Anda di halaman 1dari 44

SKENARIO OSCE

(Objective Structured Clinical Examination)

S
C
R
I
P
T
Written by :

Arman suryani

bobby farsony

ghina nur

jannah

muhammad farid

aditya Satria dwi

setiawan sirikit wangi

sarindang

draft fix by :

satria dwi

setiawan

MUHAMMAD ADNAN UNO J HIDAYAT


SCENE 1

PENGENALAN ALAT GELAS DAN NON GELAS

Aktor : Ghina

Dubber : Berlokasi di Laboratorium Kimia Farmasi UII

Dubber : Scene yang pertama yaitu pengenalan alat gelas. Alat gelas ini merupakan alat
yang berada di laboratorium yang terbuat dari kaca
Dubber : Alat Gelas yaitu yang pertama gelas beaker ;
Gelas Beaker yang dimana berfungsi sebagai tempat larutan
Actor : Memegang gelas beaker sambil menuangkan larutan berupa aquadest
Dubber: Alat gelas yang ke 2 ;
Gelas Arloji digunakan untuk menimbang zat dalam bentuk padatan
Actor : Memegang gelas arloji dan sambil menimbang Nacl
Dubber : Alat gelas yang ke 3 ;
Gelas Ukur untuk mengukur volume untuk cara membacanya dengan cara melihat
meniskus
Actor : Memegang gelas ukur sambil menuangkan larutan berupa aquadest dan melihat
meniskus
Dubber: Alat gelas yang ke 4 ;
Buret untuk mengalirkan larutan standar pada saat titrasi
Actor : Memasukan larutan NaOH untuk menitrasi
Dubber: Alat gelas yang ke 5 ;
Erlenmeyer untuk meletakkan larutan yang akan di titrasi
Actor : memasukan larutan indikator PP untuk dititrasi
Dubber: Alat gelas yang 6 ;
Corong pisah untuk memisahkan dua lapisan larutan pada proses ekstraksi
Actor: Menuangkan fase air dan fase minyak untuk dipisahkan
Dubber : Alat gelas yang 7 ;
Corong untuk memisahkan larutan dari zat pengotornya
Actor : Menuangkan ekstrak yang akan disaring dan dimasukkan kedalam corong
Dubber: Alat gelas yang 8 ;
Piknometer untuk mengukur nilai masa jenis atau densitas dari fluida
Actor : menimbang piknometer kosong kemudian di isi dengan minyak sampai dibawah
leher pikno lalu ditimbang pikno yang berisi minyak tersebut dicatat hasilnya (itulah masa
jenisnya)
Dubber : Alat gelas yang 9
Pipet tetes untuk mengambil suatu zat cair dalam jumlah kecil (pertetes)
Actor : Mengambil larutan menggunakan pipet tetes berupa aquadest dimasukkan kedalam
beaker gelas kosong sebanyak 3 tetes
Dubber : Alat gelas yang 10 ;
Pipet ukur untuk memindahkan larutan kedalam suatu wadah dengan berbagai ukuran
volume. Untuk ukuran volume pada pipet ukur yang palimg besar adalah pipet ukur
dengan volume 50 ml. (Yang sebelumnya sudah terpasang propipet atau pipet pump untuk
menyedot larutan)
Actor : Mengambil larutan menggunakan pipet ukur
Dubber : Alat gelas yang 11 ;
Pipet volume mempunyai bentuk yang berbeda dengan pipet lainnya dengan bentuk
menggelembung ditengahnya bentuk yang menggelembung berfungsi untuk mengambil
larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengan pipet. (Yang sebelumnya sudah terpang
propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan)
Actor : Mengambil larutan menggunakan pipet volume
Dubber : Alat gelas yang 12 ;
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikann bahan kimia, dan tempat
menumbuhkan mikroorganisme
Actor : Memasukkan larutan diteteskan dengan indikator dragendroff hingga berwarna
kuning atau orange
Dubber : Untuk Scene selanjutnya yaitu pengenalan alat non gelas. Alat non gelas ini
merupakan alat yang berada di laboratorium yang tidak terbuat dari kaca

Dubber : Alat non gelas yang 1 ;


Botol semprot untuk menyimpan aquadest dalam bentuk jumlah sedikit dan untuk
membilas peralatan. Cara menggunakannya yaitu dimasukkan aquadest dalam botol semprot
tutup rapat kemudian tekan badan botol lalu semprotkan
Actor : mempraktekkan cara penggunaan
Dubber : Alat non gelas yang 2 ;
Filler/ ball pipet berfungsi untuk menyedot dan mengeluarkan larutan yang dipasang pada
pangkal ujung pipet ukur atau pipet volume. Hati-hati jangan sampai zat cair masuk ke
bagian atas ball pipet karena akan menyebabkan kerusakan pada ball pipet. Ball pipet
memiliki 3 katup yaitu :
1. Katup dengan simbol A (Aspirate)berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung
2. Katup dengan simbol S (Suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari
ujung pipet akan tersedot ke atas
3. Katup dengan simbol E (Exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur
Cara menggunakan ball pipet yaitu dihubungkan ball pipet dengan pipet ukur atau
volume kemudian ditekkan huruf A pada bola isap dengan menggunakan ibu jari
tengah, manis, dan kelingking mengempeskan bola isap, dimasukkan ujung pipet
kedalam gelas kimia yang berisi larutan , ditekkan huruf S pada ball pipet dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menghisap larutan, kemudian ditekkan
huruf E pada ball pipet dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mengeluarkan kembali larutan untuk dipindahkan ketempat lain.
Actor : memperaktekkan dalam cara penggunaan ball pipet
Dubber : Alat non gelas yang 3 ;
Mortar dan alu alat yang terbuat dari kramik berfungsi untuk menggerus atau
menghaluskan suatu zat yang masih bersifat padat. Cara menggunakannya yaitu
masukkan bahan berupa padatan kedalam lumpang (mortar) dan digerus hingga halus
menggunakan alu
Actor : Memasukkan obat atau padatan kemudian di gerus hingga halus
Dubber : Alat non gelas yang 4 ;
Rak tabung reaksi terbuat dari kayu, dan ada juga yang terbuat dari stainless. Berfungsi
untuk menempatkan tabung reaksi
Actor : memasukkan tabung rekasi yang berisi zat cair kedalam rak tabung
Dubber: Alat non gelas yang 5 ;
Neraca analitik yaitu alat perhitungan satuan masa suatu benda dengan teknik digital dan
tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Cara penggunaanya yaitu dengan menggunakan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian
ditekan untuk di nol kan , lalu dibuka pintu timbangan dimasukkan alat diletakkan pada
neraca,ditutup pintu neraca tunggu hingga angka stabil. Dibukan pintu neraca untuk
dikeluarkan alat tersebut kemudian dimasukkan bahan untuk ditimbang setelah itu
dimasukkan kedalam neracara ditutup pintu neraca. Dicatat hasil penimbangan. itulah berat
hasil dari bahan yang ditimbang.
Actor : Melakukan sesuai cara kerja
Dubber : Alat non gelas yang 6 ;
Lemari asam yaitu digunakan untuk mencampurkan bahan asam pekat. Cara
menggunakan lemari asam yaitu disiapkan beaker gelas untuk menyimpan dan pipet
volume 50 ml untuk mengambil asam pekat tersebut kemudian dibuka kaca lemari asam
dengan tidak lebar-lebar lalu dinyalakan lemari asam dengan menekan tombol on,
masukkan gelas beaker dan pipet volume dengan posisi badan duduk tegak dan tetap
menggunakan APD yang lengkap. Kemudian ambil NaCl pekat menggunakan pipet
volume sebanyak 50 ml dan dimasukkan kedalam gelas beaker yang sudah di tutup
dengan alumunium foil.
Acotor : Melakukan sesuai dengan cara penggunaannya.
Dubber : Alat non gelas yang ke 7 ;
Mikrowave digunakan untuk melarutkan media mikroorganisme. (Dengan cara
ditimbang MHB sebanyak 0,21 gram dilarutkan aquadest steril didalam erlenmeyer,
sudah tersedia) Kemudian di tekan tombol on, lalu atur timer yang diperlukan (actor
menekan tombol yang diperlukan) selama 1 menit, dimasukkan alat yang berisi media
mikroorganisme, kemudian di tekan tombol start diperhatikan jangan sampai media
tersebut jatuh pada piringan mikrowave. Jika sudah larut di tekan tombol stop.
Actor : menekan tombol on dan tombol 1 menit kemudian melihat jangan sampai berbusa
jika sudah larut tekan tombol stop.
SCENE 2

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETER

Aktor : Obby

Berlokasi di laboratorium KIMIA FARMASI DASAR UII, di ruangan khusus


Spektrofotometer Uv-Vis.

Actor 1 : “melakukan uji Spektrofotometer Uv- Vis dengan memasukan sampel kedalam
spektrofotometer Uv-Vis ”.

Actor 1 : “mengambil larutan uji “


Dubber : di ambil larutan uji yang telah di sediakan. Pembuatan larutan uji bisa dilihat di
Farmakope V sesuai sampel yang digunakan. Pada pengujian kali ini menggunakan
larutan uji alupurinol.

Actor 1 : “memyiapkan alat dan bahan”


Dubber : disiapkan seperangkat alat spektrofotometer Uv-Vis, gelas beaker dan tissue.
Kemudian disiapkan sampel larutan uji yang telat tersedia dan aquabides

Actor 1 : “menyalakan alat spektrofotometer”


Dubber : pertama-tama dinyalakan UPS dan alat spektrofotometer dengan menekan tombol
ON, lalu nyalakan juga monitor. Kemudian masuk ke aplikasi spektrofotometer,
aplikasi akan mengkalibrasi alat spektrofotometer secara otomatis. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak semua spektrofotometer dihubungkan dengan computer,
sehingga nilai absorbansi dapat dilihat langsung pada layar yang ada di
spektrofotometer.

Actor 1 : “pemilihan metode uji sampel”


Dubber : pada kanan atas monitor terdapat menu method lalu klik method, selanjutnya pilih
general untuk mengatur metode yang digunakan. Kemudian atur range panjang
gelombang.

Actor 1 : “pembuatan data sampel”


Dubber : selanjutnya pilih menu sample kemudian klik. Masukan nama sampel yang akan di
uji dan buatlah folder sesuai nama penguji untuk penyimpanan data sampel.

Aktor 1 : “sambil mengambil kuvet dan mengoperasikan alat”


Dubber : di ambil larutan uji lalu dimasukan ke dalam kuvet. Kuvet yang sudah berisi sampel
dimasukan ke dalam spektrofotometer dan dibandingakan dengan blangko (pelarut
larutan uji). Kemudian pilih menu measure lalu klik, untuk melakukan pengukuran.
Pembacaan menggunakan spektofotometer double beam.

TAKS VIDIO dan DUBBER.


Umumnya spektrofotometer memiliki 2 jenis yaitu double beam instrument dan single
beam instrument.
Double-beam instrument
Double-beam instrument mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang
berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar
kedua secara serentak melewati sampel. Alat akan membaca blanko dan sampel dalam waktu
yang bersamaan, sehingga dua kuvet yang berisi blanko dan sampel dapat dimasukkan secara
bersamaan ke dalam spektrofotometer.
Single-beam instrument
Sinar dari sumber radiasi di teruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator
diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detector akan menerimah
cahaya dari sampel secara bergantian dan secara berulang-ulang, sinyal listrik dari detector
akan di proses, di ubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan di lakukan
dengan komputer yang sudah terprogram.
Pada single beam, sinar yang dilewatkan dalam jumlah tunggal, sehingga sampel dan blanko
tidak dapat dibaca bersamaan. Step pertama yang dilakukan adalah memasukkan blanko ke
dalam spektro dan kemudian disetting “zero”. Selanjutnya, blanko dikeluarkan dan sampel
bergantian dimasukkan ke dalam spektro untuk dapat dibaca absorbansinya.

Actor 1 : “sambil melihat grafik yang di hasilkan pada monitor “


Dubber : Pada monitor akan di hasilkan grafik bentuk dari spectra, lamda max dan absorbansi.
Bentuk spektra dan lamda max digunakan sebagai data kualitatif sedangkan nilai
absorbansi digunakan sebagai data kuantitatif. Data kualitatif ditunjukkan dengan
bentuk spectra yang dihasilkan standar dengan sampel. Apabila bentuk spectra nya
sama, maka sampel dapat dikatakan mengandung standar, namun apabila bentuk
spektranya tidak sama maka sampel dapat dikatakan tidak mengandung standar.
Sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan mengggunakan kurva baku.
Kurva baku dibuat berdasarkan hukum lambert beer yang menyatakan bahwa
konsentrasi akan sebanding dengan absorbansi. Nilai absorbansi yang masuk dalam
range Lambert beer adalah 0,2-0,8. Apabila absorbansi dibawah 0,2 maka perlu
dipekatkan dan bila di atas 0,8 maka perlu diencerkan. Kurva baku dapat dibuat
secara tunggal (mengikuti rumus farmakope) atau dihitung dengan minimal 5 titik
konsentrasi. Konsentrasi tersebut dihitung sebagai x dan absorbansi sebagai y,
kemudian nilai x dan y dibuat persamaan regresi linearnya. Selanjutnya nilai
absorbansi sampel sebagai y dimasukkan dalam persamaan untuk mendapatkan nilai
x sebagai konsentrasi sampel. Berikut rumusnya.
TAKS VIDEO DAN DUBBER
RUMUS MENGHITUNG DATA HASIL.
Model Persamaan Regresi Linear

Y = bX + a

Nilai b dan a di dapat dari perssamaan yang di hasilkan

Actor 1 : “menyimpan dan menprint data hasil uji “


Dubber : data hasil dari sampel di simpan pada folder yang telah di buat sebelumnya,
kemudian di data hasil di print untuk melihat hasil pengujian.

Actor 1 : “mengeluarkan kuvet lalu di bersihkan”


Dubber : setelah pembacaan selesai kuvet di keluarkan dari spektrofotometer dan di bersihkan
dengan menggunakan aquabides.
SCENE 3

PENGENCERA

Aktor : Arman
BERLOKASI DI LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI UII

Rumus sderhana pengenceran


M1 X V1 = M2 X V2
M1 : Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 : Volume larutan sebelum pelarutan
M2 : Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 : Volume larutan sesudah pelarutan

Actor 1 : “Melakukan uji pengenceran pada suatu larutan”


Dubber : “Di siapkan alat-alat yang digunakan yaitu labu ukur, pipet volume, dan gelas
beker”.

Actor 1 : ”Melakukan perhitungan Uji”


Dubber : dilakukan perhitungan menggunakan rumus sederhana pengenceran.

Actor 1 : “Melakukan uji pengenceran pada suatu larutan”


Dubber : Di ambil larutan dengan konsentrasi yang telah terhitung yang akan
diencerkan ke konsentrasi yang diinginkan dan setelah itu volume yang didapat
dipipet menggunakan pipet volume dan di tempatkan ke dalam labu ukur 100 ml.

Actor 1 : “Melakukan uji pengenceran pada suatu larutan”

Dubber : Di tambahkan pelarut pada labu ukur yang berisi sampel sampai tanda batas.
SCENE 4

UJI KESERAGAMAN BOBOT

Aktor : Satria

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi


tablet.

Actor 1 : “sambil menyalakan dan opersikan alat”


Dubber : Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom
B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan
kolom B.

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut.

Bobot rata – rata Penyimpanan bobot dalam persen %


A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10%

 Jika menggunakan ketetapan kolom A boleh 2 tablet yang menyimpang dari bobot
rata – rata
 Jika menggunakan ketetapan kolom B tidak boleh ada tablet yang menyimpang dari
bobot rata – rata

Ex : diketahui berat tablet yang diinginkan setelah dikempa adalah 100 mg,
sedangkan berat rata-rata tablet adalah 104 mg.

kolom A
10 % x 104 mg = 10,4 mg
104 mg - 10,4 = 93,6
104 + 10,4 = 114,4 mg
Range = 93,6 sampai dengan 114 mg (boleh satu tablet menyimpang)
Kolom B
20 % x 104 mg = 20,8 mg
104 mg - 20,8 = 83,2
104 + 20,8 = 124,8 mg
Range = 83,2 sampai dengan 124,8 mg (tidak boleh ada tablet menyimpang)

Timbangan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan


klasifikasinya. Jika dilihat dari cara kerjanya, jenis timbangan dapat dibedakan atas :
1. Timbangan Manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis dengan sistem
pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indikator berupa jarum sebagai
penunjuk ukuran massa yang telah terskala.
2. Timbangan Digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga
listrik. Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka
digital pada layar bacaan.

Timbangan obat:
Ada 3 macam timbangan obat yang meliputi:

· Timbangan kasar: daya beban 250-1000 g, dan kepekaannya 200 mg


· Timbangan gram halus: daya beban 100-200 g, dan kepekaannya 50 mg
· Timbangan milligram: daya beban 10-50 g, dan kepekaannya 5 mg

Kepekaan adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada satu piring
timbangan, setelah keduanya diisi muatan maksimum, menyebabkan ayunan jarum
timbangan tidafk kurang dari 2 mm tiap dm panjang jarum.

Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan peralatan dalam prosedur analisis yang digunakan untuk
penentuan bobot suatu bahan.
Timbangan analitik berdasarkan ketelitiannya dibagi atas
1. Timbangan analitik, dengan ketelitian 0,1 mg
2. Timbangan semi mikro, dengan ketelitian 0,01 mg
3. Timbangan mikro, dengan ketelitian 0,001 mg
4. Timbangan ultra mikro, dengan ketelitian, 0,0001 mg.
SCENE 5

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF DENGAN KLT

Aktor : Adit

Berlokasi di laboratorium BIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.

ANALISIS KUALITATIF
Actor 1 : “sambil mengambil sampel yang tersedia”
Dubber : Diambil sampel ekstrak dan standar yang telah tersedia.

Actor 1 : “sambil mengambil plat KLT”


Dubber : Diambil plat silika gel 60 F254 dengan ukuran panjang 10 cm.

Actor 1 : “sambil menyiapkan pensil dan penggaris”


Dubber : Jarak elusi pada plat KLT adalah 8 cm. Sehingga digaris 1 cm dari titik awal dan 1
cm dari titik akhir, sehingga penotolan dimulai dari garis tersebut.

Ditotolkan sampel atau standar tidak dari bawah plat KLT tetapi dari garis yang
telah dibuat. Dipastikan bahwa penggaris tidak mengenai plat KLT yang terelusi.

Actor 1 : “sambil mentotolkan hasil ekstrak dan standar pada plat KLT”
Dubber : Hasil ekstrak dan standar kemudian ditotolkan pada plat KLT sebanyak 3 totolan
dengan volume 2 ul dan dibandingkan dengan standar.

Pada analisis kualitatif, jumlah penotolan tidak harus 3x, jadi yang penting
totolannya dapat dilihat dengan Sinar UV. Sedangkan pada analisis kuantitatif
harus mengetahui berapa volume yang ditotolkan dan berapa konsentrasi
standarnya.

Actor 1 : “sambil melihat bercak yang dihasilkan di bawah lampu UV”


Dubber : Setelah didapatkan hasil bercak yang dihasilkan pada plat KLT, kemudian dilihat
dibawa lampu UV pada λ 254 nm.

Actor 1 : “sambil menulis dan menghitung nilai Rf”


Dubber : Dilakukan pengukuran jarak elusi dari garis pada plat KLT. Kemudian dilakukan
perhitungan nilai Rf = Jarak yang ditempuh senyawa : jarak yang ditempuh pelarut.

Dibandingkan hasil dari Rf Standar dan Rf Sampel. Apabila ada nilai Rf yang
mendekati atau sama, berarti sampel mengandung standar. Sedangkan apabila Rf
nya tidak ada yang sama berarti sampel tidak mengandung standar.

ANALISIS KUANTITATIF
Actor 1 : “sambil mentotolkan hasil ekstrak dan standar pada plat KLT”
Dubber : Hasil ekstrak dan standar kemudian ditotolkan pada plat KLT sebanyak 3 totolan
dengan volume 2 ul dan dibandingkan dengan standar.

Actor 1 : “sambil memasukkan plat KLT ke dalam chamber”


Dubber : Sampel dan standar yang telah ditotolkan pada plat KLT kemudian dimasukkan ke
dalam chamber untuk dielusi dengan eluen sampai batas yang ditentukan yaitu 1 cm
dari atas plat.
Actor 1 : “sambil mengambil plat silika didalam chamber, kemudian dikeringkan dan
dianalisis dengan densitometer”
Dubber : Setelah dikeringkan, spot dalam silika dianalisis dengan densitometer dan akan
diperoleh data berupa nilai AUC dari sampel.

Perhitungan kadar sampel dilakukan dengan memasukkan nilai AUC sampel ke


persamaan regresi linier dari kurva baku, y = bx + a. Nilai y merupakan AUC
sampel, x adalah konsentrasi kadar, b merupakan slope/kemiringan dan a adalah
intersep.

SCENE 6
UJI STERILITAS DAN PENGUKURAN DIAMETER PENGHAMBATAN DENGAN
PAPER DISK
Aktor : Ghina dan Adnan

SESSION 1 : Uji Sterilitas


Daber : Berlokasi di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UII

Dubber : Pengujian sterilitas dilakukan menggunakan sampel insto yang dimana insto nama
merk obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan sediaan steril untuk memastikan
sterilitas dengan cara melihat AKK dan ALT pada sampel. AKK (Angka Kapang Khamir)
merupakan jumlah kapang dan khamir yang terdapat dalam suatu produk dan ALT (Angka
lempeng total) merupakan jumlah bakteri yang terdapat dalam suatu produk. Jumlah mikroba
diperoleh dari perhitungan koloni bakteri yang tumbuh pada media padat dari hasil penceran
sampel atau produk,

Dubber : Media dicairkan pada penangas air, kemudian didiamkan pada waterbath 45 0C-
500C, selama 30 menit, kemudian dibuat pengenceran pada sampel 10-1 - 10-4 menggunakan
aquadest steril, 10 cawan petri disiapkan dan cawan petri berilabel dengan nama dan tingkat
pengenceran dan 1 kontrol media dan 6-10 cawan (untuk media PDA, 1 ml sampel masing-
masing dipipet dan dimasukkan kedalam cawan petri (sesuai dengan tingkat pengenceran),
agar cair suhu 450C-500C sebanyak 20 ml pada masin-masing petri yang sudah diisi sampel
dan cawan digoyangkan dengan gerakan searah jarum jam (5x) dan berlawanan arah dengan
jarum jam (5x), media dibiarkan memadat, setelah itu diinkubasi pada suhu yang sesuai
(media NA pada suhu 370 C, diamati 2 hari, dan media PDA pada suhu 20 0C diamati 6 hari,
dihitung jumlah koloni bakteri, kapang dan khamir pada setiap agar, angka ALT dan AKK
dihitung.

SESSION 2 : Paper Disk

Dubber : Berlokasi di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UII

Dubber: Uji resistetensi bakteri terhadap antibiotik menggunakan metode difusi cakram
kertas yang dimana menggunakan paper disik

Dubber : Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik amoksisilin sebagai kontrol positif dan
kontrol negatif yaitu paper disk blank yang berisi aquadest, dengan menggunakan bakteri e.
Colli

Actor 1 : siap-siap dan sudah menggunakan APD yang lengkap untuk masuk kedalam lab

Dubber pada pengujian ini dibutuhkan 3 hari lamanya, hari pertama :


Membuat media pengujian bakteri. Media yang digunakan untuk pengujian bakteri
yaitu media Mauller Hinton Broth (MHB). Mauller Hinton Broth (MHB). Yaitu
media cair yang dimana untuk pengujian harus menggunakan media cair. Untuk
membuat media ini diperlukan perhitungan untuk berapa yang akan ditimbang. Cara
menghitungnya yaitu dalam kemasan (dibuat penulisan atau cara menghitungnya
dalam video) : dalam satu mililiter (mL) x jumlah yang dibutuhkan dalam mililiter
(mL) yang dimana 1 tabung reaksi yaitu 5 ml 21 : 1000 (dalam kemasan) x 10 mL
(sesuai dengan kebutuhan) = 0,21 gram ditimbang 0,21 gram MHB dilarutkan 10
mL aquadest Kemudian menggunakan microwave hingga larut dimasukkan kedalam
masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Ditutup dengan kapas dan alumunium
foil pada mulut erlenmeyer, di autoclave dengan suhu 1210C selama 2 jam, dibukan
kapas dan alumunium foil pada mulut tabung dimasukkan bakteri menggunakan Ose
kemudian ditutup kembali mulut tabung dengan kapas dan alumunium foil.
Diinkubasi selama 24 jam.
Actor 1 : Melakukan caranya
*Pake animasi day 2
Dubber : Hari kedua melakukan pengujian yang dimana membuat media agar terlebih
dahulu yaitu dengan media Mauller Hinton Agar (MHA) dengan cara perhitungan 30 :
1000 (dalam kemasan) x 20 mL (yang dibutuhkan) namun dikalikan dengan kapasitas
petri disk yaitu 80 mL) = 0,6 gram ditimbang 0,6 gram dilarutkan 80 mL. Kemudian di
mikrowave hingga larut tutup mulut erlenmeyer kemudian ditutup menggunakan kapas
dan alumunium foil.

Actor 1 : Melakukan
Dubber : Dibuat NaCl 0,9% dengan cara ditimbang 0,9 gram Nacl dimasukkan kedalam
erlenmeyer dilarutkan 100 ml aquadest. Ditutup mulut erlenmeyer menggunakan kapas dan
alumunium foil. Paper disk yang sebelumnya dimasukkan kedalam petri disk, petri disk yang
kosong dan tabung reaksi yang kosong dimasukkan kedalam oven selama 1 jam diautolklav
NaCl 0,9%, media MHA, blue tip atau yellow tip yang sudah dibungkus dengan plastik warp.
Actor 1 : melakuan dan selama 2 jam menunggu sterilisasi menggunakan autoklav dan oven
Actor 1 : menyiapkan alat dan bahan
Dubber: setelah sterilisasi dari oven dan autoklav kemudian dibuka LAF di nyalakan tombol
on dinyalakkan blower Dibersihkan LAF (Laminal Air Flow) menggunakan alkohol 90%
secara vertikal
Actor 2 : membersihkan LAF
Dubber : sebelum pengujian mikropipet dibersihkan menggunakan alkohol 90% dan sprider
di bakar disimpan dalam rak tabung rekasi didalam LAF
Dubber : dituangkan MHA kedalam petri disk kondisi di LAF jangan sampai berceran dan
petri tidak usah di buka lebar-lebar agar meminimalisir kontaminasi.
Actor 2 : melakukan penuangan
Actor 2 : membersihkan mikropipet menggunakan alkohol dan membakar sprider
Daber : Bakteri yang didalam MHB kemudian ditambahkan NaCl 0,9% sebanyak 900 µl
diresuspensi dan disamakan kekeruhannya dengan Mc.Farland 10 8 kemudian di pipit
menggunakan mikropipet 100 µl bakteri 108 dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kosong
kemudian ditambahkan NaCl 900 µl. setelah itu dipipet 200 µl kedalam media lalu disprider
sampe merata. Kemudian dimasukkan paper disk antibiotik amoxcicilin dan paper disk blank
yang sudah dijenuhkan menggunakan sampel berupa aquadest. Dipastikan MHA media agar
sudah mengeras jika sudah pasti mengeras kemudian dipinset atau dipindahkan paper disk
tersebut kedalam MHA. Setelah itu berilabel menggunakan spidol replikasi 1, replikasi 2,
replikasi 3, dan kontrol media. Dikeluarkan dibungkus dengan plastik warp. Kemudian
dimasukkan kedalam inkubator selama 24 jam dalam posisi petri disk terbalik.
Actor 1 : Melakukan pengujian
* animasi day 3
Dubber : Lalu dibaca hasil dan pegukuran zona hambat menggunakan Scan 500 (Dengan
metode komputerisasi yang dibantu oleh laboran) dan manual menggunakan penggaris untuk
mengukur zona hambat. Pengukuran zona hambat dengan cara zona radikal diperoleh dari
pengukuran jarak garis : AD, ad, BE, be, CF, cf, dan zona hambat diperoleh dari pengukuran
jarak garis : 14, AD, ad, 25, BE,be, CF, cf dibuat menggunakan penggaris siku-siku dan
spidol pada petri disk pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong (sliding caliper)
dengan ketelitian 0,01 mm.
Pembacaan zona hambat dihitung dengan rumus :

Dihitung zona hambat dan dicatat hasil


Actor 1 : Melakukan pegukuran
Actor 2 : Melakukan pencatatan
SCENE 7

EVALUASI SEDIAAN PADAT

Aktor : Satria

SESSION 1 : Uji Disolusi


Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi
tablet.
Actor 1 : “sambil mengambil tablet obat yang tersedia ke mesin uji disolusi dan
mengatur operasi alat”
Dubber : di kalibrasi alat sesuai standar yang ingin digunakan, pertama tama nyalakan alat,
Sebuah tablet dicelupkan ke dalam medium aquadest sampai ke dasar yang terdapat dalam
labu sebanyak 900mL, suhu dipertahankan pada 37 ± 0,5oC, motor diatur pada kecepatan
konstan 50 rpm. Kemudian cairan sample diambil pada selang waktu ke-0 menit, 1 menit, 5
menit, 10 menit , 20 menit, 30 menit, 45 menit, dan 50 menit untuk menentukan jumlah obat
dalam cairan itu. Ganti kehilangan air pada setiap pengambilan cuplikan

Actor 1 : “Mengitung kadar dari obat”


Dubber : Untuk menentukan kadar obat maka digunakan alat spektrophotometri
dengan mengukur tingkat absorbansi-nya. Gunakan rumus y = bx = a dari seri kadar yang
sudah diketahui.

SESSION 2 : Uji Kerapuhan

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi


tablet.
Actor 1 : “melakukan uji kerapuhan dengan friabilator, sedang mengambil tablet lalu
melakukan operasi alat friabilator, dan evaluasi tablet”

Actor 1 : “sambil mengambil tablet obat yang tersedia”


Dubber : pertama – tama diambil sebanyak 20 tablet dan terlebih dahulu dibersihkan dari
debu menggunakan vaccum dan ditimbang dengan seksama

Actor 1 : “sambil menyalakan dan opersikan alat”


Dubber : Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar
sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit.

Actor 1 : “sambil keluarkan tablet, dan menghitung persentase” “dilihatkan


perhitungannya dan cara perhitungan”
Dubber : Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang
dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% .
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai
rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan

Rumus :

a) dibersihkan debu yang ada dari alat


b) diambil tablet sebanyak 20 tablet
c) kemudian ditimbang (Wo)
d) alat dinyalakan selama 4 menit
e) dibersihkan tablet dan ditimbang (Wt)
f) dimasukkan tablet ke dalam alat friabilator

- friabilitas dihitung dengan menggunakan rumus

f = [( Wo - Wt ) / Wo] x 100%

- kriteria tablet yang baik memiliki nilai friabilitas = <1%

SESSION 3 : Uji Kekerasan

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi


tablet.
Actor 1 : “sambil mengambil tablet obat yang tersedia ke mesin Hardnees Tester”
Dubber : Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari
tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan
tablet.

Actor 1 : “sambil menyalakan dan opersikan alat”


Dubber : dilakukan operasi alat diatur sebanyak 20 kali. Dilihat berapa banyak yang
retak atau hancur.

Actor 1 : “hentikan alat,lalu hitung persentase” “dilihatkan perhitungannya dan cara


perhitungan”
Dubber : Setelah selesai, matikan alat, Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg.
Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi
dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras
akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan,
dan transportasi.

- diujikan pada 20 tablet (pengukuran berdasarkan Luas permukaan tablet dengan


menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg (satuan kekerasan: kg/cm^2))
- dihitung kekerasan rata-rata dan standar deviasinya
- pada umumnya, kekerasan tablet yang diterima adalah antara (4-10) kg/cm^2, tetapi hal ini
juga bergantung pada hasil uji waktu hancur tablet

SESSION 4 : Uji Ketebalan dan Diameter Tablet

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi


tablet.

Actor 1 : “sambil mengambil tablet obat yang tersedia”


Dubber : Diambil sampel 10 tablet, lalu, Ukur diameter dan tebal masing-masing
tablet dengan menggunakan jangka sorong.

Actor 1 : “sambil mencatat hasil”


Dubber : Catat hasil pengukuran masing-masing tablet. Tablet yang baik memiliki
diameter tidak lebih dari 3 kali atau tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.

SESSION 5 : Uji Waktu Hancur

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan khusus evaluasi


tablet.

Actor 1 : “sambil mengambil tablet obat yang tersedia dimasukan ke dalam mesin
dissintegrant”
Dubber : Pertama – tama, Tablet yang akan diuji dimasukkan dalam tiap tube, ditutup
dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37°
C, Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid).

Actor 1 : “sambil menyalakan dan opersikan alat”


Dubber : dilakukan operasi alat diatur selama 15 menit.

Actor 1 : “hentikan alat,lalu hitung persentase” “dilihatkan perhitungannya dan cara


perhitungan”
Dubber : Setelah selesai, matikan alat, Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang
paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara
untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan
harus segera hancur dalam medium basa.
SCENE 8

EVALUASI GRANUL DAN SERBUK

Aktor : Arman

SESSION 1 : Uji Sifat Alir

Actor 1 : “Menimbang bahan di timbangan analitik”


Dubber : Ditimbang bahan sesuai ketentuan pada kompendia.

Actor 1 : Mempersiapkan alat.


Dubber : “Dipersiapkan alat ukur tinggi serbuk dan menzeroing alat sebelum digunakan”.

Actor 1 : Memasukkan serbuk ke dalam corong flowbiliting testing.


Dubber : “Dimasukkan serbuk bahan ke dalam corong flowbiliting testing”.

Actor 1 : Persiapan.
Dubber : “Dipersiapkan stopwatch untuk mengukur flow Rate”.

Actor 1 : Langkah kerja.


Dubber : Dibuka tutup corong sehingga serbuk keluar corong dan jatuh ke bidang datar
dan di hitung waktu alirnya menggunakan stopwatch dan dilihat sudut istirahat
dari serbuk.

Actor 1 : “Mencatat hasil uji”.


Dubber : Dicatat tinggi serbuk, diameter dan waktu alir dari serbuk dan kemudian
Dihitung kecepatan alir (g/s) dan sudut istirahat.

Keterangan :
Laju Aliran
Rumus laju alir : =….g/s
Keterangan :
g : bobot
s : waktu
Keberterimaan laju alir yang baik adalah > 10 g/s
Sudut Diam
Rumus sudut diam : Tan α =….◦
H : tinggi serbuk
r : jari-jari
(Untuk diameter sudah tersetandar pada alat 10 cm)
Keberterimaan sudut diam (USP 38)

Flow Angel of Repose (degrees)


Property
Sangat baik 25-30
Baik 31-35
Sedang 36-40
Cukup 41-45
Buruk 46-55
Sangat buruk 56-65
Sangat- >66
sangat buruk
UJI MOISTURE CONTENT
BERLOKASI DI LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI UII

Actor 1 : “Dipersiapkan alat moisture content”.


Dubber : Dilakukan zeroing sebelum melakukan penimbangan.

Actor 1 : “Dibuka tutup palkan alat moisture content”.


Dubber : Ditimbang sampel sebanyak 0,5- 1,0 gram pada panci, dan di tutup palkan
Alat moisture balance sampai lampu moisture balance menyala. Dan ditunggu
sampai lampu alat moisture balance mati untuk melihat hasilnya.

Actor 1 : “Melihat hasil pada alat moisture balance”.


Dubber : Presentase berat hilang dihitung sebagai persen kadar air.

Keterangan :
1. % kadar air
2. % Berat sampel sisa
3. Berat sampel sisa (g)
Ketentuan : dinyatakan dalam kompendia kadar air tidak lebih dari 2-5%.
SCENE 9

EVALUASI SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

Aktor : Adit

SESSION 1 : Uji Viskositas

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII.

1. Viscometer Ostwald

Actor 1 : “melakukan uji viksositas dengan menggunakan Viskometer Ostwald”

Actor 1 : “sambil mengambil sediaan cair semi padat lalu memasukkan ke dalam
pipa kapiler”
Dubber : Diambil sediaan cair semi padat. Kemudian dimasukkan ke dalam pipa kapiler dan
disedot menggunakan propipet hingga melewati dua garis pembatas.

Viscometer Ostwald hanya digunakan untuk sediaan cair seperti sirup. Tidak dapat
digunakan untuk sediaan semi padat seperti emulsi, suspensi, gel dll.

Actor 1 : “sambil melepaskan propipet dan mencatat waktu saat cairan melewati garis”
Dubber : Dicatat waktu saat cairan turun melewati garis pertama hingga garis kedua.

2. Viscometer Brookfield DV-1

Actor 1 : “melakukan uji viksositas dengan menggunakan Viskometer Brookfield DV-1”

Actor 1 : “sambil mengambil sediaan cair semi padat lalu menuangkan ke dalam gelas
beaker ”
Dubber : Diambil sediaan cair semi padat. Kemudian dituang ke dalam gelas beaker.

Actor 1 : “sambil memposisikan dan menyesuaikan gelas beaker di bawah spindle”


Dubber : Diposisikan gelas beaker tepat di bawah spindle dan dipilih ukuran spindle yang
akan digunakan. Semakin kental larutan yang digunakan maka ukuran spindle
semakin besar.

Actor 1 : “sambil mengatur speed dan Rpm”


Dubber : Diatur speed dan Rpm yang terdapat pada viskometer.

Actor 1 : “sambil mencatat nilai yang terbaca”


Dubber : Dicatat % torque dari Cp-nya. Untuk semua larutan, % torque yang dipilih lebih
baik diatas 50%.
3. Viscometer Brookfield KU-2

Actor 1 : “melakukan uji viksositas dengan menggunakan Viskometer Brookfield KU-2”

Actor 1 : “sambil mengambil sediaan cair semi padat lalu memasukkan ke dalam gelas
beaker ”
Dubber : Diambil sediaan cair semi padat. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker.

Actor 1 : “sambil memposisikan gelas beaker di bawah spindle”


Dubber : Diposisikan gelas beaker tepat di bawah spindle.

Actor 1 : “sambil menurunkan tuas hingga spindle masuk ke dalam larutan, kemudian
memutar ke arah hasil kress units, gm, cp dan mencatat hasil yang terbaca”
Dubber : Diturunkan tuas Viskometer Brookfield -2 hingga spindle masuk ke dalam larutan.
Dicatat viskositas yang terbaca dari hasil kress units, gm dan cp.

4. Viscometer Rion

Actor 1 : “melakukan uji viksositas dengan menggunakan Viskometer Rion”

Actor 1 : “sambil mengambil sediaan cair semi padat lalu memasukkan ke dalam gelas
beaker ”
Dubber : Diambil sediaan cair semi padat. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker.

Actor 1 : “sambil memposisikan dan menyesuaikan gelas beaker di bawah spindle. Kemudian
memilih ukuran spindel yang digunakan”
Dubber : Diposisikan gelas beaker tepat di bawah spindle dan dipilih ukuran spindle yang
akan digunakan. Dilihat tegangan pada viskometer sesuai dengan ukuran spindel
yang digunakan.

Actor 1 : “sambil mencatat hasil tegangan yang terbaca pada viskometer”


Dubber : Dicatat hasil tegangan yang terbaca. Apabila jarum pada viskometer tidak melewati
batas setengah menyatakan error dan harus diganti dengan spindle ukuran lain.
SESSION 2 : Uji Daya Lekat

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII.

Actor 1 : “melakukan uji daya lekat dengan menggunakan kaca preparat”

Actor 1 : “sambil mengambil dan menimbang sediaan cair semi padat yang tersedia”
Dubber : Dilakukan uji daya lekat untuk mengetahui lamanya daya lekat sediaan cair semi
padat yang dibuat. Pertama - tama ditimbang 0,5 gram sediaan cair semi padat yang
telah dibuat.

Actor 1 : “sambil mengoleskan sediaan cair semi padat pada kaca preparat dan menutupnya”
Dubber : Sediaan cair semi padat tersebut selanjutnya dioleskan pada kaca preparat dan
kemudian ditutup.

Actor 1 : “sambil memasangkan kaca preparat pada alat daya lekat, kemudian menambahkan
beban dan mencatat lamanya waktu penutup kaca preparat terlepas”
Dubber : Ditambahkan beban, biarkan selama 1 menit. Setelah 1 menit turunkan beban dan
tarik pada alat daya lekat tersebut dan catat lamanya waktu penutup objek glass
terlepas.

SESSION 3 : Uji Daya Sebar

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII.

Actor 1 : “melakukan uji daya sebar dengan menggunakan kaca”

Actor 1 : “sambil mengambil sediaan cair semi padat, kemudian diletakkan di atas kaca”
Dubber : Diambil sediaan cair semi padat dan diletakkan di atas kaca.
Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, ditingkatkan bebannya dan diberi
rentang waktu 1 menit.

Actor 1 : “sambil mengukur diameter penyebaran pada kaca”


Dubber : Sediaan cair semi padat tersebut selanjutnya diukur diameter penyebarannya pada
setiap penambahan beban saat sediaan berhenti menyebar dengan waktu 1 menit
secara teratur. Kemudian diulangi dengan beban yang lebih besar dan mencatat
hasilnya.
SESSION 4 : Penentuan Ukuran Droplet Dengan Mikroskop

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII.

Actor 1 : “melakukan uji penentuan ukuran droplet dengan menggunakan mikroskop”

Actor 1 : “sambil meletakkan sediaan cair semi padat pada objek glass mikroskop”
Dubber : Pertama - tama untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan cair semi padat
dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass.

Actor 1 : “sambil memeriksa ukuran droplet pada mikroskop”


Dubber : Sediaan cair semi padat tersebut selanjutnya diperiksa adanya tetesan - tetesan fase
dalam ukuran dan penyebarannya.
SCENE 10

“COUMPOUNDING SEDIAAN NON STERIL : PERACIKAN KAPSUL DAN


PULVERES“

Aktor : Obby

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan non steril

Actor 1 : “ Melakukan membuatan kapsul dengan menggunakan alat mortir “

Actor 1 : “ mengambil resep “


Dubber : diambil resep kemudian dibaca resep yang di dapat dari dokter untuk dubuat dalam
bentuk kapsul.

Dibaca Dubber Dan Taks Vidio

Contoh resep : dr. Asclei Takashi


SIK : 214/FM/GTO/003
Jl. Jendral Soedirman No. 214
No. Telp 085256788765
Gorontalo,28 April 2017

R/  Nifedipine                        1/4 tab


      Domperidone                   5 mg
      Glibenklamid                  1/3 tab
      Gliseril Guaiakolat            25 mg

m.f pulv. dtd da in caps No. XXI


ʃ b.dd I caps pc
Pro     :  Tn Akbar
Umur  :  58 Tahun

Actor 1 : “menghitung kebutuhan obat pada resep “


Dubber : dilakukan perhitungan bahan dan dosis yang akan dibuat sesuai kebutuhan obat yang
dibutuhkan pada resep.

Taks Video
Perhitungan Bahan
a. Nifedipine 1/4 tab                           = 1/4 x 10          = 2,5 tablet
b. Domperidone 5 mg                          = 5/10 x 10        = 5 tablet
c. Glibenklamid 1/3 tab                       = 1/3 x 10          = 3,3 tablet
d. Gliseril Guaiakolat 25 mg                = 25/50 x 10      = 5 tablet
Perhitungan Dosis
a. Nifedipine
Dosis sehari  = 4/5 x 30              = 24 mg
% OD = 5/24 x 100%       = 20,83 % (Tidak Overdosis)

b. Domperidone
Dosis sehari = 4/5 x 30 = 24 mg
% OD = 10/24 x 100% = 41,67% (Tidak Overdosis)
c. Glibenklamid
Dosis sehari = 4/5 x 40 = 32 mg
% OD = 3,3/32 x 100% = 10,31% (Tidak Overdosis)
d. Gliseril Guaiakolat
Dosis sehari = 4/5 x 100 = 80 mg
% OD = 50/80 x 100% = 62,5% (Tidak Overdosis)

Actor 1 : “menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


Dubber : disiapkan alat mortar dan stampernya, kertas perkamen, cangkang kapsul, sendok tanduk
etiket/label, sudip dan bahan dari obat yang akan digunakan untuk dijadikan kapsul.

Actor 1 : “ sambil menyiapkan bahan “


Dubber : diambil bahan satu-persatu lalu dimasukan ke dalam mortar, kemudian bahan digerus
mengunakan stamper, bahan di aduk dengan putaran searah jarum jam. Setelah bahan
teraduk dan tercampur secara merata lalu pindahkan bahan di kertas perkamen

Actor 1 : “ sambil memindahkan bahan “


Dubber : Bahan yang di pindahkan dibagi sama rata secara visual atau juga bisa di timbang berapa
gram yang akan di masukan kedalam kapsul.

Actor 1: “ sambil memasukan bahan ke dalam cangkang kapsul “


Dubber : dimassukan bahan ke dalam cangkang kapsul secara perlahan dengan cara sedikit demi
sedikit, lalu di totolkan cangkang hingga terisi dengan penuh. kapsul yang sudah terisi
dengan penuh kemudian di tutup menggunakan kepala dari cangkang kapsul hingga
kapsul tersebut terkunci.

Actor 1 : “ sambil mengambil wadah penyimpanan “


Dubber : Kapsul yang sudah jadi kemudian di simpan di dalam wadah yang tertutup rapat, hindari
dari sinar matahari lansung dan kelembaban yang tinggi. lalu beri etiket pada botol
kapsul.

Namun Jika Diminta Dalam Bentuk Pulveres Maka Bahan Lansung Dimasukan Ke Kertas
Perkamen. Dan Mengganti Resep Dengan Tulisan Pulveres ( Pulv).
Taks Vidio
dr. Asclei Takashi
SIK : 214/FM/GTO/003
Jl. Jendral Soedirman No. 214
No. Telp 085256788765
Gorontalo,28 April 2017

R/  Nifedipine                        1/4 tab


      Domperidone                   5 mg
      Glibenklamid                  1/3 tab
      Gliseril Guaiakolat            25 mg

m.f pulv. dtd da in caps No. XXI


ʃ b.dd I pulv pc
Pro     :  Tn Akbar
Umur  :  58 Tahun

Actor 1 : “ sambil memindahkan bahan “


Dubber : Bahan yang sudah tercampur secara menyeluruh kemudian di pindahkan kedalam kertas
perkamen. Kemudian bahan di bagi sama rata secara visual atau juga bisa di timbang
berapa gram yang akan di masukan kedalam kertas perkamen.
Actor 1 : “ sambil memasukan bahan dan melipat kertas perkamen “
Dubber : Bahan yang sudah di bagi sama rata dan dimasukan ke dalam kertas perkamen. kemudian
di lipat kertas perkamen dengan tehnik khusus agar obat tidak tumpah sehingga jadilah
pulveres

Actor 1 : “ sambil menulis etiket “


Dubber : Pulveres yang sudah jadi atau yang sudah selesai di lipat di masukan ke dalam kertas
clep, setelah itu di beri etiket dan label untuk mengetahui obat tersebut.
SCENE 11

COMPOUNDING STERIL

Aktor : Obby

SESSION 1 : PENGGUNAAN pH meter

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan steril

Actor 1 : “ Melakukan pengukuran tingkat keasaman atau kebasa an menggunakan PH


meter“

Actor 1 : “menyiapkan alat PH meter dan cairan yang akan di uji “


Dubber : disiapkan alat PH meter yang akan digunakan, kemudian sediakan cairan yang
hendak diukur keasamannya

Actor 1 : “ sambil membersihkan elektrode PH meter “


Dubber : Selanjutnya dibersihkan penutup elektrode alat PH Meter menggunakan aquabides,
dan keringkan menggunakan tisue.

Actor 1 : “ sambil menyalahkan PH meter “


Dubber : dinyalakan PH Meter dengan menekan tombol on pada PH meter, kemudian
gunakan elektrode khsus untuk sediaan cairan lalu celupkan elektrode ke dalam
cairan yang hendak diukur tingkat keasamanya atau kebasa annya dan pastikan
larutan sudah diaduk (homogen). Untuk pengukuran pada medium keras atau lunak
gunakan elektrode khusus media lunak, kemudian tempelkan ujung elektrode pH
meter pada media yang hendak diukur.

Actor 1 : “ melihat hasil pembacaan di PH meter “


Dubber : hasil akan terbaca di layar PH meter tersebut.

SESSION 2 : Rekonstitusi

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan steril.

Actor 1 : “ Melakukan rekonstitusi pada amoksisilin sodium menggunakan syringe “

Actor 1 : “ sambil menyiapkan alat dan bahan “


Dubber : disiapkan alat jarum suntik syringe 5cc, label, alkohol swap, tempat sampah benda
tajam dan bahan obat (amoksisilin vial 1g ) dan NaCl 0,9%

Actor 1 : “ sambil mengambil sampel “


Dubber : diambil sampel yang tersedia di dalam tempat penyimpanan, kemudian di diamkan
pada suhu ruang ( 15-25 °C ) selama 10 menit.
Actor 1 : “ sambil menswap tutup vial “
Dubber : Tutup vial di swap dengan alcohol swap terlebih dahulu. kemudian ambil 4 ml
larutan NaCl 0,9% dengan syiringe 5cc, lalu suntikan cairan pelarut ke vial yang
berisi amoksisilin.

Actor 1 : “ sambil menghomogen larutan “


Dubber : didiamkan vial selama sepuluh menit, kemudian vial di homogenkan dengan cara
di gojog secara perlahan.

Actor 1 : “ sambil mengambil cairan sampel “


Dubber : Setelah terhomogenkan secara sempurna, Kemudian sampel di ambil dari vial
sesuai kebutuhan harian yang di sesuai dengan dosis pasien menggunakan jarum
suntik.

Actor 1 : “ sambil memindahkan sampel dan memberi etiket/ label“


Dubber : Kemudian sampel yang sudah di ambil di beri label untuk di berikan ke pasien.

Actor 1 : “ sambil memindahkan sampel ke penyimpanan “


Dubber : Sampel di simpan dalam freezer pada suhu 2-25 °C.

SESSION 3 : Pengenceran Obat

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan steril.

Actor 1 : “ melakukan pengenceran sediaan Dopamine 2 mcg /kg BB/ menit

Actor 1 : “mengambil resep “


Dubber : diambil resep kemudian dibaca resep yang di dapat dari dokter untuk dibuat
menggunakan syringe.
Dibaca Dubber Dan Taks Vidio
Contoh resep : dr. Asclei Takashi
SIK : 214/FM/GTO/003
Jl. Jendral Soedirman No. 214
No. Telp 085256788765
Gorontalo,28 April 2017

R/ Dopamin HCL 2 mcg/kgBB/menit


Syringe 50cc
NaCl 0,9 % 50 ml

Keterangan :
1 ampul berisi 200 mg dopamin HCL
Pro : Tn Akbar
Umur : 55 Tahun

Actor 1 : “menghitung kebutuhan obat pada resep “


Dubber : dilakukan perhitungan bahan dan dosis yang akan dibuat sesuai kebutuhan obat
yang dibutuhkan pada resep.

Taks Video

Perhitungan Dosis
Dopamin

2 mcg x 55 x 60
x 50 = 1. 65 ml/jam
200000

Hasil yang didapat adalah 1. 65, Jadi jalankan syringe pump dengan kecepatan 1. 6 ml/jam

Keterangan:

 Pada rumus diatas dikali dengan 50 karena kita melarutkan dopamin menjadi 50 ml
 Dosis yang diminta adalah dalam mikrogram contohnya berikan dopamin 2 mcg
per BB per menit
 Dosis yang tersedia harus kita ubah menjadi mikro. Diatas sudah disebutkan bahwa 1
ampul dopamin berisi 200 mg dopamin HCl. Kita ubah menjadi mcg yaitu 200 X
1000 menjadi 200.000

Actor 1 : “menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


Dubber : disiapkan alat yang digunakan, jarum suntik, syringe 50cc, pump syringe dan tissue
Kemudian siapkan bahan digunakan, 1 ampul dopamine berisis 200 mg dopamine
HCL, NaCl 0,9%, dan alkohol swap.
Actor 1 : “ sambil menyiapkan bahan “
Dubber : diambil ampul dopamine kemudian di swap dengan alkohol swap pada bagian
kepala ampul lalu di patahkan kepala ampul tersebut, kemudian di ambil larutan
dalam ampul menggunakan syringe 50cc.

Actor 1 : “ sambil mengencerkan larutan ampul“


Dubber : larutan ampul yang sudah di ambil kemudiaan di encerkan dengan NaCl 0,9%
sebanyak 50 ml atau hingga tanda batas syringe 50cc.

Actor 1 : “ sambil menghomogenkan syringe“


Dubber : kemudian dihomogenkan larutan dengan cara di gojog secara perlahan. Setelah
semua larutan homogen, larutan siap digunakan dan di suntikan ke pump syringe

Actor 1 : “ sambil menyuntikan larutan ke pump syringe “


Dubber : larutan yang sudah homogen dimasukan ke pump syringe, lalu atur kecepatan
pump syringe sesuai dosis yang telah di hitung sebelumnya dan nyalakan syringe
pump dengan kecepatan 1. 6 ml/jam

SESSION 4 : Pemakaian APD Steril

Berlokasi di laboratorium TEKNOLOGI FARMASI UII, di ruangan steril.

Actor 1 : “ melakukan pemakaian APD steril di ruangan steril “

Actor 1 : “ sambil menyiapkan alat-alat APD “


Dubber : Pertama - tama siapkan semua alat APD yang akan di gunakan seperti :
1. Penutup rambut (cap)
2. Penutup muka atau kacamata google
3. Masker
4. Pakaian khusus ( jas lab khusus)
5. Apron plastik / celemek
6. Sarung tangan non steril
7. Sarung tangan steril
8. Sepatu boots tahan air
Actor 1 : “ Sambil memakai alat-alat APD “
Dubber : Pemakaian APD dimulai dari bagian atas. pakai APD mulai dari penutup kepala,
kemudian pakai kacamata google, lalu pakai masker.

Actor 1 : “ sambil memakai alat-alat APD “


Dubber : Kemudian setelah itu di lanjutkan pemakaian jas lab khusus, lalu pakai apron
plastik.
Actor 1 : “ sambil menyiapkan alat-alat APD “
Dubber : Memakai sarung tangan non steril terlebih dahulu dengan melipat pada bagian atas
sarung tangan agar muda ketika di lepaskan. Kemudian di lanjutkan dengan
pemakaian sarung tangan steril.

Actor 1 : “ sambil menyiapkan alat-alat APD “


Dubber : Tahap terakhir setelah semua selesai dipakai lalu langsung memakai sepatu boots
tahan air, dan siap untuk bekerja di ruang steril.

Actor 1 : “ Kemudian tahap melepaskan APD “


Dubber : Tahapan melepaskan APD di mulai dari bawah, yaitu dari sepatu, sarung tangan
steril, sarung tangan non steril hingga ke penutup rambut.

Actor 1 : “ Setelah selesai melepaskan APD “


Dubber : setelah semua selesai di lepaskan kemudian buang semua alat tadi ke tempat
sampah.
SCENE 12

CARA MENGGUNAKAN SOFTWARE SIM

Aktor : Adit

Berlokasi di laboratorium MINI TEACHING HOSPITAL UII, diruangan khusus untuk


komputer.

Actor 1 : “melakukan cara menggunakan software SIM pada

komputer” Actor 1 : “sambil menyiapkan komputer dan membuka

software SIM”

Dubber : Sistem Informasi Manajemen harus diadakan dan


difungsikan secara optimal untuk kegiatan sekretariat,
pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi ini harus
terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi fungsi manajerial dan agar
data klinik pasien mudah diperoleh untuk monitoring terapi
pengobatan dan fungsi klinik lainnya.

Actor 1 : “sambil melakukan Analisis ABC-VEN (Perencanaan)”

Dubber : Analisis ABC-VEN dalam perencanaan kebutuhan obat


dapat dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dengan
langkah sebagi berikut:
1) Buka Microsoft excel berisi data induk perbekalan
farmasi (obat dan alat kesehatan) rumah sakit
2) Hitung total kebutuhan obat yang diperkirakan diperlukan
1 tahun ke depan dengan metode konsumsi.
3) Lakukan analisis ABC atau analisis pareto untuk menentukan skala
prioritas karena adanya keterbatasan anggaran.
Langkah-langkahnya adalah sbb:
a) kolom subtotal diperoleh dari jumlah x harga
b) kolom total (paling bawah) diperoleh dari jumlah subtotal
c) persentase diperoleh dari masing-masing subtotal
obat dibagi total (jumlah subtotal).
d) urutkan obat berdasarkan nilai persentase dari nilai besar ke
kecil
e) lakukan perhitungan persentase kumulatif penjumlahan kolom
persentase masing-masing obat ditambah dengan diatasnya
f) kategori a<80%, b=80 - <95, c≥95%
g) Susun ulang daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan sesuai
dengan anggaran yang tersedia memperhatikan golongan obat ABC dan VEN
h) Tuliskan dalam lembar kerja.
Actor 1 :“sambil melakukan Pemesanan Obat”

Dubber : Pembelian atau pemesanan dilakukan menggunakan aplikasi


IAAS dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pilih menu Transaksi -> Pembelian -> Surat Pesanan
2) Isikan Nama Suplier untuk pemesanan obat
3) Isikan data obat yang akan dipesan
4) Catat nomor surat pesanan yang ada dalam kolom nomor surat pesanan
5) Jika sudah selesai memasukkan data klik simpan

Actor 1 : “sambil melakukan Pembelian/Penerimaan Obat”

Dubber : Pembelian atau Penerimaan Obat dilakukan menggunakan


aplikasi IAAS dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pilih menu Transaksi -> Pembelian -> Pembelian/Penerimaan


persediaan
2) Isikan nama supplier sesuai data dalam faktur
3) Isikan nomor faktur dan nomor surat pesanan
4) Isikan data obat yang diterima sesuai dengan faktur
5) Isikan jenis pembayaran obat “cash atau jatuh tempo”
6) Jika harga masing - masing obat sudah termasuk pajak, maka centang
“Termasuk Pajak”
7) Jika pengisian data telah selesai, klik “Simpan” Tutup/Close

Actor 1 : “sambil melakukan Pelayanan resep atau Penjualan”

Dubber : Pelayanan resep atau Penjualan dilakukan menggunakan


aplikasi IAAS dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pilih menu Transaksi Penjualan
2) Klik “Tambah” (paling kanan) tipe penjualan pilih “resep” isi
nomor resep, nomor registrasi, nama dokter, nama pasien
3) Isikan data obat yang tercantum dalam resep
4) Jika telah selesai memasukkan data penjualan resep klik
“simpan” close
SCENE 13

PENYIMPANAN OBAT

Aktor : Sirikit

BERLOKASI DI MINI TEACHING HOSPITAL FARMASI UII


kamera: (menunjukan obat-obatan yang ada di MTH)
Dubber: Obat harus disimpan dengan metode yang baik dan benar. Dengan tujuan:
1. Persediaan aman dan tidak mudah hilang
2. Memudahkan pengawasan persediaan stok, khususnya bagi obat yang mempunyai
waktu kadaluarsa dan obat dengan golongan psikotropika dan narkotika.
3. Memelihara mutu obat (menjaga stabilitas obat) dan perbekalan farmasi lain.
4. Mempermudah dan mempercepat pelayanan, karena penyimpanan dilakukan menurut
sistem tertentu.
Metode penyimpanan obat antara lain:
Aktor: menunjukan obat yang duluan masuk dan menunjukan tanggal kadaluarsa obat
Dubber:
1. FIFO dan FEFO
FIFO adalah kependekan dari First in first out yang artinya barang yang datang terlebih
dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan obat dengan menggunakan sistem
FIFO ini digunakan untuk menyimpan obat tanpa memperhatikan tanggal kadaluarsa.
Namun memiliki kekurangan yaitu: Jika obat yang datang belakangan EDnya (tanggal
kadaluarsa) tinggal sebentar lagi atau lebih dekat waktu EDnya daripada obat yang datang
lebih dahulu maka obat yang ED tidak ketahuan sebelum sempat digunakan
FEFO adalah kependekan dari first expiry first out yang artinya barang yang lebih dahulu
kadaluarsa (ED), yang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Tempatkan obat dengan tanggal
kadaluarsa yang lebih pendek di depan obat yang kadaluarsa lebih lama. Bila obat
mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat yang baru diterima di belakang obat
yang sudah berada di atas rak.
Penggabungan 2 sistem tersebut yaitu FIFO dan FEFO adalah hal yang paling ideal
dilakukan.
Keuntungannya dengan menggabungkan ke dua sistem tersebut yaitu Obat-obat yang ada di
penyimpanan tidak akan terbuang karena kadaluarsa.
2. Berdasarkan abjad
Actor: menunjukan tempat penyimpanan obat berdasarkan abjad
Dubber: Penyimpanan obat berdasarkan abjad bertujuan untuk mempermudah pengambilan
obat dan untuk penyimpanan berdasarkan abjad ini juga harus berdasarkan bentuk sediaan.
Misal sediaan tablet kita urutkan dari huruf A (Amoxilin), B (Betametason), C
(Ciproheptadin) dan seterusnya.

3.Berdasarkan generik dan non generic


Actor: menunjukan tempat penyimpanan obat berdasarkan generic dan non generic
Dubber: Obat generik dan non generik dipisahkan dan disusun berdasarkan abjad dan
berdasarkan bentuk sediaan, hal tersebut untuk memudahkan pengambilan obat baik yang
generik maupun non generik terutama diera BPJS sekarang ini.

4. Berdasarkan kelas terapi obat


Actor: menunjukan tempat penyimpanan obat berdasarkan terapi
obat Dubber:
Obat ini dikelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal golongan
antibiotika dikelompokkan jadi satu dengan golongan antibiotika, golongan analgetik-
antipiretik dan lain sebagainya.

5. Berdasarkan bentuk sediaan


Actor: menunjukan tempat penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan, menunjukan
sediaan oral, solid dan semisolid, dan cara penyimpanan nya
Dubber:
Dikarenakan ada macam-macam bentuk sediaan obat seperti yang sudah saya jelaskan
diartikel sebelumnya maka sebaiknya obat yang mempunyai kesamaan bentuk sedian di
simpan secara bersamaan di atas rak.
Misal untuk obat oral di simpan dirak yang sama namun agar mudah penyimpanannya obat
oral dengan sediaan tablet atau kapsul bisa kita pisahkan dengan bentuk sediaan obat suspensi
dl
6.Berdasarkan Stabilitas Obat
Dikarenakan obat-obat yang kita simpan bisa mengalami kerusakan karena stabilitas obatnya
terganggu maka dalam penyimpanan kita juga harus memperhatikan unsur-unsur kestabilan
obat diantaranya :
Actor: membuka ice box dan menunjukan cara menyimpan
obat Dubber:
 Suhu
Obat yang membutuhkan penyimpanan dengan suhu tertentu harus disimpan sesuai dengan
instruksi yang sesuai dengan yang tertulis pada label atau box obat.
Mis : untuk polio disimpan pada suhu -20 C, vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat C, jg
untuk obat-obat supositoria dan pervaginam harus disimpan dalam suhu yang sejuk (5-15°
celsius, krn pada suhu tinggi, dapat membuat obat ini meleleh).
Obat-obatan tersebut jika tidak disimpan sesuai dengan persyaratan akan membentuk kristal
dan kehilangan aktivitas obatnya
 Cahaya
Hampir semua obat kestabilannya akan terpengaruh oleh sinar cahaya, sehingga untuk obat-
obat tersebut biasanya dikemas dalam kemasan tahan cahaya disimpan dalam wadah gelap
Contoh : epinefrin inj, vit c inj, vit k inj, impugan inj
 Kelembaban
Karena Obat bersifat menghisap uap air udara sehingga menjadi lembab maka banyak obat
dalam kemasan disertai pengering (silica gel) agar tidak lembek . Contohnya obat dalam
bentuk kapsul yang dalam kemasan seperti botol biasanya disertai dengan silica gel agar tidak
lembek dan lengket.
Untuk itulah tidak disarankan untuk mengeluarkan obat terutama dalam bentuk kapsul di
telapak tangan dalam jangka waktu yang lumayan lama karena ditakutkan obat tersebut bisa
mengalami kerusakan

7. Berdasarkan Undang-Undang
Point terpenting pada penyimpanan obat ini adalah penyimpanan berdasarkan undang-undang
yang berhubungan dengan narkotika dan psikotropika.
Obat-obat yang termasuk dalam psikotropika dan narkotika harus disusun dan disimpan
secara terpisah dengan obat-obat yang lain dikarenakan ada pelaporan khusus yang harus kita
serahkan ke dinas kesehatan setiap bulannya.
Obat narkotika disimpan pada almari narkotika yang terbuat dari kayu dengan ukuran
40x80x120

Contoh almari narkotik


Almari narkotika ini diberi kunci ganda dan diletakkan menempel pada lantai, begitu pula
untuk lemari psikotropika juga harus terkunci.
Nah untuk idealnya agar tujuan penyimpanan obat tercapai secara optimal maka kita harus
menggabungkan beberapa tata cara penyimpanan tersebut.

Actor: menunjukan obat dengan penyimpanan dengan


LASA Dubber:
Penyimpanan obat khusus
LASA adalah obat yang memiliki warna/desain kemasan serta pengucapan nama obat yang
mirip. Penyimpanan obat tersebut tidak boleh bersebelahan langsung tetapi diberi sela oleh
obat yang berbeda.
Contoh : amlodipine 5 mg dan amlodipine 10 mg
methylprednisolone 4 mg 8 mg dan 16 mg
SCENE 14

DISTRIBUSI OBAT

Aktor : Sirikit

BERLOKASI DI MINI TEACHING HOSPITAL FARMASI UII


Actor: melakukan pengecekan stok di depo farmasi

Dubber: apoteker di depo farmasi melakukan pengecekan terhadap stok obat yang tersedia

Actor: melakukan pencatatan pada surat permintaan

Dubber : diperoleh bahwa obat obat yang kosong adalah natrium diklofenak 25 mg, Digoxin
0,25 mg dan Nvomix 100 iu lalu apoteker membuat surat permintaan kepada Gudang farmasi
untuk memenuhi sediaan obat di depo farmasi

No Nama Obat Jumlah


1. Natrium diklofenak 25 2 box (@10 x 10 tablet)
mg
2. Digoxin 0,25 mg 1 box (10 x 10 tablet)
3. Novomix 100 iu 1 box (5 pen)

Actor 1: menyerahkan surat permintaan ke Gudang farmasi

Actor 2: menerima surat permintaan

Actor 2: menyiapkan obat yang ada di daftar permintaan

Dubber : apoteker dari depo farmasi menyerahkan surat permintaan pada apoteker di gudang
farmasi, lalu apoteker di Gudang farmasi akan memeriksa daftar obat yang diminta, setelah
itu apoteker di Gudang farmasi akan memyiapkan obat tersebut.

Actor 2: membuat berita acara lalu mendistribusikan obat ke depo farmasi

Dubber: setelah obat disiapkan, apoteker di Gudang farmasi membuat berita acara untuk
pendistribusian dan penyerahan permintaan obat.

Apoteker mendistribusikan obat ke depo farmasi, dan menyerahkan berita acara.

Anda mungkin juga menyukai