Oleh:
Iqbal Ali Amrulloh, S.Ag
Nomor NIM : 2286030033
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
BANDUNG
1444 H/2023
Pendekatan Teologis
1. Pendahuluan
1
Di era ini, narasi-narasi kecil kembali muncul ke permukaan; tidak ada kebenaran
mutlak.
1
Pendekatan Teologis
2. Pembahasan
2.1. Teologi Islam (Ilmu Kalam)
Teologi berasal dari kata Yunani, yakni “logy” dan “theos”. Dalam bahasa
Indonesia menjadi teologi. “Logy” atau “logos” berarti “percakapan”,
“pengkajian” dan “penelitian”. Sedangkan “theos” berarti “Tuhan” atau sesuatu
yang berkenaan dengan Tuhan. Jadi, Teologi dalam bahasa Yunani adalah
penelitian secara rasional segala sesuatu yang berkenaan dengan ke-Tuhanan.
Dengan kata lain, teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari
pengetahuan tentang hakekat Tuhan serta keberadaan-Nya.
2
Lihat H.M.Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam : dalam Teori dan Praktek, 1998, hlm.
13-14.
3
Lihat V.J.Bourne, Aquinas’ Search for Wisdom, Milwaukee : Bruce, 1965.
2
Pendekatan Teologis
Dalam sejarah Islam, pergulatan pemikiran dalam disiplin ilmu kalam atau
teologi demikian polemis. Perdebatan di bidang ini menyentuh bidang yang paling
prinsip yakni soal keberimanan seseorang terhadap Tuhan dan segala aspek yang
berkaitan dengan hal tersebut. Pada perkembangannya, di dalam teologi Islam
dijumpai berbagai aliran kalam atau teologi, seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah,
Khawarij, Murji’ah dan Syi’ah.4 Adapun pembahasan yang diusung dalam aliran
teologi dalam dunia Islam menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Konsep Iman
2. Konsep Keesaan
3. Konsep Kehendak Mutlak Tuhan
4. Konsep Kehendak Bebas Manusia
5. Konsep Keadilan Tuhan
6. Konsep Kasb Manusia
7. Konsep Melihat Tuhan di Akhirat
8. Konsep Janji dan Ancaman Tuhan
9. Konsep Urgensi Wahyu
10. Konsep Status al-Qur’an5
Para filosof lslam terdahulu menjadikan Tuhan, alam dan manusia (Theo,
cosmos dan antrophos) sebagai alat untuk menganalisa dirinya sendiri yang tidak
dimiliki oleh mahluk lainnya. Sebab dengan metode ini para ahli teologi tidak
hanya membicarakan bagaimana sesungguhnya manusia berbicara tentang Tuhan;
teologi juga berbicara lebih jauh tentang bentuk-bentuk ekpresi yang lebih baik
dan ekpresi yang lebih buruk serta mencari defenisi yang berimbang mengenai
pembicaraan khusus tentang Tuhan. Sementara itu, Jan Hendrik Rapar
mengungkapkan bahwa teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempelajari dan mencari tahu tentang hakekat, makna dan eksistensi Tuhannya
4
Lihat Harun Nasution, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: UI Press, 1978, cet.I, hlm.32.
5
Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam, hlm.84
3
Pendekatan Teologis
dalam kehidupan keseharian, oleh sebab itu pembicaraan tentang Tuhan menjadi
tetap aktual setiap waktu yang tidak pernah lesu.
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,
hlm.29. Selanjutnya disebut sebagai Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam.
4
Pendekatan Teologis
bukan sebagai pengamat merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran
teologis.7
Dewasa ini muncul teologi masa kritis, yaitu suatu usaha manusia untuk
memahami penghayatan “iman” atau penghayatan “agama”nya, suatu penafsiran
atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks permasalahan masa
kini, yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub : teks dan situasi; masa lampau
dan masa kini. Hal yang demikian niscaya ada dalam setiap agama meskipun
dalam bentuk dan fungsinya yang berda-beda. Begitu juga dalam agama Islam.
7
Eric J.Sharpe, Comparative Religion of History, London : Duckworth, 1986, hlm.313.
8
Lihat Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta : LKiS, 2009,
hlm.320. Selanjutnya disebut sebagai : Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama.
9
Lihat Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, hlm.320
5
Pendekatan Teologis
6
Pendekatan Teologis
Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh
kepada pihak lain sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka
terjadilah proses saling mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan
demikian antara satu aliran dengan aliran yang lainnya tidak terbuka dialog atau
saling menghargai. Oleh karena itu, yang ada hanyalah ketertutupan, sehingga
yang terjadi adalah pemisahan dan pengkotak-kotakan.
13
Masdar Hilmi dan A.Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam, Arkola Surabaya,2005,
Hlm 109. Selanjutnya disebut sebagai : Masdar Hilmi dan A.Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam.
7
Pendekatan Teologis
oleh M. Natsir Mahmud mengatakan bahwa, “Islam pada mulanya adalah ajaran
Kristen yang diselewengkan oleh keadaan patologis (penyakit jiwa) Muhammad.”
Islam menurutnya adalah bagian pemikiran ketimuran. Ada dua karakteristik
pemikiran ketimuran menurutnya:
1. Menghargai fakta dan diikuti oleh fantasi yang bebas, tetapi di sisi lain
terkungkung.
8
Pendekatan Teologis
normatif merupakan ajaran agama yang belum dicampuri oleh pemahaman dan
penafsiran manusia.14 Dengan kata lain, pendekatan teologis normatif dalam
agama adalah melihat agama sebagai suatu kebenaran yang mutlak dari Tuhan,
tidak ada kekurangan sedikit pun dan nampak bersifat ideal. Dalam kaitan ini,
agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas.
B. Pendekatan Teologis–Dialogis
14
Masdar Hilmi dan A.Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam, hlm. 63.
15
Masdar Hilmi dan A.Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam, hlm. 64.
9
Pendekatan Teologis
10
Pendekatan Teologis
C. Pendekatan Teologis-Konvergensi
Menurut Smith, belief seringkali normatif dan intoleran. Selain itu, belief
bersifat histotik yang mungkin secara konseptual berbeda dari satu generasi ke
generasi yang lain. Atas dasar belief itulah penganut agama berbeda-beda, dan
dari perbedaan itu akan menghasilkan konflik. Sebaliknya, dalam faith, umat
beragama dapat menyatu. Jadi, orang bisa berbeda dalam kepercayaan (belief),
tetapi menyatu dalam faith. Sebagai contoh, dalam masyarakat Islam terdapat
berbagai aliran teologis maupun aliran fiqih. Mereka mungkin penganut aliran al-
Asy'ariyah atau Mu'tazilah atau pengikut Imam Syafi'i atau Imam Hambal. Belief
mereka berbeda yang mungkin menimbulkan sikap keagamaan yang berbeda,
tetapi mereka tetap satu dalam faith (iman). Demikian pula, antara penganut
agama, mereka berbeda dalam belief dan respon keagamaan yang berbeda, tetapi
hakikatnya menyatu dalam faith.
11
Pendekatan Teologis
Dari ketiga metode pendekatan teologis tersebut di atas, maka yang paling
akurat dipergunakan menurut analisa penulis adalah pendekatan teologis
konvergensi, di mana pendekatan ini telah tercakup di dalamnya nilai-nilai
normatif dan dialogis. Lain halnya dengan menggunakan metode pendekatan
normatif atau dialogis saja, belum tentu terdapat unsur konvergensi di dalamnya.
Kesimpulan
12
Pendekatan Teologis
memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu, sebaiknya
umat Islam tidak hanya memahami Islam melalui pendekatan teologis saja, agar
pemahaman tentang Islam menjadi integral, universal, dan komprehenshif.
DAFTAR PUSTAKA
Connolly (ed.), Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta : LKiS, 2009.
Hilmi, Masdar dan A.Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam, Arkola, Surabaya,
2005.
Mudzhar, H.M.Atho, Pendekatan Studi Islam : dalam Teori dan Praktek, 1998.
13