Anda di halaman 1dari 24

Tugas Dosen Pengampu

Teori dan riset kepribadian kotemporer Yulita Kurniawaty Asra S.Psi.M.Psi.Psi

MAKALAH

KEPRIBADIAN MUKMIN

(RASULI, YAUM AKHIRI, DAN TAQDIRI)

Kelompok 2:

1. Adib Amirul Sapry (11860115174)


2. Elna Juwita (11860120865)
3. Esas Mita Rosadi (11860124718)
4. Melisa Milenia (11860120481)
5. Nurida Yurifa (11860122227)
6. Zurmi Gusfanira (11860120363)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah
teori dan riset kepribadian kontemporer yang berjudul “Kepribadian Mukmin Pada Bagian Rsuli,
Yaum Akhiri, dan Taqdiri” tepat pada waktunya.

Kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Yulita Kurniawaty Asra. M.Psi,Psikolog yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kami mengaharapkan
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjtnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin.

Pekanbaru, Sabtu 9 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................

1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian Rasuli.................................................................................................................

2.2 Kpribadian Yawm Akhiri........................................................................................................

2.3 Kepribadian Taqdiri........................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................

3.2 Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepribadian Mukmin memiliki beberapa sifat-sifat dan kriteria-kriteria, yang


mengandung hal-hal pokok dan prinsip dan pentingnya dalam bentuk acuan nilai dan norma hal
ini bersifat pengkayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk keluhuran dan
kemuliaan rohani dan tindakan baik dengan ucapan dan perbuatan aktual, yakni memiliki
keterkaitan dengan tuntutan dan kepentingan kehidupan sehari-hari.

Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat keteladanan.
Ideal, yakni dapat menjadi panduan untuk kehidupan sehari-hari yang bersifat pokok dan utama.
Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang bersifat baik yang
membuahkan kesalihan. Akhlaq, yakni panduan yang sudah dipahami dan diamalkan oleh setiap
mukmin. ‘

Setiap umat yang berjiwa mukmin yang paripurna itu dituntut untuk memiliki keyakinan
(aqidah) berdasarkan tauhid yang istiqamah dan bersih dari syirik, bid’ah, dan khurafat; memiliki
cara berfikir sesuai dengan kepribadian tersebut; dan perilaku serta tindakan yang senantiasa
dilandasi oleh tingkah laku dan untuk mencerminkan akhlaq Al-karimah.

Dalam kehidupan di dunia ini menuju kehidupan di akhirat nanti pada hakekatnya islam
yang serba utama itu benar-benar dapat dirasakan, diamati, ditunjukkan, dibuktikan dan
membuahkan rahmat bagi semesta alam bagi sebuah manhaj kehidupan (sistem kehidupan)
apabila sungguh-sungguh secara nyata diamalkan oleh para pemeluknya. Dengan demikian islam
menjadi sistem keyakinan, sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap
mukmin sebagaimana menjadi pesan utama risalah dan dakwah islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kepribadian Rasuli?


2. Apa kerangka dasar dari kepribadian rasuli?
3. Bagaimana pola dan bentuk-bentuk kepribadian rasuli?
4. Bagaimana pengaplikasian kepribadian rasuli di kehidupan sehari-hari?
5. Apa pengertian kepribadian Yawm Akhiri?
6. Apa kerangka dasar kepribadian yawm akhiri?
7. Bagaimana pola dan bentuk-bentuk kepribadian yam akhiri?
8. Bagaimana pengaplikasian kepribadian yawm akhiri di kehidupan sehari-hari?
9. Apa pengertian kepribadian taqdiri?
10. Apa kerangka dasar kepribadian taqdiri?
11. Bagaimana pola dan bentuk kepribadian taqdiri?
12. Bagaimana pengaplikasian kepribadian taqdiri di kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian kepribadian rasuli


2. Mengetahui kerangka dasar kepribadian rasuli
3. Mengetahui bagaimana pola dan bentuk-bentuk kepribadian rasuli
4. Mengetahui pengaplikasian kepribadian rasuli di kehidupan sehari-hari
5. Mengetahui pengertian kepribadian yawm akhiri
6. Mengetahui kerangka dasar kepribadian yawm akhiri
7. Mengetahui bagaimana pola dan bentuk-bentuk kepribadian yawm akhiri
8. Mengetahui pengaplikasian kepribadian yawm akhiri di kehidupan sehari-hari
9. Mengetahui pengertian kepribadian taqdiri
10. Mengetahui kerangka dasar kepribadian taqdiri
11. Mengetahui bagaimana pola dan bentuk-bentuk kepribadian taqdiri
12. Mengetahui pengaplikasian kepribadian taqdiri di kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian Rasuli

1. Pengertian Kepribadian Rasuli

Istilah rasuli berasal dari akar kata rasala yang berarti mengirim dan mengutus.
Kepribadian rasuli adalah kepribadian individu yang didapat setelah menstransformasikan sifat-
sifat dan kelebihan-kelebihan rasul ke dalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dalam
kehidupan nyata. Atau dalam bahasa yang sederhana, kepribadian rasuli adalah kepribadian
individu yang mencerminkan sifat-sifat kerasulan (rasuliyyah). Pada definisi di atas mengandung
tiga unsur utama, yaitu transformasi sifat-sifat dan kelebihan-kelebihan rasul; ke dalam diri
individu yang berusaha kepribadian rasuli; untuk kemudian menginternalisasikannya dalam
kehidupan nyata.

2. Kerangka Dasar Kepribadian Rasuli

Allah Swt. menciptakan manusia berikut potensi-potensi nafsaniahnya. Dengan potensi


itu, manusia dituntut untuk mengenal diri, lingkungan dan Tuhannya, serta tugas-tugas dan
kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu keterbatasan mausia, maka Allah Swt. mengangkat
dan mengutus berapa rasul pada umatnya yang bertujuan untuk:

a. Menyampaikan risalah ketuhanan (ilahiyyah) kepada umatnya, agar mereka


berkepribadian sebagaimana yang dikehendaki oleh penciptanya. Firman Allah Swt.:
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-
hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul
Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS. Al-Maidah: 92).

b. Menjadi duta Tuhan yang membimbing, menjadi saksi, pembawa berita gembira dan
mengingatkan umatnya agar selalu beriman dan berbakti pada Tuhannya; Firman Allah
Swt.: Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan. (QS. Al-Fath: 8).
c. Menjadi suri tauladan (uswah al-hasanah) dan berkepribadian, agar umatnya mudah dan
gampang berkepribadian baik. Firman Allah Swt.: Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-
Ahzab: 21).

3. Pola dan Bentuk-bentuk Kepribadian Rasuli.

Terdapat dua pola dalam menuju kepribadian Rasuli. Pertama, pola yang merujuk pada
sifat-sifat khas seorang Rasul. Sebagai manusia pilihan (al-mushthafa), rasul memiliki beberapa
sifat utama, yang mana sifat-sifat utama itu disederhanakan dalam empat bentuk, yaitu:

a. Jujur (shidq), satu kepribadian rasuli yang jujur dan benar serta terhindar dari kedustaan
dan kebohongan. Segala apa yang diucapkan patut didengar dan dibenarkan.

b. Terpercaya (amanah), satu kepribadian rasuli yang terpercaya dan dipercaya dalam
mengemban amanat atau kepercayaan orang lain. Ia tidak berusaha khianat atau
mengingkari janjinya, sebab jika demikian maka tergolong munafik.

c. Menyampaikan perintah (tabligh), satu kepribadian rasuli yang menyampaikan dan


menyebarluaskan informasi atau suatu perintah yang baik, bukan menyembunyikan untuk
diri sendiri.

d. Cerdas (fathanah), satu kepribadian rasuli yang cerdas dalam mengemban amanat, baik
secara intelektual, emosionalm moral bahkan spiritual. Ketololan dan kedunguan
merupakan awal dari kesalahpahaman yang pada akhirnya mendatangkan perpecahan dan
kehancuran.

Kedua, pola yang merujuk pada kelebihan-kelebihan atau mu’jizat pada rasul. Jumlah
rasul banyak sekali, tetapi yang wajib diketahui hanya 25 orang, mulai Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad Saw. Para rasul itu memiliki kelebihan dan mu’jizat, yaitu satu kelebihan dan
anugerah yang diberikan oleh Allah Swt. untuk melemahkan musuh-musuhnya yang ingkar atau
yang membangkang.

Bentuk-bentuk kepribadian rasuli berdasarkan mu’jizat para rasul adalah:

a. Kepribadian Adami, satu kepribadian rasuli yang mmemiliki keluasan ilmu pengetahuan;
jika bersalah karena mengikuti perilaku syetan maka cepat-cepat bertaubat (QS Al-
Baqarah : 36-37); menjadi bapak manusia, sehingga seluruh manusia disebut ibnu Adam (
anak Adam).

b. Kepribadian Idris, satu kepribadian rasuli yang memiliki kemampuan melihat alam gaib;
berhitung secara cepat dan tepat; menguasai astronomi; dan strategi berperang.
Perhatikan QS Maryam: 57 dan Al-Anbiya’: 85-86

c. kepribadian Nuhi, satu kepribadian rasuli yang mampu mengentaskan masyarakat dari
banjir kemaksiatan melalui perahu keimanan; tidak membela dengan membabi buta
kepada keluarga yang salah; menjadi pemula dalam mengembangkan teknologi
perkapalan. Perhatikan QS Hud: 42-43, Hud: 25-32, 40-48, Al-Ankabut:14

d. Kepribadian Hudi, satu kepribadian rasuli yang mampu memberantas para penyamun,
perampok, pencuri, dan koruptor; melarang penyiksaan terhadap tawanan perang, karena
bagaimanapun mereka adalah manusia makhluk Allah. Perhatikan QS Hud: 50-54, Al-
Syu’ara: 123-139, Al-A’raf: 65-72, fushshilat: 15-16, Al-Haqqah: 6-8.

e. Kepribadian Shalihi, satu kepribadian rasul yang shalih, cerdas dan tubuhnya kuat;
mampu memfungsikan batu seperti fungsi hewan unta; mendayagunakan teknologi listrik
(petir) untuk menghancurkan orang-orang yang durhaka. Perhatikan QS Hud: 61-63, Al-
Syu’ara :141-159, Al-A’raf: 73-79

f. kepribadian Ibrahimi, satu kepribadian rasuli yang memiliki kepribadian ketuhanan yang
tangguh meskipun hidup pada keluarga dan lingkungan yang korup; mampu bertahan
hidup meskipun dibuang ke hutan belantara; perintis metode induktif dalam mencari
kebenaran, sebagaiman ketika ia mencari Tuhan; memiliki kekuatan diplomatik yang baik
ketika menghadapi penguasa yang zalim (Namrudz); menhancurkan sistem pemberhalaan
kehidupan dalam segala hal; mampu mendinginkan kobaran api yang panas; melerai
panasnya amarah; menjadi pemula dalam mengembangkan teknologi AC (air
conditioning); mau menyembelih jiwa kebinatangan anaknya; mampu menyembuhkan
(menghidupkan) yang sakit (mati); dan menjadi bapak agama (millah ibrahim) yang hanif
bagi seluruh umat manusia, sehingga dibangunkan tempat kiblat yang disebut dengan
ka’bah. Perhatikan QS Al-An’am: 76-79, Al-Anbiya’: 51-69, Maryam: 41-49, Al-Shaffat:
100-111, Al-Baqarah: 260,126,128, Ali Imran: 96-97.

g. Kepribadian Luthi, satu kepribadian rasuli yang mencegah perilaku seks menyimpang,
seperti homoseksual dan lesbian, karena hal itu merusak fitrah dan kepribadian manusia;
tidak membela istri yang salah dengan membabi buta. Perhatikan QS Al-Ankabut : 28-33,
Hud: 77-83

h. Kepribadian Ismaili, satu kepribadian rasuli yang mampu bertahan hidup pada situasi dan
kondisi yang serba sulit, gersang dan tanpa tergantung pada orang lain meskipun ayah
sendiri; berkepribadian sebagai anak shalih yang siap menjadi korban penyembelihan
jiwa kebinatangan dalam rangka mencapai keridhaan Allah Swt.; dengan kepakan
kakinya maka muncullah air zamzam, sehingga menjadi bapak pemula bagi penggalian
tambang air mineral, minyak, emas, dan sebagainya. Perhatikan QS Ibrahim: 37, Al-
Baqarah: 125-129, Al-Shaffat: 102

i. Kepribadian Ishaqi, satu kepribadian rasuli yang shalih dan tertawa gembira tatkala
mendapatkan anugerah dari Allah Swt. (Ishaq berarti tertawa gembira); memiliki
keturunan yang baik semacam Nabi Ya’qub. Perhatikan QS Al-Shaffat: 112-113, Hud:
71-73, Shad: 45-47, Al-Anbiya’: 72-73

j. Kepribadian Ya’qubi, satu kepribadian rasuli yang berani berperang melawan raja yang
sombong meskipun tanpa pasukan yang banyak; senantiasa menasehati keluarganya agar
selalu menyembah kepada Allah Swt. Perhatikan QS Al-Nissa’: 23, Al-Baqarah: 133

k. Kepribadian Yusufi, satu kepribadian rasuli yang tetap eksis meskipun dikucilkan atau
dibuang oleh yang lain; kuat menghadapi fitnah cinta, yang dengan kegantengan tidak
berbuat mesum, meskipun dengan para selebritis; mampu memprediksi masa depan
melalui interpretasi mimpi; dan tidak membalas pada siapapun yang pernah
menyakitinya. Perhatikan QS Yusuf: 1-111
l. Kepribadian Ayyubi, sati kepribadian rasuli yang tabah, sabar dan tawakkal terhadap
musibah yang diberikan oleh Allah Swt.; berusaha mencari hikmah yang terkandung
dalam musibah, baik berupa penyakit, kemiskinan, maupun penghinaan dari orang lain.
Perhatikan QS Al-Baqarah: 155-156, Shad: 41-44, Al-Anbiya’: 83-84

m. Kepribadian Dzu al-kifli, satu kepribadian rasuli yang karena puasa, beribadah malam
dan tidak suka marah dapat menghantarkannya menjadi raja dan kemuliaan. Perhatikan
QS Al-Anbiya’ : 85-86

n. Kepribadian syu’aibi, satu kepribadian rasuli yang berani memberantas penganiayaan,


dan penipuan dalam timbangan ataupun takaran. Perhatikan QS Al-A’raf: 85-93, Hud:
84-95, Al-Syu’ara: 176-191

o. kepribadian Haruni, satu kepribadian rasuli yang membantu sesama saudara dalam
menegakkan kebenaran. Perhatikan QS Al-Qashash: 33-35

p. Kepribadian Musawi, satu kepribadian rasuli yang berani menentang penguasa yang
zalim; tetap eksis walaupun terbuang oleh musuhnya; bapak kedokteran yang karena
ilmunya dapat menghidupkan (menyembuhkan) orang yang mati (sakit); memerangi
Qarun yang tamak; memberantas penyembahan terhadap hal-hal yang ganjil seperti
patung sapi; berguru pada orang yang mengetahui masa depan seperti Nabi Khidhir;
bapak pemula dalam pengembangan teknologi jembatan, melalui tongkat (beton) yang
kokoh. Perhatikan QS Al-Baqarah: 49-82, Al-Qashash: 7-35, Thaha: 57-97, Al-Maidah:
21-26, Al-kahfi: 60-82

q. Kepribadian Dawudi, satu kepribadian rasuli yang memiliki suara yang merdu, yang
dengan kemerduannya itu untuk membaca kitab suci; mampu mengembangkan teknologi
pemanfaatan besi, sehingga dapat digunakan kebutuhan tank dan baju besi. Perhatikan
QS Al-Baqarah: 246-251, Al-Isra’: 55, Saba’: 10-11, Shad: 17-25.

r. Kepribadian Sulaimani, satu kepribadian rasuli yang kaya dan berkuasa, di mana dengan
kekayaan dan kekuasaan itu tidak untuk menindas atau menjajah yang lemah, melainkan
untuk mengayomi dan memberi kesejahteraan pada yang lain, baik lahir maupun batin;
mampu menjadi hakim yang adil dan tidak merugikan salah satu pihak; tidak tunduk pada
bujukan atau tipu daya jin melainkan mampu menguasainya, sebab kodrat manusia
merupakan makhluk Allah yang paling mulia; mendayagunakan alam semesta untuk
kesejahteraan, seperti angin untuk kendaraan dan binatang; mampu berkomunikasi
dengan berbagai bahasa, termasuk bahasa hewan; manfaatkan sumber daya laut yang
isinya mutiara dan permata mampu memindahkan atau mengubah singgasana dari yang
buruk menjadi baik. Perhatikan QS Al-Anbiya’: 78-82, Saba’: 12-14, Al-Naml: 16-44

s. Kepribadian Ilyasi, satu kepribadian rasuli yang mampu menebar rezeki, sehingga
lingkungannya tidak menjadi kelaparan. Perhatikan QS Al-Shaffat: 123-132

t. Kepribadian Ilyasa’i, satu kepribadian rasuli yang menebar kemakmuran atas dasar
keimanan kepada Allah Swt. Perhatikan QS Al-An’am: 86

u. Kepribadian Yunusi, satu kepribadian rasuli yang jujur meskipun hal itu berakibat buruk
bagi dirinya, sebab dengan kejujuran individu menjadi selamat, sekalipun dibuang
ditengah laut yang ditolong ikan Hiu. Perhatikan QA Yunus:98, Al-Anbiya’: 87-88, Al-
Shaffat: 139-146

v. Kepribadian Zakariawi, satu kepribadian rasuli yang senantiasa memohon kepada Allah
Swt., meskipun secara rasional tidak ada pengaruhnya apa-apa, seperti masalah memohon
anak pada usia tua; memiliki santri atau anak didik wanita yang shalihah bernama
Maryam, yang karena pendidikannya Maryam memiliki keistimewaan khusus dari-Nya,
seperti memperoleh makanan secara langsung dari Tuhan melalui malaikat Jibril dan
mempunyai anak tanpa bapak. Perhatikan QS Ali Imran: 35-39, Maryam: 2-11

w. Kepribadian Yahyawi, atau kepribadian rasuli yang berani menyatakan kebenaran


dihadapan penguasa, meskipun dengan taruhan dipotong lehernya. Perhatikan QS
Maryam: 12-15

x. Kepribadian Isawi, satu kepribadian rasuli yang kehidupannya bersejarah, sehingga


tercipta tahun masehi; mampu mengobati yang sakit, seperti buta, kusta bahkan
menghidupkan (memotivasi) orang yang mati (pesimis); bapak pemula dalam ilmu
kedokteran. Perhatikan QS Maryam: 17-34, Al-Maidah: 110-114, Al-Nisa’: 157.
y. Kepribadian Muhammadi, satu kepribadian rasuli yang kehadirannya membawa berkah
dan kesejahteraan keluarga dan umat baik jasmani maupun rohani; kehidupannya
sederhana, jujur dalam berdagang dan dapat dipercaya; perlakuannya qur’ani; hatinya
bersih karena sering dioperasi oleh malaikat; tabah dalam menghadapi berbagai ejekan,
cemooh dan siksaan; tidak memiliki dendam kusumat pada orang yang menyakiti, seperti
kaum Thaif; mampu mengendalikan diri dalam berperang, seperti tidak membunuh orang
tua, wanita, anak-anak, yang telah menyerah; mampu memperbanyak makanan atau
minuman; melalui ujung jarinya, keluar mata air kasih sayang; bapak pemula bagi
penjelajahan ruang angkasa dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj; menjangkau masa lalu dan
masa depan; melakukan imigrasi untuk menyebar agama; jiwa raganya bersih sehingga
lalat pun tidak pernah hinggap di tubuhnya; tidak pernah memiliki imajinasi yang buruk,
sehingga tidak pernah mimpi mengeluarkan mani (ikhtilam) biarpun matanya terpejam
tetapi hatinya tetap terjaga untuk berzikir kepada Allah.

4. Pengaplikasian Kepribadian Rasuli Di Kehidupan Sehari-hari

 Jika membuat kesalahan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dsn
berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama
 Berusaha mengembangkan potensi yang ada di dalam diri agar bermanfaat untuk
banyak orang
 Berusaha menghargai semua orang tanpa memandang status sosialnya
 Berusaha menanamkan ketauhid-an di dalam diri agar terhindar dari kesyirikan
dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
 Selalu bersyukur atas segala rahmat yang diberikan Allah
 Selalu bersabar, tawakkal, dan berusaha melihat sisi positif dari musibah atau
masalah tersebut
 Selalu memperbanyak puasa agar mampu mengontrol hawa nafsu seperti amarah
 Selalu bersikap ringan tangan untuk bersedekah ke orang-orang yang
membutuhkan
 Memegang teguh prinsip ke benaran tanpa memperdulikan siapapun dan tetap
pada pendirian
 Selalu memegang prinsip kejujuran dalam kondisi apapun.
2.2 Kepribadian Yawm Akhiri

1. Pengertian Yawm Akhiri


Berasal dari kata yawm (hari) dan akhir (akhir) yang berarti hari penghabisan atau
penghujung. Istilah yawm akhir kemudian di nisbatkan dengan salah satu masa, yaitu masa yang
paling akhir dari kehidupan manusia. Kepribadian yawm akhir adalah kepribadian individu yang
didapat setelah mengimani, memahami dan mempersiapkan diri untuk memasuki hari akhir
dimana seluruh perilaku manusia dimintai pertanggung jawaban, kepribadian ini menuju pada
satu konsekuensi perilaku manusia, dimana yang awalnya baik akan mendapatkan kenikmatan
syurga, sementara bagi yang amalnya buruk akan mendapatkan kesengsaraan neraka.
2. Kerangka Dasar Kepribadian Yawm Akhiri

Sebagaimana yang dijelaskan dalam struktur kepribadian Islam, rentang kehidupan


manusia tidak hanya dimulai periode kelahiran dan diakhiri periode kematian, melainkan jauh
sebelum dan sesudahnya telah ada kehidupan. Kehidupan pra-kehidupan dunia (‘alam mitsaq)
merupakan alam perjanjian antara roh manusia dengan Tuhan yang bertujuan untuk memotivasi
kehidupan manusia di dunia kelak; kehidupan dunia merupakan alam realisasi atau aktualisasi
perjanjian untuk menjadi hamba dan khalifah Allah Swt. di muka bumi; dan kehidupan akhirat
merupakan alam pembalasan atau pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat manusia.

Apabila kehidupan manusia tanpa kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia,
berarti kehidupannya hampa dan sia-sia, karena ia hidup tanpa rencana dan tujuan yang ingin
dicapai. Hal itu mengandung arti bahwa keberartian kehidupan dunia sangat tergantung pada
kehidupan sebelum dan sesudahnya, sebab kesendirian kehidupan dunia merupakan fatamorgana
belaka, sehingga keadilan di dunia tidak terjamin. Firman Allah Swt.:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
dsempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehdupan dunia itu tidak lain hanyalah fatamorgana. (QS Ali
Imran : 185).

Seseorang tidak rugi beramal shalih jika ternyata nantinya hari akhir itu tidak ada,
setidak-tidaknya amal shalihnya itu sebagai aktualisasi diri, tetapi ia akan beruntung jika ternyata
hari akhir itu benar-benar ada, sebab segala sesuatunya telah dipersiapkan . namun, seseorang
yang tidak percaya pada hari akhir maka kehidupannya menjadi hampa dan tanpa makna (QS Al-
A’raf: 147), karena kehidupannya tanpa diimbangi dengan amal shalih, tetapi ia benar-benar
menyesal jika ternyata hari akhir itu ada, sebab ia menuju kesana tanpa bekal sama sekali,
bahkan kehidupan dunianya bergumul dengan dosa dan maksiat.

3. Pola dan Bentuk-bentuk Kepribadian Yawm Akhir


Oleh karena hari kiamat berkaitan dengan unsur unsur keimanan yang bersifat sam’iyyah,
maka pola kepribadian yawm akhir hanya dapat dicapai setelah penelaahan ayat-ayat alqur’an
atau hadist yang berkaitan dengan hari-hari tersebut, baik berhubungan dengan kejadian-kejadian
penting maupun konsekuensi atas keimanan padanya. Langkah berikut mentransiternalisasikan
apa yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari, dengan mempersiapkan diri dengan memenuhi
segala kebutuhan di akhirat kelak. Atas dasar itu, bentuk bentuk kepribadian yawm akhir sebagai
berikut :

a. Berkepribadian shalih, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, makhluk lain, bahkan
kepada Allah swt. Dengan tidak menyekutukanNya. (QS. Al-Kahfi : 110, Al-Baqarah :
62, Al- An’am : 150), agar nantinya dapat naungan awan ( QS. Al-Baqarah : 210) dan
dimasukkan kedalam syurga yang indah (QS. An-Nisa : 57).

b. Berkepribadian taqwa, waspada dan senantiasa takut kepada Allah Swt., (QS. Al-Baqarah
: 2-3, Al-An’am : 32, Al-Hajj : 1), karena pada waktu itu tidak ada pertolongan,
pembelaan, persahabatan, maupun tebusan kecuali amalnya (QS. Al-Baqarah :48, 123,
254), tidak berguna harta benda dan koneksi keluarga (QS. As-syu’ara : 88, Luqman :
33), tidak mampu mengingkari dosa (QS. As-syura : 47), tidak ada tipu daya (QS. Al-
Thur : 46), diperlihatkan seluruh perilaku yang dilakukan (QS. An-Najm : 40), jika
perbuatannya buruk maka dimasukkan neraka bahan bakarnya dari manusia dan batu
serta siksa malaikat yang kejam (QS. At-Tahrim : 6) jika masuk syurga ia akan menjadi
terhormat (QS. Al-Ma’arij : 35).

c. Belajar sejarah masa lalu untuk meneropong masa depan (QS. Al-Hasyer : 18), sebab
orientasi masa depan (jangka panjang) itu lebih baik dari masa sekarang (jangka pendek)
(QS. Ad-Dhuha : 4).
d. Taat kepada Allah Swt., taat kepada rasulNya dan ulil amri, serta mengembalikan seluruh
problem dan perselisihan kepadaNya. (QS. An-Nisa : 59).

e. Berkepribadian ilmiah (rasikh) yang dengan ilmu nya itu dapat melaksanakan perintah
Allah, sehingga dirinya mendapatkan pahala (QS. An-Nisa : 162).

f. Menjauhi perilaku syetan ( QS. Al-An’am : 113), menghindari maksiat (QS. Al-An’am :
15).

g. Meramaikan masjid, mendirikan shalat, membayar zakat dan tidak takut kecuali pada
Allah Swt. (QS. At-Taubah : 18, Al-Naml : 3).

h. Berkepribadian seperti kepribadian para Rasul, sebab para rasul merupakan suri tauladan.
(QS. Al-Ahzab : 21).

i. Menginfakkan sebagian hartanya untuk saham hari akhir (QS. Al-Baqarah : 254, Al-
Munafiqun : 10), mencari karunia untuk bekal hari akhirat (QS. Al-Qashsah : 77).

j. Berbuat kebajikan dan menghindari kemadharatan (QS. Al-A’raf : 188).

k. Mempersiapkan diri untuk mati, karena kematian merupakan pintu menuju akhirat (QS.
Al-Imran : 158), seperti segera bertaubat jika berdosa sebelum nyawa di kerongkongan
(QS. An-Nisa : 18).

l. Melakukan muhasabah (intropeksi) dan mempersiapkan diri untuk dihisab, sebab jika
amal baik nya lebih banyak maka ia dalam kehidupan yang di ridhoi, tetapi jika amal
buruknya lebih berat, maka neraka hawiyah tempatnya (QS. Al-Qari’ah : 6-11).

4. Pengaplikasian Kepribadian Yawm Akhiri Di Kehidupan Sehari-hari

 Tidak mendzalimi diri sendiri, orang lain dan tidak ingkar terhadap Allah.
 Selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan ketika sebelum bertindak
selalu memikirkan dampak yang akan terjadi.
 Selalu menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pembelajaran untuk
menghadapi masa depan yang lebih baik.
 Selalu taat kepada Allah dan menyelesaikan setiap permasalahan sesuai tuntunan
Allah SWT.
2.3 Kepribadian Taqdiri

1. Pengertian Kepribadian Taqdiri

Istilah taqdiri berasal dari kata qadara yang berarti ketetapan, aturan, hukum, kepastian dan
keharusan universal. Istilah taqdiri kemudian dinisbatkan dengan salah satu ketetapan dan aturan
Allah Swt. Yang berlaku secara konstan pada seluruh makhluk-Nya. Kepribadian taqdiri adalah
kepribadian individu yang didapat setelah mengimani,memahami, mengaplikasikan ketentuan
dan aturan Allah Swt dalam kehidupan, sehingga ia mendapatkan rahasia dan hikmah hidupnya
menuju keselamatan didunia dan akhirat.

2. Kerangka Dasar Kepribadian Taqdiri

Allah Swt telah menciptakan manusia dan potensi manusiawinya. Agar potensi itu dapat
mengaktualkan secara benar dan baik, maka Dia menciptakan hukum-hukum, aturan-aturan,
ketetapan-ketetapan, ketentuan-ketentuan, atau keharusan universal yang disebut dengan Taqdir.
Taqdi-Nya senantiasa konstan, tidak berubah, dan berlaku secara universal. Tanpa taqdir seperti
itu maka potensi manusiawi tidak akan mengaktual secara benar dan baik, sebab kehidupannya
tanpa aturan yang jelas.

Kepribadian taqdiri tidak berarti merubah ketentuan allah atau aturan tuhan, melainkan
memahami bahwa seluruh alam ciptaan-Nya, termasuk manusia, tidak dapat terlepas dari aturan
dan ketentuan-Nya, serta menempuh aturan itu sebagaimana mestinya. Manusia mampu berlari
dari satu taqdir tetapi sesungguhnya ia menuju pada taqdir yang lain. Firman Allah Swt.: "
Sesungguhnya kami menciptakan sesuatu menurut ukuran”. (QS Al-Qamar:49): “Tiada suatu
bencanapun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (lauh al-mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.”(QS Al-Hadid:22). Allah Swt. Membuat skenario perjalanan hidup
manusia dengan sebaik-baiknya, yang kemudian diserahkan penuh pada manusia untuk menjadi
pemain dan pemeran sandiwara hidupnya. Apakah ia ingin menjadi pemeran yang baik atau yang
buruk?, semuanya tergantung oleh pilihan manusia itu sendiri.

Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Al-Ra’d:11)

3. Pola dan Bentuk-Bentuk Kepribadian Taqdiri

Pola kepribadian taqdiri dapat beranjak dari firman Allah Swt. Dalam QS Fushilat ayat
53:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami disegenapufuk


dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu
adalah benar. Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya dia
menyaksikan segala sesuatu”.

Ayat diatas menyebutkan tiga objek, yang masing-masing memiliki taqdir sendiri-
sendiri,yaitu:

1. Objek afaqi, yaitu berkaitan dengan alam fisik (baik di langit maupun dibumi)
Prinsip utama objek afaqi ada 8, yaitu:
a. Adanya hukum kausalitas (QS Al-kahfi: 84-85, 92). Hukum ini menurut pribadi
untuk mencari sebab-sebab sesuatu untuk memperoleh suatu hasil (akibat).
b. Berproses secara bertahap menurut pola-pola pertumbuhan dan perkembangannya
(QS Al-Anbiya : 30). Hukum ini memuntut pribadi untuk berorientasi pada proses
dan hasil, bukan semata-mata hasil akhir.
c. Memiliki ukuran tertentu (QS Al-Qamar :49). Hukum ini menuntut pribadi yang
cermat dalam menimbang dan menakar sesuatu.
d. Berpasang-pasang (QS Al-Zariyat: 49). Hukum ini menuntut pribadi yang mampu
memadukan dua atau beberapa potensi untuk dimanfaatkan dan aktualkan ke arah
yang baik. Arus positif dan negatif pada listrik jika dipasangkan secara baik dapat
mengeluarkan energi yang positif, namunjika dilawankan tanpa mengindahkan
hukum berpasang-pasangan maka menjadikan petaka.
e. Memiliki hukum keseimbangan (QS Al-Rahman: 8). Hukum ini menutut pribadi
yang seimbang dalam menggunakan sesuatu tanpa kurang atau lebih.
f. Berevolusi menuju pada kesempurnaan (QS Al-A’la: 2). Hukum ini menuntut
pribadi yang senantiasa terus-menerus dalam mencapai sesuatu untuk meraih
kesempurnaan tanpa limit waktu hingga kemarin datang.
g. Diciptakan secara riil,objektif, bi sl-haq,sengaja ,konkret, tidak main-main. (QS
Ibrahim :18, Al-An’am: 73, Al-Anbiya’:16-18, Al-Mu’minun: 115, Shad: 27, Al-
Dukhan : 39, Al-Taghabun: 3). Hukum ini menuntut pribadi yang realistik dan
sungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan
h. Senantiasa tunduk dan patuh secara reserve kepada aturan Allah Swt. (QS Al-
Nahl :49, Al-Hajj: 18, Hadid :1), dan tidak memiliki perbuatan kecuali adanya
campur tangan al-rahman untuk kepentingan dan kebaikan manusia. Hukum ini
menuntut pribadi yang teosentris dalam mengelola dan manfaatkan alam, bukan
untuk kepentingan atau kecintaan pada ego pribadi (narcissim)

Taqdir pada objek ini hampir sama dengan hukum alam dalam teori ilmu Alam.
Bedanya, taqdir ini merupakan ciptaan Allah Swt, yang berlaku pada alam, sedangkan
hukum alam merupakan konsepsi bahwa hukum-hukum alam itu ciptaan alam sendiri
tanpa keterlibatan pihak eksternal seperti Tuhan. Takdir merupakan cara pandang
tentang hukum-hukum alam bagi kaum theistik, sedangkan hukum alam dari kaum atheis.

2. Objek anfusi, yaitu yang berkaitan dengan alam psikis (kejiwaan ataubatiniah)
Alam psikis memiliki sunnah psikis yang kriteria pengukurannya berbeda dengan
sunnah fisik. Prinsip utama taqdir objek ini adalah bahwa hidup tidak semata-mata
berdasarkan kriteria material atau jasmaniah, melainkan juga pemenuhan kebutuhan non-
materi atau rohaniah; berpotensi baik dan buruk, tetapi manusia diserukan untuk
mengaktualisasikan potensi yang baik, kehidupannya dinamis seiring dengan
bertambahnya pengalaman dan ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip taqdir anfunsi ini
adalah ini adalah bahwa seluruh aktivitasnya diorientasikan menuju pada kehidupan
psikis yang:
a. Al-sakinah (kemapanan), yaitu ketetapan atau ketenanganjiwa dari segala kecemasan
dan kesulitan atau kesempitan batin.
b. Al- tuhma’ninah ( ketenangan), yaitu ketetapan qalbu pada sesuatu tanpa disertai
kekacawan yang mencakup ketenangan dari ilmu keyakinan, keimanan.
c. Al-rahah ( rileks), yaitu keadaan batin yang santai, tenang, dan tanpa adanya tekanan
emosi yang kuat, meskipun mengerjakan pekerjaan yang amat berat.
d. Al-mawaddah( cinta kasih ) dan Ar-rahmah (kasih sayang ), yaitu keintiman
( intimacy) individu pada individu lain karena didorong oleh suatu rangsangan atau
gairah( passion), sehingga keduanya membentuk komitmen, baik lahir maupun batin.
e. Al-aman (keamanan) dan Al-hudu’(ketentraman), yaitu keadaan batin yang aman dan
tentaram karena terhindar dari ancaman, gangguan dan kegagalan.
f. Al-salam( perdamaian), yaitu keadaan batin yang damai tanpa ada permusuhan dan
perlawanan.
g. Al-rafahiyah (kesejahteraan), yaitu keadaan batin merasa berkecukupan tanpa ada
kekurangan.
h. Al-isyba’ (kepuasan), yaitu perasaan yang menyertai seseorang setelah ia memuaskan
satu motif, atau perasaan dan sikap individu.
i. Al-farh (kegirangan) atau al-surur (kegembiraan), yaitu kenikmatan yang dirasakan
dalam kalbu disebabkan dalam menemukan sesuatu yang dicintai dan mendapatkan
sesuatu yang diinginkan.
j. Al-sa’adah (kebahagiaan), yaitu perasaan yang bahagia karena terhindar dari celaka
(al-saqawah)
3. Objek haqqi atau qur’ani, yaitu berkaitan dengan sistem nilai untuk mengarahkan
kehidupan spiritual manusia.
Prinsip utama taqdir objek ini adalah mengutamakan nilai
ketahuidan,kemaslahatan,keadilan,kesatuan, tolong-menolong,kesamaan,keseimbangan,
musyawarah dan kesepatan, dan kemerdekaan. Bentuk-bentuk kepribadian taqdiri
berdasarkan objek haqqi atau qur’ani adalah:
a. Bertingkah laku berdasarkan aturan dan hukum Tuhan, sehingga tidaksemena-mena
dan sewenang-wenang menurut keinginan hawa nafsu.
b. Membagun jiwa yang optimis dalammencapai tujuan hidup tertentu, sebab seluruhnya
telah ada aturan dan hukum yang jelas, sehingga individu dituntut menempuh
prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan.
c. Tidak sombong atau angkuh ketika mendapatkansuatu kesuksesan hidup, sebab
semuanya karena anugerah dan karunia Allah Swt. melalui sunnah-sunnahnya.
d. Tidak pesimis dan stress atau depresi ketika mendapatkan kegagalan. Jika ternyata
belum berhasil mendapatkan sesuatu justru ia lebih berusaha terus-menerus sembari
mempelajari sunnah (cara dan aturan ) manayang belum ditempuh.
e. Senantiasa beraktivitas dan berkreasi untuk mendapatkan sesuatu, untuk kemudian
menyerahkan seluruhnya (tawakkal) kepada-Nya, agar ia memperoleh keseimbangan
diri.
f. Memanfaatkan atau mengfungsikan seluruh potensi, kesempatan dan peluang yang
ada untuk menggapai sesuatu yang baik melalui aturan-aturan Tuhan yang telah
ditetapkan.

4. Pengaplikasian Kepribadian Taqdiri Di Kehidupan Sehari-hari

 Selalu menjalankan syariat islam agar tidak bertentangan dengan hokum Allah.
 Tidak menyerah dalam mencari rezeki dan tidak pantang menyerah serta selalu
berusaha.
 Tidak riya’.
 Tidak mengeluh saat mengalami musibah.
 Selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepribadian rasuli adalah kepribadian individu yang didapat setelah
menstransformasikan sifat-sifat dan kelebihan-kelebihan rasul ke dalam dirinya untuk
kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Pengaplikasian Kepribadian
Rasuli Di Kehidupan Sehari-hari:
 Jika membuat kesalahan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dsn
berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama
 Berusaha mengembangkan potensi yang ada di dalam diri agar bermanfaat untuk
banyak orang
 Berusaha menghargai semua orang tanpa memandang status sosialnya
 Berusaha menanamkan ketauhid-an di dalam diri agar terhindar dari kesyirikan
dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
 Selalu bersyukur atas segala rahmat yang diberikan Allah
 Selalu bersabar, tawakkal, dan berusaha melihat sisi positif dari musibah atau
masalah tersebut
 Selalu memperbanyak puasa agar mampu mengontrol hawa nafsu seperti amarah
 Selalu bersikap ringan tangan untuk bersedekah ke orang-orang yang
membutuhkan
 Memegang teguh prinsip ke benaran tanpa memperdulikan siapapun dan tetap
pada pendirian
 Selalu memegang prinsip kejujuran dalam kondisi apapun
2. Kepribadian yawm akhir adalah kepribadian individu yang didapat setelah
mengimani, memahami dan mempersiapkan diri untuk memasuki hari akhir dimana
seluruh perilaku manusia dimintai pertanggung jawaban, kepribadian ini menuju pada
satu konsekuensi perilaku manusia, dimana yang awalnya baik akan mendapatkan
kenikmatan syurga, sementara bagi yang amalnya buruk akan mendapatkan
kesengsaraan neraka. Pengaplikasian Kepribadian Yawm Akhiri Di Kehidupan
Sehari-hari:
 Tidak mendzalimi diri sendiri orang lain dan tidak ingkar terhadap Allah
 Selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan ketika sebelum
bertindak selalu memikirkan dampak yang akan terjadi
 Selalu menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pembelajaran untuk
menghadapi masa depan yang lebih baik
 Selalu taat kepada Allah dan menyelesaikan setiap permasalahan sesuai
tuntunan Allah SWT.

3. Kepribadian taqdiri adalah kepribadian individu yang didapat setelah


mengimani,memahami, mengaplikasikan ketentuan dan aturan Allah Swt dalam
kehidupan, sehingga ia mendapatkan rahasia dan hikmah hidupnya menuju
keselamatan didunia dan akhirat. Pengaplikasian Kepribadian Taqdiri Di Kehidupan
Sehari-hari:
 Selalu menjalankan syariat islam agar tidak bertentangan dengan hukum
Allah
 Tidak menyerah dalam mencari rezeki dan tidak pantang menyerah serta
selalu berusaha
 Tidak riya’
 Tidak mengeluh saat mengalami musibah
 Selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat
bagi penyusunan khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusunan menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Mujib.2006. Teori Kepribadian perspektif Psikologi Islam Edisi Kedua.


Jakarta:PTRajaGrafindo Persada
PEMBAGIAN TUGAS:

1. Adib Amirul: Mengeprint Makalah

2. Elna Juwita: Membuat Materi tentang kepribadian Taqdiri dan menyusun makalah

3. Esas Mita: Membuat Pengaplikasian kepribadian rasuli, yawm akhiri, dan taqdiri

4. Melisa Milenia: Membuat materi tentang kepribadian Yawm Akhiri

5. Nurida Yurifa: Membuat materi tentang kepribadian Rasuli dan menyusun makalah

6. Zurmi Gusfanira: Membuat PPT

Anda mungkin juga menyukai