947 M India
menjadi jajahan Inggris. peranan dalam
Pada masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam semakin
menurun. Perdagangan dan ekonomi umat Islam juga jatuh dengan
16
hilangnya monopoli dagang antara Timur dan Barat dari tangan
mereka. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan stagnansi.
Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat. Umat Islam
dipengaruhi oleh sikap fatalistis. Dunia Islam mengalami
kemunduran dan statis.
Sementara Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari
Amerika dan laba dari perdagangan langsung dengan Timur Jauh
bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya
bertambah besar ke dunia Islam yang didudukinya, kian lama
bertambah mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M Napoleon
menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam terpenting.
Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat
telah timbul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan
meru- pakan ancaman bagi hidup Islam sendiri.

2.3 Perkembangan Islam Pada Periode Pertengahan

1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan


Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas
Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan
Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka
aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat
penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya,
mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang
pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan
pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru
berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu
yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran,
ilmu pasti dan ilmu filsafat.
Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah
meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui

17
sebagai karya mereka sendiri.
Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan
Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-
besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau
renaissans pada abad ke-14. Berkembangnya pemikiran yunani ini
melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam
juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme
pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18
M.

2. Bidang Politik
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi
permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran
karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan
antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di
semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani
Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran
Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam
memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara
Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah
II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir
setelah terjadi perang salib (1096-1291).

3. Bidang Sosial-Ekonomi
Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan
Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh
besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai
daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke
Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal
ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika.

4. Bidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu
18
pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang
mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain
sebagai berikut :
a. Al Farabi (780-863M)
Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari
guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan
menerjemahkan buku-buku karya Aristoteles.

b. Ibnu Rusyd (1120-1198)


Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali
pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan
Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang
menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah
lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad
ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya
ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di
perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau
dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.
c. Ibnu Sina (980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena.
Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis
buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau
juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai
paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga
merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal
dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb
yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.

2.4 Manfaat Studi Islam dengan Pendekatan Historis

Studi islam dengan pendekatan historis sangat dibutuhkan dalam memahami


agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi dan kondisi sosial
kemasyarakatan. Yaitu bagaimana melakukan pengkajian terhadap berbagai studi

19
keislaman dengan menggunakan pendekatan histories sebagai salah satu alat
(metodelogi) untuk menyatakan kebenaran dari objek kajian itu.
Pentingnya pendekatan ini, karena rata-rata disiplin keilmuan dalam Islam tidak
terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah dan pendekatan historis memiliki cara
tersendiri dalam melihat masa lalu guna menata masa sekarang dan akan datang.
Melalui pendekatan historis dalam studi Islam ditemukan berbagai manfaat yang amat
berharga, guna merumuskan secara benar berbagai kajian keislaman dengan tepat
berkenaan dengan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami
agama keluar dari konteks historisnya.
Dari peranan pendekatan historis ini, diharapkan melahirkan semangat keilmuan
untuk meneliti lebih lanjut beberapa peristiwa yang ada hubungannya terutama dalam
kajian Islam di berbagai disiplin ilmu yang diharapkan penemuannya akan lebih
membuka tabir kedinamisan dalam mengamalkan ajaran murni ini dalam kehidupan
yang lebih layak sesuai dengan kehendak syara’.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Saran

Islam harus dipelajari dari berbagai sudut pandang dengan menggunakan ilmu
multidisiplin, salah satunya dengan mempelajari pendekatan ilmu sejarah atau
sejarah agar dapat memahami Islam secara benar sesuai dengan fakta yang jelas
dengan memperoleh bukti nyata dari Al-Qur'an dan hadis. Pendekatan sejarah
menempatkan prioritas tinggi pada bagaimana fakta sejarah harus dipahami atau
diinterpretasikan karena orientasi ini sangat penting untuk analisis. Agama sebagai
sasaran penelitian harus menjelaskan fakta-fakta yang berkaitan dengan waktu karena
sejarah dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mendukung
munculnya suatu peristiwa.
Pada setiap periode pasti terdapat peristiwa yan mengandung banyak hikmah bagi
masyarakat Islam, terutama mengambil pelajaran berharga dari para pejuang Islam
yang semangat luar biasa dan penuh ketulusan untuk mengembangkan nilai-nila
Islam sehingga membentuk tradisi dan kebudayaan dalam pola hidup, pola pikir, dan
pola tingkah laku normatif yang dijunjung tinggi secara turun-temurun.

3.2 Kesimpulan

Studi Islam dengan pendekatan historis sangat dibutuhkan dalam memahami


agama, karena pendekatan historis menceritakan asal usil, silsilah, kisah, riwayat dan
peristiwa, sehingga historis juga merupakan suatu ilmu yang di dalamnya dibahas
berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek dan latar
belakang peristiwa tersebut serta agama itu sendiri turun dalam situasi dan kondisi

21
sosial kemasyarakatan.
Periode pertengahan dunia Islam, di kalangan para sejarawan dan pemikir Muslim
secara komprehensif, sering digambarkan sebagai potret dinamika dunia Islam yang
berada dalam kondisi kemunduran terutama apabila dibandingkan dengan kondisi
dunia Islam pada periode periode Klasik, baik secara politis, agama, sosial maupun
budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Afroni, M. (2019). Pendekatan Sejarah dalam Studi Islam . Madaniyah, Volume 9


Nomor 2.
Drs. Samsul Munir Amin, M. (2013). Sejarah Peradaban Islam. AMZAH.
Haryanto, S. (2017). PENDEKATAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM.
Manarul Qur'an, Volume. 17. No. 1.
Kusumawardana, M. A., & A. Q. (2020). UPAYA PENGEMBANGAN KAJIAN
ISLAM MELALUI. el-HIKMAH, Vol.14 h. 112-121.
Minhaji, & L. M. (2013). STUDI ISLAM DALAM PENDEKATAN HISTORIS:
Studi Atas Tawaran Pemikiran Ibrahim M. Abu Rabi. LISAN AL-HAL,
Volume 7 h 167.
Rokhzi, M. F. (2015). PENDEKATAN SEJARAH DALAM STUDI ISLAM. Vol 3.
Romadhanni, A. A. (n.d.). Pendekatan Sejarah dalam Studi Islam., (p. 27).
Streusand, D. E. (2011). Islamic Gunpowder Empires: Ottomans, Safavids, and
Mughals. Wesvie press.

22

Anda mungkin juga menyukai