Anda di halaman 1dari 6

RESUME

DOSEN PENGAMPU

RUSIADI,M.Ag

METODOLOGI STUDI ISLAM

DIRESUM OLEH

KAMALA

NIM :

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PGMI

KELAS B (sabtu-minggu)

SEMESTER 1 (SATU)Tahun 2015/2016


RESUME
METODOLOGI STUDI ISLAM

A. Pengertian Studi Islam


Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab
adalah Dirasat al-Islamiyyah. Ditinjau dari sisi pengertian, studi Islam secara sederhana
dimaknai sebagai kajian Islam. Selain itu, kata studi Islam sendiri merupakan gabungan
dua kata, yaitu kata studi dan Islam. Kata studi memiliki beberapa pengertian:
1. Menurut Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang
secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai
pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu keterampilan.
2. Menurut Mohammad Hatta mengartikan studi sebagai mempelajari sesuatu untuk
mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatunya didalam
hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan yang tertentu, dan dengan metode yang
tertentu pula.
Hal yang menjadi kesamaan adalah usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan kritis
dalam melakukan kajian atas sebuah fenomena.
Sementara Islam berasal dari kata aslama yang berarti patuh dan berserah diri.
Sedangkan secara istilah, Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw. sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan al-Sunnah, berupa undang-
undang serta aturan-aturan hidup, sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, untuk mencapai
kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat.
Menurut Moh. Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuan untuk
mengungkapkan beberapa maksud, yaitu:

1. Penelitian, seperti tentang konsep zakat profesi.


2. Materi mengenai kajian atas studi Islam, seperti fikih atau ilmu kalam.
3. Institusi-institusi pengkajian Islam, baik secara formal seperti yang dilakukan di UIN,
IAIN, STAIN, maupun secara non formal, seperti pada forum-forum kajian.
Sementara Jacques Waardenburg menyatakan bahwa studi Islam meliputi kajian agama Islam
dan tentang aspek-aspek keislaman masyarakat dan budaya muslim.
1. Kajian normatif agama Islam dikembangkan oleh sarjana muslim. Seperti tafsir al-
Quran dan Hadits.
2. Kajian non normatif yang dilakukan oleh universitas-universitas atau perguruan tinggi
Islam. Seperti aspek sosial masyarakat Islam.
3. Kajian non normatif yang berkaitan dengan kultur dan masyarakat Muslim. Seperti
adat menjelang datangnya bulan ramadhan di daerah jawa.
Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa studi Islam memiliki cakupan makna,
pembagian dan bidang garap yang berbeda. Namun demikian, titik tekan utamanya terletak
pada ajaran Islam beserta segenap manifestasinya.

B. Pendekatan, Metode, dan Metologi


Metode merupakan cara mengerjakan sesuatu (a way doing something), bersifat pasif.
Pendekatan merupakan cara memperlakukan sesuatu ( a way of dealing with something),
bersifat aktif.

Metodologi
Secara bahasa, berasal dari kata meta (menuju, melalui, dan mengikuti), hetodos (cara atau
jalan), logos (studi, pengetahuan, teori), methodos (jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai sesuatu).
Metode yaitu langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu
yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif.
Metodologi disebut pula sebagai science of methods, yaitu ilmu yang membicarakan
cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian, membahas tentang konsep teoritis (tidak
hanya kumpulan cara yang sudah diterima, tetapi berupa kajian tentang metode).
Jika dikaitkan dengan simbol studi Islam, metodologi berarti membahas kajian-kajian
seputar berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam studi Islam.
Penerapan dari salah satu metode adalah dalam mengkaji Islam, dimana materi dan
metode sangat penting.
C. Tujuan Studi Islam
1. Mempelajari secara mendalam tentang hakikat Islam, bagaimana posisinya dengan
agama lain, bagaimana hubungannya dengan dinamika perkembangan yang terus
berlangsung, membimbing, mengarahkan, dan menyempurnakan pertumbuhan dan
perkembangan agama-agama dan umat manusia.
2. Mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran Islam yang tetap abadi
dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah dalam memecahkan persoalan manusia
dan menjawab segala tantangan.

3. Mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran Islam yang asli.
4. Mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran
Islam (membimbing, mengarahkan, dan mengontrol perkembangan budaya dan peradaban
manusia pada zaman modern ini).

Dengan kerangka tujuan seperti ini, diharapkan tidak sekedar sebagai wawasan normatif,
tetapi juga kontekstual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret terhadap dinamika dan
perkembangan yang ada.

D. Urgensi Metodologi dalam Studi Islam


Studi Islam (Islamic Studies) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian dikalangan
ilmuwan. Didalam studi Islam diperlukan adanya pemecahan masalah yang mendesak, hal
tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Kelemahan dikalangan umat islam dalam mengkaji Islam secara komprehensif adalah
tidak menguasai metodologi atau kurangnya pemahaman terhadap cara-cara penyajian
terhadap suatu materi.
2. Anggapan bahwa studi Islam dikalangan ilmuwan telah merambah keberbagai wilayah
sehingga diperlukan adanya metode/pendekatan yang layak yang harus dikuasai oleh para
peneliti Islam.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam studi Islam, diantaranya:
1. Pendekatan filsafat, menurut Amin Abdullah mempunyai dua unsur, yaitu sakralitas
(taqdis al afkar al diniyyah) dan profan (muamalah maa al-nas). Dimana al-Quran dan
Hadits merupakan unsur pertama dan memiliki tiga ciri, yaitu perumusan ide-ide yang
bersifat mendasar-fundamental (fundamental ideas), membentuk cara berfikir kritis (critical
thought), dan mengutamakan kebebasan intelektual serta sikap toleran terhadap berbagai
kepercayaan.
2. Pendekatan sosiologi, menurut Atho Mudzar mengambil beberapa tema, yaitu studi
pengaruh terhadap masyarakat, pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap ajaran
Islam, tingkat pengalaman Islam masyarakat, pola interaksi sosial masyarakat muslim, studi
gerakan masyarakat yang dapat melemahkan atau menunjang kehidupan beragama dalam
Islam. Sehingga hukum Islam dipandang sebagai gejala sosial.

3. Pendekatan sejarah, dibawa dalam konteks kajian ushul fiqh dimana metode untuk
menatap masa depan adalah dengan pengembangan kemampuan ilmiah bagi generasi ilmiah.
Muara dari pandangan tersebut, hampir sama dengan yang diungkapkan Minhaj yakni
menitikberatkan sejarah sebagai pendekatan dalam kajian keislaman, sehingga khazanah
intelektual ulama tempoe doeloe tidak boleh ditinggalkan dan harus diteliti dan dianalisis
melalui metode sejarah.

4. Pendekatan model interdisipliner, menurut Qodri A. Azizy meninjau bagaimana


sesungguhnya peran ilmu sosial dalam studi Islam.
Terdapat empat model pendekatan ilmu sosial dalam kajian Islam di Barat, yaitu:
a. Menggunakan metode ilmu-ilmu yang masuk di dalam kelompok humanities, seperti
filsafat, fisiologi, bahasa, dan sebagainya.
b. Pendekatan dalam disiplin teologi, studi Bible, dan sejarah gereja, yang trainingnya di
Divity School.
c. Metode ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
d. Masukan pendekatan yang dilakukan di dalam departemen-departemen, pusat-pusat,
atau hanya committe untuk area studies.
Dari model-model pendekatan diatas, tampak bahwa Islam dikaji secara akademis. Namun,
model-model tersebut hanya dapat digunakan sebagai alat bantu saja. Karena yang paling
urgen untuk dikuasai oleh calon peneliti dalam studi Islam adalah penguasaan ilmu kalam
(teologi Islam), tasawuf (sufisme), dan ilmu fiqh beserta ushulnya. Penguasaan ilmu ini
sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian, dimana ilmu dasar adalah modal penentu,
sedangkan pendekatan adalah model dari penelitian yang akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai