Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN STUDI ISLAM

" PENDEKATAN INTERDISIPLINER DALAM STUDI ISLAM"

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Metode dan Pendekatan Kajian Islam"

Dosen Pengampu : Dr. H. MUNAWAR, M.S.i

Disusun Oleh :

MAKMUR KHASANI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM

SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara teoritis Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada
manusia melalui Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang
bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran yang
mengambiul berbagai aspek adalah Al-Qur’an dan Hadist.
Sumber-sumber ajaran Islam yang merupakan bagian pilar penting kajian Islam
dimunculkan agar dikursuskan dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber aslinya,
yaitu Al-Qur’an.
Selain itu pokok-pokok ajaran Islam dan sejarh realitas pelaksanaannya merupakan
bagian yang perlu dikaji. Dalam kajian ini diperlukan beberapa pendekatan studi Islam
sehingga pemahaman tentang studi Islam dapat dengan mudah tercapai. Pemahaman itu perlu
didekati dengan berbagai dimensi, di antaranya mengenai makna tentang Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam studi Islam?
2. Bagaimna pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam?
3. Bagaimana analisis dari pendekatan Interdisipliner?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pendekatan studi Islam.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan Interdisipliner studi Islam.
3. Untuk mengetahui analisis dari pembahasan pendekatan studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Studi Islam


Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama . Pendekatan studi
Islam adalah suatu cara kerja untuk memudahkan seseorang mengetahui dan mendalami
Islam secara luas dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal. Dalam hal
ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan
paradigmanya

B.  Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan


sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya
menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya
penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang
hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama,
seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan
tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus,
bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan


pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan
tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif)
sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga,
perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau
tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.

Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status


hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan
sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan
manusia dihubungkan dengan teori embriologi.
Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi
islam ada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama
oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Kedua,
ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.

C. Beberapa Pendekatan Studi Islam


Adapun pendekatan studi Islam, antara lain:
1. Pendekatan normatif
Normatif adalah peraturan yang mengatur tentang baik buruknya perbuatan
berdasarkan norma yang berlaku. Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan
bermasyarakat yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan
sentosa.Menurut Lubis (2011) Pendekatan normatif adalah sebuah pendekatan yang lebih
menekankan aspek norma-norma dalam ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Alqur’an
dan Sunnah. Pendekatan normatif diklasifikasikan menjadi tiga: Missionaris tradisional Yaitu
pendekatan yang bertujuan merubah suatu masyarakat agar masuk agama tertentu diserta
penyakinan akan pentingnya peradaban missionaris, seperti yang dilakukan oleh Belanda
dengan menjajah Indonesia, mereka tidak hanya meyakinkan betapa kuatnya perabadaban
yang mereka miliki, tetapi juga menyebarkan agamanya yaitu Agama Kristen.
Apologetik Pendekatan yang bertujuan untuk menguatkan keimanan suatu kaum yang
terlindas arus modernitas agar bangkit dan percaya diri dengan identitas keislamannya. Irenic
Pendekatan yang dilakukan untuk menyatukan non muslim yang berorientasi negatif tentang
orang muslim, dengan Muslim yang berorientasi menyimpang. Supaya tercapai perdamaian
bangsa dan hilangnya prasangka, perlawanan dan saling menghina.

2. Pendekatan Antropologis
 Antropologi berasal dari Bahasa Yunani ”anthropos” artinya manusia/orang, dan
”logos” yang berarti wacana. Menurut ilmutuhan.com (2011), antropolgi adalah ilmu yang
membahas tentang manusia, khususnya tentang asal usul, aneka warna, bentuk fisik, adat
istiadat dan kepercayaan masa lampau. Antropologis adalah adalah ilmu yang mempelajari
tentang segala aspek dari manusia terdiri dari aspek fisik dan non fisik dan berbagai
pengetahuan tentang kehidupan lainnya yang bermanfaat. Pendekatan antropologis adalah
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Kajian antropologi dibagi empat, yaitu:
a. Intelektualisme, yaitu mempelajari agama dari sudut pandang intelektual yang mencoba
melihat definisi agama dalam setiap masyarakat, kemudian melihat perkembangannya
(religius development) dalam suatu masyarakat. E.B. Taylor mengemukakan bahwa
agama sebagai kepercayaan terhadap adanya kekuatan supernatural.
b. Strukturalis
c. Fungsionalis
d. Malinowski bertujuan mengetahui titik pandang pemikiran masayarakat sederhana dan
hubungannya dengan kehidupan serta mengatakan pandangan-pandangan mereka tentang
dunia. liran historis EE Evans Pritchard dalam penelitiannya mengatkan bahwa aliran
historis adalah membandingkan struktur masyarakat dan kebudayaan yang berbeda. liran
struktural Claude Levi Strauss mengemukakan bahwa.  Simbolis Ketiga teori ini
dikembangkan Emile Durkheim, mengilhami banyak orang dalam melihat agama dari sisi
yang sangat sederhana sekaligus menggabungkannya secara struktur. Objek antropologi
agama ada empat, yaitu: odus pemikiran primitif, omunikasi, seperti simbol dan mite,
eori dan praktik keagamaan, Praktik ritual sampingan seperti magic. Sedangkan aliran
antropologi agama terdiri dari: liran fungsional Penelitian Brosnilaw Kacper bahasa dan
mite menggambaerkan kaitan antara alam dengan budaya dan hubungan antara alam dan
budaya itu ditemukan hukum-hukum pemikiran masyarakat yang diteliti.

3.  Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari Bahasa Latin ”socius” artinya teman/kawan, dan ”logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Sosiologi juga dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang
masyarakat. Menurut Bapak Sosiologi Indonesia yaitu Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari strukrtur sosial dan proses-proses
sosial termasuk perubahan sosial.Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta
sosial yakni mengandung cara-cara bertindak, berfikir, berperasaan yang berada di luar
individu (Durkheim, 1970). Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang membatasi diri
terhadap persoalan penilaian (Soekarno, 2006).
Pendekatan sosiologi adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya agar pola fikir berkembang dan akan mengalami evolusi yang
menyebabkan perubahan sosial masyarakat baru dan akan tercipta tingkat integrasi lebih
besar. Agama lebih memperhatikan bidang sosial (Rahmat, 2006), hal ini dapat kita lihat
jelas di dalam Al Quran dan Hadist bahawa perbandingan ayat ibadah dengan muamalah
(masalah sosial) adalah 1:100, dan sholat berjamaah lebih baik dari pada sendiri (1:27).

4.  Pendekatan Teologis
Teologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan tentang
hakekat Tuhan serta keberadaanya. Teologi berasal dari Bahasa Yunani, ”Theos” yang
berarti Allah (Tuhan) dan ”logis” yang artinya ilmu. Teologi adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau ilmu yang
mempelajari tentang Tuhan. Teologi adalah pembahasan materi tentang eksistensi Tuhan
dan tuhan-tuhan dalam dalam sebuah konsep nilai-nilai ketuhanan yang terkontruksi
dengan baik sehingga pada akhirnya menjadi sebuah agama/aliran kepercayaan.
Pendekatan teologis dibagi menjadi tiga: Teologi Normatif/Apologis Pendekatan
Teologi Normatif adalah sebuah upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang menimbulkan keyakinan bahwa agama yang dianutnya
dianggap paling benar dibandingkan yang lain. Teologi Dialogis Pendekatan Teologi
Dialogis adalah mengkaji agama tertentu dengan menggunakan perspektif agama lain.
Teologi ini bertolak dari perspektif teologi kristen. Bahkan banyak digunakan orientalis
dalam mengkaji Islam. Teologi Konvergensi Pendekatan Teologi Konvergensi adalah
metode pendekatan terhadap agama dengan melihat unsur-unsur persamaan dari masing-
masing agama/aliran, untuk mempersatukan unsur esensial dalam agama-agama
sehingga tidak nampak perbedaan yang esensial.

5. Pendekatan fenomenologis
Fenomenologi adalah sebuah studi Islam dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan
agama dengan cara membandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang sama
antara berbagai macam agama (Dhavamony, 1995). Tokoh fenomenologi adalah
Edmund Hussert dan Alfred Schulta, mereka mengungkapkan bahwa ”Diam
merupakan tindakan untuk mengungkapkan pengertian sesuatu yang sedang diteliti,
dengan diam akan mengetahui perilaku orang lebih lanjut”.
Tujuan fenomenologi: Menginterprestasikan suatu teks berkenaan dengan persoalan
agama dengan setepat-tepatnya. Merekonstruksi suatu kompleks tempat suci
kuno/menerangkan permasalahan suatu cerita dari mitos. Memahami struktur dan
organisasi dari suatu kelompok masyarakat religius dengan kehidupan sekitar.
6. Pendekatan filosofis
Kata filosofis berasal dari kata filsafat, dari Bahasa Yunani yaitu ”pilos” yang
artinya cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti,
hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada (Galzaba, 1973).
Menurut Purwadarmita (1999), filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenal sebab- sebab, asas-asas hukum dsb terhadap sesuatu yang
ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Dari pendapat
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan filosofis (arti sematik) merupakan
studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut
konsep cinta terhadap kebenaran, ilmu dan hikmah yang bersumber dari Al Quran dan
Hadist. Pendekatan filosofis (arti praktis) adalah suatu pendekatan yang penilaiannya
berdasarkan akal (rasional). Ukuran benar dan salahnya ditentukan dengan penilaian
akal, apakah bisa diterima oleh akal atau tidak.

7.  Pendekatan Historis (sejarah)
Historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan
menggunakan unsur-unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan perilaku dari
peristiwa tersebut. Pendekatan historis adalah salah satu upaya memahami agama
dengan menumbuhkan perenungan untuk memperoleh hikmah dengan cara mempelajari
sejarah nilai-nilai Islam yang berisikan kisah dan perumpamaan. Al Quran terdiri dari
dua bagian yaitu tentang konsep- konsep dan kisah sejarah perumpamaan. Dari sejarah
perumpamaan inilah seseorang bisa mengambil hikmah.

8.  Pendekatan politis
Teori politik normatif adalah cara untuk membahas lembaga sosial, khususnya
berhubungan dengan kekuasaan publik, dan tentang hubungan antar individu di dalam
lembaga politik disebut juga sebagai moral/etika. Perlawanan menghadapi penjajah
merupakan pergerakan politik Islam yang kemudian menjadi pembentukan negara
Indonesia.
Pendekatan politis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara menanamkan
nilai-nilai agama pada lembaga sosial agar timbul motivasi/keinginan untuk meraih
kebahagiaan dan kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat. Pendekatan politis
dibagi menjadi lima, yaitu:
a. Pendekatan politis dekonfessionalisasi Secara garis besar, untuk menyatukan
perbedaan antara kelompok dan memelihara hubungan politik bersama dalam sebuah
negara, seluruh identitas keyakinan simbol- simbol kelompok harus bisa ditinggalkan
untuk sementara waktu dalam rangka mencapai suatu kesatuan dan kebersamaan yang
lebih besar (Grms, 2008).
b. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perdekatan politis De
konfessionalisasi adalah pendekatan/ usaha dengan meningglakan seluruh identitas
keyakinan yang berupa simbol dalam sementara waktu untuk menyatukan perbedaan
antar kelompok dan memelihara hubungan politik besama dalam sebuah negara agar
tercapai suatu kesatuan dan keberdsamaan yang lebih besar. Pancasila sebagai ideologi
yang digunakan Bangsa Indonesia untuk menjadikan bernegara (Nieuwenhujze,
1958) , dari situ bukan berarti Islam kalah dengan pancasila tetapi di dalam pancasila
tersimpan nilai-nilai Islam yaitu keesaan Tuhan, demokrasi, keadilan sosial dan
kemanusiaan.
c. Pendekatan politis domestikasi Islam Teori ini menggambarkan hebatnya Islam
berkembang di Indonesia tetapi lumpuh karena didominasi kekuatan lokal. Menurut
Harry J. Benda dalam Daniel Dokhada, berpandangan bahwa bangkitnya Mataram
Islam sebenarnya adalah kekuatan Hindu Jawa bukanlah Islam itu sendiri.
d. Pendekatan politik skismatik aliran Teori ini dikembangkan oleh Robert Jay dan
Clifford Goerta. Pendekatan skismatik memberikan gambaran tentang adanya realitas
kelompok aliran dalam kehidupan sosial, budaya dan politik serta agama dalam
masyarakat jawa (Yudiwah, 2011). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kekuatan diluar Islam yang senantiasa menyaingi bahkan menjinakan yaitu kelompok
abangan dan priayi.
e. Pendekatan politik trikotomi Pendekatan ini dikembangkan Allan Samson dalam
aliran ini menjelaskan karakteristik Islam tidak dapat dilihat secara tanggal seperti
santri yaitu mereka yang tetap mempertahankankan Islam sebagai baris dan norma
dalam berpolitiknya. Politik santri dibagi menjadi tiga, yaitu: Fundamentalis, yaitu
menetapkan agama dalam aspek kehidupan, termasuk bernegara. Reformis, yaitu
menempatkan secara rasional posisi Islam dalam kehidupan politik termasuk
membanguin relasi bagi penerapan kepentingan Islam. Akomodisionis, yaitu
kelompok santri yang lebih terbuka walau sepintas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Dari metode gerakan tersebut merupakan langkah terpenting sebagai jalan
berfikir/alat negosiasi dalam politik.
f. Pendekatan politik kultural/diversifikasi Menurut Emmerson (1987), Islam dalam
skala kebudayaan memiliki kemenangan yang hebat di Indonesia. Teori ini
mengarahkan kembali energi politik umat Islam ke dalam kegiatan non politik. Islam
kultural akan memunculkan Islam yang lebih simpatik dan subtantif (Grms, 2008).
Dari penjelasan di atas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kultural menjelaskan
islam sebagai kekuatan budaya yang berhasil dalam menakhlukan kekuatan politik.

9. Pendekatan Psikologi
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani ”psych” yang berarti jiwa dan ”logis”
yang berarti ilmu. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa(Wundt, 1879).
Pendekatan psikologi adalah paradigma cara pandang memahami agama dengan
mempelajari jiwa seseorang dengan cara melihat gejala perilaku yang dapaat diamati.
Dalam Islam banyak sekali pengambaran batin. Seperti iman, taqwa kepada Allah.
Perilaku seseorang dapat dilihat dari sesuatu yang dia yakini. Dengan psikologi, akan
diketahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan serta sebagai alat
untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang.

D. Beberapa Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner adalah adalah kajian dengan menggunakan sejumlah


pendekatan sejumlah pendekatan/sudut pandang dalam studi, misalnya menggunakan
pendekatan sosiologis, historis dan normatis secara bersamaan (Uicha, 2011). Dari pendapat
tersebut, pendekatan interdisipliner adalah upaya dalam memahami Islam dengan
menggunakan sejumlah sudut pandang pendekatan karena dalam teori interdisipliner sangat
penting dibanding hanya satu pendekatan saja.
Beberapa Pendekatan Interdisipliner
1. Pendekatan Filsafat
Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta
dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah.
Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.[4]
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:
a) Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani
yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta
pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan
pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b) Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang
berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala
sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal
manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.

Ruang lingkup filsafat

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu
khusus[5]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri
dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan
yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut : Filsafat sistematis
terdiri dari:Metafisika, Epistemologi, Metodologi,  Logika,  Etika, Estetika.Sedangkan
Filsafat khusus terdiri dari: Filasafat seni,Filsafat kebudayaan, Filsafat pendidikan,
Filsafat bahasa, Filsafat sejarah, Filsafat budi pekerti, Filsafat politik, Filsafat agama,
Filsafat kehidupan, Filsafat nilai. Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik
paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu: Metafisika,
Epistimologi, Logika, Etika, Sejarah filsafat.

Dasar Pendekatan Filsafat Islam

Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu


segi,tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran
yang mengambil berbagai aspek itu adalah alquran dan hadis.

Dalam kaitan ini diperlukan pendekatan historis terhadap filsafat Islam yang tidak
menekankan pada studi tokoh,tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proses
dialektik. Filsafat Islam sendiri keberadaanya menimbulkan pro dan kontra. Sebagian
yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat
Islam. Bagi mereka yang berpikiran tradisional kurang mau menerima filsafat.
Islam menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran filsafat,itulah yang disebut filsafat
Islam bukan karena orang yang melakukan kefilsafatan itu orang muslim, tetapi dari
segi obyek membahas mengenai keislaman.

Perkembangan filsafat Islam pada prinsipnya mampu bersaing dengan filsafat Barat.
Dari kedua filsafat ini ditambah dengan kajian Yahudi, maka tersusunlah sejarah
pembahasan teoretis filsafat Islam dengan filsafat klasik, pada pertengahan dan
modern. Hubungan filsafat Yunani dengan filsfat islam adalah sebagai berikut:

1) Pemikiran filsafat Islam telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani.


2) Para filsuf muslim mengambil sebagian besar pandanganya Aristoteles.
3) Filsuf muslim banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada berbagai aspek.

Hubungan filsafat Islam dengan filsafat modern ,secara khusus terdapat berbagai
usaha yang ditujukan untuk menemukan hubungan antara keduanya,baik sumber
maupun pengantar-pengantar filsafat modern. Batasannya yaitu terdapat pola titik
persamaan dalam pandangan dan pemikiran.

Filsafat Islam juga dikatakn sebagai ilmu karena di dalamnya terkandung pertanyaan
ilmiah,yaitu bagaimanakah, mengapakah, dan apakah, jawaban atas pertanyaan itu
adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang selalu berulang-ulang.


2) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang
berlaju dalam masyrakat.
3) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai suatu hal dijadikan pegangan.

Konsep Filsafat Islam

1) Konsep Ar-Razi

Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al- Razi lahir di Rai kota dekat
Teheran pada tahun 862 M. Falsafahnya terkenal dengan Lima Yang Kekal.[6]

a. Materi; merupakan apa yang ditangkap panca indra tentang benda itu

b. Ruang ; karena materi mengambil tempat.


c. Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.

d. Adanya roh

e. Adanya Pencipta.

2) Konsep Al Farabi

Abu Ali Husin Ibn Sina lahir di Afsyana 980 M. di dekat Bukhara. Terkenal
dengan

a. Falsafah Jiwa,

b. Falsafah Wahyu dan Nabi,

c. Falsafah Wujud.

3) Konsep Al Kindi

Ya’kub Ibn Ishaq Al Kindi berasal dari Kindah di Yaman.tahun 796 M.


terkenak dengan:

a. Falsafah Ketuhanan

b. Falsafah Jiwa

2. Pendekatan Sosiologi

a) Pengertian Pendidikan dengan pendekatan sosiologi

Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan masyarakat.Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang
penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia,dan
pola organisasi serta hukumnya.Sosiologi dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai
gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah
satu pendekatan dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial
yang berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat
diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep
pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan menurut
pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau diciptakan oleh
interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam
memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami bidang lainnya,
seperti agama sehingga munculah studi tentang sosiologi agama.

b) Agama dalam pendekatan sosiologi

Salah satu ciri utama pendekatan ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang
tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu
sosial,sebagaimana sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara
pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode
khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas
lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu
sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan
perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi
teori lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang
beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu
sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.

c) Agama dalam pendekatan fungsional-sosiologi

Teori fungsional memandang agama dalam kaitan dengan aspek pengalaman yang
mentransendensikan sejumlah peristiwa eksistensi sehari hari, yakni melibatkan kepercayaan
dan tanggapan terhadap sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia. Oleh karena itu secara
sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia dimana pengetahuan dan
keahlian tidak berhasil memberikan sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang
dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental
kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah menyediakan dua hal yaitu :

1. Suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.

2. Sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar


jangkauanya.yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan
moralnya.
Dari sini kita dapat menyebutkan fungsi agama,antara lain:

1. Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang
melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta
menghubungkan dirinya menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.

2. Agama manawarkan hubungan transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.

3. Agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk,


mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin
kelompok diatas dorongan individu.

4. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting.

5. Agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu dan
perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.

Jadi menurut teori fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok,


menolong individu dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kecewa,
mengaitkannya dengan tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat moral, dan menyediakan
unsur-unsur identitas.

Seperti halnya teori sosiologi tentang agama, teori fungsional juga berusaha membangun
sikap bebas nilai. Teori ini tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan
beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut
pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha memahami
perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi ideologi yang anti
agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka bertindak terhadap manusia harus
juga melalui manusia dan hakikat manusia.

Salah satu sumbangan yang paling berharga dari teori fungsional ialah ia telah
mengarahkan perhatian kita pada karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang
lain darimana kita memulai studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang
saling melengkapi. Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana
fikiran dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia.
3. Pendekatan Sejarah

a) Pengertian pendekatan sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan
waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau / masa yang
masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang
secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di
masa lampau.

Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik
yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, agama dan sebagainya.

Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang
kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang
dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu
pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan yang
lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah
terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk apresiasi
atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi
pengembangan ilmu pendidikan Islam di masa lalu.

b) Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut:

1. Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk
memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2. Model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga
pendidikan informal, non formal dan formal.

3. Lembaga pendidikan yang dibangun umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif,
fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.
4. Melalui pendekatan sejarah, diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat
sejumlah ulama yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan

5. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.

6. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau
manajemen pendidikan, pendanaan atau pembiayaan pendidikan, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang canggih.

7. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan
di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi
keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan
kegiatan pendidikan tersebut.

Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan profil campuran, yakni


sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang
dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah
tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.

Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti,
melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan
memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.

E. Analisis dari sepenggal pembahasan di atas, dapat kita ketahui begitu pentinggnya
pendekatan dalam metodologi studi Islam melalui beberapa aspek-aspek, metode-metode,
yang mampu berkembang dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada zaman
modern. Dalam hal ini umat islam harus bisa melakukan gerakan pemikiran untuk
mengantisipasi perkembangan dan kemajuan studi Islam. Di sinilah pentingnya menggali
ajaran Islam untuk mewujudkan suatu kedamaian, dan kesejahteraan suatu masyarakat
dalam berbangsa, dan bernegara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan Metodologi Studi Islam adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai
dengan cara pandangnya. Adapun pendekatan studi Islam, antara lain:
1. Pendekatan normatif adalah sebuah pendekatan yang lebih menekankan aspek norma-
norma dalam ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Alqur’an dan Sunnah.
2. Pendekatan antropologis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3. Pendekatan sosiologi adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya agar pola fikir berkembang dan akan mengalami evolusi yang
menyebabkan perubahan sosial masyarakat baru dan akan tercipta tingkat integrasi lebih
besar.
4. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan agama dengan cara membandingkan
berbagai macam gaya dari bidang yang sama antara berbagai macam agama
5. Pendekatan teologis adalah sebuah upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang menimbulkan keyakinan agama dianggap paling benar
dibandingkan yang lain.
6. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan agama dengan cara membandingkan
berbagai macam gejala dari bidang yang sama antara berbagai macam agama
7. Pendekatan filosofis merupakan studi proses tentang kependidikan yang didasari nilai-nilai
filosofis yang bersumber dari Al Quran dan Hadist.
8. Pendekatan politis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara menanamkan
nilai-nilai agama pada lembaga sosial agar timbul motivasi/keinginan untuk meraih
kebahagiaan dan kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat.
9. Pendekatan psikologi adalah paradigma cara pandang memmahami agama dengan
mempelajari jiwa seseorang dengan cara melihat gejala perilaku yang dapaat diamati.
Dalam Islam banyak sekali pengambaran batin.
10. Pendekatan interdisipliner adalah upaya dalam memahami Islam dengan menggunakan
sejumlah sudut pandang pendekatan.
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Beberapa Pendekatan Studi Islam”. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan. Maka, kritik dan saran
konstruktif penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
menjadi motivator dan inspirator bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Dhavamony, Maria Susai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogjakarta: Kanisius.


Durkheim, Emile. 1970. Suatu Studi, Teori, Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D. Pendekatan dalam Pengkajian Islam, (Yogyakarta:
Bening Pustaka, 2019).
Dr. Siti Nurjanah M. Ag & Sri Handayana, M.Hum., Metodologi Study Islam, Gerbang
Moderasi Beragama, (Yogyakarta: Idea Press, 2019)
Galzaba. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Rahmat, Jalaluddin. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlaq Al Quran menyikapi
Perbedaan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Saleh, Ahmad Syukri. 2010. Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer. Jakarta: GP Press.
Tim MKD IAIN Sunan Ampel. 2010. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press.

Anda mungkin juga menyukai