Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR


SEMESTER 1

Disusun oleh :
1. ARUM ARDHANI (11031015)
2. NANANG BAHTIAR (11031016)

FAKULTAS AGROINDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2011
ACARA I

A. PENGENALAN ALAT- ALAT GELAS


B. PENGAMATAN ADANYA GAS NH3 SECARA KUALITATIF
C. PENGENCERAN LARUTAN
D. TITRASI
E. PENGENCERAN H2SO4 PEKAT
F. PENYARINGAN

Disusun oleh :

1. ARUM ARDHANI (11031015)


2. NANANG BAHTIAR (11031016)

FAKULTAS AGROINDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2011
ACARA I.A
PENGENALAN ALAT- ALAT GELAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memperkenalkan beberapa macam alat gelas sederhana yang sering digunakan
untuk analisa kimia berikut cara penggunaannya. Percobaan ini merupakan
percobaan pendahuluan untuk percobaan-percobaan berikutnya.

II. DASAR TEORI


Peralatan gelas merujuk pada berbagai peralatan laboratorium yang
terbuat dari kaca yang digunakan dalam percobaan ilmiah terutama dalam
laboratorium kimia. Beberapa peralatan laboratorium sekarang banyak yang
terbuat dari plastik namunperalatan kaca masih sering digunakan karena pada
peralatan kaca mempunyai sifat inert , transparan dan tahan panas. (J.T.Baker,
2007).
Alat-alat gelass digunakan karena alat-alat gelas tidak bereaksi dengan
bahan/larutan yang direaksikan. Namun, didalam penggunaan alat-alat gelas
praktikan dituntut untuk hati-hati karena apabila alat gelas sudah pecah atau
rusak dimungkinkan alat gelass tersebut tidak bisa dipakai kembali.
Untuk mengenali penggunaan alat-alat gelas tersebut, diperlukan suatu
percobaaan yang menggunakan alat-alat tersebut. Dalam menggunakan alat-
alat gelas tidak hanya sekedar menggunakan akan tetapi haruslah mengetahui
fungsi dari alat gelas yang digunakan dikarenakan tingkat ketelitian dari suatu
percobaan khususnya pengukuran sangatlah mempengaruhi hasil akhir suatu
percobaan.
Selain mengetahui fungsi dari alat-alat gelas dalam penggunaan
peralatan haruslah disesuaikan dengan bentuk dari alat tersebut. Baik itu cara
memegang, menggoyang-goyangkan, maupun cara memindahkan larutan dari
alat yang satu ke alat yang lainnya.
III. METODELOGI
A. Bahan-bahan
- Alat tulis
- Kertas laporan sementara
B. Alat-alat
- Tabung reaksi
- Corong
- Gelas ukur
- Penjepit
- Pipa bengkok
- Gelas piala
- Batang pengaduk
- Gelas arloji
- Gelas Erlenmayer
- Labu ukur
- Pipet Ukur
- Burret
- Pipet Gondok
- Pipet Pasteur
C. Cara Kerja
Alat-alat gelas

Menggambar alat – alat gelas pada laporan


sementara

Menuliskan nama dan fungsi dari alat-alat gelas

Mengaplikasikan peralatan gelas dalam praktikum

Mencuci semua peralatan yang telah dipakai

Mengembalikan semua peralatan pada tempatnya


IV. HASIL PRAKTIKUM
N NAMA GAMBAR
O
1 Tabung Reaksi

2 Beaker Glass (gelas piala)

3 Labu Ukur

4 Lampu Bunchen
5 Corong

6 Penjepit

7 Batang Pengaduk

8 Pipet Tetes

9 Pipet Gondok
10 Gelas Ukur

11 Spatula

12 Buret

13 Erlenmeyer

14 Gelas Arloji

V. PEMBAHASAN
Pengenalan dasar tentang alat-alat gelas merupakan materi pokok yang
harus diberikan pada tahap awal/dasar. Hal ini dilakukan untuk memberikan
bekala atau pengetahuan awal bagi para praktikan pemula. Dengan engenalan
peralatan gelas ini, diharapkan dapat membantu dan memperlancar jalannya
praktikum yang dilakukan (Solehudin,2004).
Peralatan gelas merupakan peralatan yang tidak bisa diabaikan dalam
setiap kegiatan praktikum, untuk itu diperlukan kedisiplinan dan sikap hati-hati
bagi para pengguna/praktikan. Dengan pengenalan peralatan gelas ini,
praktikan dapat mengenali, memahami dan mengetahui cara kerja serta fungsi
dari peralatan yang sedang digunakan. Selain itu cara pembersihan dan
penyimpanan serta perawatan peralatan gelas sangat diperluka, sehingga
peralatan tetap dalam keadaan baik dan terawat (Achmad,1993).
Peralatan gelas ini biasanya digunakan untuk menampung, mereaksikan
suatu larutan dalam jumlah yang sedikit, setiap peralatan mempunyai
batas/kapasitas volume dengan ukuran yang dapat dilihat secara langsung pada
peralatan, sehingga mempermudah praktikan dalam menentukan jumlah zat-zat
yang akan direaksikan dengan kapasitas/volume tertentu.
Menurut Emser Wanibesak (2011), fungsi dari masing-masing alat diatas
adalah :
1. Tabung Reaksi :terbuat dari gelas dan biasanya dipakai untuk mereaksikan
zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.
2. Beaker glass : sering disebut juga dengan gelas piala. Bentuknya mirip
dengan gelas yang bagian ujungnya didesain dengan corong penuang.
Pada dinding terdapat ukuran volume milimeter yang bervariasi jumlahnya
mulai dari 5 ml,10ml,20ml,dst. Namun alat ini bukanlah sebuah alat ukur,
fungsi utama dari alat ini adalah sebagai wadah mereaksikan zat, dan
menampung serta biasa digunakan untuk memanaskan cairan.
3. Labu Ukur : sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antar 5ml sampai 5
liter dan biasanya digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas
leher labu ukur dengan konsentrasi tertentu.
4. Lampu bunchen : lampu dengan bahan bakar spirtus yang memiliki
sumbu. Fungsi utama dari lampu ini adalah memanaskan suatu zat atau
larutan pada wadah tertentu. Untuk mematikan lampu ini tidak dengan
cara meniup api, namun dengan menutup/ memasangkan penutup lampu
maka dengan segera lampu akan mati.Gelas Erlenmayer : sebagai alat
titrasi
5. Corong : digunakan untuk memisahkan dan juga memassukkan larutan
dari suatu tempat ke tempat yang lain yang berleher sempit sehingga
cairan tidak tumpah.selain itu digunakan pila untuk proses penyaringan
setelah diberi kertas saring pada bagian atasnya.
6. Penjepit : biasanya terbuat dari kayu atau kawat. Fungsi utamanya adalah
menjepit dan memegangi tabung reaksi pada waktu pemanasan.
7. Batang pengaduk :digunakan untuk mengaduk suatu larutan baik yang
akan direaksikan maupun ketika reaksi sementara berlangsung. Selain itu
pengaduk juga membantu proses dekantasi cairan dalam proses
penyaringan.
8. Pipet tetes : berbentuk tabung dengan ujung bagian bawahnya runcing dan
terdapat pompa karet pada bagian atasnya,mudah pecah. Fungsi utamanya
adalah untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil (tetes).
9. Pipet gondok : terbuat dari gelass dengan ujung bawah runcing dan pada
bagian tengahnya membesar. Digunakan ungtuk mengambil larutan
dengan volume tertentu sesuai dengan kapasitas pipet yang terterapada
bagian pipet yang menggembung. Penggunaan untuk mengambil zat kimia
pekat diperlukan pompa karet atau bulb agar tidak membahayakan
praktikan.
10. Gelas ukur : bentuknya memanjang dengan bagian ujungnya dibentuk
seperti corong, terdapat dalam kapasitas yang bervariasi. Fungsi utamanya
adalah mengukur volume larutan. Pada pengukuran dengan ketelitian
tinggi tidak diperkenankan menggunakan gelas ukur. Alat ini tidak boleh
digunakan untuk cairan yang panas dan tidak juga digunakan untuk
membuat larutan.
11. Spatula : alat untuk mengambil objek, terbuat dari logam berbentuk
sendok kecil, pipih dan bertangkai. Biasa digunakan untuk mengaduk
dalam pembuatan larutan kecuali larutan asam.
12. Buret : peralatan gelas berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan
sumbat keran pada bagian bawahnya.sumbat keran berfungsi untuk
mengatut tetes larutan agar terkendali pada proses titrasi. Buret biasany
terpasang pada statip dan klem , akurasi buret sampai dengan ±0,05 cm3.
13. Erlenmeyer : terbuat dari gelas dan tersedia dalam berbagai macam
kapasitas. Pada dinding erlenmeyer terdapat skala untuk berbagai ukuran
kapassitas, namun erlenmeyer bukanlah alat ukur. Erlenmeyer biassa
digunakan untuk wadah zat yang dititrasi, kadang juga digunakan sebagai
wadah larutan yang dipanasskan.
14. Gelas arloji : digunakan untuk tempat bahan atau zat yang ditimbang.
Penggunaanya adalah dengan meletakkan zat di atas gelas arloji. Selain itu
juga digunakan sebagi penutup pada saat melakukan pemanasan suatu
larutan.

VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum pengenalan alat gelas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Seorang praktikan dapat lebih mengenal dan mengetahui fungsi, nama dan
cara kerja peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum.
2. Dengan pengetahuan tentang fungsi alat-alat tersebut, maka diharapkan
dapat memprmudah dan memperlancar praktikan dalam kegiatan
praktikum.

ACARA 1.B
MEMBUAT DAN MENGENALI SUATU GAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Untuk menghasilkan gas NH3 (ammonia) melalui reaksi antara ammonium
klorida dengan NaOH
- Untuk mendeteksi adanya gas ammonia secara kualitatif dengan bantuan
indikator lakmus.

II. DASAR TEORI


Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Gas ammonia
(NH3) memiliki bau yang sangat menyengat ,tidak sedap dan mungkin
dianggap menjijikkan, namun kita juga perlu mempelajari bagaimana
terjadinya reaksi pembentukan gas tersebut. Gas NH3 dapat dibuat dengan
merekasikan NH4Cl dengan larutan NaOH kedalam tabung reaksi kemudian
dipanaskan dengan lampu bunsen sampai menimbulkan bau/aroma yang
menyengat.adanya gas NH3 merupakan senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan. Kontak dengan ammonia dengan konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru bahkan kematian.(Hardjati,2007)
Ammonia merupakan suatu nukleofil, dapat menyerang karbon dari
gugus karbonilbaik dari aldehide / keton. Reaksi ini dikatalis oleh rumusan
aam. Sementara ini tahap pertama dalam rekasi tersebut dapat dipandang
sebagai adisi sederhana ammonia kepadda gugus karbonil. Hasil adisi yang
tidak stabil dan melepaskan air membentuk suatu imina suatu senyawa yang
mengandung gugus C ==N .(Fessenden,1984).
Untuk membaui cukup dengan mengipas-ipaskan tangan diatas mulut
tabung reaksi dan tidak diperbolehkan mendekatkan hidung keatas mulut
tabung reaksi, karena sangat berbahaya. Adanya gas NH 3 jug dapat dikenali
secara kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus (merah/biru) yang dapat
menjadi indikator apakah suatu zat bersifat asam/basa dengan cara melihat
perubahan warna kertas lakmus.(Harper & Row,1980).

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Pipet tetes
- Penjepit Tabung
- Tabung Reaksi
- Lampu Bunsen
B. Bahan-bahan
- Larutan NH4Cl
- Kertas Lakmus (merah/biru)
- Larutan NaOH
C. Cara Kerja
Mengambil 1 ml NH4Cl dan memasukan ke dalam tabung
reaksi

Menambahkan 1 ml NaOH ke dalam tabung tersebut

Menjepit tabung dan memanaskan dengan digoyang-


goyangkan , posisi mulut tabung dicondongkan

Menjaga agar zat dalam tabung tidak memercik keluar dengan


cara mengangkat tabung ketika terlalu panas

Membaui ( tangan dikibas-kibaskan pada mulut tabung)

Mendekatkan kertas lakmus merah diatas mulut tabung

Mengamati perubahan warna pada kertas lakmus dan membuat


kesimpulan

IV. HASIL PRAKTIKUM


a. Hasil reaksi antara : NH4Cl + NaOH NH3 + H2O + NaCl
b. Penggunaan kertas lakmus merah bertujuan untuk membuktikan bahwa
gas NH3 bersifat basa (merah biru).
c. Kegunaan dari menggoyang-goyangkan tabung reaksi pada saat
memanaskan adalah agar zat dalam tabung jangan sampai memercik
keluar, lebih-lebih untuk zat yang mudah terbakar.

V. PEMBAHASAN
Reaksi yang terjadi adalah
NH4Cl + NaOH NH3+ + H2O +NaCl

Reaksi tersebut memghasilkan asap dengan bau yang sangat menyengat.


(Alfiah,2011).
Pada saat setelah larutan dipanaskan, larutan tidak mengalami
perubahan dimana larutan awal jernih (bening) setelah dilakukan pemanasan
larutan tetap dalam keadaan jernih. Namun (Gunawan,2004) berpendapat
bahwa zat setelah direaksikan mengalami perubahan dari semula agak keruh
menjadi bening dan mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Brady 1999 mengemukakan bahwa, gas NH3 merupakan gas yang
mengeluarkan bau yang khas dan menyengat, biasanya bau ini dapat dijumpai
pada kotoran hewan.
Sebagai indikator untuk mengeteahui sifat zat ini maka dapat digunakan
kertas lakmus (merah/biru) dengan cara mengamati perubahan warna pada
kertas lakmus tersebut (Khopkar, 1999).Untuk mengetahui adanya gas NH3
pada reaksi tersebut digunakan kertas lakmus merah sebagai indikator.
Penggunaan kertas lakmus merah bertujuan untuk mengetahui apakah larutan
tersebut bersifat asam ataupun basa. Untuk mendekteksinya, dekatkan kertass
lakmus merah pada ujung mulut tabung reaksi pada saat melakukan
pemanassan. Setelah kertas lakmus terkena asap yang dihasilkan pemanasan
larutan, kertas lakmus merah mengalami perubahan warna menjadi biru.
Dimana kertas lakmus merah akan menjadi biru ketika berada pada larutan
basa, dan akan tetap merah pada larutan asam.(Made, 2010).
Hasil pengamatan menunjukan bahwa ammonia bersifat basa. Pada saat
pemanasan campuran larutan NH4Cl dan NaOH diperlukan perlakuan
menggoyang-goyangkan tabung reaksi dengan tujuan agar zat yang ada
didalam tabung tidak memercik keluar karena zat tersebut sangatlah berbahaya
.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktium dapat diambil kesimpulan, antara lain :
1. Proses pembuatan gas NH3 secara sederhana dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan NH4Cl dengan NaOH.
2. Adanya gas NH3 ditandai dengan adanya bau yang menyengat.
3. Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas lakmus,
dengan cara mengamati perubahan warna kertas lakmus tersebut.
4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kertas lakmus yang tadinya
berwarna merah menjadi agak kebiru-biruan ataupun menjadi biru tua, hal
ini dipengaruhi oleh seberapa banyak gas NH3 yang dihasilkan dalam
reaksi.

ACARA 1.C
PENGENCERAN LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk memahami cara mengencerkan suatu larutan dengan normalitas tertentu
menjadi larutan yang lebih encer dengan normalitas yang diinginkan.

II. DASAR TEORI


Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain disebut
pelarut atau solvent.(Oxtoby,2001).
Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, biasanya
adalah akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa berakibat menurunnyakadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari
senyawa yang dilarutkan atau diencerkan.(Brady,1990).
Teknik pengenceran cairan pekat (asam organik) dan cairan pekat
assam anorganikpada dasarnya sama. Teknik pengenceran melibatkan teknik
pengukuran volume dan teknik pelarutan.
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan.(Gunawan, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat
pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks
dan lain-lain (Khopkar,2003).
Proses pengenceran adalah suatu proses untuk mencampur larutan pekat
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar (Brady,1999).Perhitungan volume dan konsentrassi larutan menggunakan
rumus : V 1 . N 1=V 2 . N 2
Dimana, V1 dan V2 adalah volume larutan satu dan volume larutan dua.
Sedangkan N1 dan N2 adalah normalitas larutan satu dan normalitas larutan
dua.

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Labu Ukur
- Beaker glass
- Pipet Tetes
- Corong
- Pipet Gondok
B. Bahan-bahan
- Larutan HCl 0,5 N
- Aquades
C. Cara Kerja

Menghitung ml HCl dengan , V1.N1=V2.N2

Mengambil 25ml HCl 0,5N dengan pipet gondok sampai tanda


tera

Menuangkan HCl kedalam labu ukur dan membilas pipet


dengan akuades, air bilasan masukan ke dalam labu ukur

Menambahkan akuades ke dalam labu ukur samapi tanda tera

Melakukan pengamatan terhadap percobaan

IV. HASIL PRAKTIKUM


Pada proses pengenceran larutan HCl 0,5 N dengan menambahkan
aquades dapat dihitung dengan rumus dibaeah ini, sehingga dapat diketahui
normalitas (N2) yang diperlukan dalam percobaan ini.
Rumus : V 1 . N 1=V 2 . N 2
Keterangan : V1 = Volume awal V2 = Volume akhir
: N1 = Normalitas awal N2 = Normalitas akhir
Diketahui : V1 = 20 ml
N1 = 0,5 N
N2 = 0,1 N
Ditanyakan : V1 (volume awal)=...?
Jawab : V 1 . N 1=V 2 . N 2
V 1 .0,5=100.0,1
100.0,1
V 1=
0,5
V 1=2 O ml

V. PEMBAHASAN
Dari rumusV 1 . N 1=V 2 . N 2 maka diperoleh hasil bahwa volume HCl
yang akan diencerkan adalah sebanyak 20 ml dengan normalitas yang
diinginkan adalah 0,1 N. Dimana HCl yang akan diencerkan mempunyai
normalitas 0,5 N.
Cara mengambil larutan HCl 0,5 N menggunakan pipet gondok dengan
bantuan propipet diatasnyauntuk menghindar kecelakaan kerja karena larutan
yang digunakan cukup berbahaya.
Pada proses pembuatan larutan/pengenceran larutan HCl dengan
menambahkan aquades kedalam labu ukur menggunakan corong secara hati-
hati sampai tanda pada labu ukur, jangan sampai melebihi tanda batas pada
labu ukur, karena hal ini menyebabkan volume larutan tidak sesuai dengan
jumlah yang kita perlukan dan konsentrasi tidak seimbang sehingga normalitas
yang diinginkan tidak tercapai.. Oleh sebab itu, pengenceran harus dilakukan
sedikit demi sedikit dan hati-hati sampai pada batas tanda leher labu ukur.

VI. KESIMPULAN
1. Pengenceran larutan dapat dilakukan denga sebuah perhitungan sederhana
dengan rumus : V 1 . N 1=V 2 . N 2
Dimana, V1 dan V2 adalah volume larutan satu dan volume larutan dua.
Sedangkan N1 dan N2 adalah normalitas larutan satu dan normalitas larutan
dua.
2. Pada percobaan dilakukan pengenceran HCl 0,5 N menjadi HCl 0,1 N ,
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 20ml.
3. Penambahan akuades harus tepat pada tanda tera karena jika kelebihan
sedikit maka konsentrasi larutan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
ACARA 1.D
TITRASI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan titik akhir titrasi netralisasi dengan bantuan indikator Ph

II. DASAR TEORI


Titrasi merupakan salah satu cara analisis kuantitatif yang sering
digunakan, dengan mereaksikan suatu zat yang akan dianalisa dengan zat lain
yang disebut sebagai larutan standar sampai terjadi keseimbangan (titik akhir
suatu reaksi/ekuivalen).(anggorodi,2000).
Titrasi biasa dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlihat dalam
proses titrasi, misalnya titrasi asam basaartinya melibatkan reaksi asam dan
basa.(Latifa,2010).
Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(normalitas)dimasukkan ke dalam buret, larutan ini digunakan sering
digunakan untuk titrasi maka sering disebut titran. Sedangkan larutan yang
dianalisa sering disebut titrat.titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada titrat
sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara ekivalen dengan titrat.
Titik ekivalen dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum
adalah dengan menggunakan indikator. Titik akhir (ekivalen) bila larutan
dalam gelas erlenmeyer (titrat) sudah menunjukkan perubahan warna yang
tetap, dimana jumlah miligram ekuivalen titratsama dengan jumlah ekuivalen
titran. Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus : V 1 . N 1=V 2 . N 2
Keterangan : V1 dan V2 adalah volume larutan satu dan volume larutan dua
N1 dan N2 adalah normalitas larutan 1 dan normalitas larutan
dua

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Gelas Erlenmayer
- Pipet Gondok
- Burret
- Beakerglass
- Corong
B. Bahan-bahan
- Larutan NaOH 0,1 N
- Indikator pp
- Larutan HCl 0,1 N
C. Cara Kerja
Mencuci buret dengan air kran dan membilas dengan NaOH

Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 N

Mengambil HCl 0,1 N 20 ml dengan pipet gondok dan


memasukkan ke dalam erlenmeyer

Menambahkan 2-3 tetes indikator PP

Melakukan titrasi dengan mengoyang-goyangkan gelas


erlenmeyer

Menghentikan titrasi setelah larutan dalam erlenmeyer


berwarna pinkdan tidak hilang selama digoyangkan

Mengulangi percobaan 2-3 kali

Menghitung rata-rata normalitas larutan HCl

Mencatat hasil perhitungan normalitas HCl

IV. HASIL PRAKTIKUM


Rumus : V 1 . N 1=V 2 . N 2
Keterangan : V1 = Volume awal V2 = Volume akhir
: N1 = Normalitas awal N2 = Normalitas akhir
Percobaan I
Diketahui : VI = 20 ml
V2 = 18,25 ml
: N1= 0,1 ml (HCl)
Ditanyakan : N2 (normalitas akhir)...????
Jawab : V 1 . N 1=V 2 . N 2
20.0,1=18,25 . N 2
2
=N 2
18,25
N 2=0,1098 N
Percobaan II
Diketahui : VI = 20 ml
V2 = 18,3 ml
: N1= 0,1 ml (HCl)
Ditanyakan : N2 (normalitas akhir)...????
Jawab : V 1 . N 1=V 2 . N 2
20.0,1=18,3 . N 2
2
=N 2
18,3
N 2=0,1093 N

 Normalitas rata-rata NaOH adalah :


N 2 1 . N 2 2 0,1098+0,1093
= =0,10955 N
2 2

V. PEMBAHASAN
Titrasi dilakukan dengan membuka keran burret secara perlahan-lahan,
sehingga titran menetes kemudian ditampung dalam gelas erlenmayer yang
berisi titrat sambil gelas erlenmayer digoyangkan perlahan-pahan
(Roeswati,2002).
Cara titrasi yang benar adalah tangan kiri digunakan untuk
memegang/membuka kran buret, sedangkan tangan kanan memegang dan
menggoyang-goyangkan gelas erlenmeyer.
Agar titrasi dapat berlangsung baik, maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah (Soetardji, 1997) :
1. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
stoikiometri, artinyasesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan
peralatan yang lazim digunakan dalam praktikum.
2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Pada percobaan titrasi yang dilakukan dua kalimenghasilkan titik akhir
titrasi (titik ekuivalen) yang tepat. Dimana larutan yang dititrasi (titrat) telah
mengalami perubahan warna menjadi pink. Persamaaan reaksi pada
percobaaan titrasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O (l)
Setelah dilakukan dua kali percobaan titrasi dan dicatat volume akhir
titrassinyaserta ddihitung rata-ratanya diperoleh volum titran yang digunakan
untuk titrasi berkisar antara 18 sampai dengan 19ml.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan titrasi yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan ,
diantaranya:
1. Titrasi merupakan salah satu cara analisa kualitatif yang biasa digunakan
dalam menentukan titik akhir titrasi netralisasi dengan bantuan indikator
pH.
2. Titk akhir titrasi tercapai apabila larutan dalam erlenmeyer sudah
menunjukan perubahan warna yang tetap.
3. Larutan standar yang digunakan adalah NaOH 0,1 N , larutan titratnya
adalah HCl 0,1 N dan indikator yang digunakan adalah PP.
4. Penggunaan indikator pH pada titrasi akan menunjukkan warna pink

ACARA 1.E
PENGENCERAN H2SO4 PEKAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mengencerkan larutan pekat zat-zat yang bersifat eksotermis
II. DASAR TEORI
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang besar.
Jika suatu larutan kimia diencerkan , kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan.(Khokar,1990)
Air sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral an organik yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. H2SO4 mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Maka langkah yang
digunakan adalah menambahkan asam ke dalam air. Air mempunyia massa
jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di
atasnya. Sehingga apabila air yang ditambahkan ke dalam assam sulfat pekat ,
maka yang terjadi adalah air akan mendidih dan bereaksi dengan keras.
Asam sulfat bersifat korosif oleh eksotermis dengan air. Luka bakar
yang ditimbulkan oleh assam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar
yang ditimbulkan oleh assam-assam lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya
tambahan kerusakan jaringan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat
pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.
Oleh karena itu, pengenceran H2SO4 pekat dilakukan dengan
menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit dalam pelarut yaitu akuades.
Pengenceran H2SO4 pekat dilakukan dengan jalan menuangkan larutan H2SO4
pekat sedikit demi sedikit kedalam pelarut (akuades). Melalui proses
pengenceran, kepekatan larutan akan berkurang sesuai dengan volime akuades
yang ditambahkan. Setelah pegenceran kepekatan larutan menjadi lebih kecil
dibandingkan volume awal. Dengan kata lain, pengenceran dimaksudkan
untuk mengubah kepekatan suatu larutan, dari larutan yang pekat menjadi
larutan yang kurang pekat. Dalam pengenceran masih berlaku rumus :
V 1 . N 1=V 2 . N 2

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
B. Bahan-bahan
- Larutan H2SO4 Pekat
- Aquades
C. Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil 10ml akuades menggunakan gelas ukur

Menuangkan kedalam tabung reaksi

Menuangkan larutan H2SO4 pekat kedalam akuades


(alirkan melalui dinding tabung)

Mengamati reaksi yang terjadi dan mengambil


kesimpulan

V. HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan percobaan pengenceran larutan H2SO4 pekat dengan
aquades, maka kita memperoleh hasil bahwa proses reaksi ini menghasilkan
panas sehingga disebut reaksi eksotermis.

H2SO4 + Aquades H2O+ + Panas

V. PEMBAHASAN
Prabawa 1996 mengemukakan bahwa, untuk zat-zat yang
menunjukkan reaksi eksotermis pada pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka
pegenceran dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit larutan
H2SO4 kedalam pelarut, kemudian perhatikan/rasakan perubahan panas
sebelum dan sesudah larutan H2SO4 dituang kedalam tabung reaksi.
Padatan H2SO4 setelah direaksikan dengan aquades bersifat eksotermis
(reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan)
sehingga bila kita memegang labu ukur kan terasa panas.(Purnawan,2006).
Gejala yang menunjukkan adanya reaksi eksoterm adalah
meningkatnya suhu atau panas. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang
melepaskan kalor yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu, dimana
suhu larutan lebih tinggi daripada suhu lingkungan sehingga kalor mengalir
dari sistem ke lingkungan. Reaksi kimis yang terjadi adalah
H2SO4 + H2O H3O+ + H2SO4-
H2SO4- + H2O H3O- + SO42-

VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan pengenceran larutan H2SO4 pekat
dengan aquades, maka saya dapat mengambil kesimpulan :
1. Padatan H2SO4 setelah direaksikan dengan aquades bersifat eksotermis
(reaksi yang disertai perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan)
sehingga ketika memegang labu ukur terasa panas.
2. Setelah melalui tahap pengenceran, suhu dari H2SO4 pekat berubah dari
kondisi normal menjadi panas.

ACARA 1.F
PENYARINGAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Memisahkan endapan dari cairan dengan penyaringan sederhana
II. DASAR TEORI
Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid
dengan cairan. Merupakan metode pemurnian cairan yang paling mendasar.
Proses penyaringan merupakan proses awal (primary treatment) atau
penyaringan atau proses sebelumnya. Penyaringan dilakukan dalam skala kecil
pada laboratorium, namun juga dalm skala besar sebagai contoh pemurnian air
dan pemurnian minyak. Pada skala kecil penyaringan dilakukan dengan
bantuan kertas saring.
Penyaringan disebut sebagai analisa kualitataif untuk menentukan
macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam
percobaan ini akan disaring endapan PbSO4 yang merupakan reaksi antara
H2SO4 dengan Pb-asetat, untuk itu perlu dilakukan analisa kualitatif untuk
memisahkan kedua zat tersebut dengan proses penyaringan sederhana.
Penyaringan dilakukan dengan cara menuangkan larutan yang akan disaring
pada corong yang telah diberi kertas saring secara dekantasi dengan bantuan
batang pengaduk. Dalam proses kadang endapan yang tertinggal dalam kertas
saring harus dicuci menggunakan cairan pencuci tertentu, terutama apabial
endapan dianalisa secara kiantitatif.

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Tabung reaksi
- Corong
- Tabung reaksi
- Gelas ukur
- Gelas Erlenmayer
- Kertas saring
- Gelas pengaduk
B. Bahan-bahan
- Larutan H2SO4 Pekat
- Larutan Pb-asetat
C. Cara kerja
Mengambil 5 ml Pb-asetat masukan ke dalam tabung
reaksi
Menambahkan H2SO4

i
Mengamati perubahan yang terjadi

Melipat kertass saring menjadi ¼ bagian , dilipat 2-3


kali

Memasangkan kertas saring pada corong

Memasangkan corong pada erlenmeyer

Menuangkan larutan yang akan disaring ke dalam


erlenmeyer secara dekantasi

Membilas tabung reaksi sampai seluruh endapan


tertampung dalam kertas saring

IV. HASIL PRAKTIKUM


1. Persamaan reaksi anatara Pb-asetat dengan H2SO4
H2SO4 + Pb-asetat PbSO4 -
H2SO4 +Pb (CH3COO)2 Pb (SO4) + 2CH3COOH
2. Tujuan melipat kertas saring menjadi ¼ bagian lingkaran adalah untuk
mempermudah pada saat penempatan kertas pada corong.

V. PEMBAHASAN
Filtrasi digunakan untuk memisahkan endapan dari kelebihan zat
pereaksi. Jika ada kecenderungan endapan larut dalam air karena terbentuk
koloid, maka dalam larutan dapat ditambahkan NH4Cl untuk mencegah
terbentuknya koloid (Albert cotton, 1989).
Larutan pencuci endapan berguna untuk membersihkan endpan dengan
cara melarutkan kotoran yang ada pada endapan, adapun larutan pencuci yang
digunakan adalah aquades, karena tidak bereaksi dengan endapan dan tidak
melarutkan endapan (Graha,1987).
Filtrasi merupakan suatu cara yang dapat kita lakukan apabila ingin
memisahkan suatu larutan berdasarkan ada/tidaknya endapan dan perbedaan
ukuran volume dari masing-masing zat.

VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari percobaan ini adalah :
1. Reaksi antara H2SO4 dengan Pb-asetat menghasilkan endapan putih
keruh.
2. Untuk memiahkan endapan dari cairan dapat dilakukan dengan cara
penyaringan sederhana.
3. Cara penyaringan ini prinsipnya adalah perbedaan ukuran dari masing-
masing zat.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia.1993.Penentuan dasar-dasar praktikum


kimia.Jakarta:DEPDIKBUD.
Albert.1989.Air http://wikipedia.com 28 November 2009.
Anggorodi.2000.Titrasi sederhana.Sumber Cahaya:Surabaya.
Anonim.2009.Air minum yang layak 28 November 2009.
Baroroh.2004.Kimia dasar.Bandung:PUSTAKA JAYA.
Brady,J.E.1999.Kimia Universitas Asas dan struktur.Binarupa
Aksara:Jakarta.
Djamal,Indra.1989.Ilmu Kimia.Jakarta:Erlangga.
Graha.1987.Kesadahan http://0-fish.wordpress.com 28 november 2009.
Gunawan,Adi dan Roeswati.2004.Tangkas kimia.Kartika:Surabaya.
Khopkhar,S.M.1990.Konsep dasar kimia analisis.UI:Jakarta.
Prabawa H.Jayaprana S dan Nam.N.1996.Ilmu kimia untuk SMU jilid
2.Jakarta:Erlangga.
Purnawan C, Krisna.2006.Kimia dasar 1.Samarinda:UNMUL.
Roeswati.2002.Cerdas kimia.Kartika:Surabaya.
Soetardji.1997.Kimia analisis.Pustaka Jaya:Jakarta.
Solehudin,didin.2004.Kimia SMA Kelas XI.Jilid 2B.Bandung:Grafindo.
Yogkar....
Mengetahui Co.Ass,

( )
NIM.

Praktikan I, Praktikan II,

ACARA II

A. ANALISA KUANTITATIF VOLUMETRIS


METODE NETRALISASI
B. PEMBUATAN LARUTAN
Disusun oleh :

1. ARUM ARDHANI : 11031015


2. NANANG BAHTIAR : 11031016

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2011

ACARA II.A
ANALISA KUANTITATIF VOLUMETRIS
METODE NETRALISASI

I. TUJUAN PPRAKTIKUM
a) Untuk menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan standar asam
oksalat.
b) Menetapkan kadar asam cuka (murni) dalam larutan asam cuka.

II. DASAR TEORI


Analisa volumetri atau titrimetri adalah duatu cara analisa kuantitatif
dari reaksi kimia. Pada analisa ini, zat yang akan ditentukan kadarnya
direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai
tercapai suatu titik ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita
cari dapat dihitung (Syukri,1999).
Pada analisa volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi larutan standar disebut standarisasi. Larutan standar adalah larutan
yang telah diketahui konsentrasinya, yang digunakan pada analisa volumetri.
Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang telah diketahui sangat
berguna walaupun hanya satu diantara pereaksi itu yang terlarut, sehingga
mempermudah dalam mereaksikan dan perhitungannya, dengan rumus :
V 1 . N 1=V 2 . N 2.
Ada dua cara dalam menstandarkan larutan, yaitu :
1) Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara
tepat.
2) Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui, dengan cara
menimbang zat kemudian melarutkan untuk diperoleh volume tertentu,
tetapi dapat distandarkan dengan larutan standar primer, disebut larutan
standar sekunder.

Metode titrasi adalah cara yang digunakan pada metode analisa


kuantitatif volumetris berdasarkan reaksi netralisasi (reaksi asam basa) yang
meliputi :
a. Alkalimetri adalah cara penetapan zat-zat yang bersifat asam
menggunakan larutan standar berupa larutan basa.
b. Asidimetri adalah cara penetapan zat-zat alkalis menggunakan larutan
standar berupa larutan asam.
Ada empat macam totrasi antara asam dan basa (anonim,2009) yaitu :
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat, hasil akhir berupa garam
Contoh : HCl + NaOH NaCl + H2O
2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Contoh : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
3. Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Contoh : NH4OH + HCl NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dengan basa lemah
Contoh : CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
Pada analisi asam basa , titik akhir titrasi ditentukan oleh
indikator.Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai
satu warna. Jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga
tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Indikator yang
digunakan disebut indikator pH, karena indikator ini berubah warna sesuai
dengan perubahan pH larutan.
Contoh : indikator PP dengan pH antara 8,3 – 10
Indikator MR dengan pH antara 4,3 – 6,3
Indikator MO dengan pH antara 3,1 – 4,5
Oleh karena itu, titrasi antara asam cuka dengan NaOH yang titik akhir
reaksinya terjadi dalam suasana basa dipakai indikator PP. Pada titik akhir
titrasi jumlah miligram ekuivalen asam cuka setara dengan miligram ekuivalen
NaOH.

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Neraca Analitis
- Corong
- Gelas ukur
- Gelas Arloji
- Burret
- Beakerglass
- Gelas Erlenmayer
- Batang pengaduk
- Pipet ukur
B. Bahan-bahan
- Kristal asam oksalat (C2H2O4.2H20)
- Aquades
- Indikator PP
- Larutan NaOH
- Sampel larutan asam cuka komersil

C. Cara Kerja
C.1 Standarisasi larutan NaOH menggunakan asam oksalat
Mencuci dan mengeringkan semua alat

Menimbang asam oksalat 0,63 gram


Menghitung normalitas assam oksalat dengan
rumus: N =( g :BE ) x ( 1000: V)

Melarutkan asam oksalat pada volume 100ml

Mengambil 25ml larutan asam oksalat dengan


pipet gondok

Menambahkan 2 tetes indikator PP

Menyiapkan buret

Mentitrasi asam oksalat dengan larutan NaOH


sampai tercapai titi ekuivalen

Mengulangi titrasi sebanyak 2 kali, dan


mencatat ml NaOH yang digunakan

Menghitung normalitas NaOH

C.2. Penetapan kadar asam cuka (murni) dalam larutan asam cuka
komersial

Menyiapkan alat dan bahan


Mengambil 10 ml sampel larutan asam
cuka masukan ke dalam labu ukur 250 ml

Menambahkan akuades sampai dengan


tanda tera

Mengambil 50 ml larutan asam cuka,


masukkan ke dalam erlenmeyer

Menambahkan 2-3 tetes indikator PP

Titrasi dengan larutan NaOH yang telah di


standarisasi sampai titik ekuivalen

Menghitung kadar asam cuka dalam larutan


asam cuka komersial

IV. HASIL PRAKTIKUM


5.1. Standarisasi larutan NaOH menggunakan asam oksalat
Perhitungan :
o Berat beakerglass : 0,001 gram
o Berat beakerglaa + asam oksalat : 0,001 + 0,63 = 0,631 gram
o Titrasi I = 25 ml
II= 25,2 ml

Diketahui : Berat kristal asam oksalat : 0,63 gram


BE. Asam oksalat : BM/2 = 63 gram
Ditanya : N larutan asam oksalat..???
Berat kristal 1000
Jawab : N asam oksalat ¿ ×
BE V larutan
¿ ( 0,063
63 ) ×(
1000
100 )
¿ ( 0,01 ×10 )
¿ 0,1 N

Diketahui : N asam oksalat : 0,1 N


: V asam oksalat : 25 ml
: V NaOH I : 25 ml
: NaOH II : 25,2 ml
Ditanya : Normalitas NaOH I dan Vol. NaOH II....????
Jawab :
N.I V oks × N oks =V NaOH × N NaOH
( 25 ×0,1 ) =( 25 × N NaOH )
25× 0,1
=N NaOH
25
N NaOH =0,1 N

N.II V oks × N oks =V NaOH × N NaOH


( 25 ×0,1 ) =( 25,2× N NaOH )
25× 0,1
=N NaOH
25,2
N NaOH =0,0992 N

 Rata-rata Normalitas NaOH adalah :


N . I + N . II 0,1+ 0,0992
= =0,0996 N
2 2

Reaksinya :
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

5.2. Penetapan kadar asam cuka murni dalam larutan asam cuka
komersial
Diketahui : V.I : 50 ml (larutan standar asam cuka)
: N.2 : 0,0996 (normalitas rata-rata NaOH)
: V.2 : 20,6 ml
Ditanya : N2 (kadar asam cuka murni)...???
Kadar asam cuka dalam larutan asam cuka komersial..?
Jawab :
N2 V 1 . N 1=V 2 . N 2
50 .0,0996=20,6 . N 2
4,98
=N 2
20,6
N 2=0,2417

Kadar asam cuka dalam larutan asam cuka komerisal


100 250
¿ V NaOH × N NaOH ×60 × ×
25 25
¿ 20,6 ml × 0,0996 N × 60× 4 × 10
¿ 0,1231 ×40
¿ 4 , 9242% b/ v

Reaksinya :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini ia melakukan analisis kuantitatif untuk
menstandarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat dan juga menentukan
kadar asam cuka murni dalam asam cuka komersil. Anaisis yng digunakan
adalah metode analisa kuantitatif volumetris yang menggunakan larutan
NaOH 0,1 N sebagai larutan standarnya. Karena larutan NaOH merupakan
larutan sekunder, maka sebelumdigunakan terlebih dahulularutan NaOH
tersebut distandarisasi dengan larutan asam oksalat (Sukmariyah, 1990).
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara asam osalat dengan larutan NaOH 0,1 N. Dimana reaksi
yang terjadi adalah :
C2H2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O
Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi dimana terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena
telah tercapainya titik ekuivalen, yaitu dimana jumlah larutan standar NaOH
dengan larutan asam oksalat.
Analisa kuantitatif volumetris disebut juga sebagai prinsip titrasi Asidi
Alkalimetri, akarena percobaan ini menggunakan dua metode tersebut.
Dimana pengertian dari prinsip titrasi Asidi Alkalimetri adalah penetapan
kadar secara kuantitatif suatu senyawa dengan cara mereaksiakannya dengan
suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Dalam
percbaan ini dilakukan juga cara menentukan kadar asam cuka murni
(CH3COOH) yang kadarnya dapat ditentukan dengan metode titrasi dengan
larutan baku NaOH (Mulyono,2006).
Reaksi yang ditimbulkan oleh asam cuka murni dan larutan NaOH adalah
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Pada titrasi asam cuka dan NaOH didapatkan asam kuat dan basa kuat.
Indikator yang digunakan dalam titrasi netralisasi disebut indikator Ph
(indikator asam basa), karena indikator ini dapat berubah warna sesuai dengan
perubahan pH larutan. Suatu indikator pH mengalami perubahan warna yang
khas pada kisaran pH tertentu yang disebut kisaran (Range). Pada titrasi antara
asam cuka dengan larutan NaOH, indikator yang digunakan adalah indikator
PP dengan Ph > 7. Dimana, titik akhid titrasinya terjadi dalam suasana basa.
Pada titik akhir titrasi, jumlah miligrek asam cuka sama dengan jumlah
miligrek NaOH, sehingga kadar asam cuka murni dalam larutan asam cuka
sampel dapat dihitung dan hasil perhitungannya menunjukan 4,9242%.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam/basa yang mampu berada dalam keadaan dua
macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari
bentuk satu kebentuk lain.
Proses standarisasi berguna untuk menghitung berapa gram kristal
NaOH yang harus dilarutkan ke dalam akuades untuk memperoleh normalitas
yang diinginkan.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari percobaan ini adalah :
1. Proses standarisasi berguna untuk menghitung berapa gram kristal NaOH
yang harus dilarutkan ke dalam akuades untuk memperoleh normalitas
yang diinginkan. Normalitas NaOH yang diperoleh sebesar 0,0996 N.
2. Reaksi pada titrasi adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi asam basa untuk
mencapai titik ekuivalen.
3. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat indikator yang sesuai adalah
indiator PP
4. Metode Asidi Alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat
yang bersifat asam maupun basa dalam sampel.
5. Kadar asam cuka murni dalam larutan aam cuka diperoleh dengan
rumus =

100 250
¿ V NaOH × N NaOH ×60 × ×
25 25
dan diperoleh hasil sebesar 4,9242 % b/v.

ACARA II.B
PEMBUATAN LARUTAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membuat larutan diantaranya :
- Membuat larutan gula pasir 5 % b/v
- Membuat larutan NaOH 0,1 N
2. Dapat melakukan pengenceran HCl 0,5 N menjadi HCl 0,1 N

II. DASAR TEORI


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan.
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif
terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan
solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-
satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.standarisasi sering
dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar
disebut pelarut (David, 2001).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang
lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan.(Brady, 1999).

III. METODELOGI
A. Alat-alat
- Beaker glass
- Spatula
- Batang pengaduk
- Labu ukur 100 ml, 250 ml
- Corong timbangan
- Pipet gondok
- Pipet tetes
B. Bahan-bahan
- Gula pasir
- Akuades
- Kristal NaOH
- HCl 0,5 N
C. Cara Kerja
C.1. Membuat larutan gula pasir 5 % b/c
Menimbang beaker glass dan mencatat bobotnya

Memasukan 5 gram gula pasir pada beaker glass yang


ditimbang

Menambahkan akuades dan aduk rata

Memasukan larutan gula pada labu ukur 100ml

Membilas beaker glass dengan akuades 2-3 kali, tuang ke


dalam labu yang berisi larutan gula

Menambahkan akuades pada labu ukur sampai tanda tera,


kemudian kocok hingga homogen

C.2. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Menimbang beaker glass kosong dan catat bobotnya

Menambahkan 1 gram kristal NaOH pada beaker glass


yang ditimbang
Melarutkan kristal NaOH dalam akuades

Memasukan larutan NaOH ke dalam labu ukur 250 ml

Membilas beaker glass dengan akuades 3 kali, tuangkan


bilasan ke dalam labu ukur

Menambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai


dengan tanda tera

Menyimpan larutan NaOH ke dalam botol

C.3. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil 20 ml HCl 0,5 N dengan pipet godok,


masukan ke dalam labu ukur 100 ml

Meambahkan akuades pada labu ukur sampai dengan


tanda tera dan kocok hingga homogen

IV. HASIL PRAKTIKUM


1. Pembuatan larutan gula pasir 5 % b/v
Berat beaker glass kosong = 62,5 gram
Berat beaker glass setelah ditambah gula = 67,5 gram
Hasil pembuatan gula pasir 5 % b/v mengandung 5 gram gula pasir dalam
100 ml akuades, dimana :
5 %=b /v
b
5 %=
100
5 b
=
100 100
5
×100=b
100
b=5 gram
Persamaan yang dihasilkan adalah
Gula + akuades larutan gula

2. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Berat beaker glass kosong = 62,5 gram
Berat beaker glass setelah ditambah kristal NaOH = 63,5 gram
Untuk membuat 1 liter larutan NaOH dibutuhkan 4 gram kristal NaOH
maka untuk membuat 250 ml larutan NaOH dibutuhkan kristal NaOH
sebanyak 1 gram, dimana :
1000 ml 4
= gram
250 ml μ
4
4= gram
μ
μ=1 gram

3. Pembuatan HCl 0,1 N


Diketahui : M HCl awal = 0,5 M
V HCl awal = 20 ml
V HCl akhir = 100 ml
Ditanyakan : M HCl akhir = ...?
Jawab : ( M .V ) awal=( M . V ) akhir
( 0,5 .20 )= ( M .100 )
10=100 M
10
M=
100
M =0,1 M

V. PEMBAHASAN
a) Pembuatan larutan gula pasir 5 % b/v
Kristal gula passir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula.
Kristal gula yang dimasukkan dalam air mengakibatkan memisahnya
molekul gula dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air yang
disebut melarut.
Pada percobaan yang dilakukan adalah melarutkan 5 gram gula pasir ke
dalam 100 ml akuades yang menghasilkan 100 ml larutan gula.
Gula(solute) + akuades( solvent) larutan gula
Presentase berat / volume (%b/v) adalah suatu sistem konsentrasi larutan
yang menyatakan gram zat terlarut dalam 100 ml larutan. Pada larutan gula
, zat terlarutnya adalah gula dan pelarutnya adalah akuades.
Rumus ,
% b/v = ( gram zat terlarut : ml larutan ) x 100 %
Maka, 5 % gula pasir( b/v ) artinya 5 gram kristal gula dilarutkan ke dalam
100 ml larutan (akuades).
Persen volume/volume (% v/v) adalah sistem konsentrasi yang
menyatakan ml zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Persen berat/berat (% b/b) adalah sistem larutan yang menyatakan
banyaknya gram zat terlarut dalma setiap 100 gram larutan.
PPM ( Part Per Million) adalah konsentrasi yang menyatakan jumlah
miligram suatu zat dalam 1 liter larutan.
b) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Pada proses pembuatan larutan NaOH, dengan menambahkan akuades ke
dalam labu takar sampai padda tanda tera dan kemudian mengocoknya
hingga homogen maka terjadi reaksi yang ditandai dengan larutan menjadi
panas (terjadi reaksi eksotermal) dan ketika diencerkan larutan menjadi
bening.
Reaksi kimia yang terjadi adalah
NaOH(q) + H2O(s) HCl(encer)
pada penambahan akuades harus tepat pada tanda tera labu ukur. Apabila
penambahan akuades melebihi tanda tera maka konsentrassi larutan yang
didapatkan tidak sesuai yang diinginkan. Maka dari itu, diperlukan kehati-
hatian dalam pembuatan (penambahan akiades) larutan.
Pada percobaan yang telah dilakukan dalam pembuatan larutan NaOH 250
ml membutuhkan 1 gram kristal NaOH. Perhitungan tersebut didasarkan
pada pembuatan 1 liter larutan NaOH membutuhkan kristal NaOH
sebanyak 4 gram.
Fungsi larutan NaOH adalah sebagai zat basa dan valensinya dihitung
berdasarkan jumlah mol ion hidroksida,OH- yang dapat dilepaskan per mol
basa. Karena hanya satu mol ion OH- yang bisa dihasilkan dari penguraian
satu mol NaOH maka valensi NaOH bernilai 1.
c) Pembuatan HCl 0,1 N / Pengenceran
Pada percobaan pembuatan larutan HCl 0,1 N diperoleh dari pengenceran
larutan HCl 0,5 N. Pembuatan HCl 0,1 N diperoleh dari pengambilan
larutan HCl 0,5 N sebanyak 20 ml yang dimasukkan ke dalam labu ukur
dan dilakukan penambahan akuades sampai dengan tanda tera pada labu.
Penambahan akuades haruslah tepat pada tanda tera dan tidak melebihi
batas, karena apabila terjadi kelebihan akuades maka konsentrasi larutan
tidak lagi 0,1 N namun telah mengalami perubahan.

VI. Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
diantaranya;
1. Pembuatan larutan gula pasir 5 % (b/v) artinya 5 gram kristal gula pasir
dilarutkan ke dalam 100 ml akuades. Dimana gula sebagai zat terlarut
(solute) dan akuades sebagai pelarut (solvent).
2. Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N diperoleh dari 1 gram kristal
NaOH yang dilarutkan ke dalam 250 ml akuades. Perhitungan tersebut
didasarkan pada pembuatan larutan NaOH sebanyak 1 liter memerlukan
kristal NaOH sebanyak 4 gram.
3. Pembuatan larutan HCl 0,1 N diperoleh dari proses pengenceran larutan
HCl 0,5 N sebanyak 20 ml dengan penambhan akuades sebanyak 100
ml.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.a Asam asetat.http://id.wikipedia.org 26 agustus 2009.


Basset,J.dkk.1994.Buku Ajar Vogel: kimia analisis kuantitatif
anorganik.Terjemahan A. Hadiyana Padjarmaka dan L. Setiono.
Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta.

Brady, James.1999.Kimia asas dan struktur.Binarupa Aksara : Jakarta.

Khopkar.2002.Konsep dasar kimia analitik.UI Press.Jakarta.

Mulyono.2006.Kamus kimia edisi pertama.Bumi Aksara : Jakarta

Rival,Harrizul.1995. Asas pemeriksaan kimia. UI Press. Jakarta.

Sukmatiyah.1990.Kimia kedokteran edisi 2.Binarupa Aksara : Jakarta.

Syukri.1999.Kimia dasar 2. ITB : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai