Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METODE STUDI ISLAM PERSPEKTIF FILOSOFI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Metode Studi Islam
Dosen Pengampu : Anwar Nuris, M.Si

Disusun oleh :
Farhan Fathurrahman ( 2381130770 )
Ahmad Abdul Mufid ( 2381130755)
Ika Yuni Lestari ( 2381130759 )
Fitri Nur Alfianti ( 2381130757 )
Afina Meirawati ( 2381130749 )

PROGRAM STUDI PJJ PAI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SIBER SYEKH NURJATI
CIREBON

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang menyeluruh, tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran-ajaran Islam agar dapat
diimplementasikan secara benar dalam kehidupan sehari-hari. Studi Islam menjadi penting
untuk mempelajari, memahami, dan mengkaji Islam secara komprehensif, baik dari sisi
akidah, syariah, maupun akhlak.
Dalam melakukan studi Islam, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan. Salah
satu perspektif yang dapat digunakan adalah perspektif filosofi. Perspektif filosofi
memberikan pendekatan yang rasional, kritis, dan analitis dalam memahami ajaran-ajaran
Islam. Pendekatan filosofis memungkinkan kita untuk melihat Islam dari sudut pandang yang
lebih luas, mempertanyakan asumsi-asumsi yang ada, dan menemukan makna yang lebih
mendalam dari ajaran-ajaran Islam.
Metode studi Islam dengan perspektif filosofi telah banyak dikembangkan oleh para
filsuf Muslim terdahulu, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan lainnya. Mereka
berupaya memadukan ajaran Islam dengan khazanah intelektual dari tradisi lain, seperti
Yunani dan Persia. Pendekatan ini memungkinkan terjadinya dialog antara Islam dan tradisi
intelektual lain, serta membantu memperkaya dan memperdalam pemahaman terhadap Islam.
Di era modern saat ini, metode studi Islam dengan perspektif filosofi terus
berkembang dan menjadi semakin relevan. Hal ini disebabkan oleh semakin kompleksnya
permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam, serta perlunya pemahaman yang lebih kritis
dan kontekstual terhadap ajaran-ajaran Islam. Dengan menggunakan perspektif filosofi, kita
dapat mengkaji Islam secara lebih mendalam, menemukan solusi atas permasalahan
kontemporer, dan menyesuaikan ajaran Islam dengan perkembangan zaman.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari metode studi islam ?


2. Apa saja metode studi islam yang dapat digunakan dalam perspektif filosof?
3. Siapa saja tokoh utama dalam pengembangan metode studi islam dengan
perspektif filosofi ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari metode studi islam.


2. Untuk mengetahui metode studi islam apa saja yang dapat digunakan dalam
perspektif filosofi.
3. Untuk mengetahui tokoh utama dalam pengembangan metode studi islam
dengan perspektif filosofi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Studi Islam

Kajian Islam atau studi Islam merupakan ilmu yang kini tidak hanya dipelajari
oleh orang-orangIslam,namun juga dilakukan oleh orang-orang diluar Islam.Studi
Islam merupakan sebuah upaya untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam. Dalam mempelajari Islam,tentu diperlukan metodologi agar dapat
mendapatkan gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang ajaran
Islam.Dalam mempelajari ajaran Islam,tentu diperlukan metodologi studi
Islam.Metodologi studi Islam adalah pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan dalam memahami,menganalisis,dan mengkaji isu-isu terkait agama Islam.
Metodologi studi Islam mencakup berbagai macam alat penelitian yang
mencakup analis istekstual,sejarah,antropologi,sosiologi,dan pemikiran filosofis,untuk
memahami berbagai aspek Islam,termasuk teks suci,praktik keagamaan,sejarah,dan
pemikiran Islam.Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
dan kontekstual tentang Islam sebagai agama dan fenomena sosial.
Pengertian metodologi studi Islam dijelaskan dalam Buku Ajar Metodolog
iIslam:Kajian Metode dalam Ilmu Keislaman,yang disusun oleh Achmad
Slamet(2016:5).Berdasarkan buku tersebut,pengertian metodologi studi Islam adalah
ilmu yang berusah amengkaj iIslam dengan wilayah tentang materi ajaran agama,dan
fenomena yang terjadi pada agama Islam.Istilah metodologi studi Islam digunakan
ketika seseorang ingin membahas kajian-kajian seputar ragam metode yang dapat
digunakan dalam studi Islam.Contohnya kajian atas metode
normatif,historis,filosofis,sosiologis,komparatif,dan lainnya.
Perbedaan metodologi studi Islam dengan pengetahuan agama adalah,pada
metodologi studi Islam,hasil pengetahuan yang dirumuskan dari agama Islam dapat
dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia.Sementara pengetahuan agama
sifatnya murni diambil dari ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya tanpa dipengaruhi
sejarah. Kegunaan Metodologi Studi Islam. Penggunaan metodologi studi Islam harus
dapat diusahakan dengan tepat,karena memiliki dampak positif dikalangan umat
Islam.

3
Berikut adalah manfaat dankegunaan dalam metodologi studi Islam:
● Mendapatkan berbagai macam pendekatan dan metode yang sesuai
dengan tujuan-tujuan dan objek studi.
● Lebih leluasa dan kreatif dalam menerapkan kedalam lapangan studi.
Memiliki wawasan yang luas terhadap agama Islam.
● Pada akhirnya akan dapat membentuk sikap dan perilaku beragama
yang positif.

B. Pendekatan filosofis dalam Studi Islam


Agama islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat
berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan
kehidupam ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman, agama semakin dituntut agar ikut
terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama
tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan
dalam khutbah, melainkan secara konsepsional menunjukan cara-cara yang paling efektif
dalam memecahkan masalah.
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai
dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi,
lingkungan hidup, sejarah, kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk
memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan
yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan filosofis.
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.

Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan lebih
dari seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, Islam menjadi agama terbbesar kedua
di dunia setelah agama kristen. Islam memiliki arti “penyerahan” atau penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang
berarti seorang yang tunduk kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-
laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT, menurunkan
firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utussan-Nya dan menyakini dengan

4
sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia
oleh Allah SWT.

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, karena itu titik
tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis. Tinjauan
secara etimologi adalah membahas sesuatu istilah atau kata dari segi asal-usul kata itu.

Secara etimologis, kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasa Yunani, yakni dari
kata philo yang berarti cinta, suka, dan senang, serta kata sophia yang berarti pengetahuan
dan kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia berarti cinta, senang, atau suka kepada
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti,
hikmah, atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai
sesuatu yang berada dibalik objek formalnya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas,
dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Sebagai contoh, kita jumpai berbagai
merk pulpen dengan kualitas dan harganya yang berlain-lainan, namun inti semua pulpen itu
adalah sebagai alat tulis. Ketika disebut alat tulis, maka tercukuplah semua nama dan jenis
pulpen tersebut. Contoh lain, kita jumpai berbagai bentuk rumah dengan kualitas yang
berbeda, tetapi semua rumah itu intinya adalah sebagai tempat tinggal. Kegiatan berfikir
untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam. Louis O.Kattsof mengatakan
bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenunng, tetapi merenung bukanlah melamun, juga
bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan Berfikir
secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama,
deengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak
dilakukan oleh para ahli. Kita misalnya membaca buku berjudulHikmah Al-Tasyri’ wa
Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad Al-Jurjawi. Dalam buku tersebut Al-Jurjawi
berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran
agama misalnya mengajarkan agar seseorang melaksanakan shalat berjama’ah. Tujuannya
antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang
lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya agar seseorang dapat merasakan lapar yang
selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan.
Deemikian pula ibadah haji yang dilaksanakan di kota Makkah, dalam waktu yang

5
bersamaan, dengan bentuk dan gerak ibadah yang sama dengan yang dikerjakan lainnya
dimaksudkan agar orang yang mengerjakan berpandangan luas, merasa bersaudara dengan
sesama Muslim dari seluruh dunia.ecara mendalam, radikal, sistematik, dan universal.

Makna yang demikian ini dapat dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis.
Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna
terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang
terkandung di dalamnya. Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal
ibadah tidak akan merasa kekeringan spiritual yang dapat menimbulkan kebosanan. Semakin
mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula
sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.

Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan
bentuk pengamalan agama yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat
esoterik. Sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik. Islam
sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah
dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami agamanya

Tiga Model Pendekatan Filsafah Kontemporer dalam Studi Islam

1. Pendekatan Hermeneutika Hermeneutika adalah ilmu atau teori tentang penafsiran


teks/nash. Dalam studi Islam, hermeneutika digunakan untuk menafsirkan nash
keagamaan seperti Al-Qur'an dan Hadits dengan mempertimbangkan relasi antara
teks, pengarang, dan pembaca.
2. Pendekatan Teologi-Filosofis, pendekatan ini bermula dari kemunculan pemikiran
rasional di kalangan Mu'tazilah yang menggunakan metodologi filsafat Yunani dalam
membahas doktrin-doktrin pokok keislaman. Pada masa kontemporer, pendekatan ini
banyak digunakan oleh para orientalis Barat.
3. Pendekatan Tafsir Falsafi Tafsir falsafi adalah penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an
berdasarkan pendekatan filosofis, baik yang berusaha menyintesissaikan teori filsafat
dengan ayat Al-Qur'an maupun yang menolak teori filsafat yang dianggap
bertentangan dengan Al-Qur'an. Kemunculannya dipengaruhi oleh masuknya filsafat
Hellenisme ke dunia Islam.

6
C. Tokoh-tokoh Penting Dalam Filsafat Islam
Tokoh-tokoh filsafat Islam dan Pemikirannya sebagai berikut ;
1. Al-Kindi
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`kub ibnu Ishaq ibnu Al-Shabbah Ibnu
`Imron as ibnu Qais al-Kindi. Seorang filosof islam yang lahir pada tahun 801 M dan wafat
pada tahun 873 M. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluaga
kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu Al-Shabbah adalah gubernur Kufah pada masa
pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-Kindi sendiri idup pada masa pemerintahan lima
khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin, Al-Ma`un, Al-Mu`tasim, Al-wasi`, dan Al-
Mutawakkil.
Dalam hal pendidikan Al-Kindi pindah dari Kufah ke Basrah, sebuah pusat study
bahasa dan teologi islam. Dan ia pernah menetap di Baghdad, ibukota kerajaan bani Abbas,
yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa itu. Ia sangat tekun mempelajari
berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, tidak heran jika ia dapat menguasai ilmu astronomi,
ilmu ukur, ilmu seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, matematika, filsafat, dan politik.
Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu lainnya telah menempatkan ia menjadi
orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran filosof terkemuka. Oleh karena
itu, ia dinilai pantas menyandang gelar Faiasuf al-~Arab ( filosof berkebangsaan Arab ).
Adapun filsafat atau pemikirannya yaitu sebagai berikut :
a. Talfiq ( pemaduan Filsafat dan Agama )
Al-Kindi berusaha memadukan ( talfiq ) antara agama dan filsafat. Menurutnya
filsafat adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth). Al-quran membawa argumen-
argumen yang lebih meyakinkan dan benar, tidak bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan oleh filsafat. Oleh karena itu, mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang
bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi.
Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi
tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu, juga mempergunakan akal serta filsafat pun
juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan
demikian membahas tentang Tuhan dan agamalah yang menjadi dasarnya. Filsfat yang paling
tinggi ialah Filsafat tentang Tuhan.
Dengan demikian orang yang menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi telah
mengingkari kebenaran, kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping itu,
pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang ke-Esaan-Nya,

7
tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang teguh kepadanya
dan untyk menghindari hal-hal sebaliknya.
b. Filsafat Jiwa
Al-Kindi mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, dalam
dan lebar. Jiwa mempunyai arti penting, sempurna, dan mulia. Substansialnya berasal dari
substansi Allah. Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungannya dengancahaya dan
matahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpiisah, dan berbeda dengan jasad atau badan.
Jiwa bersifat rohani dan illahi, sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah.
Dan perbedaannya, jiwa menentang keinginan hawa nafsu dan kemarahan. Pada jiwa
manusia terdapat tiga daya : daya bernafsu (yang terdapat diperut), daya marah 9terdapat
didada),dan daya pikir (berputar dikepala).
c. Filsafat Moral dan Akal
Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan
bahwa seorang filosof wajib menempuh hidup susila. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri
sendiri ( Aristoteles ), melainkan untuk hidup bahagia. Al-kindi mengecam para ulama yang
memperdagangkan agama untuk memperkaya diri dan para filosof yang memperlihatkan jiwa
kebinatangannya dalam Negara.
Dalam jiwa manusia terdapat tiga daya yang telah disebutkan diatas salah satunya
adalah daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal. Menurut Al-Kindi akal dibagi menjadi
tiga macam : akal yang bersifat potensial, akal yang keluar dari sifat potensial dan aktuil, dan
akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Berikut hasil karya Al-Kindi :
1. Kitab Al-Kindi ila Al-Mu`tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula ( tentang filsafat pertama
)
2. Kitab al-Falsafah wa al-Muqtashah wa ma fawqa alThabi`iyyah ( filsafat yang
diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil, serta metafisika ).
3. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah ila bi `Ilm Al-Riyadhiyyah ( filsafat tidak
dapat dicapai kecuali denagn ilmu pengetahuan dan matematika ).
4. Kitab fi qashd Aristhathalis fi al-Muqalat ( maksud-maksud Aristoteles dalam
kategori-kategorinya ).
5. Kitab fi Ma`iyyah al-`ilm wa Aqsamihi ( sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
6. Risalah fi Hudud al-asyya` wa rusumiha ( sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
7. Risalah fi Annahu Jawahir al Ajsam (substansi-substansi tanpa badan ).

8
8. Kitab fi Ibarah al-Jawami` al Fikriyah (ungkapan-ungkapan mengenai ide-ide
komprehensif).
9. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (tentang rahasia-rahasia spiritual).
10. Risalah fi al-Ibanah an al-`illat al-Fa`ilat al-Qaribah li al-Kawn wa al Fasad
(penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusakan).

2. Al-Farabi
Nama lengkap al-Farabi adalah Abu Nasir Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan
bin Awaragh. Dikalangan Amerika Latin abad pertengahan , Al-farabi lebih dikenal sebagai
Abu Nasir. Ia dilahirkan pada tahun 257 M di Vasizi, distik Farab di Turkestan (sekarang
kota Atral). Pada tahun 330 M ia pindah ke Damaskus dan bertemu Saif al- Dawla al-
Hamdan, sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Meskipun sultan memberikan jabatan sarjana
istana dengan gaji yang sangat tinggi, Al-Farabi memilih hidup sederhana dan tidak tertarik
pada kemewahan atau kekayaan.
Al-Farabi dianggap sebagai filosof terbesar, mempunyai keahlian dalam berbagai
bidang keilmuan, mengkaji flsafat secara keseluruhan, dan menjelaskannya dengan
sempurna. Para filosof setelahnya juga mengatakan “Banyak orang mengambilnya dan
mendiskusikan sistem filosofisnya. Adapun filsafat pemikirannya adalah sebagai berikut :
a. Pemaduan Filsafat
Al-Farabi mempertemukan pemikiran bebebrapa alairan filsafat yang
berkembang pada masa lalu, yaitu Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Al-Farabi
mendasarkan pemikirannya pada gagasan Plato dan Aristoteles dalam masalah
moralitas dan politik, dan Plotinus dalam matematika.
Arsitoteles percaya bahwa ide bukanlah intisari, namun Plato berpendapat
bahwa ide adalah inti dari segala sesuatu. Untuk mempertemukan dua filsafat yang
berbeda, seperti Plato dan Aritoteles dalam hal pemikiran, Al-Farabi menggunakan
interpretasi batin. Secara khusus, menggunakan ta`wil ketika menemukan ide-ide
yang bertentangan antara dua filosofi. Menurut al-Farabi, Aristoteles sebenarnya
mengakui adanya alam spiritual yang ada diluar alam tersebut. Oleh karena itu kedua
filososf mengakui kehadiran ide dalam hakikat Tuhan.
b. Filsafat Jiwa
Al-Farabi juga dipengaruhi oleh Plato, Aristoteles, dan Plotinus dalam
pemikirannya. Jiwa bukanlah sesuatau yang bersifat jasmani, melainkan sesuatu yang
bersifat rohani, ia muncul setelah tubuh jasmani dan tidak berpindah dari satu tubuh

9
ketubuh lainnya. Kesatuan jiwa dan raga merupakan kesatuan yang kebetulan, artinya
kedua mempunyai wujud yang berbeda, dan matinya jasmani tidak berarti matinya
jiwa. Jiwa manusia disebut al-nafsh al-natiqhah yang berasal dari alam Tuhan,
sedangkan jasad baik bentuk, rupa, proporsi, dan geraknya berasal dari alam al-Khalq.
Jiwa muncul ketika tubuh siap menerimanya. Menegnai kebadian jiwa, al-
Farabi membedakan antara jiwa Kholidah dan jiwa yang fana. Jiwa kholidah adalah
jiwa yang mengetahui kebaikan, berbuat baik, dan mampu membebaskan diri dari
belenggu fisik. Jiwa tidak hancur karena hancurnya badan.
c. Filsafat Politik
Pemikiran politik filosof al-Farabi sangat dipengaruhi oleh pemikiran Plato
yang menyamakan politik dengan setiap bagian tubuh manusia yang mempunyai
fungsi masing-masing. Bagian terpenting adri tubuh manusia adalah kepala. Otak
mengontrol semua tindakan manusia, dan jantung mengontrol fungsi otak. Demikian
juga dengan negara . Menurut al-Farabi, yang terpenting dalam suatu negara adalah
pemimpin atau pengguasanya dan bawahannya, begitu pula hati dan organ tubuh
lainnya saling bekerja sama.
Penguasa harus menjadi orang yang memiliki keunggulan intelektual dan
moral. Selain kemampuan bernubuat yang diberikan Tuhan, seorang pemimpin harus
mempunyai sifat-sifat berikut : kecerdasan, daya ingat yang baik, pikiran yang jernih,
cinta akna ilmu, tidak berelbihan dalam makanan, minuman, dan berhubungan seks,
dan kejujuran, kemurahan hati, ketabahan, keberanian serta kesehatan jasmani dan
kefasihan dalam berbicara.
Berikut hasil karya Al-Farabi :
1. al -Jami`u Baina Ra`yani al-Hikman Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-
thails ( pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles
).
2. Tahsilu as Sa`adah ( mencari kebahagiaan ).
3. As Suyasatu Al Madinah ( politik pemerintah ).
4. Fususu Al Taram ( hakikat kebenaran ).
5. Arro`u Ahli Al Manadati Al Fadilah ( pemikiran-pemikiran utama
pemerintahan ).
6. Asy Syaiasyah ( ilmu politik ).
7. Fi Ma`ani Al Aqli ( makan berfikir ).
8. Ihsha`u Al Ulum ( kumpulan berbagai ilmu ).

10
9. Isbatu Al Mufaraqat ( ketettapan berpisah 0.
10. Al ta`liqat ( ketergantungan ).
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina, dikenal didunia barat sebagai Avicenna, yaitu sebagai seorang filsuf,
ilmuwan dan dokter. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Hasan
bin Ali bin Sina. ia dilahirkan pada tahun 370 M di desa Afshana dekan Bukhara di Persia
Utara. Ia memiliki ingatan dan kecerdasan yang luar biasa, pada usia 10 tahun ia telah
menghafal sebagian besar Al-qur`an dan Literatur Arab, bahkan juga hafal Metafisika
Aristoteles setelah membacanya sebanyak 40 kali.
Pada usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu alam, sastra arab, fiqih, ilmu
hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinya sendiri. Ibnu Sina
merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir pada zaman keemasan
Peradaban Islam.
Berikut Fislafat dan Pemikiran Ibnu Sina :
a. Kenabian
Sejalan dengan teori kenabian Ibnu Sina membagi menjadi empat kelompok.
Kemampuan teoritis mereka telah mencapai tingkat kesempurnaan sehingga mereka tidak
membutuhkan guru manusia, sedangkan kemampuan praktis mereka telah mencapai
puncaknya berkat imajinasi dan keterampilan mereka yang tajam, merekam mengambil
bagian secara langsung tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang. Dalam hal ini
mereka mempunyai intuisi yang sepurna, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Terakhir
adalah orang yang mengungguli sesamanya hanya dalam ketajaman daya praktis mereka.
Nabi Muhammad memiliki sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang nabi, yaitu
imajinasi yang sangat kuat dan hidup, dan bahkan kekuatan fisiknya tidak hanya
mempengaruhi pikiran orang lain, tetapi semua hal secara umum cukup kuat untuk
memberikan pengaruh. Pikiran Nabi dengan imajinasinya yang luar biasa kuatnya,
menciptakan kebenaran-kebenaran dan konsep-konsep yang murni karena kebutuhan
psikologis sehingga mereka yang mendengar atau membacanya tidak hanya percaya, tetapi
juga memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu. Saat kita lapar atau haus, imajinasi kita
memunculkan gambaran jelas tentang maknana dan minuman. Ketika sugesti dan simbolisme
ini diterapkan pada hati dan jiwa Nabi, maka akan tercipta gambaran yang kuat dan hidup
sehingga jiwa nabi benar-benar dapat mendengar dan melihat segala sesuatu yang dipikirkan
dan dirasakannya.

11
b. Tasawuf
Tasawuf, menurut ibnu Sina tidak dimulai dengan zuhud, beribadah dan
meninggalkan keduniaan sebagaimana yang dilakukan orang-orang sufi sebelumnya. Ia
memulai tasawuf dengan akal yang dibantu oleh hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran
akal, lalu akal akan menerima ma’rifah dari al-fa’al. Dalam pemahaman bahwa jiwa-jiwa
manusia tidak berbeda lapangan ma’rifahnya dan ukuran yang dicapai mengenai ma’rifah,
tetapi perbedaannya terletak pada ukuran persiapannya untuk berhubungan dengan akal fa’al.
Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau bertempatnya Tuhan dihati diri
manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya,
tetapi melalui prantara untuk menjaga kesucian Tuhan. Ia berpendapat bahwa puncak
kebahagiaan itu tidak tercapai, kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia
mendapat sebagian pancaran dari perhubungan tersebut. Pancaran dan sinar tidak langsung
keluar dari Allah, tetapi melalui akal fa’al.
Berikut Hasil karya Ibnu Sina :
1. As Syifa ( buku tentang penyembuhan ).
2. Nafar ( ringkasan dari buku As Syifa ).
3. Qanun ( buku ilmu kedokteran ).
4. Sadidiyya ( buku ilmu kedokteran ).
5. El Musiqa ( buku tentang musik ).
6. El Mantiq ( buku Abul Hasan Sahli ).
7. Qamus el Arabi ( buku filsafat ).
8. Uyun Ul Hikmah ( buku filsafat ).
9. Danesh Nameh ( buku filsafat ).
10. Mujiz Kabir wa Shaghir ( dasar ilmu logika ).
11. Hikmah el Masyriqiyyin ( falsafah timur ).
12. Al Inshaf ( buku keadilan sejati ).
13. Al Hudud ( memuat istilah dalam ilmu filsafat ).
14. Al Isyarat wa Tanbiehat ( peringatan mengenai prinsip ketuhanan dan kegamaan ).
15. An Najah ( buku tentang kebahagiaan jiwa ).

4. Al-Razy
Nama lengkap Al Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-
Razi, ynag dikenal di dunia Barat sebagai Rahzes, ialah seorang ilmuwan Iran yang hidup
pada tahun 864-960. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H/ 865 M dan wafat pada

12
tahun 313 H/925 M. Al-Razi mempelajari filsafat, matematika dan sastra sejak muda. Di
bidang kedokteran, ia belajar dibawah bimbingan Hunain bin Ishaq di Baghdad. Setelah
kembali ke teheran, ia ditugaskan di sebuah rumahsakit di Rayy. beliau juga menjabat
sebagai direktur Rumah sakit Muktadari di Baghdad.
Dimasa mudanya, dia adalah seorang pembuat berlian. Penukar uang, dan pemain
harpa. Kemudian ia berkonsentrasi pada kimia, namun berhenti karena eksperimen yang
dilakukannya menyebabkan penyakit mata. Setelah itu, ia kemudian mendalami ilmu filsafat
dan ilmu kedokteran yang berkembang pada masa itu. Ayahnya berharap Al-razi menjadi
pedagang yang hebat, maka ayahnya memberikan keterampilan berdagang. Namun Al-razi
memilih bidang intelektual daripada perdagangan, karena mneurutnya bidang intelektual
merupakan perkara yang lebih besar ketimbang urusan dengan materi belaka.
Filasafat atau pemikirannya yaitu :
a. Lima Kekal ( Al Qadim )
Al Razi memiliki banyak pemikiran filsafat , namun yang paling terkenal adalah
filsafat lima kekal. Lima kekal tersebut yaitu :
● Al-Baary Ta`ala (Allah Ta`ala), menurnya Allah itu kekal karena Dia-lah yang
menciptakan alam ini dari bahan yang ada dan tidak mungkin dia menciptakan
alam ini dari ketiadaan (creatio ex nihilo ).
● Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), menurutnya jiwa merupakan sesuatu
yang kekal selain Allah, akan tetapi kekekalannya tidak sama dengan
kekekalan Allah.
● Al-Haayula Al-Uula (materi pertama), disebut juga materi mutlak yang tidak
lain adalah atom-atom yang tidak bisa lagi dibagi, dan menurutnya mengenai
materi pertama, bahwasanya ia juga kekal karena diciptakan oleh Pencipta
yang kekal.
● Al-Makaan Al Muthlaq (tempat/ ruang absolute), sebelumnya berpendapat
bahwa materi bersifat kekal dan keran materi ini menempati ruang, maka al-
Makaan Al Muthlaq juga kekal. Ruang dalam pandangannya dibedakan
menjadi dua kategori, yakni ruang partikular yang terbatas dengan sesuatau
wujud yang menempatinya, dan ruang universal yang tidak terikat dengan
maujud dan tidak terbatas.
● Al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut), pada dua kategori yakni : waktu yang
absolute/mutlak yang bersifat qadiim dan substansi yang bergerak atau yang

13
mengalir (jauhar yajri), dan waktu mashur yaitu waktu yang berlandaskan
pada pergerakan planet-planet, perjalanan bintang-bintang, dan mentari.
Hasil karya Al-Razi sebagai berikut :
1. At Thibb Al Ruhani
2. Al Shirath Al Dawlah
3. Amarah Al Iqbal Al Dawlah
4. Kitab Al Ladzdzah
5. Maqalah Fi Ma Ba`d Al Thabi`iyyah
6. Al Shukuk `ala Proclus.

5. Ibnu Miskawaih
Ibnu Maskawaih adalah seorang cendikiawan muslim yang fokus pada bidang filsafat
akhlak. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu muhammad Ibnu Maskawaih. Beliau
dilahirkan di Iran pada tahun 330 H/932 M, dan meninggal pada tahun 421 H/ 1030 M. Ibnu
Maskawaih menjalani kehidupannya pada masa kekhalifahan Abbasyiyyah yang berlangsung
selama 542 tahun. Yaitu dari tahun 132-654 H/ 750-1258 M. Maskawaih dikenal sebagai
seorang filosof akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang
kedokteran, ketuhanan, dan agama. Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji
akhlak secara ilmiah.Bahkan pada masa Dinasti Bwaihi dia diangkat menjadi sekretaris dan
pustakawan. Sebelum masuk Islam Ibnu Maskawaih merupakan pemeluk agama
Magi/Majusi yakni percaya kepada bintang-bintang.
Filsafat dan Pemikiran Ibnu Maskawaih sebagai berikut :
a. Konsep Tentang Tuhan
Tuhan menurut Ibnu Maskawaih adalah zat yang tidak berjisim, Azali, dan Pencipta,
tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-
Nya. Menurut Ibnu Maskawaih, Tuhan adalah zat yang jelas atau tidak jelas. Jelas karena
Tuhan memiliki sifat yang haq (benar), sedangkan tidak jelas berarti karena kelemahan akaln
manusia untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang
menutupinya.
b. Konsep Tentang Akhlak
Menurut Ibnu Maskawaih Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan suatu perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan pertimbangan terlebih dahulu.
Sikap mental terbagi menjadi dua yaitu mental/akhlak yang berasal dari watak dan yang
berasal dari latihan dan kebiasaan. Akhlak yang berasal dari watak biasanya akan

14
menghasilkan akhlak yang jelek, sedangkan akhlak yang berasal dari latihan atau kebiasaan
akan menghasilkan akhlak yang baik. Olek karena itu Ibnu Maskawaih menekankan
pentingnya pendidikan akhlak pada masa kanak-kanak.
c. Konsep Tentang Manusia
Menurut Ibnu Maskawaih manusia memiliki tiga daya yang saling berhubungan satu
sama lain, diantaranya yaitu daya nafsu (al-Nafs al-bahimiyyat) sebagai daya yang paling
rendah; daya berani (al-nafs asl-sabu`iyyat) sebagai daya pertengahan dan daya berpikir ( al-
nafs al nathiqah) sebagai daya yang plaing tinggi. Sama halnya dengan Al Razi, Ibnu
Maskawaih juga memadukan pemikiran dari Plato, Aristoteles, dan Phytagoras, Galen, dan
filosof lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat kekal dan tidak hancur dengan kematian
jasad. Jiwa berbeda dengan jasad. Ibnu Maskawaih mengemukakan argumennya mengenai
perbedaan jiwa dengan jasad, yaitu :
● Indera sebagai penerima suatu rangsangan.
● Kelemahan fisik yang disebabkan usia tua tidak mempengaruhi kekuatan mental.
● Jiwa memahami proporsi-proporsi tertentu yang tidak berhubungan dengan data-data
interview.
Dalam buku The History of the Muslim Pholoshopy disebutkan bahwa karya tulisan
Ibnu Maskawaih adalah sebagai berikut :
1. Al-Fauz al-Akbar, Al-Fauz al-asghar, Tajaarib al-Umaan (sebuah sejarah
tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369H/979M).
2. Uns al-Fariid ( yakni koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan kata-kata
hikmah).
3. Tartiib al-Sa`adat (akhlak dan politik).
4. al-Jamii`, al-syiyaab, on the Simple Drugs (tentang kedokteran).
5. On the Composition of the Bajats (tentang kedokteran).
6. Kitaab al-Ashribah (tentang minuman).
7. Tahziib al-Akhlak ( tentang akhlak).
8. Risaalat fi al-Lazza wa al-Aalam fi jauhar al-Nasf.
9. Ajwibaat wa as`ilat fi al-Nafs wa al-`aql.
10. Al-Jawaab fi As`ilat fi al-Nafs al-`Aql.
11. Al-jawaab fi al-Masaa`il al-salas.
12. Risaalat fi jawaab fi Su`al ali Ibnu Muhammad Abuu Hayyan al-Shufi fi
Haqiiqat al-`aql.
13. Tharthat al-Nafs.

15
6. Ibnu Ruysd
Ibnu Rusyd atau dikenal dengan Averroes adalah seorang filosof dari Spanyol (dulu
bernama Andalusia). Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Ruysd, lahir di Cordova Andalus pada tahun 510 H/1126 M. 15 tahun setelah
wafatnya al-Ghazali. Ibnu Rusyd merupakan keturunan dari keluarga ilmuwan ternama,.
Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah mantan hakim Andalus. Pada tahun 565 H/1169 M, Ibnu
Rusyd diangkat menjadi ketua mahkamah agun di Qadhi al-qudhat di Cordova pada tahun
1173 M. Alasan Ibnu Rusyd menjadi seorang ilmuwan adalah karena ia dilahirkan dari
kalangan keluarga ilmuwan. Selain itu faktor utamanya adalah karena kecerdasan dalam
berfikir dan kejeniusan otaknya. Sejak kecil Ibnu Rusyd menghabiskan waktunya untuk
belajar, membaca dan berfikir.
Ibnu Rusyd mengalami masa kelam dalam karirnya sebagai pengacara ketika dituduh
kafir. Sebagai hukumannya, Ibnu Rusyd diasingkan ke lucena dan jabatannya sebagai hakim
mahkamah agung dicopot serta semua buku karyanya dibakar. Pada tahun 1197 M, Khalifah
mencabut semua hukumannya dan mengembalikan posisi jabatannya. Ibnu Rusyd wafat pada
tanggal 10 Desember 1198 M/ 9 Shafar H di Marakesh.
Berikut filsafat dan pemikiran Ibnu Rusyd :
a. Pemikiran Epistimologi Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa berfilsafat bisa dihukumi wajib karena filsafat
mempelajari hal-hal yang wujud, lalu orang akan berusaha menarik pelajaran/hikmah/`ibrah
darinya,sebagai sarana tentang ciptaan Tuhan, maka semakin ia mendekati pengetahuan
tentang adanya Tuhan. Setiap manusia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda, Ibnu Rusyd
memaparkan tiga cara manusia dalam memperoleh pengetahuan, diantaranya sebagai berikut
:
● Metode Al-Khatabiyyah (retorika)
● Metode Al-Jadaliyah (dialektika)
● Metode Al-Burhaniyyah (demonstrative)
b. Metafisika
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Allah adalah penggerak pertama ( muharrik al-
awwal). Wujud Allah ialah esa (satu). Konsep Ibnu Rusyd tentang ketuhanan diambil dari
pemikiran Aristoteles, Plotinus, Al- Farabi dan Ibnu Sina Bukan berarti plagiat, tetapi sebagai
referensi pemikirannya tentang konsep ketuhanan. Dalam pembuktian adanya Tuhan, Ibnu
Rusyd memaparkan beberapa dalil sebagai berikkut :

16
● Dalil wujud Allah ( Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang menurutnya sesuai
dengan Al-qur`an).
● Dalil `Inayah Al-Ilahiyah (pemeliharaan Tuhan). Dalil ini mengkaitkan bahwa segala
sesuatu dijadikan untuk kelangsungan hidup manusia.
● Dalil Ikhtira` (dalil ciptaan). Dalil ini berpijak pada segala makhluk ciptaan Allah.
● Dalil Harkah (gerak). Dalil ini menjelaskan bahwa gerak adalah keadaan tidak tetap
terhadap suatu keadaan. Ibnu Rusyd berkesimpulan sama dengan Aristoteles bahwa
gerak itu qadim.
Sifat-sifat Allah,. Untuk mengetahui sifat-sifat Allah, Ibnu Rusyd mengatakan bahwa
orang harus menggunakan tasybih dan tanzih.
c. Tanggapan terhadap Al-Ghazali
Ibnu Rusyd terkenal sebagai filosof yang menentang Al-Ghazali. Ibnu Rusyd
menuliskan beberapa pendapatnya yang menentang pemikiran Al-Ghazali dalam buku-buku
karyanya diantaranya yang berjudul Tahafut Al-tahafut. Ada 20 persoalan yang menjadi
perdebatan yaitu sebagai berikut :
❖ Alam qadim
❖ Keabadian alam, masa dan gerak
❖ Konsep Tuhan sebagai sang pencipta dan alam sebagai produk
❖ Pembuktian eksistensi penciptaan alam
❖ Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu
❖ Penolakan sifat-sifat Tuhan
❖ Kemustahilan konsep genus kepada Tuhan
❖ Wujud Tuhan adalah sederhana, murni, tanpa kuiditas atau esensi
❖ Argumen nasional bahwa Tuhan bukan Tubuh
❖ Argumen nasional tentang hukum alam tak dapat berubah
❖ Pengetahuan Tuhan selain diri-Nya
❖ Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri
❖ Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu melainkan cara umum
❖ Langit adalah makhluk hidup
❖ Tujuan yang menggerakkan
❖ Jiwa-jiwa langit mengetahui partikular-partikular yang bermula
❖ Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa
❖ Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati
ruang, tidak terpateri pada tubuh dan bukan tubuh

17
❖ Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur
❖ Penolakan terhadap kebangkitan jasmani.
Dan berikut ini adalah hasil karya Ibnu Rusyd :
1. Al-Kasyf`an Manahij al-adillat fi`aqaid al-Millat (kritikan terhadap metode
para ahli ilmu kalam dan sufi).
2. Fashl al-maqal min al-Ittishal (metodologi terhadap pemikiran agama dan
filsafat).
3. Tahafut al-tahafut (Kritikan terhadap Al-Ghazali).
4. Bidayat al-Mujahid wa Nihayat al-Muqtashid (fiqih)
5. De Animae Beatutudine (komentar-komentar terhadap teks Aritoteles).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Studi Islam merupakan disiplin ilmu yang tidak hanya dipelajari oleh umat
Islam itu sendiri, tetapi juga oleh para cendekiawan dan ilmuwan dari berbagai
kalangan. Untuk mempelajari ajaran Islam secara mendalam dan komprehensif,
diperlukan metodologi yang tepat. Salah satu metodologi yang dapat digunakan
adalah pendekatan filosofis. Pendekatan ini berupaya menggali dan memahami
hikmah, hakikat, serta inti dari ajaran Islam dengan berpikir secara mendalam,
sistematis, radikal, dan universal.

B. Kritik dan saran

Demikian makalah ini kami susun untuk memenuhi tuags mata kuliah Metodi
tudi Islam. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya, baik dari
segi bahasa maupun penyusunanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
untuk kebaikan kami kedepanya dan semoga makalah ini bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Auliya, Zairotul. “Pendekatan Filosofis Dalam Studi Islam.” Academia.Edu, 22 Nov. 2017,
www.academia.edu/35221138/Pendekatan_Filosofis_dalam_Studi_Islam. diakses
03Apr. 2024.

Kurniawan, Benny. "Studi Islam dengan Pendekatan Filosofis." Saintifika Islamica: Jurnal
Kajian Keislaman 2.02 (2015): 49-60.
.
makinbill.files.wordpress.com/2012/10/filsafat-dunia-timur-islam-2-al-farabi.pdf. diakses 03
Apr. 2024.

Pustikom-Ung. “MAKALAH DASAR PEMIKIRAN DAN KARYA TOKOH FILSAFAT ISLAM


- MUHAMMAD.SAID - UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.”
Mahasiswa.Ung.Ac.Id, mahasiswa.ung.ac.id/291413017/home/2014/4/1/makalah-
dasar-pemikiran-dan-karya-tokoh-filsafat-islam.html. diakses 03 Apr. 2024.

Sumaryono, E. "Hermeneutika; Sebuah Metode Filsafat, Kanisius." (1999).

Slamet, Achmad. Buku Ajar Metodologi Studi Islam:(Kajian Metode Dalam Ilmu
Keislaman). Deepublish, 2016.

20

Anda mungkin juga menyukai