Anda di halaman 1dari 28

PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT, BAHAN DAN BUDAYA K3

1.1 Tujuan Percobaan


Pengenalan beberapa macam alat dan bahan kimia serta menanamkan budaya K3 dalam
melakukan kerja di Laboratorium.

1.2 TINJAUAN PUSTAKA


Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya
yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakan fatal maupun sakit atau gangguan
kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatira akan
kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dngan aman, produktif dan efisien.
(Khasani, 1990)
Simbol digunakan untuk pelebelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang
Bahan Berbahaya (Ordinance On Hazardeous Substance). Peraturan ini adalah suatau peraturan
untuk melindungi atau menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang
keselamatan kerja. Pentingnya mengenal symbol bahan kimia sehingga kecelakaan kerja di
Laboratorium dapat dicegah. (Mulyono, 2008)
Penggunaan bahan kimia yang jumlahnya sudah sedemikian banyak tentu saja
mengharuskan praktikan yang berhubungan dengan bahan kimia untuk bekeja dengan cara aman
agar terhindar dengan kecelakaan kerja akibat bahan kimia. Pencegahan kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan pengendalian secara individu. Penendalian secara individu merupakan yang
utama, yaitu praktikan yang bekerja dengan bahan kimia harus dilengkapi dengan alat pelindung
diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh
praktikan apabila berada pada suatu tempat yang berbahaya. APD yang sering seperti sepatu
latex, sarung tangan/gloves, kacamata/google, masker, dan face shield. (Cahaya, 2004)
Budaya K3
Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat bekerja di laboratorium antara lain adalah:

1. Tahap persiapan
Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan pada acara praktikum,
dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan dan cara kerja serta bagaimana data
percobaan akan diperoleh, mengetahui hal-hal atau tindakan yang harus dihindarkan, misalnya
menjauhkan bahan yang mudah terbakar dengan sumber api, membuang sampah dan limbah
praktikum pada tempat yang telah ditentukan dan sebagainya.
Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah terbakar, bersifat
racun, karsinogenik atau membahayakan dan sebagainya, sehingga dapat terhindar dari potensi
bahaya yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia yang digunakan.
Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang akan digunakan.
Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium berwarna putih lengan
panjang, kacamata gogle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dan sebagainya sesuai kebutuhan
praktikum.

2. Tahap pelaksanaan
 Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.
 Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.
 Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan kimia secukupnya.
Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN karena dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.

Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa bahan yang
digunakan.
3. Tahap pasca pelaksanaan
 Kembalikan peralatan dan bahan yang digunakan sesuai posisi semula.
 Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik, kran air,
menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya semula).
 Bersihkan tempat atau meja dimana kalian bekerja.

1.3 ALAT DAN BAHAN

No Alat Bahan
.
1 Pipet volume Aquadest
2 Pipet ukur
3 Labu ukur
4 Gelas ukur
5 Gelas beker
6 Buret
7 Erlenmeyer
8 Spektrofometer dan Kuvet
9 Tabung reaksi
10 Corong
11 Timbangan analitik
12 Gelas arloji
13 Pipet tetes
14 Pengaduk gelas
15 Spatula

I.4. PROSEDUR
1. Pipet volume
Prosedur penggunaannya: cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai
dengan batas merah yang terdapat pada pipet. Jangan pegang bagian tengah pipet, agar suhu
cairan tetap terjaga. Jika ingin mengeluarkan cairan dengan cepat, lepas filler dan cairan tersebut
akan keluar dari pipet dengan volume yang sudah terukur.

2. Labu ukur
Prosedur penggunaannya: Masukkan cairan yang ingin di masukkan ke dalam labu ukur.
Masukkan cairan tersebut sebelum tanda berwarna merah. Setelah itu, bersihkan pinggiran kaca
atas dalam labu ukur dengan menggunakan tisu dan batang pengaduk (lipatkan tisu pada batang
pengaduk, bersihkan pinggiran atas kaca dalam labu ukur). Untuk memenuhi batas berwarna
merah, cairan dimasukkan ke dalam labu ukur dengan bantuan pipet tetes. Jika ingin mengaduk
cairan, goyangkan labu ukur ke arah atas dan bawah.

3. Buret
Prosedur penggunaan: masukkan cairan ke dalam buret sampai hampir pada volume
yang diinginkan. Bersihkan pinggiran atas kaca dalam buret dengan menggunakan tisu dan
batang pengaduk. Untuk memenuhi volume yang diinginkan, tambahkan cairan dengan
menggunakan bantuan pipet. Lihat meniskus bawah untuk menentukan volume.
Kran buret dipegang dengan menggunakan tangan kiri. Tangan kanan memegang erlenmeyer
sambil menggoyangkan bagian bawahnya.

4. Corong
Prosedur penggunaan: corong adalah alat untuk memasukkan cairan kedalam wadah yang
bermulut sempit. Dengan bantuan corong cairan akan masuk dengan mudah tanpa tumpah
disekitar wadah. Ketika menggunakan corong, ganjal corong dengan kertas, ganjalan tersebut
disimpan di mulut wadah. Tujuannya agar udara dapat keluar melalui celah antara corong dan
mulut wadah.

5. Neraca analitik
Prosedur penggunaan: siapkan neraca dalam keadaan bersih, lalu cek water pass agar berada
dalam keadaan di tengah-tengah. Nyalakan neraca dan tunggu 10-15 menit sebelum digunakan.
Masukkan wadah ke dalam neraca lalu tekan “zero”. Masukkan bahan kedalam wadah yang
akan ditimbang. Setelah menimbang, tekan kembali “zero”. Matikan alat dan bersihkan dengan
tisu setelah digunakan.

1.5. PENGAMATAN
Daftar nama dan fungsi alat-alat laboratorium kimia
No. Nama Alat Gambar Fungsi Cara Kerja
1 Labu ukur Untuk menakar Masukan larutan, goyangkan ke
volume zat kimia atas dan ke bawah agar larutan
dalam bentuk larutan. tercampur.

2 Tabung Tempat mereaksikan Masukan larutan ke dalam tabung


reaksi bahan kimia. reaksi. Goyangkan dengan
menggunakan penjepit tabung
reaksi.

3 Beker glass Tempat larutan dan Masukan larutan ke dalam beker


dapat juga digunakan glass.
untuk memanaskan
larutan kimia.
4 Gelas ukur Mengukur volume zat Mata harus sejajar dengan gelas
kimia dalam bentuk ukur. Kemudian lihat
cair. bagian meniskus bawah untuk
menentukan volume larutan.

5 Pipet ukur Mengambil larutan Menghisap atau mengambil larutan


dengan volume dengan bantuan filler.
tertentu.

6 Pipet tetes Memindahkan/ Tekan karet untuk menghisap.


mengambil beberapa Tekan kembali karet secara
tetes zat cair. perlahan untuk mengeluarkan zat
cairnya.

7 Erlenmeyer Untuk tempat zat yang Dipasangkan dengan buret. Tangan


akan dititrasi. Kadang kanan digunakan untuk
untuk memanaskan menggoyangkan erlenmeyer.
larutan.

8 Indikator Menentukan PH Perubahan warna yang dihasilkan


universal larutan. dicocokan dengan tabel indikator.

9 Batang Mengaduk larutan. Cara kerjanya seperti sendok untuk


pengaduk mengaduk larutan.

10 Filler Menghisap larutan Dipasangkan dengan pipet volume.


yang akan diukur.
11 Buret Alat untuk melakukan Dipasangkan dengan erlenmeyer.
titrasi. Tangan kiri digunakan untuk
memegang keran buret.

12 Corong Membantu Beri ganjalan antara corong dengan


memasukkan cairan ke wadah, agar udara dapat keluar.
dalam wadah yang
bermulut sempit.
13 Lemari Menyimpan larutan Nyalakan terlebih dahulu. Pintu
asam yang bersifat terbuka setengah badan, gunakan
berkonsentrasi tinggi, masker dan sarung tangan saat
korosif, dan membukanya.
berbahaya.

14 Neraca Untuk menimbang Dalam keadaan stabil. Nyalakan


analitik massa suatu zat. neraca, beri alas seperti perkamen.
Perhatikan pula kapasitas minimum
dan maksimum bahan yang
ditimbang.

15 Centrifuge Memisahkan dan Masukan larutan ke dalam tabung


mengendapkan di dalam centrifuge. Jumlah tabung
padatan dari larutan. yang dimasukkan tidak boleh hanya
1.

16 Eksikator Tempat untuk Zat kimia terlebih dahulu


mendinginkan zat. dimasukkan ke dalam krus. Lalu
masukkan ke dalam eksikator.

17 Corong Memisahkan larutan Masukan larutan, goyangkan


pisah dengan gas dan dengan corong agar tercampur. Balikan
zat dengan 2 fasa atau corong dan buka keran agar gas
lebih. keluar.

18 Mikro Memindahkan cairan Tekan thumb knopnya dan


pipet dengan volume yang masukan mikropipet ke dalam
sangat kecil. larutan. Lepaskan tekanan thumb
agar larutan keluar.
19 Bunsen Keperluan Selang bunsen harus dihubungkan
menggunakan api. dengan kerang yang terhubung gas
agar dapat mengeluarkan api.

20 Oven Mengeringkan/ Masukan alat-alat yang akan


memanaskan peralatan digunakan. Hanya alat yang tahan
yang akan digunakan. panas.

Daftar nama simbol berbahaya


No. Simbol Bahaya Huruf Keterangan
Awal
1 Toxic T Bahan yang bersifat beracun, dapat
menyebabkan sakit serius bahkan kematian
bila tertelan/terhirup. (metanol, benzena)

Daftar nama, rumus, dan ciri fisik beberapa zat kimia yang umum
N Nama Senyawa Rumus Kimia Ciri Fisik dan Kimia
o.
1 Asam klorida HCl Larutan tidak berwarna
Bersifat corrosive
2 Asam asetat CH3COOH Berbau asam
Larutan tidak berwarna
Larut dalam air
PERCOBAAN II
STRUKTUR SENYAWA
I. Tujuan :
1. Menyususn model setiap senyawa yang ditugaskan berdasarkan rumus molekulnya.
2. Menggambarkan model senyawa dalam struktur tiga demensi.
3. Menggambarkan rumus struktur untuk setiap senyawa berdarkan model molekulnya.
4. Menuliskan rumus struktur dan titik electron untuk setiap model senyawa yang
diberikan oleh asisten.

II. Pertanyaan Prapraktek :


1. Bagaimana perbedaan panjang ikatan tunggal dengan ikatan ganda dua dan ikatan
ganda tiga.
2. Beri nama bentuk ruang (model 3 demensi) tetrahedral, octahedral, linier, dll dari
senyawa berikut : a) H2, b) CH4, c) C6H6, d) C2H2

III. Dasar teori


Atom-atom bereaksi satu sama lain dengan menggunakan electron-electron dalam
tingkatan energy terluar. Antar aksi electron ini menghasilkan gaya-gaya tarik yang kuat “ikatan
kimia” yang mengikat atom-atom bersamaan dalam suatu senyawa.
Dari rumus senyawa seperti H2O, H2O2, HCl, CO2, C2H2 jelas bahwa atom-atom dari
unsure yang berlainan mempunyai kemampuan berlainan dalam mengikat satu sama lain.
Kemampuan bersenyawa suatu unsure disebut valensi.
Wajah struktur yang paling penting dari atom-atom dalam menentukan perilaku kimia
ialah banyaknya electron dalam tingkatan energy terluarnya. Electron-electron terluar ini dirujuk
sebagai “energy valensi”. Bila atom-atom suatu unsure bersenyawa dengan atom-atom unsure
lain, selalu terjadi perubahan dalam distribusi electron pada tingkatan energy terluarnya.
Pada umumnya, bila suatu unsure non logam bersenyawa dengan unsure-unsur non
logam lain, electron tidak dibuang ataupun diambil oleh atom-atom, melainkan digunakan secara
bersama-sama yang disebut “ikatan kovalen”. Senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen
disebut senyawa kovalen.
3H + N H-N-H
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengambil kesimpulan mengenai rumus titik
electron senyawa dari suatu model. Model tersbut disusun dari sejumlah bola dan tongkat
penghubung. Setiap bola mewakili sebuah atom dan setiap tongkat penghubung mewakili satu
ikatan kovalen tunggal. Satu ikatan kovalen tunggal terdiri dari dua electron yang digambarkan
dengan 2 titik.
Untuk menysusun suatu model, satu tongkat yang menghubungkan dua bola
menggambarkan satu ikatan tunggal. Jika dua bola bergabung dengan dua tongkat, ini berarti
satu ikatan ganda atau empat electron ikatan. Tiga tongkat yang menggabungkan dua bola
menggambarkan tiga pasang electron ikatan.
IV. Prosedur Percobaan
1. Susunlah model molekul untuk setiap senyawa dibawah ini (A, B, C, D). gambarkan
model tiga demensinya pada lembar laporan.
2. Gambarkan rumus struktur dari setiap senyawa.
3. Tuliskan rumus titik lektron sesuai dengan rmus etrukturnya. Setiap atom harus
dikeleilingi oleh electron octet . (catatan : kecuali atom hydrogen karena hanya
mempunyai satu subkulit dan ditempati oleh dua electron).
4. Periksa kembali setiap rumus titik electron dengan jalan menjumlahkan electron
valensinya.

Senyawa-senyawa prosedur diatas :


Senyawa A : senyawa dengan iaktan tunggal
H2 CH4 H2O2 Valin
Senyawa B : Senyawa dengan ikatan ganda dua
C2H4 HONO HCOOH fenilalanin
Senyawa C : Senyawa dengan ikatan ganda tiga
N2 C2H2 HOCN Alanin
Senyawa D : senyawa dengan dua iaktan ganda
CO2 C3H4 C2H2O Isoleusin

Gambarkan rumus struktur setiap model molekul senyawa yang diberi oleh asisten.
Tuliskan rumus titik elektronnya sesuai dengan rumus struktur.
PERCOBAAN III
RUMUS SENYAWA HIDRAT
I. Tujuan :
1. Mencari rumus emperis dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa
tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk
menghitung rumus emperis.

II. Pertanyaan Prapraktek


1. Berilah 5 buah contoh senyawa yang memilki rumus molekul dan rumus emperis yang
sama dan 5 buah senyawa yang memiliki rumus molekul dan rumus emperis yang
berbeda.
2. Pembakaran senyawa CxHy dalam oksigen berlebih menghasilkan 11 g H2O. jika Ar O
= 16, C = 12 dan H = 1. Bagaimana rumus emperis senyawa tersebut.

III. Dasar Teori


Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan
kualitatif yang terjadi selama reaksi kimia secra tepat, singkat dan langsung, kita gunakan
lambing-lambang kmia dan rumus-rumus kimia. Secara umum dikenal rumus emperis dan
rumus molekul.
Rumus emperis adalah suatu senyawa yang menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah
atom yang terdapat dalam senyawa tersebut, sedangkan rumus yang sebenarnya untuk semua
unsure dalam senyawa dinamakan rumus molekul. Sebagi contoh karbohidroksida terdiri dari 1
atom C dan 2 atom O, maka rumus emperisnya CO2. Hidrogen peroksida yang mempunyai 2
atom H dan 2 atom O memiliki rumus molekul H2O2 rumus emperisnya HO.
Untuk penulisan rumus emperis walau tak ada aturan yang ketat, tetapi umumnya untuk
zat anorganik, unsure logam atau hydrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non
logam/metalloid dan akhirnya oksigen, sedangkan untuk zat-zat organic aturan yang umum
berlaku adalah C, H, O, N, S, dan P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan disimpulkan rumus empiris ditentukan
lewat penggabungan nisbah bobot dari unsure-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting
untuk memperlihatkan sifat berkala dan unsure-unsur. Secara sederhana penentuan rumus
emperis suatu senyawa dapat dilakukan dengan eksperimen, dengan menentukan persentase
jumlah unsure-unsur yang terdapat dalam zat tersebut, memakai metode analisis kimia
kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula massa molekul relative senyawa tersebut. Untuk
menyatakan rumus emperis senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-sifat fisik dan kimia
dari zat tersebut, yaitu :
1. Dari rumus emperis ini dapat dilihat unsure apa yang terkandung senyawa tersbut, dan
berapa banyak atom dari masing-masing “unsur membentuk molekul senyawa tersebut”.
2. Massa molekul relative dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relative dari
unsure-unsur yang membentuk senyawa.
3. Berdasarkan rumus emperis dapat dihitung jumlah relative unsure-unsur yang terdapat
dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut.

IV. Prosedur Percobaan


1. Ambil cawan krus dan tutupnya. Alat ini harus bersih dan kering.
2. Timbang krus dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 g, catat bobotnya.
3. Kedalam cawan tambahkan 0,5 g senyawa hidrat BaCl2.xH2O
4. Panaskan cawan menggunakan hotplate.
5. Timbang cawan penguap besera isinya sampai bobot tetap.
6. Tentukan rumus senyawa hidrat tersebut.
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR, MENGHITUNG KONSENTRASI DAN
PENGENCERAN SERTA LARUTAN INDIKATOR

2.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa mampu membuat larutan standar, menghitung konsentrasi dan pengenceran
serta larutan indikator

2.2 Dasar Teori


A. Larutan Baku/Larutan Standar
1. Pengertian Larutan Baku/Larutan Standar
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. (Michael J. Bassett 1994)
a. Larutan Baku Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
1) Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-
permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2) Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau
dipengaruhi karbondioksida.
3) Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
4) Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
besar.
5) Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6) Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung (Michael J. Bassett 1994).
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
1) Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2) Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
3) Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

B. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat
terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka dikatakan bahwa larutan
itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya, apbila pelarutnya sangat
banyak, maka dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
 Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan. Misalnya : alkohol 76
%. Berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
 Pesen berat / Persen Massa
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram
larutan.Misalnya : sirop merupakan larutan gula 80%. Artinya dalam 100 gram
sirop terdapat 80 gram gula.
 Molaritas
Molaritas disingkat dengan M menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam ! liter
larutan. Misalnya : NaCl 0.1 M, berarti dalam 1 liter larutan terdapat 0.1 mol NaCl
atau 5.85 gram NaCl.
 Normalitas
Normalitas disingkat dengan huruf N menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut
dalam 1 liter larutan.
 Molalitas
Molalitas atau disingkat m menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram
pelarut.
C. Pengenceran Larutan
Proses pengenceran larutan adalah perubahan kepekatan larutan dari suatu larutan
yang pekat menjadi larutan yang kurang pekat.Untuk menentukan larutan standar maka
dapat digunakaan persamaan sebagai berikut : (Nachtrieb, N.H. 2001)

D. Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan
basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa.
Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau
basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa
indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. Indikator yang sering tersedia di
laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.
Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indicator asam basa adalah terjadinya
perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam dan larutan basa.
Untuk menguji sifat asam basa suatu zat selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena
dalam bentuk larutan sifat pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi.

2.3 Alat dan Bahan


No Nama Alat Dan Bahan Banyak Bahan
Membuat Larutan 1
A Botol Bahan NaOH 1
C Neraca Analitik 1
1 D Gelas Kimia Ukuran Sedang
E Aquades Secukupnya
F Pengaduk 1
G Labu Takar 1000 mL 1
Membuat Larutan 2
A Botol Bahan HCl 1
B Labu Takar 100 mL 1
2
C Pipet Skala 25 mL 1
D Karet Penghisap 1
E Aquades Secukupnya
Pengenceran
A Larutan HCl Secukupnya
3
B Labu Takar 1000 mL 1
C Aquades Secukupnya
Membuat Larutan Standar
H2SO4
A Labu Takar 100 mL 1
4
B Aquades Secukupnya
C Neraca Analitik 1
5 Pembuatan Indikator
A Gelas Kimia 2
B Labu Takar 2
C Pipet Volume 1
D Pipet Gondok 2
E Karet Penghisap 2
F Neraca Analitik 1
G Pengaduk 1
H Methyl Red Secukupnya
I Etanol Secukupnya
J Aquades Secukupnya

2.4 Prosedur Kerja


A. Membuat larutan 1
1. Mengamati botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol
seperti : nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan,
serta rumus kimia bahan.
2. Menimbang NaOH sebanyak 4 gram dengan neraca analitik dan meletakkannya id
dalam gelas kimia.
3. Menambahkan akuades secukup dan diaduk agar semua bahan dapat larut.
4. Mengamati perubahan yang terjadi
5. Memindakan larutan tadi kedalam labu takar 1000 ml, dan menambahkan akuades
kembali sampai tanda tera/batas. Tutup tabu takar ke dua arah yaitu keatas dan
kebawah.
6. Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke
bawah.
7. Hitung konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)

gr 1000
M= x
Mr v
Keterangan:
M= Molaritas
Gr = massa terlarut
V= volume larutan (ml)

B. Membuat larutan II
1. Mengamati botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol
seperti : nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan,
serta rumus kimia bahan.
2. Memipet 24,86 ml HCl pekat
3. Memasukkan HCl ke dalam labu takar 100 ml yang terlebih dahulu diisi dengan
sedikit akuades.
4. Mengamati perubahan yang terjadi.
5. Menambahkan akuades sampai tanda tera/batas.
6. Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke
bawah.
7. Hitung konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)

C. Pengenceran
1. Pipet 33,34 ml larutan HCl dari prosedur II kemudian masukkan ke dalam labu
takar 1000 ml.
2. Tambahkan akuades sampat tanda tera/batas. Kocok dengan cara membalik-
balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
3. Hitung konsentrasi HCl dalam satuan molaritas (M)
M1V1=M2V2

Keterangan :
M1: Molaritas larutan induk
M2: Molaritas larutan standar yang dibuat
V1: Volume larutan yang dipakai
V2: Volume larutan standar yang di buat

D. Pembuatan larutan standar H2SO4


1. Timbanglah labu takar 100 ml kosong (a gram)
2. Isi labu takar 100 ml dengan akuades sampai kurang lebih ¾ nya dan timbang (b
gram)
3. Ambil 10,86 ml H2SO4 pekat, masukkan kedalam labu takar no.2 dan timbang (c
gram)
4. Amati perubahan yang terjadi.
5. Tepatkan volume labu takar dengan akuades sampat tanda tera/batas, kocok
hingga homogeny.
6. Timbang larutan yang terbentuk (d gram)
7. Tentukan sifat pelarutan asam sulfat dan hitung konsentrasinya dalam satuan
persen berat (%w/v).

E. Pembuatan indikator
1. Indicator phenophtalen kisaran warna colorless-pink (1% dalam 50% etanol +
50% air.
2. Indicator methyl Red kisaran warna pink-yellow (1% dalam 60% etanol + 40%
air.
MODUL V
KIMIA DASAR FARMASI
TITRASI ASAM BASA

I. Tujuan : Untuk Menetapkan Kadar Asam Salisilat Secara Alkalimetri


II. Teori Dasar :
Alkalimetri adalah analisis yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar dan
bentuk titrasi berdasarkan reaksi netralisasi antara zat titran dan zat yang akan di titrasikan.
Dalam titrasi asam basa ,jumlah relatif asam dan basa yang di perlukan untuk mencapai titik
ekivalen ditentukan oleh perbandingan oleh asam (H+) dan basa (OH-) yang beraksi (Golberg,
2002).
Indikator adalah zat yang di tambahkan untuk menunjukan titik akhir titrasi telah dicapai.
Umumnya indikator yang digunkan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut
titrani dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebutanalit. Pada titik tersebut, jumlah
mol H2O+ yang terdapat dalam anait. (Atikins,1997:550).
Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah (H+) dan (OH-) dalam larutan, baik
sebagai titran maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam mempersiapkan larutan
pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan pelarut, sebab air suling netral.
Dalam titasi alkalimetri, di dalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu.
Perjalanan titrasi dengan penambahan titrasi yang akan penambahan titrasi yang akan
menyebabkan perubahan pH yang pada suatu saat nanti dimana meqtiitrat = meqtitran akan
mempunyai pH tertentu.

Syarat-syarat reaksi pada volumetri :


1. Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi
2. Reaksi berlangsung terus menerus dengan cepat
3. Ada perubahan fisika maupun kimia yang dapat dideteksi pada titik ekivalen, atau dapat
mengubah indikator sehingga diketahui titik akhir titrasinya.
Syarat Baku Primer :
1. Harus murni
2. Tidak higroskopis, tidak teroksidasi, tidak menyerap udara selama penyimpanan tidak
boleh berubah
3. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi
4. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi

III. Alat dan Bahan


Alat : Beaker glass, spatel, erlenmeyer, klem, statip (CO2), buret, batang pengaduk, pipet tetes.
Bahan : Asam salisilat, talkum, NaOH 0,1 M, asam oksalat, etanol netral, aqua bebas karbon
dioksida, aquadestillata, Phenol Pthalein.

IV. Prosedur Kerja


A. Pembuatan Reagen
1. Etanol Encer
Campur 500 mL etanol dan 500 mL air murni yang diukur terpisah dan campuran terpisah
diukur 25oC, volume campur lehih kurang 970 mL.
2. Etanol Netral
Pada sejumlah etanol (95%) tambahkan 0,5 mL larutan Phenol Pthalein dan natrium
hidroksida 0,1 M. Secukupnya hingga larutan berwarna merah jambu, etanol netral harus di buat
baru.
3. Pembuatan NaOH 0.1 M
Larutan sejumlah natrium hidroksida dalam air secukupnya hingga air 1000 mL larutan
4. Pembuatan Aqua bebas CO2
Air yang telah dididihkan kuat-kuat selama beberapa menit. Selama pendinginan dan
penyimpanan harus terlindungi dari udara.

5. Pembuatan Phenol Pthalein 1%


Timbang 1 gr Indikator PP, add Alkohol 95% sebanyak 50 mL dan Aquadest 50 mL.
Mix hingga larutan menjadi homogen.

B. Pembuatan Larutan Baku dan Penetapan Kadar Sampel


1. Pembekuan NaOH 0.1 M
Lebih kurang 3 g yang yang di timbang seksama, larutkan dalam 50 mL air bebas karbon
dioksida. Tambahkan indikator PP sebanyak 2-3 tetes, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N
hingga terjadi perubahan warna (pink).
1mL NaOH 0,1 M = 6,304 mg Asam Oksalat
2. Penetapan Kadar Sampel Asam Salisilat
Timbang seksama lebih kurang 500 mg asam salisilat. Larutkan dalam 25 etanol 95%,
tambahkan indikator PP 2-3 tetes, dan titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1M hingga terjadi
perubahan warna.
1 mL NaOH 0,1 M = 13,812 mg Asam Oksalat

PERCOBAAN VI
PRAKTIKUM KATION DAN ANION

I. Tujuan Percobaan
1. Identifikasi adanya kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
2. Identifikasi adanya anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
II. DASAR TEORI
A. Klasifikasi Analisi Kation
Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation dikalsifikasi dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah
suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.
Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-
golongan ini adalah sebagai berikut:
1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.
Ion-ion golongan ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.
2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III),
arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III) (IV). Keempat ion
yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-golongan
IIb. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam
ammonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.
3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrongen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini
membentuk endapan dengan ammonium sulfida dengan suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II),
besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.
5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
B. Klasifikasi Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan
jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron
untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam
dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion.
Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang
terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+,
Fe3+, S2-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini
mengandung hanya satu atom.
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih
sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal
(dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33- -, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-
anion ini mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2. Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-
Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.

III. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pemanas listrik, gelas kimia 300
mL, gelas kimia 250 mL, tabung reaksi, labu semprot, rak tabung, pipet skala, pipet
tetes, gegep, pinset, batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air (H2O), amonium karbonat
((NH4)CO3) padatan, asam asetat (CH3COOH) 2M, asam asetat (OAc), asam klorida
(HCl) 2M, asam sulfat (H2SO4) 2M, alkohol (R-OH) 96%, aquadest, barium klorida
(BaCl2) 5%, besi (III) klorida (FeCl3) 4%, kalium heksasiano ferrat (K4Fe(CN)6) 2M,
kalium iodida (KI) 20 %, kalium kromat (K2CrO4) 1M, kertas saring, kertas lakmus,
natrium hidroksida (NaOH) 0,05M, perak nitrat (AgNO3) 0,1N, timbal II nitrat
(Pb(NO3)2) 4%, tissue dan zink sulfat (ZnSO4) 10%,
IV. Prosedur Kerja
1. Uji Kation
a. Ag+
2 tetes AgN03 0,1 N ditambah 2 tetes HCl 2M, terbentuk endapan putih AgCl, ditambah
dengan H20. Dilarutkan endapan dengan (NH4)2CO3 2M.
b. Pb2+
1). 2 tetes Pb(NO3)2 ditambah K2CrO4 1M, terbentuk endapan kuning
PbCrO4 yang larut dalam NaOH 2M.
2). 2 tetes Pb(NO3)2 ditambah 2 tetes H2SO4 2M dan 2 tetes alkohol
96%, terbentuk endapan putih PbSO4.
c. Fe3+
2 tetes FeCl3 4% ditambah 2 tetes larutan K2Fe(CN)6 terbentuk warna biru.
d. Cr3+
2 tetes K2CrO4 1M ditambah 2 tetes AgN03 0,1N, terbentuk endapan merah.
e. Zn2+
2 tetes ZnSO4 10% ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6. Terdapat endapan putih yang
menandakan adanya Zn.
f. Ba2+
2 tetes BaCl2 5% ditambah 2 tetes CH3COOH 2M ditambah 2 tetes K2CrO4 terbentuk
endapan kuning.
g. NH4+
(NH4)2CO3 2M padat ditambah 0,5 mL NaOH 6M dipanaskan dalam tabung reaksi,
dicium bau yang keluar, diletakkan sepotong kertas lakmus merah dan biru yang basah
di atas mulut tabung reaksi. Diamati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.
2. Uji Anion
a. Cl-
2 tetes HCl 2M ditambah 2 tetes AgNO3 dan 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan
putih. Ditambahkan lagi 2,5 mL (NH4)2CO3 2M endapat larut kembali, ditambah
HNO3 6M hingga bersifat asam (dilakukan dilemari asam), terbentuk endapan putih.
b. I-
2 tetes KI 20% ditambah 2 tetes AgNO3, ditambah 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan
kuning muda, selanjutnya ditambah 2 tetes (NH4)2CO3 2M, endapan tidak larut.
c. OAc-
Setetes CH3COOH 2M ditambah setetes H2SO4, kemudian dipanaskan terdapat bau khas
asam cuka.
PERCOBAAN VII

MENGGUNAKAN ALAT PIKNOMETER (PICNOMETER)


I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat menentukan berat jenis zat cair menggunakan alat picnometer.
2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis zat.

II. DASAR TEORI PERCOBAAN


Piknometer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk menentukan massa jenis suatu zat padat
atau cairan Piknometer biasanya terbuat dari kaca dan pada bagian depan tutupnya terdapat
pipa kapiler sehingga gelembung udara dapat lolos dari alat tersebut. Piknometer memiliki
berbagai macam ukuran yaitu 100 rnl , 50ml ml, 20ml, dan 10 ml Ukuran yang sering
digunakan adalah 10 ml dan 25 ml. Di laboratorium biasanya piknorneter digunakan untuk
menentukan massa jenis atau berat jenis minyak sawit CPO, minyak atsiri, dan berat jenis tanah
atau material berpori seperti batuan. Untuk sampel zat padat yang akan diukur berat jenisnya maka
sampe dihaluskan terlebih dahulu sarnpai berbentuk serbuk.

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN :


ALAT: Picnometer 20 mL atau 50 mL, Cawan Petri, Beaker Glass 10 mL, Pipet Tetes dan Tissue
BAHAN: Aquadest, Etanol dan Minyak

IV. CARA MENGGUNAKAN PICNOMETER SESUAI SOP :


1. Bersihkan piknometer dan keringkan dengan oven pada sunu 105 0C selama 15-30
menit
2. Keluarkan piknometer dan masukkan dalam desikator selama 10-15 menit
3. Catat volume piknometer yang digunakan ( 50 ml, 25 ml, atau 10 ml ).
4. Timbang piknometer kosong dan catat sebagai a gram
5. Masukkan sarnpel ke dalam piknometer sampai di atas leher, pasang tutupnya hingga
sampel dapat mengisi pipa kapi'er sampai penuh dan pastikan tidak ada gelembung
udara di dalam piknometer.
6. Keringkan bagian luar piknometer dengan tisu
7. Timbang piknometer berisi sampe: dan catat sebagai b gram
Setelah selesai piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan.

MENGHITUNG MASSA JENIS (BERAT JENIS) SUATU ZAT


Rumus

Dimana
a ( rno) - massa jenis suatu zat ( kp/m3 atau pr/cm3 ) m - massa suatu zat ( kp atau pr )
v - vo ume suatu zat ( m3 atau cm3)

Setelan menggunakan piknometer maka massa enis suatu zat dapat dinitung massa suatu zat yaitu

p = (piknometer+isi) - (piknameter kosong)


volume suatu zat
p-(b-a)
MAINTENANCE PICNOMETER IN LABORATORY:
Agar picnometer dapat digunakan secara maksima dan akurat maka perlu adanya
Derawatan. Jalan satu perawatan Dicnometer yaitu dilakukan kalibrasi Tujuan dilakukan
kalibrasi ada ah untuk menjaga agar alat picnometer dapat ter amin keakuratannya.
Sebelum digunakan sebaiknya Dicnometer dika ibrasi terlebih danu u untuk mendapatkan
nasil dengan kete itian tinggi.

NOTE : Volume zat Dadat yang bentuknya tidak beraturan daDdt ditentukan secara
angsung Bj nya dengan menggunakan Diknometer, bi a volume dan Derat zat padat
tersebut diketanui, maka da Ddt diketanui berat jenisnya.

PENENTUAN BERAT JENIS ZAT PADAT DENGAN PICNOMETER


1. Menimbang piknometer kosong kering dan bersih yang telah diketahui volumenya (e
gram] (Bersihkan dengan tissu bagian luarnya]
2. Mengisi piknometer dengan zat padat sampai separuh (1/2) dari piknometer dan
Menimbang piknometer yang berisi zat padat, (f gram) (Bersihkan dengan tissu
bagian luarnya]
3. Menambahkan kedalam piknometer yang berisi zat padat dengan zat cair
(Aquadest) pada suhu 18°C yang telah diketahui berat jenisnya (tidak boleh
terdapat gelembung udara da lam piknometer kemudian timbang picnometer
tersebut berisi zat padat dan zat cair tepat, (g grams (Bersihkan dengan tissu
pagian luarnya)

4. Hitung Berat zat Padat dengan persamaan berikut Berat Zat Padat - (e] gram
5. Hitung Volume zat cair dengan Dersamaan berikut
6. Volume Zat Cair = a -I
Beratjenis zat cair
6 Hitung Berat Jenis Zat Padat dengan persamaan berikut
Bj Zat Padat = Berat Zat Padat
Vo.ume Zat Cair

CONTOH MENGISI PICNOMETER YANG BAIK DAN BENAR

PERCOBAAN VI
PRAKTIKUM EKSTRAKSI
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui konsep dasar ekstraksi cair-cair
2. Mengetahui cara pemilihan larutan esktraksi
3. Mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-air
B. Dasar Teori
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapat digunakan apabila
pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak
ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna
(Wibawads, 2012).
Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan koefisien
distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling bercampur. Bila
suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum
mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-
cair atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran cair dengan
mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut
(solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan
(Yazid, 2005).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Misalnya
idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam
karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion dapat diambil dengan
mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian
mengurangi lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan
keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin
sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001)
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut
yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media
ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau
hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti
performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas
mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-
tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan
yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat
pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi
sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan
dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fase homogen ikut menentukan keluaran sebuah
ekstraktor cair-cair (Gilis, 2001).
Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi kesetimbangan
komponen-komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini dugunakan untuk memilih
rasio pelarut ekstraksi untuk umpan yang masuk proses ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju
perpindahan massa atau efisiensi teoritis pada peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur
digunakan, kesetimbangan termodinamika melibatkan larutan non-ideal (Chadijah, 2014).
C. Alat dan Bahan
Alat:
gelas ukur, corong pisah, statif, ring, beaker glass dan corong kecil.
Bahan : ekstrak teh gelas, ekstrak teh kotak, dan pelarut organik (kloroform).

B. Prosedur Kerja :
1. Ekstraksi dengan 30 ml kloroform
 Disiapkan semua alat yag dibutuhkan dan pastikan semua alat dalam keadaan
bersih dan kering
 Dipasang statif dan ring untuk proses ekstraksi
 Diukur ekstrak teh 30 ml dengan gelas ukur kemudian masukkan kedalam
corong pisah
 Diukur kloroform 30 ml dengan gelas ukur, masukkan kedalam corong pisah
kemudian kocok corong. Sesekali keran corong dibuka untuk mengeluarkan gas yang
dihasilkan.
 Dilakukan pemisahan dan diambil lapisan kloroform
 Diamati perubahan pada kloroform.

2. Ekstrak dengan10 ml kloroform dengan 3 kali repetisi


 Disiapkan semua alat yag dibutuhkan dan pastikan semua alat dalam keadaan
bersih dan kering
 Dipasang statif dan ring untuk proses ekstraksi
 Diukur ekstrak teh 30 ml dengan gelas ukur kemudian masukkan kedalam
corong pisah
 Diukur kloroform 10 ml dengan gelas ukur, masukkan kedalam corong pisah
kemudian
kocok corong. Sesekali keran corong dibuka untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan.
 Dilakukan pemisahan dan diambil lapisan kloroform
 Dilakukan langkah 4 dan 5 sebanyak 3 kali
 Diamati perubahan pada kloroform
 Dibandingkan hasil kloroform dengan hasil ekstraksi 30 ml kloroform.

Anda mungkin juga menyukai