Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Khatami

Nim : 180212037
Ujian Komprehensif

METODOLOGI STUDI ISLAM


Drs. H. R. Abuy Sodikin Badruzaman, S. Ag

Buku ini membahas metodologi Studi Islam, yaitu pendekatan ilmiah yang digunakan untuk
mempelajari agama sebagai suatu disiplin ilmu. Penulis menjelaskan perbedaan antara keyakinan
dan pengetahuan, dimana keyakinan mencakup keyakinan agama yang tidak empiris dan tidak
dapat dibuktikan, sedangkan pengetahuan didasarkan pada fakta empiris. Buku ini juga
menjelaskan proses penelitian ilmiah, dimulai dengan penemuan fakta dan berlanjut ke
generalisasi. Penulis menyoroti pentingnya membuat teori sementara, yang dikenal sebagai
hipotesis, sebelum mencapai teori yang terbukti dengan mengumpulkan data. Secara
keseluruhan, buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
pendekatan saintifik kajian Islam.

Buku ini membahas berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji agama sebagai
objek keilmuan. Selain pendekatan filosofis, arkeologis, antropologis, sosiologis, psikologis,
fenomenologis, studi agama, dan komparatif, buku ini juga menyebutkan metode khusus untuk
mempelajari agama. Metode ini meliputi pendekatan historis, antropologis, sosiologis, dan
teologis. Buku ini menjelaskan setiap metode secara rinci, dan penulis menekankan bahwa setiap
pendekatan memiliki kelebihan dan keterbatasannya masing-masing. Selain itu, penulis
menjelaskan metode filologis, yaitu kajian terhadap teks-teks kuno untuk memahami budaya dan
kepercayaan masyarakat yang menciptakannya. Metode filologis digunakan untuk
mendeskripsikan ide-ide yang disajikan dalam teks dengan menganalisis kosakata yang
digunakan dan nuansa teks. Penulis menekankan pentingnya memahami konteks keagamaan teks
dalam menggunakan metode filologis.

Buku ini juga membahas tentang definisi agama yang sulit untuk didefinisikan karena sifat
pengalaman keagamaan yang subjektif dan emosional. Penulis menjelaskan bahwa banyak
sarjana telah mencoba untuk mendefinisikan agama, dan beberapa berpendapat bahwa itu identik
dengan kata bahasa Inggris "agama." Buku ini selanjutnya memberikan berbagai definisi agama,
termasuk pengakuan hubungan antara manusia dan kekuatan supranatural, kepatuhan terhadap
kode etik yang berasal dari kekuatan supranatural, dan kepercayaan pada kewajiban yang
bersumber dari kekuatan supranatural. Buku itu juga menyebutkan konsep pemujaan kekuatan
gaib dan menerima ajaran dari utusan ilahi.

Konsep Islam digambarkan melalui pemahamannya sebagai sumber ajaran, sebagai pemahaman,
dan sebagai pengamalan. Istilah "syari'at" atau "syariah" dianggap sebagai konsep yang paling
penting dan komprehensif untuk menggambarkan Islam. Syariah pada mulanya berarti jalan
menuju sumber air atau jalan menuju sumber kehidupan. Dalam penggunaan agamanya, syariah
berarti "cara hidup yang baik", mengacu pada nilai-nilai agama yang memandu kehidupan
manusia. Syariah berbeda dengan sunnah dalam subjeknya, di mana sunnah membimbing
melalui contoh-contoh nyata, sedangkan syariat menunjukkan atau menetapkan jalan itu sendiri,
dengan subjeknya adalah Tuhan sebagai sumber nilai-nilai agama. Din yang berarti ketaatan dan
kepatuhan erat kaitannya dengan syariah, dimana syariah menentukan jalan, dan subjeknya
adalah Tuhan, sedangkan din mengacu pada mengikuti jalan itu, dan subjeknya adalah
kemanusiaan. Islam adalah agama Ibrahim yang berarti tunduk kepada Allah dan menaati
perintah-Nya tanpa keberatan. Ini adalah agama monoteistik yang meyakini keesaan Tuhan, dan
ajarannya ditemukan dalam Alquran dan Hadits, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.
Islam adalah agama yang praktis, rasional, dan sederhana yang menggabungkan aspek material
dan spiritual kehidupan. Ini memberikan panduan untuk semua aspek kehidupan dan
menekankan keadilan sosial, kesetaraan, dan kasih sayang.

Islam adalah agama yang memiliki ajaran integral yang mencakup aspek material dan spiritual,
individu dan sosial, dan dunia dan akhirat, meliputi keyakinan, syariah, tauhid, fikih, dan
tasawuf. Ajaran ini berasal dari Quran dan Hadits, yang dianggap sebagai sumber utama hukum
Islam. Islam memiliki dua sumber hukum yang disepakati: Alquran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas,
dan sumber yang tidak disepakati, termasuk Istishab, Istihsan, Maslahah, Mursalah, Urf,
Madzhab Sahabat, Saddudz Dzara'I, Dalalah Iqtiron, dan Ra'yu Nabi. Dalam hal metodologi,
sumber hukum Islam tradisional dianggap otoritatif, tetapi karena mereka mungkin tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, nalar dan pemahaman manusia juga
diakui. Islam sebagai pemahaman ditafsirkan oleh para ulama dan disistematisasikan melalui
proses penafsiran, sehingga melahirkan aliran pemikiran Sunni, Syiah, Ahmadiyah, dan lainnya.
Pemahaman berada di bawah fiqh, yang mencerminkan pemikiran pribadi seorang ulama,
sedangkan ilm adalah proses pembelajaran objektif yang mengacu pada data yang terorganisir
dan disiplin. Untuk mendapatkan pemahaman yang akurat, umat Islam harus merujuk pada
ulama dan sumber yang berkualitas.

Pengertian pranata sosial atau pranata sosial dalam bahasa Indonesia. Meskipun tidak ada
konsensus tentang istilah yang tepat untuk lembaga sosial dalam bahasa Indonesia, beberapa ahli
menyarankan "lembaga-lembaga kemasyarakatan" sebagai terjemahan yang tepat. Lembaga-
lembaga ini dicirikan oleh norma dan peraturan yang mengatur perilaku anggotanya. Mereka
dipandang sebagai cerminan budaya dan dipandang sebagai tradisi dalam kehidupan manusia.
Bagi umat Islam, etika lembaga sosial dibentuk oleh ajaran dasar dalam Al-Qur'an dan As-
Sunnah. Artikel tersebut juga memaparkan sejarah perkembangan pranata sosial Islam, meliputi
pemerintahan, hukum, pertahanan, keuangan, dan kesehatan. Pembahasan menunjukkan bahwa
lembaga sosial telah memainkan peran penting dalam kehidupan umat Islam sepanjang sejarah.
METODOLOGI STUDI ISLAM
Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I

Buku ini membahas tentang urgensi dan pentingnya mempelajari agama secara analitis-kritis
untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang hakikat agama dan keragaman dalam
masyarakat majemuk. Wacana pluralisme agama menjadi bahasan utama ketika berbicara
tentang hubungan antar agama. Dalam pandangan Islam, menghormati dan bertoleransi terhadap
agama lain sangat penting untuk diamalkan. Namun, ini tidak berarti bahwa semua agama itu
sama. Solusi pluralisme agama dalam Islam adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas
masing-masing agama. Namun, solusi orientasi pluralisme bertujuan untuk menghilangkan
konflik dan perbedaan serta identitas agama-agama yang ada. Secara sosiologis, pluralisme
agama merupakan fakta yang tidak dapat disangkal dalam suatu masyarakat, tetapi tidak
memungkinkan adanya pengakuan atas kebenaran teologis atau bahkan etis dari agama-agama
lain. Oleh karena itu, meneliti agama bertujuan untuk mengkaji lebih banyak fenomena empiris
yang dipandang positif dan dapat dianalisis dari berbagai perspektif. Artikel ini menyimpulkan
bahwa agama tidak dapat didekati dan dipahami hanya melalui pendekatan normatif-teologis.
Telah terjadi pergeseran paradigma dari pemahaman doktrinal menuju entitas sosiologis, dari
wacana esensial ke wacana eksistensial.

Studi Islam adalah sebuah disiplin ilmu yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik, dan
tanpa batas. Aspektual berarti Islam harus diperlakukan sebagai salah satu aspek dari eksistensi.
Polimetodis menunjukkan bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk
memahami Islam. Pluralistik karena Islam adalah satu agama di antara banyak agama dan tradisi
lain. Studi Islam di Indonesia mulai dikembangkan oleh Mukti Ali pada akhir tahun 70-an dan
kajian masih terfokus pada penataan, pembinaan, dan pengembangan hubungan antar pemeluk
agama di Indonesia. Pada dasawarsa tahun 80-an, studi Islam memasuki fase baru dengan kajian
yang lebih variatif dan intensif karena perkembangan dunia pendidikan dan teknologi
komunikasi. Studi Islam bertujuan untuk mempelajari dan memahami Islam secara mendalam
melalui ajaran, sejarah, dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keIslaman dilakukan secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui,
memahami, dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam.
Studi Islam mengarahkan pemeluknya pada dimensi teologis, humanis, dan keselamatan baik di
dunia maupun di akhirat.

Islam menjadi objek kajian yang menarik karena memiliki nilai dan konsep yang abadi, hidup,
dan realistis, sehingga memberikan karakter yang unik bagi peradaban. Sebagai agama teologis,
Islam juga merupakan agama pengetahuan yang melahirkan beragam pemikiran, yang kemudian
berkembang menjadi berbagai jenis pengetahuan Islam. Mengkaji Islam sebagai pemikiran
berarti mempelajari apa yang dipahami oleh pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran
Islam yang melahirkan bentuk pemahaman atau kajian tertentu. Islam sebagai objek kajian
senantiasa menarik seiring dengan berkembangnya pendekatan, disiplin ilmu, dan metodologi,
dan pengkajian Islam dilakukan oleh para ilmuwan Islam baik dari kalangan sarjana muslim
sendiri maupun sarjana Barat. Tantangan yang dihadapi umat muslim dalam mengaktualisasikan
ajaran-ajarannya menjadikan kajian dari kalangan insider lebih dalam lagi karena ingin
memberikan tantangan Islam dari kalangan kontemporer.

Sains dan agama sering dianggap bertentangan, tetapi dalam sejarah, hubungan antara keduanya
tidak hanya berupa pertentangan belaka, tetapi juga orang berusaha untuk mencari hubungan
antara keduanya pada posisi yaitu sains tidak mengarahkan agama kepada jalan yang
dikehendakinya dan agama juga tidak memaksanakan sains untuk tunduk pada kehendaknya.
Namun, masih saja ada anggapan yang kuat dalam masyarakat luas yang mengatakan bahwa
”agama”dan ”ilmu” adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan. Menurut beberapa
pemikir, agama tidak akan pernah dapat didamaikan dengan sains karena agama tidak dapat
membuktikan kebenaran ajaran-ajarannya dengan tegas, sedangkan sains dapat melakukan hal
itu, yaitu dapat membuktikan kebenaran temuannya. Persoalannya kini adalah bagaimana
memadukan sains dan agama. Integrasi dalam artian generiknya sebagai upaya memadukan sains
dan agama pernah diajukan oleh beberapa pemikir, tetapi integrasi yang naif yaitu
kecenderungan pencocok-cocokan secara dangkal ayat-ayat kitab suci dengan temuan-temuan
ilmiah juga dikritik. Pertarungan antara sains dan agama seolah-olah tak pernah berhenti, tetapi
sebenarnya pertentangan tidak perlu terjadi jika kita mau belajar mempertemukan ide-ide
spiritualitas dari agama dengan pengetahuan yang diperoleh dari sains. Agama dan sains,
merupakan dua bagian penting dalam kehidupan sejarah umat manusia, dan keduanya dapat
dipertemukan jika ada kemauan untuk melakukan integrasi yang valid dan mendalam.
Kajian sumber ilmu dalam filsafat yang termasuk dalam rumpun epistemologi. Kajian ini telah
dilakukan sejak zaman Yunani kuno dan juga di dalam Islam, khususnya dalam kajian filsafat
ilmu. Dalam kajian epistemologi Barat, terdapat tiga mazhab utama, yaitu rasionalisme,
empirisme, dan fenomenalisme Kant. Islam memadukan bahan-bahan empirikal dan spiritual,
yang memunculkan konsep epistemologi Islam yang berbeda dengan konsep epistemologi Barat.
Islam berkeberatan dengan ketiga mazhab Barat tersebut, terutama karena pengingkarannya
terhadap wahyu sebagai objek ilmu pengetahuan. Konsep tentang sumber ilmu akan berimplikasi
pada perumusan isi kurikulum dalam pendidikan Islam. Mazhab pertama dalam kajian sumber
ilmu adalah rasionalisme, yang menganggap indera dan fitrah sebagai dua sumber pengetahuan
manusia. Baqir Ash-Shadr pada teori rasionalis mengatakan bahwa konsepsi manusia harus
digali secara esensial dari lubuk jiwa, karena ia bukanlah konsepsi-konsepsi inderawi.

Anda mungkin juga menyukai