NIM 3003194031
Pekerjaan : Guru
No. HP : 0812-6060-4550
Email : putrapulungan86@gmail.com
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
yang telah diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai waktu yang telah ditentukan. Sholawat dan salam kita hadiahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapat
syafa’atnya di Yaumil Hihab. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Syamsu Nahar, M.Ag yang telah membimbing saya
dalam mengikuti perkuliahan pada matakuliah Pendekatan dalam
Pengkajian Islam.
ii
DAFTAR ISI
IDENTITAS PENULIS..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Islam bukan hanya sebagai agama monodimensi. Islam bukan hanya
agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya pada hubungan
antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak dimensi agama
Islam. Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam, metode filosofis
niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari hubungan manusia
dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang umum dan bebas.
Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi ini. Untuk
mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang selama ini
dipergunakan dalam “ilmu manusia”. Agama (Islam), dengan cara pandang seperti
ini, tidak lagi berwajah tunggal (Single Face) melainkan memiliki banyak wajah
(Multiface).
Secara substantive-perennial agama merupakan sistem nilai (value system) yang
bersumber dari dzat yang transhistoris, transtruktural, transcendental, realitas
tertinggi, kebenaran mutlak dalam kesejatian abadi. Manusia sebagai penerima agama
merupakan makhluk temporal- cultural, tidak tak terbatas dan terikat oleh ruang dan
waktu. Oleh karenanya agama lebih merupakan tatanan kemanusiaan yang
bersifatnormative, dan oleh karenanya dalam tataran aplikatif sangat tergantung pada
bagaimana cara memahami dan menginterpretasikannya. Dalam perspektif ini, maka
system nilai agama yang sacred-transcultural dan yang profane historical, antropogis-
kodisional tidak dapat terpisahkan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm. 99.
2
M Yatimin, Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Hlm 58
3
Zakiyyuddin Baidhawy. Studi Islam pendekatan dan metode.hlm 2.
4
Ibid. Hlm 4
2
3
1. Pendekatan Historis
Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu
permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta
menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau
histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau
kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
jadi dengan mempelajari masa lalu orang dapat mempelajari masa kininya dan
dengan memahami serta menyadari keadaan masa kini maka orang dapat
menggambarkan masa depannya. Itulah yang dimaksud dengan perspektif
sejarah.
Contoh pendekatan historis yaitu ketika seseorang ingin memahami Alquran
secara benar maka hendaknya ia juga mempelajari sejarah turunnya alquran
atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya alquran. Hal ini bertujuan
untuk memahami hikmah dari suatu ayat yang berkenaan dengan hukum
tertentu dan memelihara syariat dari kekeliruan dalam pemahamannya5
2. Pendekatan Filosofis
Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat
dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan
menggunakan analisis spekulatif. Filsafat adalah berfikir secara sistematis
radikal dan universal. Namun filsafat tidak mau menerima segala bentuk
bentuk otoritas, baik dari agama maupun ilmu pengetahuan. Pengertian filsafat
yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukanan Sidi
Gazalba yang menurutnya adalah berfikir secara mendalam, sistematik,
radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau
hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.6
3. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.
Sarjono soekanto mengartikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan nilai. Selanjutnya,
sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami
5
Abdullah Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 48
6
Sidi, Gazalba. Sistematika Filsafat.Jilid 1. Hlm 15
4
agama, hal ini karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami
secara proposional dengan menggunakan ilmu sosiologi.
Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak
lalu akhirnya bias jadi penguasa mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya
nabi Musa harus dibantu nabi Harun, dan masih banyak contoh lainnya. Beberapa
peristiwa tersebut dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosiologi.
Disinilah letaknya sosiologi asebagai salah satu alat dalam memahami agama.
Dalam buku berjudul Islam Altenative, Jalaluddin Rahmat menunjukkan berapa
besarnya perhatian agama dalam masalah sosial, dengan lima alasan sebagai
berikut :
7
Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 38
5
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan rasul
sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat
manusia hingga akhir zaman. Yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan
dimanapun dan kapanpun dan dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi
ke generasi selanjutnya dari satu angkatan keangkatan berikutnya, yaitu sebagai
rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat
rahman dan Rahim Allah SWT.
2. Pengertian Muslim
Muslim adalah sebutan bagi penganut atau pemeluk agama Islam. Dengan
demikian, Islam dan Muslim memiliki pengertian atau makna yang berbeda:
Islam adalah agama; Muslim adalah penganutnya. Banyak orang yang salah
paham tentang Islam karena menyamakan pengertian Islam dan Muslim.
Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda. Yang satu (Islam) adalah ajaran
agama; yang satunya lagi (Muslim) adalah penganutnya, orangnya.
Dalam diri Muslim yang baik atau Muslim yang benar-benar memeluk Islam
terdapat kepercayaan atau keyakinan yang disebut IMAN, yaitu membenarkan,
mempercapai, atau meyakini Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan satu-
satunya Dzat yang berhak disembah dan ditaati.8
3. Pengertian Islamisme
Islamisme adalah (bahasa Urdu: ;اسالم پرستیbahasa Arab: )اإلسالم السياسي, juga
dikenal dengan Politik Islam, adalah seperangkat ideologi yang berkeyakinan
bahwa "Islam harus menjadi pedoman bagi segala segi kehidupan manusia, baik
sosial, ekonomi, politik, budaya, serta kehidupan pribadi".9
8
http://muslimbuzzers.blogspot.com/2017/01/pengertian-islam-dan-muslim-secara.html
9
Berman, Sheri (2003). "Islamism, Revolution, and Civil Society". Perspectives on Politics. 1 (2): 258.
6
Paradigma yang bekerja dalam kajian normative sebagaimana diungkapkan
oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani
adalah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks (an-nash) dan mengutamakan
proses berfikir deduktif-analogis-qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah
memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian
ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi’i.
Meskipun tetap diperlukan, paradigma bayani yang normative memiliki
kelemahan: Pertama, paradigma bayani kurang memiliki pijakan realitas historis,
sosiologis dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara teori dan
praktik. Kedua, paradigma bayani kurang mampu mengapresiasi perkembangan
keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan ilmu-ilmu sosia
dan humaniora, belum lagi sains dan teknologi, akan sulit direspons oleh
paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau
beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lampau.10
10
M.Amin, Abdullah, Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fanani dan Chair (Ed.).
hlm. 6-7
7
dikenalkan oleh Syahrur adalah sebagian dari contoh yang dilakukan oleh
cendekiawan muslim kontemporer dalam upaya pembaharuan pemikiran Islam.11
11
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121203214249AA6n7Pm
8
Islam normatif adalah Islam pada dimensi sakral yang diakui adanya realitas
transendetal yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang dan waktu atau
sering disebut realitas ke-Tuhan-an.12
Kajian Islam normatif Melahirkan tradisi teks : tafsir, teologi, fiqh, tasawuf,
filsafat. Defenisi kajian Islam
a. Tafsir : tradisi penjelasan dan pemaknaan kitab suci
b. Teologi : tradisi pemikiran tentang persoalan ketuhanan
c. Fiqh : tradisi pemikiran dalam bidang yurisprudensi (tata hukum)
d. Tasawuf : tradisi pemikiran dan laku dalam pendekatan diri pada Tuhan
e. Filsafat : tradisi pemikiran dalam bidang hakikat kenyataan, kebenaran
2. Historisitas
Islam historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan
kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam yang terangkai
dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh karenanya realitas kemanusiaan
selalu berada dibawah realitas ke-Tuhan-an.
Dalam pemahaman kajian Islam historis, tidak ada konsep atau hukum Islam
yang bersifat tetap. Semua bisa berubah. Mereka berprinsip: bahwa pemahaman
hukum Islam adalah produk pemikiran para ulama yang muncul karena konstruk
sosial tertentu. Mereka menolak universalitas hukum Islam. Akan tetapi,
ironisnya pada saat yang sama, kaum gender ini justru menjadikan konsep
kesetaraan gender sebagai pemahaman yang universal, abadi, dan tidak berubah.
Paham inilah yang dijadikan sebagai parameter dalam menilai segala jenis
hukum Islam, baik dalam hal ibadah, maupun muamalah.13
Melalui pendekatan sejarah , seseorang diajak menukik dari alam idealis kea
lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan sejarah ini amat
dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu sendiri turun dalam
situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan .
dalam hal ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap
12
Abdullah, Amin, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas?. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 5
13
Muqowim dkk.. Pengantar Studi Islam. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005)
9
agama yang dalam hal ini Islam , menurut pendekatan sejarah . ketika ia
mempelajari al-Qur’an ,ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya,
kandungan al-qur’an itu terbagi menjadi dua bagian, bagian yang pertama berisi
konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perunpamaan.
E. Makna dan Ruang Lingkup Studi Islam
1. Makna Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab
Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic
Studies. Maka studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi
pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis dan
terpadu. Dengan perkataan lain, Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memhami serta membahas secara mendalam tentang seluk-
beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan
dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.14
2. Ruang Lingkup Studi Islam
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:
a. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final
dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
c. Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Bila Islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat dibatasi
pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu kenyakinan atas
kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya. 15
14
Muhaimin, et.al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hal.2
15
M. Nurhakim, Metode Studi Islam.., hal. 3-4.
10
dalam menyaring sebuah informasi, mencari sumber kesalahan sebuah data yang
sering ditemukan dalam beberapa kajian ke-Islaman.
Pendekatan dalam pengkajian Islam juga merupakan basis bagi para sarjanawan
dalam menghasilkan suatu khazanah ilmu pengetahuan ke-Islaman, baik dalam
sejarah, filasafat, tasawwuf, Teologi, fikih, sains, sastra dan lain sebagainya, yang
semuanya dapat dikategorikan sebagai peradaban Islam.
Dengan kajian ini kita akan dapat membedakan antara peradaban Islam dengan
peradaban Arab-jikalau memang komponen Arab cukup bervariasi untuk dikatakan
sebagai peradaban-. Dengan begitu, pertanyaan bagaimanakah seharusnya Islam, atau
apakah seharusnya Islam, apakah yang benar-benar esensial dalam Islam bisa dicari.
Banyak pemikiran-pemikiran Islam yang muncul pada masa sekarang ini, yang
itutentu saja tidak akan pernah terlepas dari sebuah metodologi, metode dan
pendekatan yang mereka pakai.
Ada beberapa contoh yang menurut kami cocok untuk menggambarkan sebuah
kajian yang sama tapi menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena pendekatan
yang berbeda. Kajian tentang sumber hukum Islam, bila didekati dengan pendekatan
sejarah, sosial, dan antropologis, maka seperti yang disimpulkan oleh Joseph Schahct
bahwa adat Arab adalah sumber pertama hukum Islam. 16, akan tetapi bila diteliti dari
pendekatan kewahyuan, akan tampak bahwa sumber pertama hukum Islam itu adalah
Alquran al-Karim.
Selain itu, seperti telah kita utarakan diatas, bahwa pendekatan dalam pengkajian
Islam juga telah menyajikan sebuah saringan dalam menerima data dan kesimpulan.
Contohnya, dalam berberapa kajian seperti yang dicatat oleh Marshall Hodgson. 17,
bahwa banyak dari kalangan Orientalist yang menganggap bahwa muslim itu adalah
setiap orang yang berbahasa Arab, selain itu ada juga yang menganggap bahwa
muslim itu adalah setiap orang yang menggunakan bahasa Arab dalam ritual
keagamaannya. Dengan pendekatan dalam pengkajian Islam, yang menyediakan basis
pendekatan dan metodologi dalam mengkaji Islam, akan tampak beberapa kesalahan
fatal yang terjadi pada kajian mereka.
16
Joseph Schacht, Introduction To Islamic Law (Inggris: Oxford Press, 1971), hal.5.
17
Marshall, The Venture, hal. 172.
11
Tentang studi wilayah, yang menghasilkan nama yang sungguh terkenal, yakni
“orientalist” yang berarti ahli-ahli ke-Timuran, pendekatan dalam pengkajian Islam
ini juga akan mengjhasilkan kritik “apakah memang seseorang punya hak untuk
mengklaim bahwa dirinya adalah seorang ahli ke-Timuran? Apakah memang sungguh
para Orientalist itu mempunyai pengetahuan tentang seluruh dunia Timur yang begitu
luas?”. Kesadaran dengan rendah hati untuk mengakui ketidak mampuan untuk
mengkaji suatu objek yang sangat luas sangatlah diperlukan agar menghasilkan
kesimpulan yang objektif. Dengan kritik ini kemudian nama Orientalist ini berubah
menjadi lebih spesifik yakni Islamicist yang berarti ahli-ahli ke-Islaman, beberapa
saat lamanya kemudian istilah ini mengecil lagi sesuai daerah kajiannya, seperti
ahli Indonesia. Maka seperti Snoujk Hurgrounje tidak bisa dikatakan sebagai
Orientalist, akan lebih tepat dikatakan sebagai ahli Islam Indonesia, sama halnya
dengan John L. Esposito.
Singkat kata, pendekatan dalam pengkajian Islam, yang dalam skala lebih kecil
menjadi sebuah mata kuliah, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
dinamika pemikiran Islam, baik dalam menghasilkan sebuah standar kajian, filter,
langkah-langkah ilmiah dalam kajian-kajian ke-Islaman yang benar, baik itu kajian
yang baru ataupun re-kreasi terhadap kajian lain, seperti kritik dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Studi Islam merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata study dan kata Islam,
studi adalah kegiatan yang secara sengaja di usahakan dengan maksud memperoleh
keterangan mencapai pemahaman yang besar atau meningkatkan suatu
ketrampilan.Study Islam sesungguhnya memiliki cangkupan makna dan memahami
serta membahas ajaran-ajaran mereka melaksanakanyadengan benar.Secara sederhana
dapat di lakukan sebagi usaha untuk mempelajarihal-hal yang berhubungandengan
agama Islam.
Dari kata “silmun” yang berarti damai dengan Allah SWT serta darikata “Salim”
yang berati selamat dunia akhirat, dan kata“Aslama”yang merupakan turunan
dariAsslamu’alaikum yang artinya
Selmat dari kecacatan lahir dan batin.Orang yang memeluk agama Islam, yang di
sebut muslimah adalahorang yang bergerak menuju ke titingkat beksistensi yang lebih
tinggi,untuk memcahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, makahseorang
muslimah mengadakan satu penafsiran terhadap AL-Qurandan AL-hadits sehinggah
timbullah pemikiran Islam, baik bersikaptekstual kontekstual Islam sebagai
agama.Islam historys meruupakan unsur kebudayaan yang dihasilkan olehsetiap
pemikiran manusia dalam interpertasi atau pemahaman terhadapteks, kebenaran Islam
historys adalah Islam yang tidak bisah dilepaskan dari kesejateraan dan kehidupan
manusia yang berada dalamruang dan waktu.
Makalah ini merupakan hasil dari ijtihad penulis dengan keterbatas pengetahuan
dan wawasan yang dimiliki dalam ilmu pembuatan makalah. Tentu banyak terselip
kesalahan-kesalahan yang berasal dari keterbatasan dan kehilafan penulis yang perlu
dievaluasi agar tidak terlalu jauh dari kesempurnaan. Maka penulis berharap besar atas
arahan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah ini serta kritik dan saran yang
membangun dari rekan-rekan.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm.
M M Yatimin, Abdullah. Studi Islam Kontemporer.
http://muslimbuzzers.blogspot.com/2017/01/pengertian-Islam-dan-muslim-
secara.html
Berman, Sheri (2003). "Islamism, Revolution, and Civil Society". Perspectives on
Politics. 1 (2): 258.
Abdullah, Amin, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas?. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), hal. 5
Muqowim dkk.. Pengantar Studi Islam. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005)
Muhaimin, et.al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hal.2
M. Nurhakim, Metode Studi Islam.., hal. 3-4.
Joseph Schacht, Introduction To Islamic Law (Inggris: Oxford Press, 1971), hal.5.
Marshall, The Venture, hal. 172.
14