Anda di halaman 1dari 29

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Praktikum Kimia Dasar
“Teknik Laboratorium”
Angelina Qomara Putri Purnomo, 22030121140081
1 PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
1.1.1 Laboratorium
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No 03 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya
yang disebut dengan laboratorium pendidikan adalah unit penunjang
akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis
untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan atau produksi dalam skala
terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan
metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.1
Ditinjau dari pengawasan, suatu laboratorium sangat penting
peranannya, karena laboratorium merupakan tempat penting untuk
mendapatkan data tentang kuantitas maupun kualitas dari, bahan
murni, bahan berkhasiat yang terdapat dalam obat (sintetik maupun
tradisional), makanan, minuman, dan lainnya. Untuk melakukan
fungsinya dengan baik suatu laboratorium harus memenuhi
persyaratan minimal diantaranya adalah sebagai berikut:1
1. Memiliki bangunan yang kokoh dan cukup ventilasinya.
2. Memiliki tata ruang yang baik, untuk menjaga keamanan dan
kenyamanan selama melakukan praktek
3. Memiliki prosedur keselamatan yang sesuai (tersedia alat
pemadam kebakaran dan terdapat jalur evakuasi yang memadai).
Teknik Laboratorium

4. Memiliki fasilitas laboratorium (listrik, air, meja praktek, lemari


asam, dan ventilasi yang cukup baik).
5. Memiliki peralatan yang cukup baik (berfungsi, pemeliharaan,
kalibrasi alat, dll).
6. Bahan pereaksi yang cukup baik (tingkat kemurnian, penyimpanan,
penandaan / etiket / label bahan).
7. Memiliki SDM yang berpengetahuan dan keterampilan yang baik
(Ka laboratorium, Ass Laboratorium, Pengawas praktium, dan
Pekarya Laboratorium).
8. Memiliki metode pengujian (referensi / litertur, metode standar
yang telah diuji kebenaran).
9. Memiliki pencatatan dan pelaporan yang jelas dan akurat
(perencanaan, pengadaan, penstock, catatan pemakaian bahan /
alat).
1.1.2 Definisi alat laboratorium
Untuk mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana
yang akan digunakan untuk praktikum serta tahu cara penggunaannya
sehingga mahasiswa dapat melakukan praktikum di laboratorium
kimia dengan baik dan benar, maka dari itu kami akan mengenalkan
beberapa alat laboratorium kimia sederhana yang akan digunakan
dalam menjalankan praktikum, antara lain sebagai berikut:2
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas dan dapat dipanaskan, digunakan untuk
mereaksikan zat kimia dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit tabung reaksi
Terbuat dari logam atau kayu, digunakan untuk memegang tabung
reaksi pada saat pemanasan.
3. Tabung spiritus
Terbuat dari kaca, digunakan untuk pembakaran atau pemanasan
pada waktu mereaksikan zat-zat kimia.
Teknik Laboratorium

4. Druple plate
Terbuat dari porselin, berbentuk plat dengan beberapa lekukan di
bagian atas, digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam
jumlah kecil.
5. Kasa asbes
Terbuat dari kawat logam, berbentuk ram atau jaring yang dilapisi
asbes, digunakan untuk alas pemanasan larutan.
6. Kaki tiga
Terbuat dari besi, berbentuk lingkaran di bagian atas nya dan diberi
3 kaki yang juga terbuat dari besi, digunakan untuk penyangga
kasa asbes pada waktu pemanasan.
7. Pengaduk gelas
Terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk zuatu campuran
atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Alat
ini juga digunakan untuk membantu penuangan atau dekantir
larutan dalam proses penyaringan.
8. Pipa bengkok
Berupa pipa bengkok yang terbuat dari kaca, digunakan untuk
mengalirkan gas ke dalam suatu tempat tertutup atau ke dalam
larutan.
9. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, digunakan untuk membantu dalam
menuangkan cairan ke dalam tempat yang memiliki lubang mulut
kecil, seperti botol, buret, labu takar, dan sebagainya.
10. Gelas arloji
Berbentuk lingkaran dengan bagian tengah cekung, terbuat dari
kaca dan tidak dapat digunakan untuk pemanasan, fungsinya untuk
menimbang zat yang berbentuk padatan.
11. Botol timbang
Teknik Laboratorium

Berbentuk botol kecil, tingginya sekitar 5-10 cm, bermulut


lebar, dan dilengkapi dengan tutup yang terbuat dari kaca. Alat ini
digunakan untuk menimbang zat, baik berupa cairan, cairan kental,
ataupun serbuk dan padatan.
12. Botol semprot
Berbentuk botol yang dilengkapi pipa bengkok yang semuanya
terbuat dari plastik. Alat ini digunakan untuk mencuci bagian
dalam dari alat-alat laboratorium.
13. Erlenmeyer
Terbuat dari kaca, bukan merupakan alat ukur meskipun
dilengkapi dengan skala. Alat ini digunakan sebagai tempat larutan
zat yang akan dititrasi. Beberapa erlenmeyer dengan bahan tertentu
dapat digunakan untuk pemanasan.
14. Gelas piala atau beaker glass atau gelas beker
Terbuat dari gelas, berbentuk silindris dengan mulut lebar, dan
dilengkapi dengan ujung mulut yang meruncing untuk
mempermudah dalam penuangan cairan. Alat ini bukan merupakan
alat ukur meskipun dilengkapi dengan skala, digunakan sebagai
wadah larutan atau cairan. Gelas beker dengan merk tertentu dapat
juga digunakan untuk memanaskan larutan atau cairan dan untuk
menguapkan pelarut.
15. Gelas ukur
Berbentuk silindris memanjang seperti gelas piala, hanya saja
perbandingan lebar mulut lebih kecil dan panjangnya lebih panjang
dibandingkan gelas beker. Alat ini merupakan salah satu alat ukur,
dilengkapi dengan skala dan terdiri dari berbagai ukuran. Gelas
ukur digunakan hanya sebagai alat ukur volume cairan atau larutan
yang dingin dan tidak dapat digunakan dalam proses pemanasan.
16. Labu takar
Teknik Laboratorium

Berbentuk lingkar alas datar dengan leher panjang dan mulut


agak sempit, dilengkapi dengan satu garis skala yang menunjukkan
kapasitas volume. Alat ini terbuat dari kaca dan tidak dapat
dipanaskan, digunakan dalam pengukuran volume secara tepat.
Labu takar sering digunakan dalam proses pengenceran sampai
batas volume tertentu, terutama dalam pembuatan larutan baku
atau standar.
17. Pipet
 Pipet tetes atau pipet paseur
Berbentuk silindris, terbuat dari kaca memanjang dengan
bagian ujung mengecil dan bagian pangkal dilengkapi dengan
karet penghisap. Alat ini digunakan untuk mengambil larutan
dalam jumlah yang sangat kecil.
 Pipet ukur
Terbuat dari kaca berbentuk silindris dengan bagian ujung
meruncing, tersedia berbagai macam ukuran. Alat ini merupakan
salah satu alat ukur dan dilengkapi dengan skala mulai dari paling
atas adalah angka nol, digunakan untuk mengambil larutan dalam
jumlah tertentu.
 Pipet volume atau pipet gondok
Terbuat dari kaca, bentuk silindris dengan bagian ujung
meruncing dan bagian tengah membesar, tersedia berbagai macam
ukuran dengan volume tertentu. Alat ini merupakan alat ukur yang
paling teliti, memiliki satu skala pada bagian atas yang
menunjukkan 1 macam volume terukur. Pipet jenis ini digunakan
untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentu, sesuai dengan
ukurannya, dan tidak dapat digunakan untuk mengambil larutan
panas.
18. Buret
Teknik Laboratorium

Terbuat dari gelas, bentuk silindris memanjang dengan bagian


bawah meruncing, dilengkapi dengan kran untuk mengatur
keluarnya cairan atau larutan secara perlahan-lahan. Alat ini
memiliki skala yang dimulai dari atas dengan angka nol, digunakan
untuk melakukan proses titrasi. Larutan atau cairan yang
digunakan untuk menitrasi dimasukkan ke dalam buret dan
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume zat yang
dipakai dapat dibaca pada skala yang ada. Buret memiliki beberapa
ukuran, namun tidak dapat digunakan untuk larutan yang panas.
1.1.3 Analisa bahan praktikum
Sebelum praktikum dimulai instruktur telah menyediakan
berbagai bahan kimia di meja utama. Selanjutnya mahasiswa diminta
untuk mengambil bahan yang diperlukan dan meletakannya dalam
wadah yang sudah tersedia.5
Perhatikan dalam mengambil bahan serta berbagai kesalahan
yang bisa terjadi saat pengambilan bahan diantaranya volume cairan
yang diambil kurang dari yang seharusnya, memasukan kembali
bahan yang tersisa ke dalam botol zat murni sehingga dapat merusak
zat, dan lainnya.5
Mahasiswa harus menentukan jenis bahan yang diperlukan
sesuai dengan tujuan praktikum, mengetahui sifat zat dan wujudnya
(apakah zat berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah menguap,
dan lainnya), membaca label yang tertera pada botol dengan baik, dan
terampil mengambil bahan cair tanpa tercecer.5 Larutan yang perlu
diambil dalam praktikum saat ini adalah, sebagai berikut:
1. Larutan Fehling A
Larutan Fehling A merupakan larutan biru dari Tembaga (II)
Sulfat (CuSO4) dalam air. Selanjutnya larutan Fehling A dan
Fehling B nanti akan dicampur dengan volume yang sama
Teknik Laboratorium

membentuk larutan berwarna biru tua, membentuk senyawa


kompleks bistartocuprate (II).7
2. Larutan Fehling B
Larutan Fehling B merupakan larutan tidak berwarna dari
Kalium Natrium Tartrat (KNaC4H4O64H2O) dan basa kuat di
dalam air. Selanjutnya larutan Fehling A dan Fehling B nanti akan
dicampur dengan volum yang sama membentuk larutan berwarna
biru tua, membentuk senyawa kompleks bistartocuprate (II).7
3. Larutan glukosa
Glukosa adalah monosakarida (gula terkecil / sederhana) yang
berkarbon 6 (heksosa) dan digunakan sebagai sumber dasar energy
oleh kebanyakan sel heterotrof. Gugus hidroksil terikat pada setiap
karbon kecuali satu, yang berikatan ganda dengan oksigen untuk
membentuk gugus karbonil. Glukosa tergolong aldoheksosa.
Aldoheksosa merupakan suatu heksosa yang memiliki gugus
fungsi aldehid –CHO yang terikat pada atom C nomor satu.8
4. Larutan laktosa
Laktosa, β galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula
pada susu mamalia yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang
terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa merupakan sumber
energi yang memasok hampir setengah dari keseluruhan kalori yag
terdapat pada susu (35-45%). Karena itu keberadaan laktosa
sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mamalia,
termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting.3
5. Aquadest
Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan
hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera
melarut di dalam akuades mencakup berbagai senyawa organik
netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula,
alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh
Teknik Laboratorium

kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen


dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil
aldehida dan keton. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang
bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam
laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alat-
alat laboratorium dari zat pengotor.8
6. Larutan NaOH (1,0000 N)
Natrium Hidroksida atau sodium hidroksida berbentuk fisik padat,
berwarna putih dan hodroskopis. Memiliki titik lebur 318,4C dan
titik didih 1390C. NaOH mempunyai berat molekul 40 g/mol dan
massa jenis 50% (m) 1.5253 g/mL. NaOH. Sangat basa, keras,
rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara
akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Bersifat korosif
dan mudah larut dalam air (20C) dan dalam etanol tetapi tidak
larut dalam eter.8
7. Larutan HCl (0,1000 N)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Asam klorida adalah asam kuat, dan merupakan komponen
utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara
luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti
keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat
korosif. Asam klorida ditemukan oleh Alkimiawan Persia Abu
Musa Jabbie bin Hayyan sekitar tahun 800. Dan kemudian
digunakan oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, dan
Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.9
8. Indikator Phenolphthalein (PP)
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat
bereaksi dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan
warna sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen melalui proses
Teknik Laboratorium

titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam kuat


biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein
(pp). Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di
pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat menyebabkan
polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang
tinggi.10
1.1.4 Keselamatan kerja
Keselamatan kerja sangat penting dalam kegiatan praktikum.
Keselamatan kerja di laboratorium berisikan tata tertib selama berada
di laboratorium. Keselamatan kerja merupakan upaya preventif dan
represif terhadap kecelakaan yang merupakan akibat atas desain,
sistem, proses serta kegiatan mahasiswa di laboratorium. Mahasiswa
yang memiliki keterampilan keselamatan kerja menunjukan sikap
patuh, berhati-hati, dan disiplin. Peraturan dalam keselamatan kerja
selama praktikum yaitu menggunakan jas lab dan sepatu tertutup,
penempatan alat aman (di atas meja agak ke tengah), serta disiplin
dalam bekerja. Selain itu, dalam menggunakan dan meletakkan alat
sudah baik dalam artian tidak membahayakan diri sendiri maupun
orang lain.5
Sumber-sumber bahaya yang perlu diwaspadai selama di laboratorium
kimia meliputi:1
1. Bahan kimia yang mudah terbakar, beracun, korosif, mudah
meledak, dan karsinogenik.
2. Alat-alat sumber panas yang rentan terhadap kebakaran dan
sengatan listrik seperti kompor, alat pemanas, oven, lampu dan
sebagainya.
3. Alat-alat gelas yang mudah pecah yang berpotensi melukai tubuh.
4. Pemanas air atau minyak yang dapat memercik.
Bekerja di laboratorium kimia akan berhadapan dengan bahan
kimia setiap saat. Setiap bahan kimia memiliki sifat yang berbeda yang
Teknik Laboratorium

membutuhkan penangangan tertentu. Sifat bahan kimia umumnya


berbahaya, mengiritasi, toksik, dan mudah terbakar. Sedapat mungkin
kontak bahan kimia dengan kulit, pencernaan, pernafasan harus
dihindari. Untuk menghindari bahaya kontaminasi bahan kimia
hendaklah setiap personel yang terlibat dalam kegiatan di laboratorium
kimia harus memahami budaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Demi keselamatan kerja di laboratorium perlu dipahami simbol yang
menyertai setiap bahan kimia yang terdapat pada wadahnya. Simbol-
simbol tesebut diperlukan untuk mengetahui sifat bahan sehingga
memudahkan penanganannya. Berikut ini beberapa simbol yang umum
kita jumpai pada wadah bahan kimia, antara lain:1
Tabel 1. Simbol bahan kimia

No. Nama Simbol


Flammable
Lambang : F

1. Penanganan : Jauhkan dari benda-benda


yang berpotensi mengeluarkan api.
(mudah terbakar)
Contoh : Minyak terpentin.
Toxic
Lambang : T
Penanganan : Jangan ditelan dan jangan
2.
dihirup, hindari kontak langsung dengan
kulit.
(beracun)
Contoh : Metanol, Benzena.
3. Harmful
Lambang : Xn
Penanganan : Jangan dihirup, jangan
ditelan dan hindari kontak langsung
(berbahaya)
dengan kulit.
Teknik Laboratorium

No. Nama Simbol


Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.

Explosive
Lambang : E
Penanganan : Hindari pukulan/benturan,
gesekan, pemanasan, api dan sumber
4.
nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik.
(mudah meledak)
Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro
Toluena (TNT).
Irritant
Lambang : I

5. Penanganan : Hindarkan kontak


langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2. (mudah mengiritasi)

Corrosive
Lambang : C

6. Penanganan : Jangan sampai terpercik


pada mata.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%). (korosif)
Oxidising
Lambang : O
Penanganan : Hindarkan dari panas dan
reduktor.
7.
Contoh : H2O2, KClO4.

(pengoksidasi)
Teknik Laboratorium

No. Nama Simbol


Dangerous for the environment
Lambang : N
Penanganan : Hindari kontak atau

8. bercampur dengan lingkungan yang


dapat membahayakan makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, (berbahaya bagi lingkungan)
Tetraklorometan, Petroleum bensin.
1.1.5 Definisi percobaan
Melakukan percobaan kimia sederhana fungsinya agar
mahasiswa tahu cara penggunaan alat laboratorium sehingga
mahasiswa dapat melakukan praktikum di laboratorium kimia dengan
baik dan benar, maka dari itu kami akan mempraktikkan beberapa
percobaan kimia sederhana menggunakan alat-alat laboratorium yang
sudah kami jelaskan pada poin A diatas, antara lain sebagai berikut:
1. Percobaan 1 “Merekasikan suatu zat dalam tabung reaksi”
Percobaan 1 ini berfungsi untuk menunjukkan cara
penggunaan tabung reaksi dan pipet tetes yang kemudian dipanaskan
dengan tabung spiritus. Selain untuk menunjukkan cara penggunaan
tabung reaksi, pipet tetes, dan tabung spiritus kita juga harus
mengamati perubahan apa yang terjadi pada larutan lalu tulis hasilnya
pada laporan sementara. Namun jika memungkinkan, lakukan juga
penyaringan terhadap endapan yang terjadi.2
2. Percobaan 2 “Pengenceran larutan NaOH, penentuan konsentrasi”
Percobaan 2 ini berfungsi untuk menunjukkan cara
penggunaan ball pipet, pipet volume, dan labu takar 50 mL. Selain
untuk menunjukkan cara penggunaan alat-alat laboratorium tersebut
kita juga harus mengamati perubahan apa yang terjadi pada larutan lalu
tulis hasilnya pada laporan sementara.
Teknik Laboratorium

Untuk membuat larutan standar terkadang dilakukan dengan


mengencerkan larutan standar lain yang sudah ada. Misalkan,
membuat larutan standar NaOH 0,1000 N dari larutan NaOH 1,0000
N. Untuk keperluan tersebut, maka harus ditentukan dahulu volume
larutan NaOH 0,1000 N yang akan dibuat, kemudian dilanjutkan
dengan menentukan volume larutan NaOH 1,000 N yang harus diambil
atau diencerkan melalui perhitungan. 2
Perhitungan: V1 x N1 = V2 x N2
V1 = V2 x N2
N1
Keterangan:
V1 = Volume NaOH yang akan diencerkan (1,000 N)
N1 = Normalitas NaOH yang akan diencerkan (1,000 N)
V2 = Volume NaOH yang akan dibuat atau hasil pengenceran(0,100 N)
N2 = Normalitas NaOH yang akan dibuat atau hasil pengenceran
(0,100 N)
Perhatikan bahwa volume hasil pengenceran tidak boleh melebihi atau
kurang dari batas skala, karena akan mempengaruhi nilai normalitas
hasil. 2
3. Percobaan 3 “Titrasi”
Titrasi merupakan salah satu cara analisa kuantitatif yang
sering dilakukan. Larutan yang telah diketahui normalitasnya disebut
larutan baku atau larutan standar, yang biasanya dimasukkan ke dalam
buret sebagai zat penitrasi atau titran. Larutan yang akan ditetapkan
kadarnya atau ditentukan normalitasmya dimasukkan dalam
erlenmeyer disebut zat yang akan dititrasi atau titrat. 2
Titrasi dilakukan dengan meneteskan titran pelan-pelan dengan
membuka kran buret, titran akan masuk ke erlenmeyer yang berisi
titrat dan akan digoyang-goyangkan. Titrasi dihentikan setelah terjadi
perubahan pada titrat yang dapat ditunjukkan dengan terjadinya
Teknik Laboratorium

endapan atau perubahan endapan. Untuk mempertegas perubahan


dapat dibantu dengan penambahan indikator. Kondisi pada saat titrasi
dihentikan inilah yang dinamakan titik akhir titrasi. 2
Pada saat terjadi titik akhir titrasi, diharapkan jumlah mol ekuivalen
titran sama dengan mol ekuivalen titrat. 2
Lakukan titrasi larutan NaOH tersebut dengan larutan standar
HCl sambil digoyanggoyang hingga terjadi perubahan warna (warna
pink tepat hilang) atau menjadi tidak berwarna (bening). Catat volume
HCl yang digunakan pada laporan sementara. 2
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan melakukan praktikum adalah untuk mengenal beberapa alat
laboratorium kimia sederhana yang akan digunakan untuk praktikum serta
tahu cara penggunaannya supaya mahasiswa dapat melakukan praktikum di
laboratorium kimia dengan baik dan benar. Setelah mempelajari bab ini
diharapkan para mahasiswa dapat mengenal jenis dan fungsi alat-alat yang
digunakan dalam praktikum Kimia Dasar. Selain itu mahasiswa dapat
mengetahui tentang prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja
sehingga dapat bekerja dengan baik dan aman di laboratorium.1
Teknik Laboratorium

2 BAHAN DAN METODE


2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 Percobaan 1 “mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi”
ALAT:
1. Tabung spiritus (1 buah)
2. Tabung reaksi (2 buah ) dan rak (1 buah)
3. Penjepit kayu (1 buah)
4. Pipet tetes (secukupnya)
BAHAN:
1. Larutan Fehling A (5 tetes)
2. Larutan Fehling B (5 tetes)
3. Larutan glukosa (5 tetes)
4. Larutan laktosa (5 tetes)
2.1.2 Percobaan 2 “pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi”
ALAT:
1. Ball pipet (1 buah)
2. Pipet volume (1 buah)
3. Labu takar (1 buah, 50 mL)
4. Gelas beker (1 buah)
BAHAN:
1. Aquadest (batas yang tertera)
2. Larutan NaOH 1,000 N (5 mL)
2.1.3 Percobaan 3 “Titrasi”
ALAT:
1. Gelas beker (1 buah)
2. Pipet tetes (secukupnya)
3. Corong (1 buah)
4. Erlenmeyer (1 buah)
5. Ball pipet (1 buah)
6. Pipet ukur (1 buah)
Teknik Laboratorium

7. Buret (1 buah)
8. Tiang statif (1 buah)
BAHAN:
1. Larutan HCl 0,100 N
2. Indikator Phenolphthalein (2-3 tetes)
2.2. Cara Kerja
2.2.1 Percobaan 1 “mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi”:
1. Ambil larutan laktosa dan teteskan pada tabung reaksi sebanyak 5
tetes menggunakan pipet tetes. Lakukan hal yang sama untuk
larutan glukosa.
2. Kemudian ambil larutan Fehling A dan teteskan pada tabung reaksi
yang berisi larutan laktosa sebanyak 5 tetes menggunakan pipet
tetes. Lakukan hal yang sama untuk tabung reaksi yang berisi
larutan glukosa.
3. Setelah itu, ambil larutan Fehling B lalu teteskan pada tabung
reaksi yang berisi campuran larutan Fehling A dan larutan laktosa
sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes. Lakukan hal yang sama
untuk tabung reaksi yang berisi campuran larutan Fehling A dan
larutan glukosa.
4. Terakhir, panaskan 2 campuran larutan tersebut dengan
menggunakan lampu spiritus hingga terjadi perubahan serta amati
perubahan yang terjadi.
2.2.2 Percobaan 2 “pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi”:
1. Pertama, homogenisasi dahulu larutan NaOH 1,000 N.
2. Lalu, tuang kedalam gelas beker untuk memudahkan pengambilan
dengan pipet volume.
3. Selanjutnya, pasangkan pipet volume dengan ball pipet.
4. Setelah itu, ambil larutan NaOH 1,000 N sebanyak 5 mL
menggunakan pipet volume.
Teknik Laboratorium

5. Lalu, tuang larutan NaOH 1,00 N yang sudah kita ambil ke dalam
labu takar 50 mL.
6. Kemudian, tambahkan aquadest ke dalam larutan NaOH 1,000 N
hingga batas tanda tera pada labu takar dengan tepat atau mencapai
batas meniskus bawah.
7. Terakhir, tutup labu takar dan lakukan homogenisasi.
2.2.3 Percobaan 3 “Titrasi”:
1. Mula-mula, tuang larutan HCl 0,100 N ke dalam buret hingga batas
tera. Penuangan dapat dibantu dengan corong.
2. Selanjutnya, tuang larutan NaOH 0,100 N atau larutan yang sudah
kita encerkan pada percobaan sebelumnya ke dalam gelas beker.
3. Lalu, pasangkan pipet ukur dengan ball pipet.
4. Ambil larutan NaOH 0,100 N atau larutan yang sudah kita
encerkan pada percobaan sebelumnya pada beaker gelas sebanyak
25 mL.
5. Setelah larutan tepat diambil sebanyak 25 mL lalu tuangkan larutan
ke dalam erlenmeyer.
6. Kemudian, tambahkan larutan indikator PP ke dalam erlenmeyer
yang sudah berisi larutan NaOH 0,100 N sebanyak 2 hingga 3
tetes.
7. Lanjutkan dengan proses titrasi, amati dan hentikan jika sudah
terjadi perubahan warna.
8. Terakhir, jika larutan sudah berubah warna segera hentikan proses
titrasi dan catat volume larutan yang terpakai pada buret.
Teknik Laboratorium

3 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


3.1. Hasil Pengamatan
3.1.1 Percobaan 1 “mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi”
Tabel 2. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
No Perlakuan Keterangan
. Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan
glukosa dan
laktosa, kemudian
ditambahkan 5
tetes larutan
Fehling A dan
Fehling B lalu (campuran dipanaskan) (perubahan sesudah dipanaskan)
dipanaskan
dengan spiritus.
3.1.2 Percobaan 2 “pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi”
Tabel 3. Homogenisasi larutan NaOH 1,000 N dengan aquadest
No Perlakuan Keterangan
. Sebelum Sesudah
1. Larutan baku
NaOH 1,000 N
sebanyak 5 mL
diencerkan
dengan akuades
sampai batas
skala volume.
(sebelum homogenisasi) (sesudah homogenisasi)
Teknik Laboratorium

3.1.3 Percobaan 3 “Titrasi”


Tabel 4. Titrasi
No Perlakuan Keterangan
. Sebelum Sesudah
1. Larutan NaOH
0,100 N hasil
proses
pengenceran
sebelumnya
sebanyak 25 mL,
kemudian
ditambahkan
indikator PP 2-3
(sebelum digoyangkan) (sesudah digoyangkan)
tetes lalu dititrasi
dengan larutan
standar HCl 0,100
N sebanyak 22,5
mL.
3.2. Perhitungan
3.2.1 Percobaan 2 “pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi”
Perhitungan : V1 x N1 = V2 x N2
V1 = V2 x N2
N1
V1 = 50 x 0,1 = 50 x 0,1 = 5 mL
1
Pembuktian : V1 x N1 = V2 x N2
5 x 1 = 50 x 0,1
5=5
Teknik Laboratorium

4 PEMBAHASAN
4.1. Menggunakan Alat
Saat praktikum mahasiswa mampu menggunakan alat-alat
laboratoriumnya dengan baik dan benar sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Namun, dalam menggunakan alat laboratorium mahasiswa dituntut
untuk berhati-hati, tidak terburu-buru, tenang dan berkonsentrasi.
Pencapaian pada kriteria ini meliputi, mengetahui alat yang tepat untuk
mengambil bahan yang akan digunakan, menggunakan alat dengan benar,
dan mencuci alat setelah digunakan.5
Penggunaan alat praktikum yang tidak sesuai dengan petunjuk akan
mempengaruhi hasil praktikum. Mahasiswa yang tidak berkonsentrasi saat
menggunakan alat praktikum sering kali menunjukan kesalahan kerja
misalnya salah menempatkan tabung reaksi saat pemanasan, tidak menutup
kembali botol zat setelah zat diambil, tidak menggunakan kertas saring
saat melakukan penyaringan, dan lainnya.5
4.2. Mengambil bahan
Sebelum praktikum dimulai instruktur telah menyediakan berbagai
bahan kimia di meja utama. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk
mengambil bahan yang diperlukan dan meletakannya dalam wadah yang
sudah tersedia. 5
Mahasiswa harus menentukan jenis bahan yang diperlukan sesuai
dengan tujuan praktikum, mengetahui sifat zat dan wujudnya (apakah
zat berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah menguap, dan lainnya),
membaca label yang tertera pada botol dengan baik, dan terampil
mengambil bahan cair tanpa tercecer. Perhatikan dalam mengambil bahan
serta berbagai kesalahan yang bisa terjadi saat pengambilan bahan
diantaranya volume cairan yang diambil kurang dari yang seharusnya,
memasukan kembali bahan yang tersisa ke dalam botol zat murni
sehingga dapat merusak zat, dan lainnya. 5
4.3. Mengamati
Teknik Laboratorium

Pembelajaran berkaitan dengan bagaimana meningkatkan rasa ingin


tahu mahasiswa. Rasa ingin tahu dapat ditumbuhkan atau dihilangkan sangat
tergantung bagaimana pembelajaran dilakukan. Keterampilan mengamati
ditunjukan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Pencapaian pada kriteria ini
meliputi, mengikuti praktikum dengan antusias, memperhatikan fenomena
reaksi yang terjadi selama praktikum, serta mencatat pengamatan dengan
baik. 5
4.4. Percobaan 1 “mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi”
Tujuan dari percobaan 1 adalah untuk mengetahui kegunaan dari
tabung reaksi dan pipet tetes yang akan dipanaskan dalam tabung spiritus.
Larutan glukosa atau laktosa yang dicampur dengan larutan Fehling A dan
larutan Fehling B akan berubah warna saat dipanaskan diatas tabung spiritus
awal mula warna dari campuran ketiga larutan tersebut adalah berwarna biru
keunguan, kemudian setelah dipanaskan lama kelamaan campuran kedua
larutan tersebut akan berubah warna menjadi hijau. Selain itu, volume dari
kedua campuran juga berubah serta jika memungkinkan bisa dilakukan
penyaringan terhadap endapan yang terbentuk.
Dari uji Fehling ini dapat dibuktikan bahwa larutan glukosa dan
laktosa dapat mereduksi Fehling yang merupakan gula yang bersifat
pereduksi. Fehling A merupakan CuSO4 dalam air dan Fehling B merupakan
NaOH dalam air. Sehinggaion Cu2+ menjadi ion Cu+ dan ketika suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O. Maka akan terbentuk endapan hijau
kekuningan dan merah bata yang dapat membuktikan adanya karbohidrat
reduksi.
4.5. Percobaan 2 “pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi”
Tujuan dari percobaan 2 adalah untuk mengetahui kegunaan dari ball
pipet, pipet volume, dan labu takar. Percobaan ini dilakukan dengan
mengencerkan larutan NaOH 1,000 Normalitas dengan ditambah aquadest
kemudian dihomogenisaskan agar tercampur dengan baik. Sehingga dari
pengenceran tersebut dapat menghasilkan larutan NaOH dengan konsentrasi
Teknik Laboratorium

yang baru yaitu 0,100 Normalitas. Perhatikan bahwa volume hasil


pengenceran tidak boleh melebihi atau kurang dari batas skala, karena akan
mempengaruhi nilai normalitas hasil. Hasil dari percobaan 2 ini bisa dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:

Gambar 1. Rumus Perhitungan Percobaan 2


4.6. Percobaan 3 “Titrasi”
Pada percobaan ini dilakukan dengan cara percobaan secara manual,
yaitu dilakukan dengan menggunakan buret sebagai wadah penitran dan
erlemeyer sebagai wadah titran. Selanjutnya tetesan HCl diamati secara
manual maka warna larutan yang semula bening akan berubah menjadi biru
tua atau biru keunguan. Kemudian erlenmeyer digoyang-goyangkan hingga
warna larutan yang dititrasi sudah berubah menjadi bening kembali atau
tidak berwarna, lalu segera proses titrasi dihentikan secara manual.6
Dari pencobaan tersebut dapat diketahui HCl yang digunakan dalam
mentitrasikn NaOH adalah 22,5 mL. Indikator fenolftalein yang dimasukkan
dalam larutan NaOH memiliki PH 8,3 – 10. Maka bila indikator fenolftalein
dicampurkan dengan larutan yang bersifat basa, saat telah mencapai titik
akhir titrasinya. Larutan akan berubah menjadi warna bening. Hal tersebut
dikarenakan indikator fenolftalein tidak berwarna pada larutan yang bersifat
asam. Sehingga diperoleh reaksi percobaan sebagai berikut :
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H20(l)
Teknik Laboratorium

5 KESIMPULAN
Sebelum mahasiswa melakukan praktikum di laboratorium alangkah baiknya
jika mahasiswa dikenalkan lebih dahulu dengan alat-alat yang ada di
laboratorium dan bahan-bahan atau zat-zat yang ada di laboratorium. Fungsinya
agar mahasiswa tahu bagaimana caranya menggunakan alat-alat laboratorium
dan juga mengetahui bahan atau zat mana yang berbahaya dan tidak berbahaya.
Pengetahuan tentang itu semua dibutuhkan untuk keselamatan kerja saat
mahasiswa hendak melakukan praktikum. Keselamatan kerja dalam laboratorium
kimia harus diusahakan oleh semua personalia yang berkaitan dengan
laboratorium kimia yaitu kepala laboratorium, pengampu praktikum, teknisi,
laboran, administrasi, asisten, maupun praktikan, bahkan petugas kebersihan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menuju keselamatan kerja di
laboratorium adalah penguasaan keterampilan mengelola peralatan dan bahan,
pengelolaan limbah, penanganan kecelakaan dan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Salah satu cara mengenal bahan kimia adalah dengan mempelajari
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) atau Material Safety Data Sheet
(MSDS).4
Kesimpulan untuk percobaan, pada uji fehling dapat disimpulkan larutan
glukosa mendapatkan hasil akhir berwarna hijau muda dan larutan laktosa
mendapatkan hasil akhir berwarna hijau tua atau pekat. Pada proses pengenceran
agar didapatkan larutan standar NaOH 0,1 N dapat melakukan pengenceran
larutan NaOH 1N sebanyak 50 mL menggunakan pelarut aquadest. Dalam
percobaan titrasi asam basa, menggunakan 22,5 mL HCl untuk mentitrasikan 25
mL NaOH maka didapatkan hasil akhir titrasi yang tepat menjadi bening,
perubahan warna ini disebabkan adanya reaksi larutan asam dengan larutan basa.
Teknik Laboratorium

6 GAMBAR ALAT-ALAT LABORATORIUM


Tabel 5. Gambar alat laboratorium
No No
Nama Alat Gambar Nama Alat Gambar
. .

Tabung
1. 11. Gelas arloji
reaksi

Penjepit
Botol
2. tabung 12.
timbang
reaksi
Teknik Laboratorium

No No
Nama Alat Gambar Nama Alat Gambar
. .

Tabung Botol
3. 13.
spiritus semprot

Druple
4. 14. Erlenmeyer
plate

Gelas piala
Kasa atau beaker
5. 15.
asbes glass atau
gelas beker
Teknik Laboratorium

No No
Nama Alat Gambar Nama Alat Gambar
. .

6. Kaki tiga 16. Gelas ukur

Pengaduk
7. 17. Labu takar
gelas

Pipet tetes
Pipa
8. 18. atau pipet
bengkok
paseur
Teknik Laboratorium

No No
Nama Alat Gambar Nama Alat Gambar
. .

9. Corong 19. Pipet ukur

Pipet
volume
10. Buret 20.
atau pipet
gondok

21. Tiang statif


Teknik Laboratorium
Teknik Laboratorium

DAFTAR PUSTAKA
1. Wardiyah. Praktikum Kimia Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .
(2016):2-15 p.
2. Fitriyono Ayustaningwarno, S.TP., M.Si, Dr. Diana Nur Afifah, S.TP., M.Si, Gemala
Anjani, S.P., M.Si., PhD. Modul Praktikum Kimia Dasar. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. (2020):1-5 p.
3. Intanwati, Sherly. Intoleransi Laktosa. Program Pasca Sarjana Ilmu Biomeik Program
Double Degree Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
(2012):4-5 p.
4. Padmaningrum R. T. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia JOURNAL.
Jurdik Kimia. (2012):abstract p.
5. Eliyart, Chichi Rahayu. Deskripsi Keterampilan Dasar Laboratorium Mahasiswa
Teknik Pada Praktikum Kimia Dasar Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan. Universitas
Ekasakti Padang. 6:1 (2021):32-35 p.
6. Ayssa Nurmastika, Danang Erwanto, Aulia Dewi Rosanti, Farrady Alif Fiolana.
Setrum Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan
Metode Titrasi Iodimetri. Universitas Islam Kadiri. 7:1 (2018):152 p.
7. Ardhista Shabrina Fitri, Yolla Arinda Nur Fitriana. Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Ahmad Dahlan.
17:1 (2020):45–52p.
8. Sandi, Boy. Tanpa Tahun. Aldehid dan Keton. Diakses 7/9/2021.
Universitas Brawijaya.
9. Alifia Rizki. Pengaruh Asam. Fakultas Teknik. Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya. (2014):1-7p.
10. Fitri Apriani, Nora Idiawati, Lia Destiarti. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
Trifolia (L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Asam Kuat.
Universitas Tanjungpura. JKK, 5:4 (2016):74-78p.

Anda mungkin juga menyukai