SEMESTER 2
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2018
ACARA 1
DISUSUN OLEH :
1. MUTIARASANI LATIFADITAMA (17031081)
2. GIVI RIANTO (17031082)
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2018
Acara A
I. Tujuan Praktikum
Bila kita memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan kita juga akan
melaksanakan langkah-langkah yang hampir sama seperti ini.Oleh sebab itu langkah
dalam metodeilmu dapat disebut penelitian dan observasi.Hal ini merupakan tujuan
eksperimen yang dibuat dilaboratorium dimana sifat-sifat dapat diteliti dalam keadaan
terkontrol, jadi hasil eksperimen itu dapat di ulang atau di tiru kembali (Bradoly,1999).
Mengembalikan alat yang telah digunakan ketempat semula,sesuai dengan jumlah yang
diambil
2 Corong
3 Burret
4 Gelas ukur
5 Pipet tetes
6 Pipet gondok
7 Batang pengaduk
8 Tabung reaksi
9 Spatula
10 Gelas arloji
11 Lampu bunsen
12 Labu ukur
13 Gelas piala
14 Statis
15 Pipet volume
16 Penjepit
V. Pembahasan
Secara umum fungsi setiap alat diberikan secara umum karena tidak mungkin
semua fungsi diutarakan dalam melakukan kegiatan dilaboratorium.Untuk
memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium.Penulisan alat-alat diurut sesuai
abjad.Agar supaya alat-alat laboratorium dapat digunkan dalam waktu relatif lama
dalam keadan baik,perlu pemeliharaan dan penyimpanan yang
memadai(Koesmadja,2006).
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas,dapat dipanaskan,dipakai untuk mereaksikan zat-zat kimia
dalam jumlahsedikit.
2. Pipet gondok
Dibagian tengah pada pipet ini ada bagian yang membesar.Ujungnya runcing dan
digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu.Terdiri dari
bermacam-macam kapasitas volume.
3. Pipet tetes
Berbentuk tabung,ujung bagian bawahnya runcing pada ujung bagian atas terdapat
karet untuk memompa.Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
4. Pipet ukur
Berbeda dengan pipet gondok,seluruh bagian ipet ini memiliki diameter yang
sama berbentuk tabung.Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu dan terdiri dari bermacam-macam kapasitas volume.
5. Burret
Terbuat dari gelas berbentuk tabung panjang,bagian bawahnya mempunyai
keran.Digunakan untuk proses titrasi.
6. Statis
Terbuat dari besi berukuran panjang sekitar 60cm.Digunakan untuk menegakan
buret.
7. Corong
Terbuat dari gelas,digunakan untuk membantu memasukan cairan kedalam wadah
yang berleher kecil/sempit.
8. Lampu bunsen
Terbuat dari gelas,erisi spirtus.Digunakan untuk sumber api untuk
memanaskanatau mensterilkan zat-zat kimia.
9. Penjepit
Digunakan unutk menjepit tabung reaksi yang dipanaskan.Terbuat dari kayu dan
kawat.
10. Batang pengaduk
Berupa batang gelas.Digunakan untuk mengaduk suatu larutan zat kimia pada saat
reaksi kimia.Dipakai juga untuk membantu menuangkan cairan dalam proses
penyaringan.
11. Gelas arloji
Terbuat dari gelas.Berbentuk seperti cawan.Digunakan sebagai wadah zat-zat
yang berbentuk kristal yang akan ditimbang.
12. Gelas ukur
Teruat dari gelas ,berbentuk silinder pada bagian ujung atas,badan tabung
memunyai skala dari berbagai bentuk volume (kapasitas).Digunakan unutk
mengukur volume zat-zat kimia yang berwujud cairan tidak dapat digunakan
untuk cairan yang panas.
13. Erlenmeyer
Bukan alat ukurterbuat dari gelas dengan berbagai macam kapasitas.Digunakan
untuk mengukur volume zat-zat kimia yang berwujud cairan.Tidak dapat
digunakan untukcairan yang panas.
14. Gelas piala
Bukan alat ukur,meskipun mempunyai beberapa macam volume.Digunakan
sebagai wadah untuk menampung cairan
15. Labu ukur
Terbuat dari gelas,ujung lehernya tertutup dan terdiri dari berbagai macam
kapasitas.Digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dalam
volume yang diinginkan.Tidak dapat digunakanuntuk memanaskan larutan
16. Spaula
Terbuat dari gelas bahkan alumunium,digunakan untuk mengambil bahan kimia
yang terbentuk padat atau butiran halus danuntuk mengambil zat yang tidak
bereaksi dengan besi
VI. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa praktikan dapa mengenal fungsi,nama dan kegunaan alat
gelas dalam praktkum.Dengan adanya pengenalan alat-alat ini diupayakan
untukmembantu praktikan untuk dapat memperlancar dalam praktikum sehingga alat-
alat tersebut dapat digunakan dan disimpan dengan semestinya
Daftar pustaka
Koesmadja.2006.Kimia Dasar.Jakarta.Erlangga.
I. Tujuan praktikum
Untuk menghasilkan gas NH3 (Amonia) memalui reaksi antara ammonium
klorida dengan NaOH,dan pemakaian kertas lakmus untuk deteksi adanya gas
ammonia secara kualitatif
II. Dasar teori
Gas ammonia (NH3) memiliki bau yang sangat tidak sedap dan mungkin
dianggap menjijikan,namun kita juga perlu mempelajari bagaimana terjadinya
reaksi pembentukan gas tersebut.Gas NH3 dapa dibuat dengan mereaksikan
NH4CL dengan larutan NaOH kedalam tabung reaksi.Kemudian dipanaskan
dengan lampu bunsen,sampai menimbulkan bau yang menengat,Bau khas
ammonia yang menyengat biasanya dijumpai pada kotoran hewan.Untuk
membauinya cukup dengan mngipas-ngipaskan tangan diatas mulut tabung reaksi
dan tidak diperbolehkan mendekatkan hidung keatas mulut tabung reaksi,karena
sangat berbahaya.Adanya gas NH3 juga dapat dikenali secara kualitatif dengan
kertas lakmus (merah/biru) yang dapat menjadi indikator apakash suatu zat dapat
bersifat asam/basa dengan cara melihat perubahan warna kertas lakmus
(Brady,1999).
Keadaan zat sebelum reaksi (pemanasan) berwarna bening.Namun setelah reaksi
dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Gunawan,2004)
Sebagai indikator untuk mengetahui sifat dari zat ini maka dapat digunakan
kertas lakmus biru atau merah dengan mengamati perubahan warna pada lakmus
(khopkar,1999).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Lampu bunsen
3. Korek api
4. Pipet tets
5. Gelas ukur
6. Penjepit
B. Bahan
1. Kertas lakmus
2. 1 ml Na4Cl
3. 1 ml NaOH
C. Cara kerja
Menunggu hingga mendidih jangan sampai zat yang terdapat didalam tabung tidak memerai keluar
Mengamati perubahan warna yang terjadi pada lakmus,lalu diberi kesimpulan pada laporan sementara
V. Pemahasan
Gunawan (2004),meyatakan bahwa keadaan zat sebelum reaksi berwarna agak
keruh namun setelah reaksi menjadi agak bening dan mulai mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
Karena menurut Brady (1999) bahwa gas (NH3) merupakan gas yang
mengeluarkan bau khas dan menyengat dan dijumpai pada kotoran hewan.
Gunawan,Adi.2004.Tangkas Kimia.Surabaya.Hartika.
PENGENCERAN LARUTAN
I. Tujuan praktikum
Untuk memahami cara mengencerkan suatu larutan dengan normalitas tertentu
menjadi larutan yang lebih encer dengan normalitas yang diinginkan
II. Dasar teori
Untuk membuat larutan standar atau untuk keperluan lain kadang-kadang
dilakukan pengenceran larutan yang relatif pekat menjadi larutan yang lebih
encer.sebagai contoh V2 HCL 0,1 (N2)d= dan larutan HCL 0,5 (N2) yang tersedia
dengan rumus :
V1.N1=V2.N2 atau V1 =(V2.N2=N1)
Larutan didefinisikan sebagai larutan homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi aik secara molekulataom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi (Baruroh,2004).
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut.Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut
(Solute).Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan
larutan pekat,jika jumlah zat terlalu sedikit larutan dinamakan cairan padatan atau
zat sebagai zat yang terlarut.Larutan pada bisa berupa dat dan gas,karena molekul-
molekul gas berpisah jauh.Molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara
acak.Semua gas adalah larutan contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi,1994)
Teknik pengenceran larutan pekat asam organik dan cairan pekat organik tidak
ada bedanya.Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik
pelarutan (teknik pencampuran).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Labu ukur
2. Pipet gondok
3. Corong
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. 20 ml HCL 0,5 N
2. Aquades 80 ml
C. Cara kerja
Menuangkan HCL yang sudah diambil kedalam labu ukur yang berukuran 100 ml
Menambahakan aquades kedalam labu ukur yang telah terisi HCL sebanyak 80 ml
Titrasi
I. Tujuan praktikum
Menentukan titik akhir titrasi netralisasi dengan bantuan indikator PH
II. Dasar teori
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi.Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya (larutan standar).Titrasi asam basa adalah suatu titrasi
yang megunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan).Prosedur analisis titrasi
pada asam basa ini adalah dengan titrasi volumetri,yaitu mengukur volume dari
suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri,1999).
Pada saat terjadi perubahan indikator,titrasi dihentikan.Indikator berubah
warna pada saat titik ekuivalen.Pada titrasi asam basa ,dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi (TAT).Titik ekuivalen adalah titik pada proses
titrasi ketika asam basa tepat abis bereaksi.Untuk mengetahuititik ekuivalen
digunakan indikator.Pada saat perubahan warna terjadi,saat itu terjadi maka
disebut titik akhir titrasi (Sukmariah,1990).
Larutan ang digunakan penentuan larutan yang tidak diketahui larutannya
diletakan didalam burret dan larutan ini disebut larutan standar yang disebut
titran.Sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakan di
erlenmeyer dan larutan ini disebut analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara ekuivalen dengan analit artinya semua titran ais
bereaksi dengan analit keadaan ini disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen dapat
ditentukan dengan berbagai macam cara.Cara yang umum adalah mengunakan
indikator.Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit
titran.Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indikator
phenolptalein (PP).Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH
maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna
menjadi merah muda.Bila terjadi demikian maka titrasi di hentikan,keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan adanya perubahan warna indikator disebut
dengan titik akhir titrasi.Perhitungan titrasi pada rumus V1 . N1 = V2 . N2,dimana
V adalah volume dan N adalan normalitas (Compedian Basal Practice In
Biochemistry,2008).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Gelas ukur
2. Corong
3. Burret
4. Beaker glass
5. Gelas erlenmeyer
B. Bahan
1. Indikator PP
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Hasil dari pengenceran HCL
C. Cara kerja
Mengoyang-goyangkan erlenmeyer
Menghentikan penambahan titran setelah larutan dalam erlenmeyer berwarna pink semu dan
tidak hilang jika digoyangkan
Mengulangi percobaan ke 2 lalu catat hasi (ml) larutan standar yang di titran ke erlenmeyer
V. Pembahasan
Titrasi dilakukan dengan mebuka keran burret secara perlahan – lahan
sehingga titran menetes dan ditampung di gelas erlenmeyer yang berisi titrat
sambil gelas erlenmeyer digoyangkanperlahan – lahan sampai larutan dalam gelas
berwarna semu pink.Harus diamati dengan teliti saat membuka keran buret agar
saat melakukan titrasi tidak terlalu banyak titran yang mngakibatkan tidak
terciptanya titik akhir titrasi (Roeswati,2002).
Persamaan reaksinya :
NaOH (aq) + HCL (aq) NaCl (aq) + H2O (q)
Indikator PP berfungsi untuk menentukan titik ekuivalen ketika dua larutan
telah mencapai netralisasi.
VI. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan bahwa dapat disimpulkan bahwa
1. Titrasi merupakasn salah satu analisa kuantitatif yang biasanya digunakan
dalam menentukan titik akhir titrasi penetralan dengan bantuan indikator PH.
2. Larutan standar atau titran yang digunakan adalah NaOH 0,1 N
3. Normalitas dari percobaan I adalah 0,16 N sedangkan percobaan ke II 0,05 N
4. Titrasi harus dihentikan jika HCL yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator
PP berubah warna menjadi pink semu
5. Volume NaOH juga akan mempengaruhi hasil konsentrasi larutan HCL
Daftar pustaka
Roeswati.2002.Cerdas Kimia.Surabaya.Kartika.
I. Tujuan praktikum
Mengencerkan larutan pekat zat – zat yang bersifat eksotermis
II. Dasar teori
Pengenceran larutan HCL pada percobaan C dilakukan dengan jalan
menambahkan pelarut kedalam zat yang akan diencerkan.Cara tersebut adalah
cara yang lazim digunakan.Untuk zat-zat yang mengguk=nakan larutan
eksotermis seperti yang terjadi pada pengenceran larutan H2SO4 pekat,maka
pengenceran harus dilakukan dengan jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit
demi sedikit kedalam awuades (Khopkar,1990).
Reaksi hidrasi asam sulfat (H2SO4) sangatlah eksotermis,maka langkah yang
digunakan adalah menambahkan asam sulfat kedalam air.Air mempunyai asam
yang lebih rendah dari pada asam sulfat dan cenderung mengapung
diatasnya.Sehingga apabila air yang ditambahkan kedalam asam sulfat pekat maka
yang terjadi adalah air akan mendidih dan bereaksi sangat keras.Asam sulfat
bersifat korosif oleh eksotermis dengan air.Luka bakar yang ditimbulkan asam-
asam lainnya.Oleh karena itu pengenceran larutan H2SO4 pekat dilakukan dengan
menuangkan H2SO4 sedikit demi sedikit kedalam pelarut.
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit
3. Gelas ukur
B. Bahan
1. 10 ml aquades
2. H2SO4 pekat
C. Cara kerja
Menuangkan H2SO4 kedalam tabung reaksi perlahan melalui dinding tabung reaksi
Memanaskan perubahan suhu yang terjadi pada tabung reaksi jangan terlalu panas
Penyaringan
I. Tujuan praktikum
Memisahkan endapan dari cairan dengan penyaringan sederhana
II. Dasar teori
Pada proses penyaringan digunakan kertas saring.Sementara itu fungsi dari
kertas saring yaitu untuk menyaring endapan yang lebih besar dari pori-pori kertas
saring (A. Hadyana Pujaatmaka,2002).
Menyaring (filtrasi) adalah cara untuk memisahkan suatu endapan dari suatu
larutan.Penyaringan sederhana dilakukan dengan kertas saring.Cairan yang keluar
dari kertas saring disebut filtrat.Sedangkan yang tertingal pada kertas saring
disebut endapan atau residu yang berupa padatan.Pada proses penyaringan
kadang-kadang endapan yang tertingal pada kertas saring harus dicuci
menggunakan cairan pencuci tertentu.Terutama jika akan dianalisa secara
kuantitatif (Syukri,1999)
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Erlenmeyer
3. Kertas penyaring
4. Corong
5. Spatula
6. Gelas ukur
B. Bahan
1. Pb asetat
2. Aquades
3. hasil pengenceran H2SO4 pekat
C. Cara kerja
Menambahkan H2SO4
Membilas tabung reaksi sampai seluruh endapan tertampung pada kertas saring
V. Pembahasan
Filtarasi digunakan untuk memisahkan endpana dari kelebihan zat pereaksi.Jika
ada kecenderungan endapan larut dalam air karena terbentuk koloid.Maka dalam
larutan dapat ditambhakna NH4CL untuk mencegah terbentuknya koloid (Slbert
Cotton,1989)
Menyaring adalah metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari
cairannya dengan menggunakan alat berpoti atau penyaring, misalnya : kertas
saring. Dalam penyaringan dikenal istilah endapan , filtrat, dan
residu. Endapan adalah suatu partikel yang tidak dapat larut dalam
pelarutnya. Filtrat adalah cairan jernih yang dapat melawati alat penyaring (hasil
proses penyaringan). Residu adalah endapan yang tertahan pada kertas saring
(Keenan,Charle,Dkk.1980).
Dekantasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memisahkan campuran
larutan dan padatan yang paling sederhana yaitu dengan menuangkan cairan
secara perlahan sehingga endapan tertinggal dibagian dasar bejana. Cara ini dapat
dilakukan jika endapan mempunyai ukuran partikel dan massa jenis yang besar,
sehingga dapat terpisah dengan baik terhadap cairannya. Tujuan pemisahan ini
adalah baik untuk menghasilkan filtrat yang bersih, atau untuk
menghilangkan cairan yang tidak diinginkan dari endapan yang terbentuk (residu)
(Pudjaatmaka, A. H. 1999).
VI. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Melakukan penyaringan sederhana berfungsi unuk memisahkan endapan dari
cairan.
2. Filtrasi adalah sebuah cara untuk melakukan penyaringan dengan kertas saring.
3. Perbedaan ukuran dari masing-masing zat aalah prinsip dari penyaringan.
Daftar pustaka
I. Tujuan praktikum
Zat-zat lain dari titran kilon yang memungkinkan ada dalam larutan ion logam
membentuk kompleks dengan logamnya dan dengan demikian bersaing dengan
reaksi titrasi yang diinginkan.Sebenernya pembentukan komplek demikian
kadang-kadang dengan pertimbangan digunakan untuk mengatasi interferensi
yang dalam hal ini efek pengomplekan disebut penutupan (masking).Misalnya
nikel,meskipun kenyataanya bahwa tetapan stabilitas untuk Ni y2- dan Pb Y2-t
hampir sama (Underwood,19981).
Mengambil larutan Na2 EDTA 0,01 M masukan ke burret sampai batas titik
Mengamati hasil
Mengambil air sadah 100 ml yang sudah di didihkan 30 menit dan sudah di dinginkan
Mengambil larutan Na2 EDTA 0,01 M masukan ke burret sampai batas titik
Mengamati hasil
C.3 Penetapan kesadahan sementara