PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jeruk (Citrus sp.) termasuk salah satu tanaman yang berasal dari Asia. Negara
cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Jeruk dapat tumbuh baik di
daerah tropis dan daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik di
daerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara
senantiasa lembab serta mempunyai persyaratan air tertentu. Buah jeruk umumnya
berfungsi sebagai sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Sari
buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 g bahan, tergantung jenisnya.
Selain daging jeruk, khasiat dan manfaat juga banyak terkandung pada kulit buah
jeruk. Kulit jeruk memiliki manfaat diantaranya mulai dari penenang, penghalus kulit
hingga obat anti nyamuk (Adelina, dkk., 2017: 58-59). Komponen yang terkandung
di dalam jeruk (Citrus sp.) dapat diketahui melalui proses pemisahan secara kimia.
tertentu dari suatu campuran dengan kemurnian setinggi mungkin. Teknik kimia
dikenal beragam jenis proses pemisahan, bergantung pada fase penyusun campuran
yang akan dipisahkan. Campuran yang terdiri atas satu fasa disebut campuran
homogen, sedangkan campuran yang terdiri atas dua fasa atau lebih disebut dengan
absorpsi, dan lain-lain (Budiman, 2021: 1). Salah satu teknik pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-komponen dala fasa gerak dan fasa
diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa
cairan atau padatan (Rizalina, dkk., 2018: 255). Salah satu fase gerak secara
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul dan kerapatan muatan ion (Sari, 2017: 16).
Pelarut termasuk salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses
pemisahan kimia, sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
pelarut. Terdapat dua pertimbangan utama dalam memilih jenis pelarut yaitu pelarut
harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak
beracun. Pelarut yang digunakan dalam pemisahan harus dapat melarutkan ekstrak
yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, titik didih kedua bahan tidak
boleh terlalu dekat dan tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
ekstrak. Pelarut yang sering digunakan yaitu air, etanol, etil asetat, petroleum eter,
B. Rumusan Masalah
(Citrus sp.)?
2. Senyawa apa yang diperoleh pada sampel lemo cuco (Citrus sp.)?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui senyawa yang diperoleh pada sampel lemo cuco (Citrus
sp.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Jeruk dapat tumbuh baik di
daerah tropis dan daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik di
daerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara
senantiasa lembab serta mempunyai persyaratan air tertentu. Buah jeruk umumnya
berfungsi sebagai sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Sari
buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 g bahan, tergantung jenisnya.
Selain daging jeruk, khasiat dan manfaat juga banyak terkandung pada kulit buah
jeruk. Kulit jeruk memiliki manfaat diantaranya mulai dari penenang, penghalus kulit
hingga obat anti nyamuk. Jeruk selain berfungsi sebagai sumber gizi juga merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber devisi negara
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Tanaman jeruk (Citrus sp) termasuk dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae
memiliki 150 genus diantaranya ada yang tumbuh liar dan adapula di budidaya oleh
masyarakat. Tanaman ini terdiri dari 16 spesies namun varietasnya cukup banyak.
sangat disukai oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi baik sebagai buah segar atau
sebagai olahan. Selain itu, tanaman jeruk juga memiliki keragaman genetik tinggi
dapat dipelajari melalui karakterisasi morfologi yang meliputi organ pokok (batang,
daun dan akar) maupun organ tambahan (bunga, buah, biji dll) (Tuasamu, 2018: 85).
Berdasarkan penelitian Adelina, dkk (2017: 62-63), bentuk daun tanaman jeruk lokal
(Citrus sp) sebagian besar berbentuk lanceolate (meruncing), bentuk ujung daun
acute (runcing), tepi daun bergerigi, permukaan daun kasar, bentuk tangkai daun
oblique (bundar dan lurus), dengan warna tangkai daun hijau, luas dan panjang
tangkai daun bervariasi, warna flush daun hijau muda dan hijau.
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair. Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi yang benar dan
tepat tergantung dari jenis senyawa, tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang
akan diekstraksi. Ekstraksi efektif komponen aktif dari tanaman diperlukan tanpa
kehilangan aktivitas dan kemurnian tinggi telah menghasillkan proses ekstraksi yang
lebih baru dan lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dari metode
ekstraksi adalah jenis pelarut yang digunakan, ukuran partikel, temperatur, perlakuan
larutan ekstrak dan raffinate dan mengisolasi ekstrak (Victoria, dkk., 2020: 13)
Ekstraksi bahan aktif alami merupakan proses untuk mendapatkan komponen
bahan aktif alami menggunakan pelarut selektif melalui beberapa prosedur standar.
Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk memisahkan metabolit yang larut dengan
memisahkannya dari seluler tidak larut (residu). Ekstrak kasar awal menggunakan
metode ini mengandung campuran kompleks dari banyak metabolit tanaman seperti
sangat penting untuk mengisolasi senyawa aktif biologis dan dalam memahami
perannya. Ekstraksi adalah langkah pertama dalam analisis tanaman obat. Langkah
dasar termasuk pencucian awal, pengeringan bahan tanaman dan penggilingan untuk
potensial tidak hilang atau terdistorsi selama proses ekstraksi (Junaidi, 2019: 29).
Metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisa dalam cairan selama beberapa hari
pada temperatur kamar dan terlindungi dari cahaya. Metode ini digunakan untuk
menyari simplisa mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti lilin. Penggunaan
metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun. Maserasi umumnya dilakukan
dengan cara memasukkan simplisa yang sudah diserbukkan dengan derajat tertentu
sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik,
kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup rapat dan biarkan selama 5
hari pada temperatur kamar dan terlindungi cahaya sembari diaduk berulang-ulang.
kepolarannya. Senyawa polar akan masuk ke polar, begitu pula senyawa non polar
akan masuk pada pelarut non polar. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana (pelarut
non polar), etil asetat (pelarut semi polar) dan air (pelarut polar). Senyawa metabolit
yang dapat tertarik pada pelarut polar diantaranya yaitu senyawa-senyawa polifenol,
flavonoid dan lain-lain. Selain itu juga, garam alkaloid, minyak menguap, glikosida,
tanin, saponin, gula, gom, pati, protein, enzim, lilin, zat warna dan asam organik.
Senyawa yang dapat tertarik pada pelarut semi polar antara lain flavonoid, saponin
dan alkaloid. Senyawa yang dapat tertarik pada pelarut ini yaitu golongan kandungan
kimia minyak atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid, alkaloid dan triterpenoid
(Anjaswati, dkk., 2021: 2).
ekstrak terdapat puluhan senyawa. Pemisahan dengan cara partisis adalah perbedaan
kelarutan dalam dua pelarut tidak saling bercampur. Dua pelarut yang tidak
melakukan ekstrak metanol pekat ke dalam kloroform dan etil asetat maka fraksi sisa
metanol akan banyak mengandung banyak air yang dapat dihilangkan dengan cara
komponen ke dalam komponen yang terlarut dalam n-heksana, kloroform dan etil
sebagi fase gerak dan akan menarik senyawa dengan sifat kepolaran yang sama dan
akan melalui silika yang berfungsi sebagai fase diam sehingga senyawa-senyawa
tersebut akan terpisah-pisah dalam beberapa fraksi. Metode kromatografi kolom cair
vakum (KKCV) merupakan metode awal untuk memisahkan sampel dalam jumlah
banyak dan dilanjutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Fraksinasia
dilakukan dengan menggunakan silika gel yang memiliki ukuran partikel halus
sehingga memiliki kerapatan yang tinggi di dalam kolom (Amaliah, dkk., 2020: 82).
D. Metabolit sekunder
Tumbuhan memiliki dua jenis senyawa metabolit, yaitu metabolir primer dan
jenis senyawa metabolit sekunder memiliki fungsi yang berbeda. Senyawa ini tidak
dengan fungsi dan peranan yang berbeda-beda. Alkaloid, flavonoid, saponin dan
terpenoid termasuk ke dalam golongan metabolit sekunder yang sering dijumpai pada
mempunyai struktur yang bervariasi dan setiap senyawa memiliki fungsi atau
tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan disintesis dalam jumlah sedikit,
namun peranannya sangat vital. Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit,
tidak terus menerus untuk mempertahankan diri dari habitatnya. Tanaman memiliki
serangan hama/ penyakit, pelindung terhadap sinar ultraviolet, sebagai zat pengatur
tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (Botahala, dkk., 2020: 13).
E. Identifikasi senyawa
Keberagaman senyawa yang merupakan metabolit pada tumbuhan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang paling utama adalah reaksi yang
terjadi pada tanaman yang melibatkan enzim dan jenis organel yang ada dan
berinteraksi dengan enzim tersebut. Setiap enzim memiliki karakteristik yang khas
dan berbeda pada tiap tumbuhan. Perbedaan senyawa atau golongan ini akan
membentuk sebuah jalur reaksi yang sifatnya spesifik sehingga rangkaian reaksi pada
pembentukan senyawa atau golongan senyawa tersebut akan membentuk sebuah jalur
reaksi yang beragam. Jalur metabolit yang seragam dan tempat terjadinya reaksi juga
tidak sama, maka ada sebuah kecenderungan pada bagian tanaman atau tanaman
tertentu memiliki kandungan kimia yang spesifik dan juga akan terakumulasi lebih
kualitatif yang menggunakan reagen tertentu sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
akan dianalisis. Screening pada hakikatnya dapat digunakan pada saat sampel masih
segar ataupun dalam bentuk simplisa. Hasil screening akan menentukan orientasi
dalam melakukan penarikan komponen yang ada pada sampel (Najib, 2018: 4).
Menurut Al-Mujaizah (2019: 16-25), jenis-jenis identifikasi senyawa
1. Uji Flavonoid
berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri
dan mampu menghambat motilitas bakteri. Penghambatan kerja dari enzim reduktase
sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa,
galaktosa dan ramnosa. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat ini menghasilkan
senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavanon,
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya berwarna, sering kali
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa
Pembuatan pereaksi Mayer, larutan mercuri (II) klorida (HgCl 2) ditambah KI akan
membentuk endapan merah mercuri (II) iodida (HgI2) (Latifah, 2019: 14).
(K2[HgI4]) dengan ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari K2[HgI4] membentuk
kompleks kalium alkaloid yang mengendap (Ergina, 2014: 168). Hasil positif
senyawa alkaloid dengan pereaksi Wagner yaitu adanya endapan cokelat karena
adanya pengikatan oleh nitrogen dalam cincin alkaloid yang akan bereaksi dengan
ion logam K+ dari kalium Iodida (KI) sehingga menbentuk endapan berwarna
cokelat.
asam sehingga terhidrolisis menjadi ion bismutil (BiO+). Bismuth nitrat bereaksi
dengan KI membentuk endapan hitam bismuth (III) iodida (BiI3) yang akan larut
ion logam K+ dari K[BiI4] membentuk senyawa kompleks kalium alkaloid yang akan
BiI3 + KI →K[BiI4]
3. Uji Terpenoid
kerangka karbon 2 atau lebih unit karbon disebut isopren. Fraksi hasil penelitian yang
mudah menguap terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon.
Sedangkan fraksi yang mempunyai titik didih tinggi biasanya terdiri dari terpenoid
pergiyang baik akan lepas sehingga memebentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi
berpindah. Senyawa akan mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau
4. Uji Steroid
sebagai salah satu diantara golongan senyawa metabolit sekunder yang memberi nilai
pengobatan pada suatu tumbuhan. Steroid termasuk terpenoid lipid yang dikenal
dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun
cukup beragam. Perbedaan disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang
terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya. Struktur dasar golongan
hasil positifnya ditandai dengan timbulnya warna hijau sampai kuning muda.
5. Uji Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi
yang dihasilkan oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri.
Saponin dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut eter. Sifat khas dari
saponin yaitu terasa pahit, berbusa dalam air, beracun pada binatang berdarah dingin
pengocokan selama 30 detik hasil positifnya terdapat busa. Busa yang terbentuk
air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa yang lainnya (Latifa, 2015).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Percobaan ini telah dilaksanakan pada Selasa, 08-15 Juli 2022. Bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
1. Alat
Infrared (FTIR) tipe nicolet iS10, vortex, hotplate, gelas kimia 250 mL, plat tetes,
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air (H2O), ekstrak
kental kulit batang lemo cuco (Citrus sp.), etil asetat (C4H8O2), fraksi C hasil KKCV,
fraksi C hasil KKG, kalium bromida (KBr) kertas saring, label, metanol (CH3OH),
C. Prosedur Kerja
1. Uji Flavonoid
sp.), fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
Kemudian, memipetnya ke dalam plat tetes dan menetesi dengan H2SO4 pekat.
Mengamati perubahan warna yang terjadi dari kuning tua menjadi merah tua.
sp.), fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
Kemudian, memipetnya ke dalam plat tetes dan menetesi dengan FeCl 3 5%.
Mengamati perubahan warna yang terjadi menjadi biru hitam atau hijau kekuningan.
2. Uji Alkaloid
sp.), fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
dengan pereaksi Dragendorff, Wagner dan Mayer. Mengamati perubahan warna yang
terjadi yaitu Dragendorff positif berwarna coklat, Mayer positif jika terbentuk
sp.), fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
Terpenoid positif jika terbentuk larutan berwarna merah-ungu dan steroid positif jika
4. Uji Saponin
sp.), fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
dengan vortex. Selanjutnya mengamati terbentuknya busa atau tidak yang bertahan
selama 30 detik.
5. Uji FTIR
menyisakan 3 gerigi pada leher penutup cetakan. Kemudian, menekan penutup atas
dan bahwah cetakan hingga terbentuk pellet. Setelah itu, membuka penutup cetakan
dan memasukkan pellet yang terbentuk ke dalam chamber FTIR dan menganalisis
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak KentalKulit Batang Lemo Cuco (Citrus sp.)
(Hijau)
1. Flavonoid
(Merah tua)
(Kuning)
(Hijau)
(Coklat)
3. Hasil uji positif
Steroid dan
untuk terpenoid
Terpenoid Lebermann-Burchard
(+)
(Merah)
(Terbentuk busa
selama 30 detik)
Tabel 4.2 Hasil Uji Fitokimia Fraksi C Hasil KKCV dengan Beberapa Pereaksi
(Hijau Kekuningan)
1. Flavonoid
(Hijau)
2. Alkaloid
(Kuning)
Wagner Hasil uji positif
(+)
(Endapan Jingga)
Hasil uji negatif
Dragendorff
(-)
(Kuning Kehijauan)
(Hijau)
Tabel 4.3 Hasil Uji Fitokimia Hasil KKG dengan Beberapa Pereaksi
(Kuning)
1. Flavonoid
(Bening)
(Kuning Jernih)
Hasil uji positif
Wagner
(+)
(Bening)
2. Reaksi
a. Uji Flavonoid
- Flavonoid + FeCl3
- Flavonoid + H2SO4
b. Uji Alkaloid
3. Spektrum
berasal dari sumber alami tumbuhan, yang dapat memberikan efek fisiologis terhadap
makhluk hidup dan pada umumnya termasuk senyawa bioaktif. Senyawa metabolik
Percobaan ini menggunakan 3 sampel yaitu ekstrak kental kulit batang lemo
cuco (Citrus sp.), fraksi C hasil KKCV dan fraksi C hasil KKG. Percobaan
alkaloid, steroid dan terpenoid dengan menggunakan beberapa pereaksi. Tujuan dari
penggunaan pereaksi yang berbeda-beda yaitu sebagai standar untuk melihat hasil
positif antara uji pereaksi yang satu dengan yang lainnya sehingga mempermudah
yaitu asam sulfat pekat (H2SO4) dan besi (III) klorida (FeCl3). Penambahan asam
O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang
elektrofilik. Reduksi dengan asam sulfat akan menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna merah pada senyawa flavonoid. Warna merah yang terbentuk pada uji
Uji flavonoid dengan asam sulfat (H2SO4) pada sampel ekstrak kental kulit
batang lemo cuco (Citrus sp.) diperoleh hasil reaksi positif yang berwarna merah tua
dan pada sampel fraksi C hasil KKCV serta fraksi C hasil KKG juga memberikan
hasil negatif yaitu masing-masing berwarna hijau untuk fraksi C hasil KKCV dan
bening untuk fraksi C hasil KKG yang menandakan bahwa senyawa flavonoid pada
sampel tidak bereaksi dengan pereaksi asam sulfat (H 2SO4). Penambahan pereaksi
FeCl3 5%, menghasilkan hasil warna positif pada sampel ekstrak kental kulit batang
lemo cuco (Citrus sp.) dan fraksi C hasil KKCV yang berwarna hijau kekuningan
sedangkan fraksi C hasil KKG memberikan hasil negatif yang berwarna kuning.
sedangkan warna kuning menunjukkan FeCl3 tidak bereaksi dengan gugus hidroksil
pada flavonoid.
Dragendorff, Meyer dan Wagner. Hasil positif pada uji Dragendorff ditandai dengan
adanya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium
hasil KKG yaitu negatif yang menandakan bahwa kalium tidak bereaksi dengan
putih yang merupakan kalium alkaloid. Uji Mayer pada sampel sampel ekstrak kental
kulit batang lemo cuco (Citrus sp.) menghasilkan reaksi yang positif sedangkan
sampel fraksi C hasil KKCV dan KKG menghasilkan reaksi yang positif berwarna
endapan putih dan kuning yang menandakan bahwa nitrogen (N) pada alkaloid
kompleks kalium alkaloid yang mengendap. Uji alkaloid dengan pereaksi wagner
ditandai dengan terbentuknya endapan warna jingga. Endapan tersebut diduga adalah
kalium alkaloid. Uji ini akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen
dan membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap. Uji Wagner pada semua
sampel fraksi hasil KKCV dan KKG menghasilkan reaksi positif, sedangkan pada
sampel ekstrak kulit batang lemo cuco (Citrus sp.) diperoleh hasil negtif.
warna disebabkan oleh terjadinya oksidasi pada golongan senyawa terpenoid maupun
steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi. Uji steroid/ terpenoid pada
sampel ekstrak kentalkulit batang lemo cuco (Citrus sp.) menghasilkan reaksi positif
untuk uji terpenoid dan fraksi C hasil KKCV menghasilkan reaksi yang positif untuk
steroid yang berwarna hijau dan hasil negatif untuk uji terpenoid. Sedangkan pada
sampel fraksi C hasil KKG diperoleh hasil negatif yang berwarna bening.
30 detik akan memberikan hasil positif dengan terdapatnya busa. Busa yang
terbentuk menunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa saponin. Timbulnya
dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa yang lainnya. Uji saponin
pada sampel ekstrak kental kulit batang lemo cuco (Citrus sp.) menghasilkan reaksi
positif untuk saponin, sedangkan fraksi C hasil KKCV dan fraksi C hasil KKG
memberikan hasil reaksi yang negatif yang menandakan bahwa pada semua sampel
ekstrak kulit batang lemo cuco (Citrus sp.) yaitu senyawa flavonoid, alkaloid,
terpenoid dan saponin. Fraksi hasil KKCV mengandung senyawa flavonoid, alkaloid
dan steroid. Fraksi hasil KKG mengandung alkaloid. Berdasarkan hasil penelitian
Harahap (2021: 22) menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji fitokimia dapat
diketahui kandungan kimia pada ekstrak daun jeruk lemon (Citrus limon L.).
Kandungan metabolit ekstrak daun jeruk lemon (Citrus limon L.) terdiri dari
Berdasarkan hasil FTIR diperoleh gugus fungsi O-H pada panjang gelombang
3726,44 cm-1, N-H pada panjang gelombang 3449,40 cm-1, C-H pada panjang
gelombang 2924,94 cm-1 dan 2863,99 cm-1, C=O (aldehid) pada panjang gelombang
1740,16 cm-1, C≡C pada panjang gelombang 1608,14 cm-1, -CH2 pada panjang
gelombang 1462,25 cm-1, -CH3 pada panjang gelombang 1377,07 cm-1, C-O pada
panjang gelombang 1237,07 cm-1 dan 1171,19 cm-1, C-O (stretch) pada panjang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi suatu senyawa pada sampel lemo cuco (Citrus sp.) dengan
uji flavonoid menggunakan pereaksi asam sulfat (H2SO4) pekat dan pereaksi
Wagner dan Mayer, uji terpenoid dan steroid dengan menggunakan pereaksi
2. Senyawa yang diperoleh pada ekstrak kulit batang lemo cuco (Citrus sp.)
yaitu senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Fraksi hasil KKCV
mengandung alkaloid.
B. Saran
SKEMA KERJA
1. Uji Flavonoid
Fraksi
fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
- Dipipet fraksi ke dalam plat tetes dan diteteskan dengan H2SO4 pekat.
- Diamati perubahan warna yang terjadi dari kuning tua menjadi merah tua.
Hasil
b. Uji FeCl3 5%
Fraksi
fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
- Diamati perubahan warna yang terjadi dari biru hitam atau hijau
kekuningan.
Hasil
2. Uji Alkaloid
Fraksi
fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
coklat, Mayer positif jika terbentuk endapan putih atau kuning dan
Hasil
Fraksi
fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
- Dipipet fraksi ke dalam plat tetes dan diteteskan dengan Liebermann-
Burchard
-
Hasil
4. Uji Saponin
Fraksi
fraksi C hasil KKCV, fraksi C hasil KKG dengan pelarut yang sesuai.
-
Hasil
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
1. Preparasi Sampel
2. Uji Flavonoid