Anda di halaman 1dari 36

Modul Praktikum Kimia Dasar

Program D1 P3TIK

LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
Modul Praktikum
Kimia Dasar

Program D1 P3TIK

Tim Penyusun

Laboratorium Kimia Dasar-Fakultas Teknik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

i
TATA TERTIB YANG HARUS DIPATUHI OLEH PESERTA
PRAKTIKUM KIMIA DASAR

1. Setiap peserta harus hadir tepat waktu. Apabila seorang peserta terlambat lebih
dari 10 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
2. Selama mengikuti praktikum, perserta wajib memakai jas praktikum (berwarna
putih lengan panjang) yang bersih dan bersepatu tertutup (bukan sepatu sandal)
3. Setiap kelompok wajib membawa alat kebersihan yaitu serbet kain yang bersih,
sabun cair pencuci dalam botol kecil, dan sikat tabung. Semua alat tersebut
dimasukkan ke dalam tas atau kotak kecil.
4. Setiap peserta wajib membawa masker.
5. Setiap peserta wajib membuat jurnal sebelum pelaksanaan praktikum dengan
format yang telah ditentukan.
6. Setiap peserta wajib mengikuti tes pendahuluan yang dipandu asisten selama
kurang lebih 15 menit. 7. Untuk pelaksanaan praktikum, peserta perwakilan
kelompok meminjam alat dari petugas laboratorium dengan mengisi formulir
peminjaman alat.
7. Peserta wajib melaksanakan praktikum dengan tertib serta dengan tetap
menjaga kebersihan meja kerja dan ruangan laboratorium.
8. Selama pelaksanaan praktikum peserta praktikum wajib bersikap sopan dan
tidak membuat kegaduhan atau bermain-main..
9. Dilarang makan, minum, dan merokok di area laboratorium.
10. Kembalikan botol-botol reagen yang telah dipergunakan ke tempat semula
dengan tutup botol jangan sampai tertukar.
11. Setiap kelompok wajib mengembalikan set alat dengan lengkap dan bersih yang
telah digunakan kepada petugas laboratorium
12. Setiap selesai melaksanakan praktikum wajib meninggalkan meja dalam
keadaan bersih dan rapi seperti semula
13. Bagi peserta yang tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 (dua ) kali dinyatakan
gugur dan mendapat nilai E.
14. Peserta diwajibkan praktikum sesuai jadwal dan tidak diperkenankan
INHAL/menyisip. 3
15. Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur lebih lanjut oleh
pimpinan laboratorium dengan pengumuman tersendiri.

ii
Kasus Alat Hilang/Rusak /Pecah

1. Jika peserta merusak/memecahkan/menghilangkan alat maka diwajibkan untuk


memperbaiki/mengganti dengan barang yang serupa (jumlah, ukuran, dan merk
sama).
2. Penyelesaian kasus ini selambat-lambatnya adalah pada saat pelaksanaan ujian
praktikum. Jika belum diselesaikan maka nilai akan ditahan.

Kepala Laboratorium Kimia Dasar FT Untirta

iii
PENDAHULUAN

A. Pengenalan Alat-Alat dan Penggunaannya Alat-alat dan kegunaannya

1. Tabung reaksi: terbuat dari kaca dapat dipanaskan, dipakai untuk mereaksikan
zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit: terbuat dari kayu atau kawat untuk memegang tabung reaksi pada
pemanasan.
3. Pengaduk gelas: terbuat dari kaca untuk mengadduk suatu campuran atau
larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga
untuk menolong pada waktu menuangkan cairan.
4. Corong: terbuat dari kaca untuk membantu memasukan cairan ke dalam tempat
yang bermulut sempit seperti botol, labu ukur, buret dan lain-lain.
5. Gelas arloji terbuat dari gelas untuk menimbang zat berbentuk kristal.
6. Gelas ukur untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
memiliki skala dengan bermacam-macam ukuran. Jangan
dipanaskan/digunakan untuk mengukur larutan/pelarut panas.
7. Gelas piala dinamakan juga gelas beker. Digunakan sebagai tempat larutan,
dapat digunakan untuk memanaskan larutan atau menguapkan solvent. Bukan
alat ukur yang tepat skala hanya perkiraan saja.
8. Erlenmeyer: digunakan untuk titrasi dapat juga digunakan untuk memanaskan.
Bukan alat ukur yang tepat skala hanya perkiraan saja.
9. Labu ukur: digunakan untuk membuat atau mengencerkan larutan dengan
konsentrasi tertentu. Memiliki ukuran bermacam-macam. Jangan digunakan
untuk pemanasan.
10. Pipet:
1. Pipet gondok: dibagian tengah dari pipet ini ada yang membesar (gondok)
dengan ujung runcing. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu dengan tepat. Memiliki ketelitian lebih tinggi dari gelas ukur. Tersedia
dalam berbagai ukuran.6
2. Pipet ukur/pipet volume: pipet lurus berskala digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari gelas.
3. Pipet pasteur (pipet tetes) 11. Pro pipet: dapat terbuat dari karet bulb atau plastik
digunakan pada saat menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

iv
11. Buret: terbuat dari gelas berskala dan memiliki keran. Digunakan untuk tempat
larutan titrant.
12. Lumpang dan mortar: terbuat dari porselen digunakan untuk menggerus tablet
atau gumpalan benda padat.
13. Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan serbuk saat penimbangan.
14. Bunsen digunakan untuk pemanasan dengan berbahan bakar spirtus

B. Teknis-Teknis Percobaan dan Penggunaan Alat yang Baik dan Benar

1. Pengenalan suatu gas berbau Gas amonia merupakan contoh gas berbau khas.
Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan ammonium klorida dengan larutan
NaOH dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Cara membaui yang benar adalah
dengan mengipas-ngipas tangan di atas mulut tabung dan hidung kita pada
jarak yang tidak terlalu dekat. Jangan sekali-kali membaui gas berbahaya.
2. Pemanasan Letakan bunsen menyala di tempat yang jauh dari reagen-reagen
kimia atau dekat dengan sumber listrik. Cara pemanasan larutan dalam tabung
reaksi adalah, tabung reaksi dijepit dengan penjepit kayu kemudian dimiringkan
sekitar 30o dan arahkan ke tempat kosong dan digoyang-goyangkan. Pemanasan
larutan dalam gelas beker atau erlenmeyer harus menggunakan kaki tiga dan
kawat kasa.
3. Pengenceran dengan labu ukur Untuk membuat larutan standar sering kali
dilakukan dengan mengencerkan larutan stok yang sudah tersedia. Misalnya
membuat HCl 0,1 M dari HCl 0,2 M. Tentukan terlebih dahulu volume larutan
yang akan dibuat kemudian hitung banyaknya larutan yang lebih pekat untuk
diencerkan. Perhitungan dapat menggunakan rumus pengenceran M1V1 = M2V2.

Cara kerja:

Ambil sejumlah larutan stok yang akan diencerkan dengan menggunakan pipet
gondok/pipet ukur. Perhatikan meniskus harus tepat menyinggung garis pada
pipet gondok Masukan HCl tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai
tanda batas. Penambahan aquades harus perlahan-lahan sedikit-demi sedikit
setelah mendekati garis batas pada leher labu gunakan pipet paster untuk
menambahkan aquades secara tetes demi tetes hingga tepat pada garis batas
tersebut. Perhatikan meniskus tepat menyinggung garis batas. Tutup gelas ukur
dan kocok larutan di dalamnya hingga homogen.

v
4. Titrasi Cara mengisi buret dengan larutan Cucilah buret dengan larutan pencuci.
Bilaslah dengan larutan standar yang akan dipakai, misalnya larutan standar
NaOH 0,1 M. Isilah buret dengan larutan standar sampai skala nol gunakan
corong untuk memudahkan memasukan larutan standar ke dalam buret.
Pastikan tidak ada gelembung udara/ruang kosong pada bagian bawah keran
buret. Caranya dengan mengalirkan sedikit larutan dalam buret dan
menampungnya dalam gelas beker. Larutan standar dapat ditambahkan lagi ke
dalam buret hingga skala nol. Cara menyiapkan sampel yang akan dititrasi
Pipetlah larutan yang akan dititrasi/sampel ke dalam erlenmeyer kemudian
tambahkan indikator yang sesuai, biasanya diulang 3 kali. Cara mentitrasi
Arahkan mulut erlenmeyer berisi sampel tepat di bawah keran buret. Bukalah
keran buret, hingga larutan keluar dari mulut buret secara tetes demi tetes, saat
titrasi erlenmeyer digoyang-goyangkan secara perlahan-lahan. Titrasi dihentikan
tepat ketika terjadi perubahan warna. Misalnya untuk titrasi asam dengan basa
menggunakan indikator PP titrasi dihentikan ketika terbentuk warna merah
sangat muda dan tidak hilang dengan penggoyangan lagi (atau konstan kira-kira
selama 1 menit). Catatlah volume titran.
5. Pengenceran H2SO4 pekat Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis
pada pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan
jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut air.
6. Penyaringan Menyaring adalah cara untuk memisahkan antara endapan dari
suatu larutan. Misalnya menyaring endapan PbSO4 dari larutannya. Ambil
kertas saring berbentuk lingkaran dan lipat menjadi ¼ lingkaran, berikut lipat
lagi dan 2 – 3 kali lipatan. Masukan kertas asring yang sudah dilipat pada corong
dan basahi sedikit dengan air suling hingga melekat pada dinding gelasnya.
Pasanglah corong yang berkertas saring itu di atas erlenmeyer untuk
menampung filtrat/cairan cucian. Tuangkan larutan yang akan disaring ke
dalam corong yang sudah berkertas saring tadi. Penuangan dibantu dengan
memakai gelas pengaduk yaitu dengan memegangnya tepat pada mulut tabung
reaksi/gelas piala yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tidak ada cairan yang
jatuh diluar kertas saring. Penuangan harus hati-hati dan sedikit demi sedikit.

vi
7. Menuangkan reagen dari botol bahan Penuangan harus-hati-hati dan sedikit
demi sedikit. Etiket botol harus menghadap tangan untuk menghindari etiket
terkena cairan. Tutup botol diletakan dalam keadaan terbalik dan segera ditutup
kembali jika sudah selesai. Jangan sampai botol reagen yang satu tertukar
dengan botol reagen yang lain.

vii
DAFTAR ISI

TATA TERTIB YANG HARUS DIPATUHI OLEH PESERTA PRAKTIKUM KIMIA


DASAR .......................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... iv
Daftar Isi .....................................................................................................................................viii
Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS ......................................................... 1
Lembar Data Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS .............................. 4
Percobaan 2: LAJU REAKSI........................................................................................................ 6
Lembar Data Percobaan 2: LAJU REAKSI .......................................................................... 11
Percobaan 3: ENERGI REAKSI ASAM BASA ....................................................................... 13
Lembar Data Percobaan 3: ENERGI REAKSI KIMIA ....................................................... 18
Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA .............................................................................. 20
Lembar Data Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA .................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 26

viii
ix
Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS

1.1 Tujuan Percobaan


 Melakukan standarisasi larutan
 Menentukan persen berat asam dalam sampel
1.2 Dasar Teori
Menurut Arhenius, asam adalah senyawa yang di dalam air dapat melepaskan
ion hidrogen, sedangkan basa adalah senyawa yang di dalam air melepaskan ion
hidroksida dan ion logam. Teori Arhenius dapat menerangkan keasaman dan
kebasaan dengan mengukur derajat dissosiasi suatu asam atau basa.
HA(aq)  H + (aq) + A- (aq)
Asam
MOH(aq)  M + (aq) + OH- (aq)
Basa
Dalam hal ini HA merupakan rumus umum untuk asam misalnya HCl dan HNO3,
sedangkan MOH rumus umum untuk basa seperti NaOH dan KOH. Meskipun
kerap kali digunakan simbol H+ dalam persamaan, namun tidak menunjukkan
struktur ion yang sesungguhnya dalam larutan air. Ion H+ akan terikat pada
molekul air membentuk ion hidronium H3O+. Sehingga persamaan reaksi untuk
asam klorida yang terlarut dalam air adalah sebagai berikut
HCl(aq) + H2O(aq)  H3O+ (aq) + Cl- (aq)
asam
Asam yang mengalami disosiasi sempurna adalah asam kuat sedangkan asam yang
terdisosiasi sebagian dalam air merupakan asam lemah. Demikian juga, basa kuat
adalah basa yang terdisosiasi sempurna dalam air dan basa lemah merupakan basa
yang terdisosiasi sebagian. Ketika asam dan basa direaksikan dengan perbandingan
stoikiometris yang tepat akan mengalami reaksi netralisasi yang mengasilkan
garam.
HA(aq) + MOH(aq)  H2O(l) + MA(aq)
garam
Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat menghasilkan garam netral yang tidak
terhidrolisis. Reaksi asam kuat dengan basa lemah atau sebaliknya menghasilkan
garam terhidrolisis sebagian. Reaksi antara asam lemah dan basa lemah

1
menghasilkan garam terhidrolisis sempurna. Pada titrasi basa terdapat asam bebas,
sebagai hasil akhir diperoleh garam asetat
NaOH(aq) + CH3COOH(aq)  CH3COONa (aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan
garam yang terhidrolisa sebagian dalam larutan sebagai berikut:

CH3COONa(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + NaOH(aq)

Dapat dilihat bahwa hidrolisa adalah merupakan reaksi kebalikan dari reaksi
netralisasinya. Oleh karena itu reaksi asam asetat dan NaOH merupakan reaksi
setimbang. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat atau sebaliknya akan
menghasilkan garam tak terhidrolisa. Pada titrasi asam kuat seperti HCl dengan
NaOH akan menghasilkan garam netral yang tidak terhidrolisis
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
Indikator Menurut GN Lewis, indikator dapat digunakan untuk menentukan titik
ekivalen reaksi asam dan basa. Indikator untuk reaksi ini dinamakan indikator pH
karena mengalami perubahan warna sesuai dengan pHnya. Suatu indikator pH
memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu.oleh karena itu,
setiap perubahan reaksi harus diketahui pHnya untuk dapat memilih indikator
yang sesuai dengan melihat grafik mL pereaksi versus pH.

1.3 Alat dan bahan


1.3.1 Alat
1. Gelas piala 100 mL
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Gelas ukur 10 mL
4. Buret 50 mL39
5. Batang pengaduk
6. Labu ukur 100 mL
7. Corong
8. Pipet volume 10 mL dan 25 mL
9. Botol semprot
10. pH meter

2
1.3.2 Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 M
2. H2C2O4 0,1 M
3. Indikator phenolptalein (PP)
4. Indikator metil red (MR)
5. Indikator metil oranye (MO)
6. Aquades
7. Sampel cuka

1.3.3 Cara Kerja Analisa Asam Asetat dalam Cuka

a. Standarisasi Larutan NaOH

1. Siapkan 2 buah erlenmeyer


2. Pipet sebanyak 25 mL larutan H2C2O4 0,1 M masukkan ke dalam masing-
masing erlenmeyer.
3. Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (pp)
4. Titrasi dengan larutan NaOH hingga warna merah sangat muda yang
konstan
5. Catat volume titrant

b. Penentuan persen berat asam asetat dalam Sampel Cuka

1. Siapkan tiga buah erlenmeyer 100 mL bersih dan beri label 1, 2, dan 3.
2. Pipet sebanyak 1 mL sampel cuka ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan
sampai batas.
3. Pipet cuplikan larutan pada langkah 2 sebanyak 25 mL dan masukkan ke
dalam masing-masing erlenmeyer
4. Tambahkan masing-masing 25 mL air suling ke dalam erlenmeyer tersebut
5. Tambahkan indikator PP ke dalam erlenmeyer 1, indikator MO ke dalam
erlenmeyer 2 dan indikator MR ke dalam erlenmeyer 3.
6. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M hingga perubahan warna konstan selama
kurang lebih 1 menit
7. Ukur pH masing-masing larutan saat titik ekivalen
8. Catat volume titran

3
Lembar Data Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS

A. Standarisasi Larutan NaOH

No Volume Larutan H2C2O4 (mL) Volume larutan NaOH (mL)


1.
2.
3.
Rata-
rata

Perhitungan

Standarisasi larutan NaOH

2 xM H 2C 2O 4 .VH 2C 2O 4
MNaOH =
VNaOH

4
B. Penentuan asam asetat dalam sampel cuka

No Volume Indikator Warna larutan Volume larutan pH


cuplikan 1. Sebelum, 2. titrant NaOH (mL)
setelah
penambahan
indikator, dan
3. setelah
titrasi
1 2 3 I II Rata- Sebelum Sesudah
rata titrasi titrasi
1
2
3

Persen berat asam asetat

% (w/w) CH3COOH = MNaOH xVNaOH x100 x BMCH3COOH x 100 %


Vsampel cuka x BJ sampel cuka

V sampel cuka = 1 mL
BJ sampel cuka = dianggap 1 g/mL

5
Percobaan 2: LAJU REAKSI
3.1 Tujuan Percobaan

Mempelajari laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

3.2 Dasar Teori

Kinetika kimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
bagaimana suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dibicarakan tentang
laju reaksi dan mekanisme reaksi. Pengertian laju reaksi digunakan untuk
menerangkan seberapa cepat reaksi berlangsung, sedangkan mekanisme reaksi
dipakai untuk menerangkan melalui langkah-langkah manakah suatu pereaksi
berubah menjadi hasil reaksi. Laju reaksi suatu reaksi kimia biasanya
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi zat yang ikut serta dalam reaksi
tersebut persatuan waktu. Misalnya untuk reaksi

A+BP

akan memilki laju reaksi menurut persamaan:

Persamaan ini menunjukkan bahwa laju reaksi suatu reaksi kimia adalah
berbanding terbalik terhadap waktu dan sebanding dengan konsentrasi. Dari
berbagai hasil percobaan ternyata bahwa laju reaksi tidak selalu merupakan
fungsi linier dari konsentrasi zat pereaksi. Untuk reaksi di atas dapat dinyatakan
secara empiris dalam persamaan berikut:

r = k [A]p [B]q

secara kinetika kimia, p dan q dikenal sebagai orde reaksi sedangkan p+q
merupakan orde reaksi total reaksi tersebut.

Nilai p, q dan k dapat ditentukan secara eksperimen. Diperlukan dua set


percobaan untuk dapat menentukan nilai p dan q. Untuk menentukan nilai p
maka konsentrasi B dibuat tetap sehingga persamaan di atas menjadi

r = k [A]p .c

6
Jika dibuat logaritmanya adalah

log r = log k + log c + plog [A]

dengan menggabungkan konstanta diperoleh persamaan garis lurus sebagai


berikut log r = plog[A] + c y mx + b sehingga plot log laju reaksi versus [A] akan
diperoleh garis lurus dengan slope sama dengan p yaitu orde reaksi untuk [A].
Nilai orde reaksi untuk B dapat ditentukan dengan cara yang sama namun
konsentrasi [A] dibuat tetap.

Cara lain penetuan orde reaksi adalah dengan mengalurkan laju reaksi
dengan [konsentrasi]n dan berbanding terbalik dengan t.

r α [C]n

r α 1/t

dimana

C = konsentrasi

n = orde reaksi

t = waktu

Oleh karena itu,

[C]n α 1/t

Jika dibuat kurva [C]n versus 1/t akan diperoleh garis lurus.

Dengan demikian tingkat reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan
membuat grafik [C]n vs 1/t.

7
3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Erlenmeyer 50 mL
2. Buret 50 mL
3. Corong gelas
4. Stopwatch
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Gelas beker
8. Gelas ukur
9. Pengaduk
10. Penangas air
11. Termometer

3.3.2 Bahan

1. Larutan KMnO4 0,01 M


2. Larutan H2C2O4 0,05 M
3. Larutan Na2S2O3 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, 1 M
4. Larutan H2SO4 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, 1 M
5. Larutan MnSO4 0,18 M
6. Aquades

3.4 Prosedur Percobaan

A. Penentuan laju reaksi natrium tiosulfat dengan asam sulfat


Hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi H2SO4
1. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri label 1, 2, 3, 4, 5.
2. Berilah masing-masing tabung tanda silang (X) pada bagian samping bawah
tabung reaksi. Kemudian, posisikan tabung reaksi sehingga tanda silang ada di
belakang.

8
3. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml Na2S2O3 0,2 M dimulai dari
tabung reaksi 1 kemudian letakkan di rak secara berurutan.
4. Isikan pada tabung pertama 5 ml H2SO4 0,2 M dan aduklah dengan baik sampai
timbul kekeruhan (tanda X tidak terlihat dari pengamatan depan)
5. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
6. Ulangi percobaan di atas untuk tabung reaksi berikutnya dengan konsentrasi
H2SO4 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1M
7. Buatlah kurva antara 1/t terhadap konsentrasi H2SO4.

B. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi Na2S2O3


1. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri label 1, 2, 3, 4, 5. Berilah masing-masing
tabung tanda silang (X) pada bagian samping bawah tabung reaksi. Kemudian,
posisikan tabung reaksi sehingga tanda silang ada di belakang.
2. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml H2SO4 0,2 M dimulai dari
tabung reaksi 1 kemudian letakkan di rak secara berurutan.
3. Isikan pada tabung pertama 5 ml Na2S2O3 0,2 M dan aduklah dengan baik
sampai timbul kekeruhan (tanda X tidak terlihat dari pengamatan depan).
4. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
5. Ulangi percobaan di atas untuk tabung reaksi berikutnya dengan konsentrasi
Na2S2O3 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1M
6. Buatlah kurva antara 1/t terhadap konsentrasi Na2S2O3.

9
C. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan suhu

1. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml Na2S2O3 0,2 M dan


letakkan di rak.
2. Catat suhunya. Ini adalah suhu awal reaksi
3. Isikan pada tabung pertama 5 ml H2SO4 0,2 M dan aduklah dengan baik
sampai timbul kekeruhan. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
4. Catat suhunya. Ini adalah suhu awal reaksi.
5. Ulangi percobaan tersebut untuk suhu zat pereaksi 35, 40, 45, dan 50oC
(Catatan : pemanasan zat pereaksi dimulai dengan suhu yang lebih tinggi,
gunakan penangas air)
6. Buatlah kurva antara 1/t terhadap suhu pereaksi.

D. Pengaruh katalis pada laju reaksi Pengenceran:

- KMnO4: encerkan 50 tetes KMnO4 0,01 M dengan air sehingga volume 25 mL

- H2C2O4: encerkan 50 tetes H2C2O4 0,05 M dengan air sehingga volume 25 mL

Gunakan larutan diatas untuk percobaan berikut

1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih, beri label 1 dan 2.
2. Ke dalam tabung reaksi 1 dimasukkan 4 tetes larutan H2C2O4 dan 2 tetes
H2SO4 0,6 M. Tambahkan 1 tetes KMnO4 dan catat waktu mulai dari saat
penambahan KMnO4 sampai warna KMnO4 hilang
3. Tambahkan lagi 1 tetes KMnO4, catat waktu yang diperlukan untuk
hilangnya warna KMnO4. Lakukan seterusnya sampai penambahan KMnO4
berturut-turut sebanyak 12 tetes.
4. Ke dalam tabung yang kedua masukkan 4 tetes H2C2O4, 2 tetes H2SO4 0,6 M
dan 1 tetes MnSO4 0,18 M, tambahkan pula 1 tetes KMnO4 dan catat waktu
mulai dari penambahan KMnO4 hingga warna KMnO4 hilang
5. Buat grafik dengan mengalurkan tetes KMnO4 dengan waktu dalam detik

10
Lembar Data Percobaan 2: LAJU REAKSI

11
12
Percobaan 3: ENERGI REAKSI ASAM BASA
3.1 Tujuan Percobaan

Mengetahui energi yang menyertai reaksi asam basa

3.2 Dasar Teori

Salah satu sifat karakteristik suatu reaksi kimia adalah perubahan panas
yang selalu menyertai reaksi tersebut. Studi tentang perubahan panas semacam
ini dinamakan termokimia. Apabila dua macam zat direaksikan pada volume
tetap, maka energi internal zat tersebut akan mengalami perubahan. Besarnya
perubahan energi ini didefinisikan sebagai selisih antara energi internal hasil
reaksi denagn energi internal zat pereaksi.

ΔE = Ehasil – Epereaksi

Berdasarkan pada perubahan energi internal (ΔE) yang menyertai suatu reaksi
dapat dibedakan adanya dua macam reaksi yaitu reaksi endotermis dan reaksi
eksotermis. Suatu reaksi dinamakan reaksi endotermis apabila reaksi tersebut
disertai dengan penyerapan panas, sehingga energi internal hasil reaksi akan
lebih besar dari pada energi internal pereaksi atau ΔE adalah positif. Sebaliknya
suatu reaksi eksotermis akan disertai dengan pelepasan panas dan ditandai oleh
ΔE negatif.

Di dalam laboratorium perubahan panas yang menyertai suatu reaksi kimia


dapat ditentukan dengan kalorimeter sederhana pada tekanan tetap. Pada
keadaan perubahan ini, panas tersebut dikenal sebagai perubahan entalpi ΔH.

ΔH = H hasil – H pereaksi

Perubahan entalpi memiliki satuan kalori. Reaksi-reaksi endotermis memiliki


perubahan entalpi positif, sedangkan reaksi eksotermis memiliki perubahan
entalpi negatif.

Contoh reaksi endotermis:

H2(g) + I2(g)  2HI(g) 12.400 kal.mol-1.

Contoh reaksi eksotermis.

13
CaO(s) + H2O(l)  Ca(OH)2 (aq) - 15.300 kal.mol-1

Walaupun perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak dapat ditentukan


secara langsung tetapi harga perubahan tersebut dapat dihitung. Pengukuran
suhu dapat dikerjakan pada interval waktu tertentu dari sebelum pereaksi
dicampur sampai pereaksi tersebut bercampur. Dengan membuat grafik suhu
versus waktu, yang diperoleh dari hasil pengukuran ini, perubahan suhu T
dapat ditentukan dengan jalan ekstrapolasi kurva yang diperoleh. Jumlah panas
yang dipindahkan dari/ke dalam sistem reaksi untuk sejumlah tertentu zat
pereaksi dapat dihitung dari harga ΔT dan tetapan kalorimeter. Dari jumlah
panas yang dipindahkan selama pengukuran dan jumlah mol zat pereaksi yang
digunakan, perubahan entalpi reaksi asam basa (perubahan entalpi netralisasi).

Perubahan entalpi yang ditentukan dalam percobaan ini adalah perubahan


entalpi yang terjadi pada proses isotermal, yang terjadi pada suhu tetap.
Kalorimeter yang dipakai bukan merupakan kalorimeter internal melainkan
berupa kalorimeter adiabatis sehingga proses yang terjadi selama percobaan ini
dapat didekati dengan siklus termodinamika berikut:

Karena proses ini berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpi yang
terjadi selama berlangsungnya proses tersebut akan sama dengan jumlah panas
yang diserap atau dilepaskan

ΔHI = ΔHII + ΔHIII

qI= qII + qIII

14
karena proses I adalah proses adiabatis maka qI=0 sehingga jumlah panas yang
diserap atau dilepaskan selama proses II berlangsung dapat dihitung dari:

0 = qII + qIII

Dalam hal ini qIII adalah jumlah panas total yang diserap atau dilepaskan oleh
kalorimeter ke dalam larutan

qIII = Ctotal x ΔT

dengan

Ctotal=(Clarutan+Ckalorimeter)

Ctotal = kapasitas panas total sistem

Sehingga

qIII = (Clarutan+Ckalorimeter)x ΔT

dimana:

Clarutan = kapasitas panas total larutan

Ckalorimeter = tetapan kalorimeter

oleh karena itu perubahan entalpi yang ditimbulkan oleh reaksi adalah

ΔHII = qII = -(Clarutan+Ckalorimeter)x ΔT

Dengan

Clarutan = vol larutan x ρ.larutan x kapasitas panas larutan

Ckalorimeter = vol air x ρ.air x kapasitas panas air

Selanjutnya perubahan entalpi reaksi per mol dapat dihitung dengan rumus:

15
Tabel 3.1 kapasitas panas dan berat jenis berbagai larutan

Dalam percobaan ini akan diukur entalpi reaksi asam kuat dengan basa kuat.
Reaksi asam kuat dengan basa kuat merupakan reaksi eksotermis yang
menghasilkan air dan panas sebagai produk. Entalpi (panas) netralisasi ΔHn
dapat ditentukan dengan mengasumsikan panas jenis larutan asam dan basa
sama dengan air dan mengukur perubahan temperature ΔT ketika dua larutan
dicampurkan

ΔHn = - panas jenis air x (massa asam + massa basa) x ΔT

ΔHn umumnya dinyatakan dalam satuan kJ/mol air yang terbentuk dari reaksi.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Kalorimeter tekanan tetap


2. Termometer
3. Pipet volume
4. Gelas beker
5. Stopwatch

3.3.2 Bahan

1. Aquades
2. Larutan HCl 1,1 M

16
3. Larutan H2SO4 1,1 M
4. NaOH 1,0 M

3.4 Prosedur Percobaan

1. Siapkan 110 mL HCl 1,1 M, 110 mL H2SO4 1,1 M dan 210 mL NaOH 1,0 M dari
larutan stok 1.
2. Ukurlah sebanyak 50 mL HCl 1,1 M dalam gelas ukur dan catatlah
temperaturnya setiap 5 detik selama 1 menit.
3. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1,0 M ke dalam calorimeter. Catat temperatur
setiap 5 detik selama 1 menit dan konsentrasi larutan NaOH
4. Tambahkan asam dengan cepat secara hati-hati ke dalam kalorimeter yang berisi
larutan basa, tutup kembali kalorimeter dan aduk. Catat temperature setiap 5
detik selama 1 menit kemudian setiap 15 detik selama 5 menit
5. Plot temperature (sumbu y) terhadap waktu (sumbu x). Tentukan temperature
maksimum.

6. Ulangi percobaan di atas dengan mengganti asam HCl dengan H2SO4

17
Lembar Data Percobaan 3: ENERGI REAKSI KIMIA

18
19
Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA
4.1 Tujuan Percobaan

Mempelajari kesetimbangan kimia dari suatu reaksi, memperkirakan dan


menjelaskan, berdasarkan prinsip Le Chatelier, arah pergeseran kesetimbangan
yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi dari suatu spesies.

4.2 Dasar Teori

Sebagian besar reaksi kimia merupakan reaksi reversibel yaitu reaksi ke arah
produk dan ke arah reaktan berlangsung secara simultan

Ketika kecepatan reaksi A dan B membentuk C dan D sama dengan kecepatan


reaksi C dan D kembali ke A dan B sistem dikatakan pada kesetimbangan.
Kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan dinamis yaitu, molekul-
molekul secara kontinyu bereaksi meskipun komposisi keseluruhan dari
campuran reaksi tidak berubah. Dalam suatu sistem kesetimbangan,
kesetimbangan bergeser ke arah kanan jika terdapat C dan D yang lebih banyak
dibandingkan A dan B sedangkan kesetimbangan bergeser ke arah kiri jika
terdapat A dan B yang lebih banyak. Ketika zat A dan B bereaksi, laju reaksi
maju semakin berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu karena terjadi
pengurangan konsentrasi A dan B. Sejak terbentuknya C dan D, arah reaksi balik
mulai terjadi. Semakin banyak C dan D terbentuk, reaksi balik semakin cepat.
Hingga suatu saat, kedua reaksi terjadi pada kecepatan yang sama dan sistem
dikatakan berada dalam kesetimbangan.

20
Jika konsentrasi salah satu spesies dari suatu sistem kesetimbangan diubah,
maka kesetimbangan akan terganggu dan terjadi pergeseran baik ke arah maju
ataupun ke arah balik. Prinsip LeChateliers menyatakan ”Jika suatu tekanan
diterapkan pada sistem yang berada dalam kesetimbangan, maka sistem (reaksi)
akan bergeser ke arah tertentu untuk mengimbangi tekanan tersebut hingga
diraih kesetimbangan yang baru”. Contoh dalam kesetimbangan reaksi berikut.
Apa yang akan terjadi, jika ke dalam reaksi kesetimbangan di atas ditambahkan
senyawa A? Penambahan senyawa A dapat meningkatkan konsentrasinya
sehingga mengganggu kesetimbangan. Reaksi akan bergeser ke arah produk
untuk mengimbanginya hingga dicapai kesetimbangan baru. Dengan prinsip
yang sama dapat diprediksikan geseran kesetimbangan jika pada sistem di atas
ditambahkan senyawa C. Bukti geseran kesetimbangan dapat diamati di
laboratorium dengan mudah pada reaksi yang disertai perubahan warna atau
fasa seperti pengendapan atau pelarutan. Dalam percobaan ini akan diamati
secara kualitatif efek perubahan konsentrasi salah satu zat dalam kesetimbangan
kimia dan mengaitkan hasil pengamatan dengan prinsip LeChatelier.

4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat

1. Gelas beker 100 mL 1 buah


2. Tabung reaksi 8 buah
3. Gelas ukur 25 mL 1 buah
4. Pipet tetes
5. Rak tabung reaksi 1 buah
6. Spatula 1 buah
7. Corong 1 buah

4.3.2 Bahan

1. Larutan Fe(NO3)3 1 M
2. Larutan Fe(NO3)3 0,1 M
3. Larutan KSCN 0,1 M
4. Larutan NaOH 10%
5. Larutan NaOH 1 M
6. Larutan CH3COOH 0,1 M

21
7. Indikator metil oranye
8. Garam natrium asetat
9. Larutan amonia 0,1 M
10. Indikator fenolftalein
11. Garam amonium klorida
12. Larutan seng klorida 1 M
13. Larutan jenuh NaCl
14. HCl pekat
15. Aquades

4.4 Prosedur Percobaan

A. Kesetimbangan Besi (III) tiosianat

1. Tuangkan 5-10 tetes besi(III) nitrat 0,1 M, Fe(NO3)3 dan 5-10 tetes kalium tiosianat
0,1 M KSCN ke dalam gelas beker 100 mL. Tambahkan 10 mL akuades untuk
mengurangi intensitas warna merah.
2. Siapkan tiga buah tabung reaksi yang bersih dan beri label 1, 2, dan 3.
3. Masukan 2 mL larutan ini masing-masing ke dalam ketiga tabung reaksi tersebut
4. Ke dalam tabung reaksi 1, tambahkan 10 tetes larutan besi(III) nitrat 1,0 M
5. Ke dalam tabung reaksi 2, tambahkan 10 tetes kalium tiosianat 0,1 M.
6. Ke dalam tabung reaksi ketiga, tambahkan 4 sampai 5 tetes larutan NaOH 10%
7. Amati, catat dan jelaskan perubahan yang terjadi pada setiap tabung reaksi!

B. Kesetimbangan ionisasi asam asetat

1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan beri label 1 dan 2.
2. Ke dalam tabung reaksi 1, tuangkan 10 – 15 tetes asam asetat 0,1 M, CH3COOH
dan tambahkan 1 – 2 tetes indikator metil oranye. Tambahkan sedikit kristal
natrium asetat ke dalam larutan dan aduk perlahan hingga larut.
3. Ke dalam tabung reaksi 2, tuangkan 10 – 15 tetes asam asetat 0,1 M, CH3COOH
dan tambahkan 1 – 2 tetes indikator metil oranye. Tambahkan beberapa tetes
NaOH 1 M.
4. Amati, catat, dan jelaskan perubahan yang terjadi

22
C. Kesetimbangan ionisasi larutan amonia

1. Tuangkan 10 – 15 tetes larutan amonia 0,1 M, NH3 ke dalam tabung reaksi


tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein. Amati warna larutan. Tambahkan
sedikit garam amonium klorida padat, NH4Cl ke dalam larutan dan kocok
perlahan hingga larut.
2. Ulangi percobaan di atas. Ganti garam amonium klorida dengan 10 tetes larutan
seng klorida 1 M, ZnCl2
3. Amati, catat, dan jelaskan perubahan yang terjadi

D. Kesetimbangan larutan jenuh natrium klorida

1. Tuangkan 10-15 tetes larutan jenuh NaCl ke dalam tabung reaksi tambahkan 2
tetes HCl pekat
2. Amati, catat, dan jelaskan perubahan yang terjadi

23
Lembar Data Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA

percobaan sampel Penambahan Pengamatan Reaksi Geseran


(warna/ kesetimbangan
endapan)
1 Fe(NO3)3 1,0 M

2 KSCN 0,1 M
Kesetimbangan
3 NaOH 10%
besi(III)
tiosianat

1 Kristal
CH3COONa
Ionisasi asam 2 NaOH 1 M
aseta

1 Garam NH4Cl
Ionisasi larutan
2 ZnCl2 1 M
amonia

Larutan jenuh 1 HCl pekat


NaCl

24
25
DAFTAR PUSTAKA

1. J.A. Beran, Laboratory Manual for Principles of general Chemistry, 2011


2. Tim Penyusun, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I dan II, Laboratorium
Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3. Williamson, V., and Larry Peck, Experiment in General Chemistry,
Inquiry and Skill Building, Brooks/Cole Cengage Learning, 2009

26

Anda mungkin juga menyukai