Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA

SEMESTER 2

DISUSUN OLEH :

1. MUTIARASANI LATIFADIATAMA (17031081)


2. GIVI RIANTO (17031082)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2018
ACARA 1

A. - PENGENALAN ALAT – ALAT GELAS


- PENGAMATAN ADANYA GAS NH3 SECARA KUALITATIF
- PENGENCERAN LARUTAN
- TITRASI
- PENGENCERAN H2SO4
- PENYARINGAN
B. ANALISA KUANTITATIF VOLUMETRI METODE NETRALISASI
C. PENENTUAN KESADAHAN AIR DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI
D. ANALISA KUANTITATIF VOLUMETRI METODE ARGENTOMETRI
E. ANALISA KUANTITATIF VOLUMETRI METODE PERMANGANOMETRI

DISUSUN OLEH :
1. MUTIARASANI LATIFADITAMA (17031081)
2. GIVI RIANTO (17031082)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2018
Acara A

Pengenalan alat alat gelas

I. Tujuan Praktikum

Memperkenalkan beberapa macam alat gelas sederhanayang sering digunakan


untuk analisa kimia dan fungsi cara pembacaannya.

II. Dasar Teori

Dalam sebuah praktikum,prakikan diwajibkan mengenal dan memahami cara


kerjaserta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium.Selain itu untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing
alat.Praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).

Bila kita memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan kita juga akan
melaksanakan langkah-langkah yang hampir sama seperti ini.Oleh sebab itu langkah
dalam metodeilmu dapat disebut penelitian dan observasi.Hal ini merupakan tujuan
eksperimen yang dibuat dilaboratorium dimana sifat-sifat dapat diteliti dalam keadaan
terkontrol, jadi hasil eksperimen itu dapat di ulang atau di tiru kembali (Bradoly,1999).

Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam


dalam diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas,kaki tiga,segitiga
perselin,kosa,gegep,pemanas air,alat-alat perselin.Selain itu juga digunakan alat-alat
gelas.Sebelum digunakan alat-alat gelas harus diperiksa dan kemudian
dibersikan.Alat-alat gelas diantaranya gelas wadah,sedangkan untuk mereaksikan zat
digunakan gelas ukur,labu ukur,pipet ukur,dan burret,Sedangkan alat-alat lain yang
seperti pengaduk gelas,erlenmeyer,corong,semprot,kertas saring,timbangan dan lain-
lain.Alat-alat gelas ini juga mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yang
berguna untuk memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum
(Subroto,2000).

Eksperimen dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran


sains.Bekerja dilaboratorium sains adalah suatu hal yang melihatkan benda nyatadan
juga mengamati perubahan yang diamati.Ketika sain bergerak melapaui dunia
pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan
dan peramalan,pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah
dan pembuatan teori.Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan
bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini (Wahyudi,2011).
III. Metode Praktikum
A. Alat
1. Gelas piala
2. Erlenmeyer
3. Gelas arloji
4. Tabung reaksi
5. Pipet gondok
6. Lampu bunsen
7. Penjepit
8. Spatula
9. Batang pengaduk
10. Gelas ukur
11. Pipet tetes
12. Corong
13. Labu ukur
14. Burret
15. Pipet volume
16. Statis
B. Bahan
1. Alat tulis
2. Laporan sementar
C. Cara Kerja

Menyiapkan alat-alat gelas yang diperlukan

Menggambar pada laporan sementara besrta nama alatnya

Memahami fungsi dari alat-alat tersebut ,guna untuk praktikum selanjutnya

Mengaplikasikan alat-alat gelas pada praktikum

mencuci dan membersihkan alat-alat yang telah digunakan

Mengembalikan alat yang telah digunakan ketempat semula,sesuai dengan jumlah yang
diambil

Membersihkan meja yang telah dipakai

IV. Hasil pengamatan


NO Nama alat Gambar
1 Erlenmeyer

2 Corong
3 Burret

4 Gelas ukur

5 Pipet tetes

6 Pipet gondok

7 Batang pengaduk
8 Tabung reaksi

9 Spatula

10 Gelas arloji

11 Lampu bunsen

12 Labu ukur
13 Gelas piala

14 Statis

15 Pipet volume

16 Penjepit

V. Pembahasan
Secara umum fungsi setiap alat diberikan secara umum karena tidak mungkin
semua fungsi diutarakan dalam melakukan kegiatan dilaboratorium.Untuk
memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium.Penulisan alat-alat diurut sesuai
abjad.Agar supaya alat-alat laboratorium dapat digunkan dalam waktu relatif lama
dalam keadan baik,perlu pemeliharaan dan penyimpanan yang
memadai(Koesmadja,2006).
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas,dapat dipanaskan,dipakai untuk mereaksikan zat-zat kimia
dalam jumlahsedikit.
2. Pipet gondok
Dibagian tengah pada pipet ini ada bagian yang membesar.Ujungnya runcing dan
digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu.Terdiri dari
bermacam-macam kapasitas volume.
3. Pipet tetes
Berbentuk tabung,ujung bagian bawahnya runcing pada ujung bagian atas terdapat
karet untuk memompa.Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
4. Pipet ukur
Berbeda dengan pipet gondok,seluruh bagian ipet ini memiliki diameter yang
sama berbentuk tabung.Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu dan terdiri dari bermacam-macam kapasitas volume.
5. Burret
Terbuat dari gelas berbentuk tabung panjang,bagian bawahnya mempunyai
keran.Digunakan untuk proses titrasi.
6. Statis
Terbuat dari besi berukuran panjang sekitar 60cm.Digunakan untuk menegakan
buret.
7. Corong
Terbuat dari gelas,digunakan untuk membantu memasukan cairan kedalam wadah
yang berleher kecil/sempit.
8. Lampu bunsen
Terbuat dari gelas,erisi spirtus.Digunakan untuk sumber api untuk
memanaskanatau mensterilkan zat-zat kimia.
9. Penjepit
Digunakan unutk menjepit tabung reaksi yang dipanaskan.Terbuat dari kayu dan
kawat.
10. Batang pengaduk
Berupa batang gelas.Digunakan untuk mengaduk suatu larutan zat kimia pada saat
reaksi kimia.Dipakai juga untuk membantu menuangkan cairan dalam proses
penyaringan.
11. Gelas arloji
Terbuat dari gelas.Berbentuk seperti cawan.Digunakan sebagai wadah zat-zat
yang berbentuk kristal yang akan ditimbang.
12. Gelas ukur
Teruat dari gelas ,berbentuk silinder pada bagian ujung atas,badan tabung
memunyai skala dari berbagai bentuk volume (kapasitas).Digunakan unutk
mengukur volume zat-zat kimia yang berwujud cairan tidak dapat digunakan
untuk cairan yang panas.
13. Erlenmeyer
Bukan alat ukurterbuat dari gelas dengan berbagai macam kapasitas.Digunakan
untuk mengukur volume zat-zat kimia yang berwujud cairan.Tidak dapat
digunakan untukcairan yang panas.
14. Gelas piala
Bukan alat ukur,meskipun mempunyai beberapa macam volume.Digunakan
sebagai wadah untuk menampung cairan
15. Labu ukur
Terbuat dari gelas,ujung lehernya tertutup dan terdiri dari berbagai macam
kapasitas.Digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dalam
volume yang diinginkan.Tidak dapat digunakanuntuk memanaskan larutan
16. Spaula
Terbuat dari gelas bahkan alumunium,digunakan untuk mengambil bahan kimia
yang terbentuk padat atau butiran halus danuntuk mengambil zat yang tidak
bereaksi dengan besi
VI. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa praktikan dapa mengenal fungsi,nama dan kegunaan alat
gelas dalam praktkum.Dengan adanya pengenalan alat-alat ini diupayakan
untukmembantu praktikan untuk dapat memperlancar dalam praktikum sehingga alat-
alat tersebut dapat digunakan dan disimpan dengan semestinya
Daftar pustaka

Brady,James.E,1994.Kimia Universitas Edisi Ke Lima.Jakarta.Erlangga.

Koesmadja.2006.Kimia Dasar.Jakarta.Erlangga.

Subroto,J.2000.Buku Pintar Alat Laboratorium.Solo.Aneka.

Wahyudi.2011.Diklat Penuntun Praktikum Mikroiologi Pangan.Jatinanggor.Universitas


Padjajaran.

Walto.1998.Kamus Istilah Kimia Analitik Indonesia.Pusat Pembinaan dan Pengembangan


Bahasa.Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta.
Acara A

PENGAMATAN ADANYA GAS NH3 SECARA KUALITATIF

I. Tujuan praktikum
Untuk menghasilkan gas NH3 (Amonia) memalui reaksi antara ammonium
klorida dengan NaOH,dan pemakaian kertas lakmus untuk deteksi adanya gas
ammonia secara kualitatif
II. Dasar teori
Gas ammonia (NH3) memiliki bau yang sangat tidak sedap dan mungkin
dianggap menjijikan,namun kita juga perlu mempelajari bagaimana terjadinya
reaksi pembentukan gas tersebut.Gas NH3 dapa dibuat dengan mereaksikan
NH4CL dengan larutan NaOH kedalam tabung reaksi.Kemudian dipanaskan
dengan lampu bunsen,sampai menimbulkan bau yang menengat,Bau khas
ammonia yang menyengat biasanya dijumpai pada kotoran hewan.Untuk
membauinya cukup dengan mngipas-ngipaskan tangan diatas mulut tabung reaksi
dan tidak diperbolehkan mendekatkan hidung keatas mulut tabung reaksi,karena
sangat berbahaya.Adanya gas NH3 juga dapat dikenali secara kualitatif dengan
kertas lakmus (merah/biru) yang dapat menjadi indikator apakash suatu zat dapat
bersifat asam/basa dengan cara melihat perubahan warna kertas lakmus
(Brady,1999).
Keadaan zat sebelum reaksi (pemanasan) berwarna bening.Namun setelah reaksi
dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Gunawan,2004)
Sebagai indikator untuk mengetahui sifat dari zat ini maka dapat digunakan
kertas lakmus biru atau merah dengan mengamati perubahan warna pada lakmus
(khopkar,1999).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Lampu bunsen
3. Korek api
4. Pipet tets
5. Gelas ukur
6. Penjepit
B. Bahan
1. Kertas lakmus
2. 1 ml Na4Cl
3. 1 ml NaOH
C. Cara kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mengambil larutan 1ml NH4CL

Memasukan larutan kedalam tabung reaksi

Menambahkan 1 ml larutan NaOH

Memegang tabung reaksi dengan penjepit tabung

Memanaskan dengan cara di goyang-goyangkan,mulut tabung di condongkan

Menunggu hingga mendidih jangan sampai zat yang terdapat didalam tabung tidak memerai keluar

Mengipaskan tangan dimulut tabung reaksi dan amati baunya

Mengambil kertas lakmus ,lalu mamasukan lakmus kedalam tabung reaksi

Mengamati perubahan warna yang terjadi pada lakmus,lalu diberi kesimpulan pada laporan sementara

IV. Hasil pengamatan


Larutan NH4CL dan larutan NaOH yang sudah dicampur dan dipanaskan
warnanya tidak berubah (bening).Namun setelah dipanaskan ,campuran dari
larutan tersebut akan menimbulkan bau yang sangat menyengat dari ammino
(NH3).Setelah kedua larutan tersebut dipanaskan akan terjadi penguapan,maka
kertas lakmus tersebut ditempelkan pada mulut tabung reaksi dan kertas lakmus
yang awalnya berwarna merah maka akan berubah menjadi warna biru .Karena
gas ammonia memiliki sifat basa dan menggoyang-goyangkan tabung reaksi pada
saat dipanaskan berfungsi agar zat yang terdapat pada tabung reaksi tidak
menyebur keluar,karena zat tersebut bersifat mudah terbakar.
Indikator Sebelum pemanasan Sesudah pemanasan
Kertas lakmus Merah Biru
Bau Tidak berbau Bau menyengat
Hasil larutan Bening Bening

V. Pemahasan
Gunawan (2004),meyatakan bahwa keadaan zat sebelum reaksi berwarna agak
keruh namun setelah reaksi menjadi agak bening dan mulai mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
Karena menurut Brady (1999) bahwa gas (NH3) merupakan gas yang
mengeluarkan bau khas dan menyengat dan dijumpai pada kotoran hewan.

NH4CL + NaOH NH3 + H2O + NaCl


Hal ini menandakan bahwa ammonia bersifat basa dengan ph >7
Penggunaan kertas lakmus merah bertujuan unuk dapat membuktikan bahwa
gas ammonia bersifat basa karena terjadi perubahan warna pada kertas lakmus dan
fungsi dari menggoyang-goyangkan kertas lakmus agar larutan zat yang terdapat
pada tabung reaksi.
VI. Kesimpulan
Dari harsil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
1. Adanya gas ammonia (NH3) di tandai denganadanya bau yang menyengat dan
juga perubahan kertas lakmus yang berubah menjadi warna biru
2. Proses pembuatan gas NH3 secara sederhana dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan NH4CL denganNaOH
3. Perubahan Warna kertas lakmus disebabkan oleh seberapa banyak gas NH3
yang dihasilkan dalam reaksi
Daftar pustaka

Gunawan,Adi.2004.Tangkas Kimia.Surabaya.Hartika.

Khopkar,S.M.1990.Konsep Dasar Kimia Analisi.Universitas Indonesia.Jakarta.


Acara A

PENGENCERAN LARUTAN

I. Tujuan praktikum
Untuk memahami cara mengencerkan suatu larutan dengan normalitas tertentu
menjadi larutan yang lebih encer dengan normalitas yang diinginkan
II. Dasar teori
Untuk membuat larutan standar atau untuk keperluan lain kadang-kadang
dilakukan pengenceran larutan yang relatif pekat menjadi larutan yang lebih
encer.sebagai contoh V2 HCL 0,1 (N2)d= dan larutan HCL 0,5 (N2) yang tersedia
dengan rumus :
V1.N1=V2.N2 atau V1 =(V2.N2=N1)
Larutan didefinisikan sebagai larutan homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi aik secara molekulataom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi (Baruroh,2004).
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut.Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut
(Solute).Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan
larutan pekat,jika jumlah zat terlalu sedikit larutan dinamakan cairan padatan atau
zat sebagai zat yang terlarut.Larutan pada bisa berupa dat dan gas,karena molekul-
molekul gas berpisah jauh.Molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara
acak.Semua gas adalah larutan contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi,1994)
Teknik pengenceran larutan pekat asam organik dan cairan pekat organik tidak
ada bedanya.Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik
pelarutan (teknik pencampuran).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Labu ukur
2. Pipet gondok
3. Corong
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. 20 ml HCL 0,5 N
2. Aquades 80 ml
C. Cara kerja

Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan

Menghitung HCL dengan rumus V1.N1=V2.N2

Mengambil HCL 20 ml dengan pipet gondokhingga garis yang ada

Menuangkan HCL yang sudah diambil kedalam labu ukur yang berukuran 100 ml

Menambahakan aquades kedalam labu ukur yang telah terisi HCL sebanyak 80 ml

IV. Hasil pengamatan


Dari hasil pengamatan yang telah diamati,bahwa untuk mendapatkan volume HCL
0,5 N yang digunakan untuk pengenceran dapat dihitung mengunakan :
V1 . N1 = V2 . N2
Diketahui : V2 : 100 ml
N1 : 0,5 N
N2 : 0,1 N
Ditanya: V1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
V1 x 0,5 = 100 x 0,1
V1 = 100 x 0,1
0,5
V1 = 20 ml
Maka volume pengenceran yang dibutuhkan untuk HCL 0,5 N sebanyak 20 ml
V. Pembahasan
Pengenceran dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu konsentrasi
yang diinginkan.Dalam pengenceran berlaku rumus V1 . N1 = V2 .N2 . Dimana
V1 adalah volume awal sebelum dienceran V2 adalah volume akhir setelah di
encerkan.N2 adalah konsentrasi akhir larutan setelah diencerkan dan diperoleh
bahwa hasil HCL yang akan diencerkan sebanyak 20 ml.HCL dengan normalitas
0,5 N ini cara pengambilannya dengan pipet gondok yang bagian atasnya
dipasangi pompa karet.HCL merupakan larutan yang cukup berbahaya.Aquades
yang digunakan untuk pengenceran dituangkan kedalam labu ukur 80 ml,karena
ukuran labu ukur tersebut 100 ml. Aquades yang dituangkan tidak boleh kurang
atau tidak boleh lebih dari batas yang tertera pada labu ukur.
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Pada percoaan yang dilakukan HCL membutuhkan volume sebanyak 20 ml.
2. Pengenceran dapat dilakukan apabila larutan yang kita gunakan terlalu
pekat.
3. Rumus yang dipakai dalam pengenceran adalah V1.N1=V2.N2
4. Pelarut yang digunakan bersifat netral yang umumnya mengunakan
aquades
5. Hasil pengenceran dapat digunakan dalam proses titrasi
6. Kelebihan aquades adalah akan mempengaruhi konsentrasi
Daftar pustaka

Baroroh.2004.Kimia Dasar.Bandung.Pustaka Jaya.

Karyadi,Benny.1994.Kimia 2.Jakarta.Balai Pustaka.


Acara 1

Titrasi

I. Tujuan praktikum
Menentukan titik akhir titrasi netralisasi dengan bantuan indikator PH
II. Dasar teori
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi.Titrasi merupakan proses
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya (larutan standar).Titrasi asam basa adalah suatu titrasi
yang megunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan).Prosedur analisis titrasi
pada asam basa ini adalah dengan titrasi volumetri,yaitu mengukur volume dari
suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri,1999).
Pada saat terjadi perubahan indikator,titrasi dihentikan.Indikator berubah
warna pada saat titik ekuivalen.Pada titrasi asam basa ,dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi (TAT).Titik ekuivalen adalah titik pada proses
titrasi ketika asam basa tepat abis bereaksi.Untuk mengetahuititik ekuivalen
digunakan indikator.Pada saat perubahan warna terjadi,saat itu terjadi maka
disebut titik akhir titrasi (Sukmariah,1990).
Larutan ang digunakan penentuan larutan yang tidak diketahui larutannya
diletakan didalam burret dan larutan ini disebut larutan standar yang disebut
titran.Sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakan di
erlenmeyer dan larutan ini disebut analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara ekuivalen dengan analit artinya semua titran ais
bereaksi dengan analit keadaan ini disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen dapat
ditentukan dengan berbagai macam cara.Cara yang umum adalah mengunakan
indikator.Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit
titran.Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indikator
phenolptalein (PP).Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH
maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna
menjadi merah muda.Bila terjadi demikian maka titrasi di hentikan,keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan adanya perubahan warna indikator disebut
dengan titik akhir titrasi.Perhitungan titrasi pada rumus V1 . N1 = V2 . N2,dimana
V adalah volume dan N adalan normalitas (Compedian Basal Practice In
Biochemistry,2008).
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Gelas ukur
2. Corong
3. Burret
4. Beaker glass
5. Gelas erlenmeyer
B. Bahan
1. Indikator PP
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Hasil dari pengenceran HCL
C. Cara kerja

Menyiapkan adal dan bahan yang akan dipakai

Menggunakan hasil pengenceran HCL 0,5 N kedalam erlenmeyer

Mengunakan 2-3 tetes indikato PP

Mengoyang-goyangkan erlenmeyer

Mengisi burret dengan larutan NaOH 0,1 sampai titik 0

Meneteskan titran secara perlahan kedalam erlenmeyer sambil digoyangkan

Mengamati perubahan warna yang terjadi pada erlenmeyer

Menghentikan penambahan titran setelah larutan dalam erlenmeyer berwarna pink semu dan
tidak hilang jika digoyangkan

Mengulangi percobaan ke 2 lalu catat hasi (ml) larutan standar yang di titran ke erlenmeyer

Menghitung jumlah normalitas rata-rata HCL


IV. Hasil pengamatan
Hasil yang terjadi pada larutan HCL 20 ml setelah ditambahkan dengan indikator
PP berwarna bening.Namun setelah dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N warna
pun berubah menjadi pink.Warna standar setelah dititrasi seharusnya pink
semu,tetapi karena terlalu banyak menambahkan larutan NaOH warna hasi titrasi
menjadi pink
1. Percobaan ke 1
Jumlah volume titrasn 12,3 ml
Hasil : V1 : 20 ml V2 : 12,3
N1 : 0,1 N N2 : ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
20 x 0,1 = 12,3 . N2
N2 = 20 x 0,1
12,3
N2 = 0,16 N
2. Percobaan ke 2
Jumlah volume titran 37,4 ml
Hasil : V1 : 20 ml V2 : 37,4 ml
N1 : 0,1 N N2 : ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
20 x 0,1 = 37,4 . N2
N2 = 20 x 0,1
37,4
N2 : 0,05 N
Normalitas rata – rata = N2.1 + N2.2
2
= 0,16 + 0,05
2
= 0,105 N
Catatan : Pada percobaan pertama dan percobaan ke dua tidak menghasilkan
warna pink semu.Pada percobaan petama mengasilkan warna pink.Percoaan
kedua menghasilkan pink agak ungu.Karena titran yang diteteskan terlalu
banyak.
No Perlakuan Kondisi TAT
1 Penamahan HCL dan Setelah ditambahkan Hasil TAT : Pink
indikator PP yang dititrasi indikator PP warna menjadi TAT normal :
dengan NaOH hingga 12,3 bening lalu setelah dititrasi Pink semu
ml mejadi pink
2 Titik akhir titrasi 37,4 Warna menjadi pink tua Hasil TAT : pink
agak ungu tua (agak ungu)
TAT normal :
pink semu

V. Pembahasan
Titrasi dilakukan dengan mebuka keran burret secara perlahan – lahan
sehingga titran menetes dan ditampung di gelas erlenmeyer yang berisi titrat
sambil gelas erlenmeyer digoyangkanperlahan – lahan sampai larutan dalam gelas
berwarna semu pink.Harus diamati dengan teliti saat membuka keran buret agar
saat melakukan titrasi tidak terlalu banyak titran yang mngakibatkan tidak
terciptanya titik akhir titrasi (Roeswati,2002).
Persamaan reaksinya :
NaOH (aq) + HCL (aq) NaCl (aq) + H2O (q)
Indikator PP berfungsi untuk menentukan titik ekuivalen ketika dua larutan
telah mencapai netralisasi.
VI. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan bahwa dapat disimpulkan bahwa
1. Titrasi merupakasn salah satu analisa kuantitatif yang biasanya digunakan
dalam menentukan titik akhir titrasi penetralan dengan bantuan indikator PH.
2. Larutan standar atau titran yang digunakan adalah NaOH 0,1 N
3. Normalitas dari percobaan I adalah 0,16 N sedangkan percobaan ke II 0,05 N
4. Titrasi harus dihentikan jika HCL yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator
PP berubah warna menjadi pink semu
5. Volume NaOH juga akan mempengaruhi hasil konsentrasi larutan HCL
Daftar pustaka

Compedian For Basal Practice In Biochemistry,2008.Ed...Aarhus University.

Roeswati.2002.Cerdas Kimia.Surabaya.Kartika.

Sukmariyah.1990.Kimia Kedokteran Edisi Ke 2.Jakarta.Binarupa Aksara.

Syukri.1999.Kimia Dasar 2.Bandung.Institute Teknologi Bandung.


Acara 1

PENGENCERAN H2SO4 PEKAT

I. Tujuan praktikum
Mengencerkan larutan pekat zat – zat yang bersifat eksotermis
II. Dasar teori
Pengenceran larutan HCL pada percobaan C dilakukan dengan jalan
menambahkan pelarut kedalam zat yang akan diencerkan.Cara tersebut adalah
cara yang lazim digunakan.Untuk zat-zat yang mengguk=nakan larutan
eksotermis seperti yang terjadi pada pengenceran larutan H2SO4 pekat,maka
pengenceran harus dilakukan dengan jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit
demi sedikit kedalam awuades (Khopkar,1990).
Reaksi hidrasi asam sulfat (H2SO4) sangatlah eksotermis,maka langkah yang
digunakan adalah menambahkan asam sulfat kedalam air.Air mempunyai asam
yang lebih rendah dari pada asam sulfat dan cenderung mengapung
diatasnya.Sehingga apabila air yang ditambahkan kedalam asam sulfat pekat maka
yang terjadi adalah air akan mendidih dan bereaksi sangat keras.Asam sulfat
bersifat korosif oleh eksotermis dengan air.Luka bakar yang ditimbulkan asam-
asam lainnya.Oleh karena itu pengenceran larutan H2SO4 pekat dilakukan dengan
menuangkan H2SO4 sedikit demi sedikit kedalam pelarut.
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit
3. Gelas ukur
B. Bahan
1. 10 ml aquades
2. H2SO4 pekat
C. Cara kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Menuangkan aquades sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur

Menuangkan aquades kedalam tabung reaksi

Menuangkan H2SO4 kedalam tabung reaksi perlahan melalui dinding tabung reaksi

Memanaskan perubahan suhu yang terjadi pada tabung reaksi jangan terlalu panas

Mengambil kesimpulan dari hasil reaksi tersebut

IV. Hasil pengamatan


Dari hasil pengamatan percobaan pengenceran larutan H2SO4 pekat yang
dicampur dengan aquades,menghasilkan panas yang yang disebut dengan reaksi
eksotermis :
H2SO4 + H2O H2O+ + H2SO4
Ketika H2SO4 dituangkan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml
aquades,maka yang terjadi suhu akan naik.
V. Pembahasan
Padatan H2SO4 setelah direaksikan dengan aquades merupakan larutan
homogen.Hal ini dapat dibuktikan dengan aquades dan setelah melalui tahapan
pengenceran,suhu H2SO4 berubah dari kondisi normal menjadi panas
(Djamat,1989).
Padatan H2SO4 setelah direaksikan dengan aquades bersifat eksoterm (reaksi
yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ) sehingga bila
kita memegang labu ukur terasa panas (Purnawan,2006)
Yang menunjukan adanya reaksi eksotermis adalah meningkatkan suhu
(panas).Reaksi eksotermis adalah melepaskan kalor yang menyebabkan terjadinya
kenaika suhu,dimana suhu larutan lebih tinggi dari pada suhu
lingkungan,sehingga kalor mengalir dari sistem ke lingkungan.
Persamaan reaksi yang terjadi :
1. H2SO4 + H2O H2O+ + H2SO4
2. HSO4 + H2O H3O- + SO4
VI. Kesimpulan
Setelah dapat melakukan percobaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Setelah direaksikan dengan aquades bersifat eksotermis (reaksi yang disertai
perpindahan dari sistek ke lingkungan) maka akan terasa panas.
2. Suhu H2SO4 pekat akan normal kembali jika melalu tahap pengenceran
Daftar pustaka

Chang,Raymond.2004.Kimia Dasar : Konsep – Konsep Inti Edisi Ke 3.Erlangga.Jakarta.

Prabowo.1996.Memahami Penelitian Kualitatif.Yogyakarta.Andi Offset.


Acara 1

Penyaringan

I. Tujuan praktikum
Memisahkan endapan dari cairan dengan penyaringan sederhana
II. Dasar teori
Pada proses penyaringan digunakan kertas saring.Sementara itu fungsi dari
kertas saring yaitu untuk menyaring endapan yang lebih besar dari pori-pori kertas
saring (A. Hadyana Pujaatmaka,2002).
Menyaring (filtrasi) adalah cara untuk memisahkan suatu endapan dari suatu
larutan.Penyaringan sederhana dilakukan dengan kertas saring.Cairan yang keluar
dari kertas saring disebut filtrat.Sedangkan yang tertingal pada kertas saring
disebut endapan atau residu yang berupa padatan.Pada proses penyaringan
kadang-kadang endapan yang tertingal pada kertas saring harus dicuci
menggunakan cairan pencuci tertentu.Terutama jika akan dianalisa secara
kuantitatif (Syukri,1999)
III. Metode praktikum
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Erlenmeyer
3. Kertas penyaring
4. Corong
5. Spatula
6. Gelas ukur
B. Bahan
1. Pb asetat
2. Aquades
3. hasil pengenceran H2SO4 pekat
C. Cara kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil 5 Pb asetat kemudian memasukan ke tabung reaksi

Menambahkan H2SO4

Mengamati perubahan yang terjadi

Mengambil kertas saring dan melipat 1/4 bagian

Memasang kertas saring ke corong

Memasang corong ke erlenmeyer

Menuangkan larutan yang akan disaring kedalam erlenmeyer secara degantasi

Membilas tabung reaksi sampai seluruh endapan tertampung pada kertas saring

IV. Hasil pengamatan


Dari hasil pengamatan yang dilakukan larutan yang tadinya keruh setelah
disaring larutan menjadi bening.
Persamaan reaksi antara H2SO4 dan Pb asetat
1. H2SO4 + PB Asetat Pb(SO4)2+
2. H2SO4 + Pb (CH3COO)2 Pb (SO4) +2

Tujuan kertas saring dilipat ¼ bagian lingkaran untuk mempermudah


penenmpatan kertas saring pada corong.

V. Pembahasan
Filtarasi digunakan untuk memisahkan endpana dari kelebihan zat pereaksi.Jika
ada kecenderungan endapan larut dalam air karena terbentuk koloid.Maka dalam
larutan dapat ditambhakna NH4CL untuk mencegah terbentuknya koloid (Slbert
Cotton,1989)
Menyaring adalah metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari
cairannya dengan menggunakan alat berpoti atau penyaring, misalnya : kertas
saring. Dalam penyaringan dikenal istilah endapan , filtrat, dan
residu. Endapan adalah suatu partikel yang tidak dapat larut dalam
pelarutnya. Filtrat adalah cairan jernih yang dapat melawati alat penyaring (hasil
proses penyaringan). Residu adalah endapan yang tertahan pada kertas saring
(Keenan,Charle,Dkk.1980).
Dekantasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memisahkan campuran
larutan dan padatan yang paling sederhana yaitu dengan menuangkan cairan
secara perlahan sehingga endapan tertinggal dibagian dasar bejana. Cara ini dapat
dilakukan jika endapan mempunyai ukuran partikel dan massa jenis yang besar,
sehingga dapat terpisah dengan baik terhadap cairannya. Tujuan pemisahan ini
adalah baik untuk menghasilkan filtrat yang bersih, atau untuk
menghilangkan cairan yang tidak diinginkan dari endapan yang terbentuk (residu)
(Pudjaatmaka, A. H. 1999).
VI. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Melakukan penyaringan sederhana berfungsi unuk memisahkan endapan dari
cairan.
2. Filtrasi adalah sebuah cara untuk melakukan penyaringan dengan kertas saring.
3. Perbedaan ukuran dari masing-masing zat aalah prinsip dari penyaringan.
Daftar pustaka

Pujaatmaka,A.Hadyana.2002.Kanus Kimia.Jakarta.Balai Pustaka.

Keenam,Charles.Dkk.1980.Kimia Untuk Universitas Jilid 1.Jakarta.Erlangga.

Pudjaatmaka, A. H. (1999). Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Syukri.1999.Kimia Dasar 2.Bandung.Institute Teknologi Bandung.


Acara 3

Penentuan kesadahan air dengan metode kompleksometri

I. Tujuan praktikum

Untuk menentukan kesadahan air secara kompleksometri

II. Dasar teori


Titrasi kompleksometri titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar meng-ion).Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa
kompleks.Reaksi-reaksi pembentuk kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak.Tidak hanya dalam titrasi ,karena itu
perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks.Sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi contoh reaksi titrasi kompleksometri (Khopkar,2002).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentuk ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi.Selain titrasi kompleks seperti
Ag+ + 2CN Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl HgCl2

dikarenakan pula kompleksometriyang dikenal sebagai titrasi kelatometri,seperti


yang menyangkut penggunaan EDTA.Gugus yang terikat pada ion pusat disebut
ligan dan dalam larutan air bereaksi dapat dinyatakan oleh persamaan
(Khopkar,2002).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna


sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi.Ada lima syarat suatu indikator ion
logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi
warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir.Bila hampir semua ion
logam telah berklompok dengan EDTA,larutan akan berwarna kuat,Kedua,reaksi
warna itu harus spesifikasi (khusus) atau sedikitnya selektif.Ketiga,kompleks
indikator logam itu harus memiliki kesetabilan yang cukup kalau tidak karena
disosiasi tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.Namun komplek
indikator logam itu harus kurang stabil dibandingkan kompleks logam EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir,EDTA memindahkan ion-ion logam dari
komplek indikator logam kompleks logam EDTA harus tajam dan
tepat.Kelima,kontras warna anatara indikator bebas dan kompleks indikator
logam harus sedemikian sehingga mudah diamati.Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu terhadap PM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit
mungkin dengan titik ekuivalen terakhir.Penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA.Ph untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome
black-t (EBT).Pada ph tinggi 1 mg (oh)2 akan mengendap sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset,1994)

Zat-zat lain dari titran kilon yang memungkinkan ada dalam larutan ion logam
membentuk kompleks dengan logamnya dan dengan demikian bersaing dengan
reaksi titrasi yang diinginkan.Sebenernya pembentukan komplek demikian
kadang-kadang dengan pertimbangan digunakan untuk mengatasi interferensi
yang dalam hal ini efek pengomplekan disebut penutupan (masking).Misalnya
nikel,meskipun kenyataanya bahwa tetapan stabilitas untuk Ni y2- dan Pb Y2-t
hampir sama (Underwood,19981).

III. Metode Praktikum


A. Alat
1. Pipet ukur
2. Erlenmeyer
3. Beakergalss
4. Batang pengaduk
5. Burret
6. Corong
7. Kertas saring
B. Bahan
1. Sampel air sadah
2. Larutan disodium EDTA 0,01 M
3. Erichrome black-t (EBT)
4. Hidroksilamin –hidroclorida 3%
5. Larutan NH4OH
6. Larutan NaCN 2,5%
7. Kristal K4Fe(CN)6
C. Cara kerja
C.1 Penetapan kesadahan total sebagai CaO

Mengambil 50 ml sampel air sadah

Menuangkan kedalam erlenmeyer sambil diaduk tambahkan 1 ml hidroksilamin -


hidroclorida 3%,1 ml NH4OH pekat 2 ml NaCN 2,5% dan sedikit kristal K4Fe(CN)6

Mencampurkan larutan tersebut lalu ditambahkan EBT

Mengambil larutan Na2 EDTA 0,01 M masukan ke burret sampai batas titik

Melakukan titrasi yang ditandai perubahan warna

Mengamati hasil

C.2 Penetapan kesadahan tetap

Membersihkan dan cuci alat yang akan digunakan

Mengambil air sadah 100 ml yang sudah di didihkan 30 menit dan sudah di dinginkan

Menuangkan kedalam erlenmeyer sambil diaduk tambahkan 1 ml hidroksilamin -


hidroclorida 3%,1 ml NH4OH pekat 2 ml NaCN 2,5% dan sedikit kristal K4Fe(CN)6

Mencampurkan larutan tersebut dengan ditambahkan EBT

Mengambil larutan Na2 EDTA 0,01 M masukan ke burret sampai batas titik

Melakukan titrasi yang ditandai perubahan warna

Mengamati hasil
C.3 Penetapan kesadahan sementara

Mengambil sampel dari percobaan sebelumnya

Menghitung percoban ini

Mengunakan kesadahan total dan kesadahan sementara

IV. Hasil pengamatan


IV.1 Tabel dari penetapan kesadahan total SaO
NO Perlakuan Kondisi TAT
1 Air ditambahkan 1 ml Warna jadi keruh tetapi
hidrosilamin –hidroclorida 3% + ketika ditambahkan
1 ml NH4OH pekat + 2 ml NaCN hidrosilin menjadi dingin
2,5% + sedikit kristal K4Fe(CN)6
2 Ditambahkan indikator EBT Warna menjadi pink Titran : Na2 EDTA
semu TAT : hijau semu

IV.2 Tabel dari penetapan kesadahan tetap

NO Perlakuan Kondisi TAT


1 Air sadah di didihkan 30 mnt Terdapat endapan dan air
berubah cukup keruh
2 Air sadah sudah disaring Air bebas endapan dan
berubah menjadi bening
3 Penambahan larutan seperti cara Warna berubah menjadi Titran : Na2 EDTA
C.1 pink semu TAT : hijau semu
IV.3 Hasil perhitungan

1. Penetapan kesadahan toal seagai SaO


Diket : V sampel : 50 ml
M grek : a. 7,5 ml
b. 7 ml
Ditanya : m grek CaO/L
Jawab : - Kesadahan total 1 ?
1000 x 0,01 x 7,5 = 1,5 m grek CaO/L
50
- Kesadahan total 2
1000 x 0,01 x 7 = 1,4 m grek CaO/L
50
- Rata-rata kesadahan total seagai CaO
a+b = 1,5 + 1,4 = 1,45 CaO/L
2 2
2. Penetapan kesadahan tetap
Diket : V sampel : 100
M grek N2 EDTA : a. 12,4 ml
b. 12,2 ml
Konsentrasi N2 EDTA : 0,01
Ditanya : Kesadahan tetap ?
Jawab : - Kesadahan tetap 1
1000 x 0,01 x 12,4 = 1,24 mgrek CaO/L
100
- Kesadahan tetap 2
1000 x 0,01 x 12,2 =1,23 mgrek CaO/L
100
- Rata – rata kesadahan tetap
a+b =1,24+1,23 =1,23 mgrek CaO/L
2 2

3. Penetapan kesadahan sementara

Kesadahan total – kesadahan tetap = 1,45 – 1,23 = 0,22 mgrek CaO/L


V. Pembahasan
Titrasi kompleksometri adalah cara yang didasarkan pada kemampuan ion-
ion logam membentuk semyawa kompleks yang mentap dan larut dalam air.Salah
satu percobaan penggunaan kompleksometri adalah penentuan kesadahan
air.Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat larutan
tingkat tinggi (Day&Underwood,2002).
Air sadah adalah air yang didalamnya terlarut garam-garam kalsiumdan
magnesium.Air sadah tidak baik digunakan untuk mencuci karena ion-ion Ca2+
dan Mg2+ akan berkaitan dengan sisa asam karbosilat pada sabun dan membentuk
endapan sehingga sabun tidak berbuih.Air sadah terbagi menjadi air sadah
sementara dan air sadah tetap (Rivai&Harrizul,1994).
Kesadahan air total adalah kesadahan yang terkandung dalam air baik yang
bisa dihilangkan dengan pemanasan ataupun yang tidak bisa dihilangkan dengan
pemanasan (Sholahuddin,2007).
Larutan yang berwana merah muda ini kemudian di titrasi dengan larutan
EDTA hingga warna berubah menjadi semu hijau.Pada penambahan 1 tetes warna
merah larutan memudar dan pada penambahan 1,4 ml larutan warnanya menjadi
semu hijau.perubahan tersebut menunjukan bahwa titrasi telah tercapai.Ini
menandakan terdapat ion Mg2+ dalam larutan sampel.Karena adanya Mg In-
(komplek Mg dalam EBT)sehingga lebih lemah daripada kelompok Mg y2-
(komplek Mg dalam EDTA) sehingga kelebihan EDTA akan merebut Mg dari Mg
In- untuk menjadi Mg2+ yang selanjutnya membentuk kompleks dengan EDTA
yaitu komplek Mg Y2- sedangkan EBT (HIN) akan terbentuk kembali seperti
semula yaitu berwarna hijau (Bambang Suharto,2007).
Penetapan kesadahan tetap air sadah melakukan pemanasan atau medidihkan
air sadah tersebut selama 30 menit lalu ditambahkan larutan PH 10 yang berfungsi
supaya suasana dalam keadaan basa ketika melakukan proses titrasi dan untuk
mempertahankan nilai PH.
Percobaan kedua ini digunakan titrasi untuk menentukan kesadahan tetap
pada air sadah dilaboratorium.Namun,pada penentuan kesadahan tetap diperlukan
agak sedikit berbeda.Sebelum air dititrasi,air dipanaskan terlebih dahulu sampai
30 menit untuk membunuh kuman – kuman.Pemanasan ini dilakukn untuk
menghilangkan kesadahan sementara,karena kesadahan sementara berupan ion-
ion yang dapat dihilangkan dengan pemanasan.Kemudian air di dinginkan agar
partikel-partikel dalam air dapat dipisahkan.Penyaringan dilakukan saat air sudah
dingin,tidak pada saat air mendidih karena kemungkinan partikel-partikel padat
yang tersisa pada air tersebut akan ikut tersaring dan tidak masuk kembali
tercampur kedalam air sadah.Jadi penyaringan ini untuk menghilangkan partikel
padat (Day,2002)
VI. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini,kita dapat menyimpulkan
1. Penentuan kesadahan total air dapat dilakukan dengan menggunakan
penentuan senyawa kompleks
2. Indikator EBT berfungsi untuk membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam
3. Titrasi pembentukan komplek merupakansalah satu metode titrasi yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesadahan air melalui kation logam oleh
larutan standar EDTA
Daftar pustaka

Bambang Suharto.2007.Panduan Praktikum Kimia Analisis.Banjarmasin.FKIP UNLAM.

Baseet,Dkk.1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Kedokteran EGC.Jakarta.

Day.2002.Analisis Kimia Kuantitatif.Erlangga.Jakarta.

Khopkar.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.UI Press.Jakarta.

Rivai,Harrizul.1994.Asas Pemeriksaan Kimia.UI Press.Jakarta.

Underqood,A.L,Day,R.A.1981.Analisis Kimia Kuantitatif.Erlangga.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai