NIM : 0703192034
1. Buku tentang makna normativitas dan historisitas, juga unsur-unsur nomrativitas dan
historisitas.
2. Sumber :
ISBN : 978-623-7787-00-6
3. Isi :
A. Pengertian Normativitas
B. Pengertian Historisitas
Ketika Islam dilihat dari sisi historis atau sebagaimana yang tampak alam
masyarakat, Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu atau ilmu keislaman. Kajian
historisitas keagamaan ditelaah lewat berbagai pendekatan keilmuan sosial-
keagamaan yang bersifat multi dan interdisipliner, baik lewat pendekatan historis,
filosofis, psikologis, sosiologis, kultural, maupun anthropologis.
Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang dipahami
dan islam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari masa
Nabi Muhammad Saw sampai sekarang. Islam historis merupakan unsur kebudayaan
yang dihasilkan oleh setiap pemikiran manusia dalam interpretasi atau
pemahamannya terhadap teks, maka islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi
sebuah kebudayaan. Dengan demikian semakin adanya problematika yang semakin
kompleks, maka kita yang hidup pada era saat ini harus terus berjuang untuk
menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk mengatasi problematika kehidupan yang
semakin kompleks sesuai dengan latar belakang kultur dan sosial yang melingkupi
kita, yaitu Indonesia saat ini. Kita perlu pemahaman kontemporer yang terkait erat
dengan sisi-sisi kemanusiaan-sosial-budaya yang melingkupi kita.
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya di bahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan
pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak
dengan, melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan
yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka
seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena
pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Seorang yang
ingin memahami al-qur’an secara benar misalnya, yang bersangkutan harus
mempelajari sejarah turunnya al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi
turunnya al-Qur’an yang selanjutnya disebut sebagai ilmu asbab an-nuzul (ilmu
tentang sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an) yang pada intinya berisi sejarah
turunnya ayat al-Qur’an. Dengan ilmu asbab an-nuzul ini seseorang akan dapat
mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum
tertentu dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan yang memahaminya.
KESIMPULAN :
Dalam buku Metodologi Studi Islam ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan, yakni
Normativitas adalah suatu ajaran yang ditelaah lewat berbagai suatu pendekatan dari sumber-
sumber hukum tentang persoalan ketuhanan. Islam Normatif adalah pengumpulan sumber-
sumber hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadist/Sunah Nabi yang kebenarannya
bersifat mutlak yang murni dari firman Tuhan tanpa ada campur tangan manusia. Sedangkan
Historis adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Islam Historis merupakan
islam sebagaimana yang dipahami dan dipraktekkan oleh ummat islam yang kemudian
melahirkan peradaban islam.
ULASAN BUKU :
1. Buku tentang makna normativitas dan historisitas, juga unsur-unsur normativitas dan
historisitas
2. Sumber :
Keislaman)
Penerbit : Deepublish
ISBN : 978-602-401-251-9
3. Isi :
A. Pengartian Normativitas
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Pada aspek normativitas, studi Islam agaknya masih banyak
terbebeni oleh misi keagamaan yang bersifat memihak sehingga kadar muatan
analisis, kritis, metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau
naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam
lingkungan peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
B. Historisitas
1. Pengertaia Historisitas
Ketika melakukan studi atau penelitian Islam, perlu lebih dahulu ada kejelasan
islam mana yang diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan Islam normati dan
islam Historis adalah salahsatu dari penyebutan level tersebut. Istilah yang hamper
sama dengan islam Normatif dan Islam Historis adalah Islam sebagai wahyu dan
Islam sebagai produk sejarah. Sebagai wahyu, Islam didefinisikan sebagaimana ditulis
sebelumnya di atas, yakni:
Artinya:
Wahyu ilahi yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Untuk kebahagiaan
kehidupan dunia dan akhirat.
Sedangkan Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang
dipahami dan islam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai
dari masa nabi Muhammad SAW sampai sekarang.
Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu
Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain). Pertama, wilayah teks asli
Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang
otentik. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli
Islam (Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad
terhadap teks asli Islam,seperti tafsir dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan,
sebab ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu tidak semua
terinci, bahkan sebagian masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih
lanjut. Di samping permasalahan kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan
secara tegas permasalahan yang timbul itu belum/tidak disinggung. Karena itulah
diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap bersandar kepada kedua sumber
utamanya dan sejauh dapat memenuhi persyaratan.
Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam
berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks).
Contohnya: praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada.
Contohnya lainnya praktek duduk miring ketika tahiyat akhir bagi muslim Indonesia,
sementara muslim di tempat/ negara lain tidak melakukannya. Sementara Abdullah
Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang berbeda sebagai
berikut :
Tingkatan pertama, adalah nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal dan institusi-
institusi.
Tingkatan kedua adalah penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar
tersebut dapat dilaksanakan/dipraktekkan.
Tingkatan ketiga manifestasi atau pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut
yang berbeda antara satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah
dengan wilayah lain. Perbedaan tejadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan
konteks dan budaya.
Dengan penjelasan di atas tadi dapat ditegaskan, syari’ah sebagai the original
text mempunyai karakter mutlak dan absolut, tidak berubah-ubah. Sementara fiqh
sebagai hasil pemahaman terhadap the original text mempunyai sifat
nisbi/relatif/zanni, dapat berubah sesuai dengan perubahan konteks; konteks zaman;
konteks sosial; konteks tempat dan konteks lain-lain.
Sementara dengan menggunakan teori Islam pada level teori dan Islam pada
level praktek dapat dijelaskan demikian. Untuk menjelaskan posisi syari’at pada level
praktek perlu dianalogkan dengan posisi nash, baik al-Qur’an maupun sunnah nabi
Muhammad SAW. Dapat disebutkan bahwa pada prinsipnya nash tersebut merupakan
respon terhadap masalah yang dihadapi masyarakat arab di masa pewahyuan. Kira-
kira demikianlah posisi Islam yang kita formatkan sekarang untuk merespon
persoalan yang kita hadapi kini dan di sini. Perbedaan antara nash dan format yang
kita rumuskan adalah, bahwa nash diwahyukan pada nabi Muhammad, sementara
format yang kita rumuskan sekarang adalah format yang dilandaskan pada nash
tersebut. Hal ini harus kita lakukan, sebab persoalan selalu berkembang dan berjalan
maju, sementara wahyu sudah berhenti dengan meninggalnya nabi Muhammad SAW.
D. Keterkaitan normativitas dan historisitas dalam studi keIslaman.
Dari perspektif filsafat ilmu, setiap ilmu, baik itu ilmu alam, humaniora,
social, agama atau ilmu-ilmu keIslaman, harus diformulasikan dan dibangun di atas
teori-teori yang berdasarkan pada kerangka metodologi yang jelas. Teori-teori yang
sudah ada terlebih dahulu tidak dapat dijadikan garansi kebenaran. Anomali-anomali
dan pemikiran-pemikiran yang tidak, kenyataannya ilmu pengetahuan tidak tumbuh
dalam kevakuman, akan tetapi selalu dipengaruhi dan tidak dapat terlepas dari
pengaruh cita rasa sejarah social dan politik. Pemikiran ini muncul dari adanya
kesadaran bahwa teori-teori ilmu pengetahuan hanyalah merupakan produk, hasil
karya manusia.
Dalam pengertian ini, penerapan filsafat ilmu pada diskusi akademik ilmu-
ilmu keIslaman harus dilakukan, karna filsafat ilmu saling berkaitan dengan sosiologi
ilmu pengetahuan. Dua cabang ilmu pengetahuan ini jarang didiskusikan dan tidak
pernah dimasukan dalam tradisi ilmu keIslaman yang ada. Padahal keduanya
merupakan prasyarat dan wacana awal yang harus dimengerti bagi para ilmuan
muslim yang ingin terhindar dari tuduhan pembela tipe studi Islam yang hanya
bersifat pengulang-ngulangan, statis, disakralkan dan dogmatik.
Didalam buku Metodologi Studi Islam ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan,
yakni kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Sedangkan Historisitas atau sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian
yang sungguh-sungguh terjadi yang sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara
cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan
dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama
Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat Islam dalam
berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan umum, kebudayaan,
arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.
Pengelompokkan unsur-unsur Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid
Abu Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain). Pertama, wilayah teks asli
Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang
otentik. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam
(Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap
teks asli Islam,seperti tafsir dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan
yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian
masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Di samping
permasalahan kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan secara tegas permasalahan
yang timbul itu belum/tidak disinggung. Karena itulah diperbolehkan berijtihad, meski
masih harus tetap bersandar kepada kedua sumber utamanya dan sejauh dapat memenuhi
persyaratan.
ULASAN ARTIKEL :
Buku ini memiliki kelebihan diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam
buku ini mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dan didalam buku ini penulis juga
menerapkan materi yang begitu jelas setiap babnya. Adapun kekurangan dalam buku ini
adalah beberapa kesalahan dalam penulisan ataupun kekurangan huruf dalam kalimat.
REVIEW ARTIKEL
2. Sumber :
Link Artikel :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2a
hUKEwiJ7fvJwbHuAhWD4nMBHW6tA7sQFjAJegQIHxAC&url=http%3A%2F
%2Fejournal.kopertais4.or.id%2Fmadura%2Findex.php%2Falulum%2Farticle%2
Fview%2F1757%2F1301&usg=AOvVaw0qbDZBWeHsV2ukNzrFrxti
3. Isi :
1. Pengertian Agama
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia
yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia
agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di dalamnya mencakup unsur
kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional
dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan
yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Agama dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “A” tidak dan “gama”
kacau. Agama adalah peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan serta
mengantar mereka hidup dalam keteraturan dan ketertiban. Bahasa Bali Agama=
aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Igama=Hubungan manusia
dengan Tuhan/Dewa. Ugama= Hubungan manusia dengan sesamanya. Bahasa Arab =
Din=menggambarkan hubungan antara dua pihak yang satu lebih tinggi
kedudukannya dari yang lain.
Sedangakn Agama Islam adalah agama Allah, dari Allah dan milik Allah.
Diamanatkan kepada umat pengikut utusan Allah. Jadi, sejak jaman Nabi Adam,
Musa, dan Isa agama Allah adalah Islam, meskipun sekarang agama Yahudi diklaim
sebagai agama yang dibawa oleh Musa begitu juga dengan ajaran Kristen, diklaim
sebagai ajaran yang dibawa oleh Isa. Padahal sebenarnya ajaran yang dibawa oleh
Musa dan Isa untuk masalah akidah adalah sama, sama-sama mengesakan Allah,
hanya berbeda dalam hal syara’ yang lain. Jadi, makna Islam dapat dipersempit lagi
sebagai agama yang diamanatkan kepada umat pengikut Rasulullah, Muhammad
SAW. Agama, dalam hal ini adalah Islam ( ) اسالمberasal dari kata-kata: salam ()سالم
yang berarti damai dan aman salamah ( )سالمةberarti selamat istilah islaam ()االسالم
sendiri berarti penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT untuk memperoleh
ridho-Nya dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya.4 Agama Islam terdiri atas
akidah dan syariat: akidah atau kepercayaan (ilmunya) syariat peribadatan syariat
akhlak (moral) dan muamalah Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
dibenarkan serta diakui oleh Allah SWT, dalam firmannya: “Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran;
85).5 Tidak sah keislaman seseorang kecuali sempurna dua hekekat yang penting:
mengenal Allah dan tidak mempersekutukannya patuh kepad perintah dan larangan
Allah yang perlu dicatat oleh seluruh manusia dan terutama kaum yang memandang
Islam sebagai agama yang penuh akan kekerasan, bahwa sebenarnya Islam adalah
agama yang datang dengan penuh kedamaian bukan disamapaikan dengan pedang tapi
dengan perkataan yang lembut. Bahkan Islam sendiri menghargai dan melindungi
mereka yang tidak mau mengikuti ajaran Islam selama mereka tidak mengganggu dan
memantik permusuhan dengan Islam.
Dalam sebuah agama terdapat beberapa ruang lingkup dan itu menjadi pedoman
pokok bagi agama tersebut antara lain adalah:
a. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang
diyakini mengatur dan mencipta alam.
b. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
c. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam
semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut. Dalam sebuah agama terdapat
beberapa unsur dan itu menjadi pedoman pokok bagi agama tersebut antara lain adalah:
Secara garis besar ruang lingkup Islam terbagi atas tiga bagian yaitu:
KESIMPULAN :
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi
dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada
kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa
kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan
gaib tersebut. Agama dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “A” tidak dan “gama”
kacau. Agama adalah peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan serta
mengantar mereka hidup dalam keteraturan dan ketertiban. Manusia membutuhkan agama
tidak sekedar untuk kebaikan diri nya di hadapan Tuhan saja, melainkan juga untuk
membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam problema yang kadang-kadang tidak
dapat dipahami nya. Di sinilah manusia diisyaratkan oleh diri dan alam nya bahwa Zat yang
lebih unggul dari diri nya, Yang Maha Segala-galanya, seperti yang dijelaskan oleh para
antropolog bahwa agama merupakan respons terhadap kebutuhan untuk mengatasi kegagalan
yang timbul akibat ketidakmampuan manusia untuk memahami kejadiankejadian atau
peristiwwa-peristiwa yang rupa-rupa nya tidak dapat diketahui dengan tepat.
ULASAN ARTIKEL :
Artikel ini memiliki kelebihan diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam
artikel ini mudah untuk dipahami oleh pembaca. Adapun kekurangan dalam artikel ini adalah
materi yang dibahas tidak begitu jelas sehingga sulit untuk dipahami.