Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN SOSIOLOGI HUKUM ISLAM

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum

Dr. Masrur Ridwan, S.H.,M.H

Disusun Oleh :

Hudiono Reksoprojo

20302200023

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)

SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas dan mendalami tentang
Islam, baik dari sisi ajarannya, institusi keagamaan, sejarah maupun kehidupan keagamaan
umat Islam. Selama beradab abad Islam telah hidup dan mengalami proses akulturasi
dengan budaya dalam komunitas masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui interaksi
antara pemuka agama dengan umat Islam, para sahabat Nabi, maupun oleh Nabi
Muhammad saw. sendiri. Hingga sampai hari ini, studi mengenai Islam menjadi wacana
yang menarik dalam diskursus ilmu-ilmu keislaman, karena berhubungan langsung antara
nilai-nilai ilahiyah dengan nilai-nilai umat Islam.

Studi Hukum Islam terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.


Perkembangan tersebut tampak dari munculnya berbagai gagasan tentang studi Islam. Hal
tersebut selain disebabkan oleh warisan klasik kesarjanaan muslim yang hingga kini masih
eksis, juga disebabkan oleh tradisi keilmuan barat yang telah lebih dahulu maju dalam
berbagai disiplin ilmu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemikiran dan
gagasan yang dikemukakan oleh para reformis tersebut dapat dijumpai melalui berbagai
karya yang telah dihasilkan. Urgensi memahami studi Islam adalah untuk memandu
dinamika umat dalam menjawab persoalan keagamaan yang muncul. Selain itu dalam
memahami Islam diperlukan sebuah perangkat metodologi yang tepat dan tajam agar
mendapatkan pemahaman yang tepat. Guna menjawab dan mewujudkan hal tersebut,
maka dibutuhkan sebuah pemahaman terhadap metodologi secara benar dan komprehensif
berikut teori-teori dan pendekatan di dalamnya.1

Saat ini telah lahir berbagai gagasan dalam studi Islam yang memiliki tujuan salah

1
Akhmad Taufik, dkk., Metodologi Studi Islam, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 7.
satunya untuk menjadi penghubung antara normativitas teks keagamaan dengan realitas
yang hidup di tengah umat. Berkenaan dengan itu, beberapa akademisi mencoba untuk
merumuskan bagaimana cara pandang fikih dalam merespons realitas, dinamika dan
problem sosial yang ada di tengah masyarakat. Salah satu yang dirumuskan adalah melalui
pendekatan sosiologi hukum Islam. Sebuah pendekatan yang menganalisis hubungan
antara hukum agama dengan masyarakat maupun sebaliknya. Pendekatan sosiologi hukum
Islam penting sebagai salah satu alternatif dalam mempelajari fenomena dan realitas yang
berkembang di kalangan umat Islam dalam kerangka studi Islam. Oleh karena itu menjadi
menarik untuk mengulas lebih dalam mengenai sosiologi hukum Islam sebagai sebuah
pendekatan dalam studi Islam.

B. Rumusan Masalah

 Apa itu pendekatan sosiologi hukum dan ruang lingkupnya pendekatan sosiologi
hukum islam ?

 Bagaimana penerapan pendekatan sosiologi hukum Islam dalam penyelesaian


perkara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosiologi Hukum Islam


Berkaitan dengan pendefinisian pendekatan, terdapat dua pendapat yang melahirkan dua
kelompok. Definisi pertama, yang juga terdiri dari dua pendapat, pendekatan berarti dipandang
atau dihampiri dengan dan cara memandang fenomena (budaya atau sosial). Jika pendekatan
diartikan sebagai “dipandang dengan”, maka pendekatan berkedudukan sebagai sebuah
paradigma. Namun, jika pendekatan dimaknai sebagai “cara memandang atau menghampiri”,
maka pendekatan berkedudukan sebagai perspektif atau sudut pandang.
Pendapat yang kedua menyatakan bahwa, pendekatan berarti disiplin ilmu. Ketika
pendekatan dianggap sebagai sebuah disiplin ilmu, misalnya dalam tema studi Islam dengan
pendekatan sosiologi, artinya mengkaji Islam menggunakan disiplin ilmu sosiologi.
Konsekuensi dari pendefinisian menurut pendapat kedua ini, pendekatan harus menggunakan
teori atau teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pendekatan untuk suatu objek
studi. Dengan kata lain, fenomena dalam studi Islam didekati dengan teori-teori ilmu sosiologi.2
Dalam sebuah tulisannya, Atho Mudzhar mengemukakan bahwa pada awalnya ilmu
dibedakan ke dalam dua macam, yaitu ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman seperti
Fisika, memiliki tugas pokok mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan yang terjadi
pada alam, yang dilakukan dengan mengidentifikasi sifat keterulangan suatu gejala alam.
Misalnya, prinsip air yang mengalir ke bawah, pada waktu itu dan seterusnya sifat air akan
tetap seperti itu.3
Namun berbeda dengan Ilmu budaya yang memiliki sifat tidak terulang, melainkan unik.
Ia menganalogikan ilmu budaya pada pengetahuan tentang batu nisan Raja atau arsitektur
istananya. Keunikan atas suatu dinasti hanya berlaku untuk dinasti itu, contoh yang lainnya.

2
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIA+TAZZAFA, 2009), hlm.

190.

3
M. Amin Abdullah, dkk., Antologi Studi Islam: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
2000), hlm. 240-241
Pengetahuan deskriptif tentang batu nisan, istana dan dinasti adalah dengan menggunakan cara
pandang demikian. Oleh karena itu, pengetahuan budaya bersifat unik dan tidak menuntut
adanya sifat keterulangan.4
Berkenaan dengan pendekatan sosiologi dalam studi Islam, dalam pandangan Atho
Mudzhar, di antara ilmu pengetahuan kealaman dan ilmu pengetahuan budaya terdapat ilmu
pengetahuan sosial. Ilmu-ilmu pengetahuan sosial, pada saat yang sama memiliki ciri seperti
ilmu budaya dan ilmu kealaman. Oleh karena itu, di dalam ilmu pengetahuan sosial terjadi tarik
menarik antara ilmu budaya dengan ilmu kealaman.
Lebih lanjut, Atho Mudzhar memiliki gagasan tentang cara pandang terhadap studi
agama. Menurutnya, agama berbeda dengan keilmuan yang lainnya. Agama bukan termasuk
dalam gejala ilmu kealaman, seperti air yang mengalir ke tempat yang lebih rendah atau seperti
gejala Elektron yang mengejar Proton. Agama biasanya didefinisikan sebagai kepercayaan akan
adanya sesuatu yang Maha Kuasa dan hubungan dengan yang Maha Kuasa tersebut. Karena
agama adalah kepercayaan, ia ditempatkan dalam kategori gejala budaya. Sedangkan terkait
dengan interaksi antar pemeluk agama dikatakan sebagai gejala sosial. Sehingga, agama dapat
dilihat sebagai sebuah gejala sosial dan gejala budaya.
Hubungan antara sesama pemeluk Islam dalam pengamalan agamanya dan hubungan
antara pemeluk Islam dengan pemeluk agama lain termasuk dalam gejala sosial. Sedangkan
aktivitas pengamalan syariat Islam oleh umat atau ketika pemeluk Islam mempelajari syariat,
Allah dan segala yang berkaitan tentang Islam, maka hal tersebut dapat dikatakan Islam sebagai
gejala budaya. Oleh karena dua hal tersebut, maka dimungkinkan studi keislaman dilihat dari
kacamata gejala budaya dan sosial. Ketika Islam dikaji dari kacamata gejala budaya, maka
metode yang digunakan antara lain dengan metode filsafat, sejarah, studi teks, Arkeologi dan
sebagainya. Sedangkan jika Islam dikaji dari aspek gejala sosial, maka metode yang digunakan
metode ilmu-ilmu sosial.
Dalam kaitannya dengan pengembangan studi Islam, Juhaya S. Praja dalam sebuah
tulisannya menjelaskan tentang prinsip-prinsip dalam Hukum Islam. Prinsip-prinsip tersebut
menjadi titik tolak pembinaan dan pengembangan hukum Islam, prinsip-prinsip itu ialah,
pertama, Tauhidillah, prinsip ini menyatakan bahwa segala hukum dan tindakan seorang
muslim harus menuju pada satu tujuan, yakni tauhidullah, yang dimaknai sebagai sebuah
4
M. Amin Abdullah, dkk., Antologi Studi Islam: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2000),
hlm. 240-241
kesatuan substansi hukum dan tujuan setiap tindakan manusia dalam rangka menyatu dengan
kehendak Tuhannya. Kedua, Muwafaqat al-Shahih al- Manqul li Shahih al-Ma’qul, prinsip ini
menyatakan bahwa wahyu yang sahih bersesuaian dengan penalaran yang sharih. Dengan kata
lain, wahyu tidak akan pernah bertentangan dengan akal. Hal ini berarti kebenaran wahyu
adalah kebenaran yang benar dengan sendirinya. Ketiga, Ar-Ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah,
prinsip ini dapat dimaknai bahwa alam kehidupan masyarakat muslim, rujukan dan pedoman
dari segala tindakannya adalah al-Quran dan Sunnah yang tidak pernah bertentangan dengan
penalaran yang sharih. Namun demikian, karena wahyu telah berhenti seiring dengan wafatnya
Rasulullah saw. maka pokok-pokok ajaran agama telah purna dan sempurna. Sementara
responsi umat Islam terhadap perubahan sosial budaya dapat berkembang melalui proses
ijtihad.5
Keempat, Inna Ushul al-Din wa Furu’aha qad Hayyana al-Rasul. Hal-hal yang
berkaitan dengan pokok-pokok agama telah dijelaskan oleh Rasulullah saw. ini berarti
menyangkut dengan kehidupan yang terus berubah dan berkembang menganut prinsip- prinsip
keadilan dan kebenaran. Kelima, Al-‘Adalah, prinsip keadilan berarti keseimbangan dan
kelayakan antara apa yang seharusnya dilakukan dengan kenyataan. Dengan kata lain, harus ada
keseimbangan antara kehendak manusia dengan kemampuannya dalam merealisasikan
kehendak tersebut. Keenam, Haqiqah fi al-A’yan la fi al-Adzhan, prinsip ini menghendaki
pelaksanaan hukum Islam sesuai dengan apa yang paling mungkin dan tidak selalu
mengharuskan melaksanakan apa yang diyakini paling tepat dan benar. Ketujuh, Al-Hurriyah,
prinsip ini berarti kemerdekaan dan kebebasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap individu
memiliki kebebasan, baik untuk beragama maupun tidak. Kedelapan, Al-Musawah, prinsip ini
menghendaki bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang sama. Manusia yang mulia di
mata Allah adalah manusia yang bertakwa. Dan prinsip yang Kesembilan adalah Al-
Musyawarah atau musyawarah.

B. Ruang Lingkup Pendekatan Sosiologi Hukum Islam


- Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat
5
Noor Ahmad, dkk., Epistimologi Syara’: Mencari Format Baru Fiqh Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000), hlm. 123-124.
Dalam bentuk ini, studi Islam mencoba untuk memahami seberapa jauh pola- pola budaya
masyarakat (menilai baik dan buruknya) berpangkal pada nilai-nilai agama, atau seberapa jauh
struktur masyarakat (seperti supremasi kaum laki-laki) berpangkal pada ajaran tertentu agama,
atau seberapa jauh perilaku masyarakat (seperti pola konsumsi atau berpakaian masyarakat)
berpijak dari ajaran tertentu dalam agama.
- Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman
ajaran agama atau konsep keagamaan
Contoh dari studi Islam dengan pendekatan sosiologi pada tema ini adalah pertentangan
yang terjadi pada abad-abad awal Islam antara ahlus sunah wa al jama’ah dengan Khawarij dan
Syi’ah hingga akhirnya melahirkan corak-corak yang berbeda mengenai prinsip-prinsip
imamah, klasifikasi dosa besar dan hal lainnya. Contoh lainnya mengenai pengaruh dari tingkat
urbanisme daerah Kuffah waktu itu yang melahirkan pemikiran Imam Hanafi yang rasional,
atau perbedaan geografis wilayah Basrah yang melahirkan qaul qadim dan qaul jadid nya Imam
Syafi’i.
- Studi tentang tingkat pengamalan beragama dalam masyarakat
Dalam tema ini, operasionalisasi pendekatan sosiologi dapat dilakukan dengan
melakukan pengamatan atau survei, mempelajari sejauh mana masyarakat mengamalkan agama
Islam. Selain itu, studi evaluasi ini juga dapat diterapkan untuk melakukan uji coba dan
mengukur efektifitas suatu program pendidikan Islam, atau mengukur tingkat keberhasilan
pembangunan di bidang agama atau dalam kaitannya dengan pelaksanaan kewajiban zakat.
- Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim
Studi Islam dengan pendekatan sosiologi dalam digunakan juga untuk mempelajari
pola-pola perilaku masyarakat muslim desa dan kota, pola hubungan antar agama dalam suatu
masyarakat, perilaku muslim dalam organisasi ekonomi di wilayah tertentu, perilaku toleransi
beragama masyarakat muslim terdidik dengan kurang terdidik, hubungan tingkat ekonomi
dengan perilaku politik, hubungan perilaku keagamaan dengan perilaku kebangsaan, agama
sebagai faktor integrasi dan disintegrasi, hubungan perilaku keagamaan dengan perilaku
birokrasi dan lain sebagainya.6

C. Penerapan pendekatan sosiologi hukum Islam dalam penyelesaian perkara

6
Ida Zahara Adibah, “Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam”, Jurnal Inspirasi, (Semarang: UNDARIS, 2017), hlm.
13.
Sebagai contoh ketentuan penyelesaian perkara dengan pendekatan sosiologi hukum
terdapat dalam kitab suci agama Islam. Dalam ajaran Islam (622 M) terdapat ketentuan tentang
perdaimaian (Ishlah) yang didalamnya mengandung nilai-nilai keadilan restoratif . Kata Islah
banyak ditemukan dalam Al. Quran, yang mengacu bukan hanya pada sikap rohaniah belaka,
tetapi juga pada tindakan realistis untuk rekonsiliasi demi kemaslahatan umum. Hal ini
tercermin pada masyarakat Indonesia khususnya di wilayah sekolah dari sekolah dasar sampai
sekolah menengah atas. Ketika terdapat suatu tindakkan perkelahian antara anak-anak yang
saling melukai dari tingkat Anak SD, SMP, SMA yang tidak mengakibatkan meninggalnya
seseorang pasti Ibu dan Bapak Guru yang biasanya menangani yaitu guru BK akan memanggil
kedua orang anak yang sedang bertengkar tersebut untuk di damaikan serta menandatangani
surat pernyataan tidak akan berkelahi lagi.
Melalui sarana ishlah, pihak-pihak yang berkepentingan di pertemukan untuk rukun
kembali. Adapun dasar terwujudnya ishlah adalah memberi maaf. Hal ini antara lain juga dapat
dilihat dalam lembaga hukum diyat (pembayaraan ganti rugi dan pemaafan) yang terkait dengan
hukum Qishash.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan sosiologi hukum Islam dalam studi Islam adalah pendekatan yang
mempunyai sasaran utama perilaku masyarakat atau interaksi antar sesama manusia,
baik sesama muslim maupun antara muslim dengan non-muslim dalam ruang lingkup
hukum Islam.
2. Cara penerapan pendekatan sosiologi hukum Islam dalam studi Islam dilakukan
tergantung pada tema dan teori mana sebuah isu dikaji. Beberapa teori yang dapat
digunakan untuk melakukan studi Islam menggunakan pendekatan sosiologi hukum
Islam seperti, teori fungsional, interaksional dan konflik. Namun pada pokoknya,
pendekatan sosiologi hukum Islam merupakan langkah untuk menelaah interaksi
dalam masyarakat, baik sesama muslim maupun antara muslim dengan non-muslim
dalam ruang lingkup hukum Islam mencakup gejala-gejala sosial, struktur sosial,
perubahan sosial dan jaringan hubungan atau interaksi manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial secara objektif dan sistematis.

DAFTAR PUSTKA

Abdullah, M. Amin, dkk., Antologi Studi Islam: Teori dan Metodologi, Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press, 2000.
Adibah, Ida Zahara “Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam”, Jurnal Inspirasi, Semarang:
UNDARIS, 2017
Ahmad, Noor, dkk., Epistimologi Syara’: Mencari Format Baru Fiqh Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000.

Asmawi, Studi Hukum Islam dari Tekstualis-Rasionalis sampai Rekonsiliatif, Sleman:


Penerbit Teras, 2012.
Baharun, Hasan, dkk., Metodologi Studi Islam: Percikan Pemikiran Tokoh dalam
Membumikan Agama, Sleman: Ar-Ruzz Media, 2011.

Harwantiyoko, Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Gunadarma, 1995.

Mudzhar, Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998

Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA+TAZZAFA, 2009.

Anda mungkin juga menyukai