PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keanekaragaman hayati yang ada pada spesies Rutaceae yang
terdapat pada keluarga jeruk seperti jeruk nipis (Citrus aurantium L.), jeruk pontianak
(Citrus nobilis Lour.), jeruk sunkist (Citrus sinensis L. Osbeck), jeruk purut (Citrus
hystrix DC) dan jeruk lemon (Citrus limon L.). Wilayah suku bugis khususnya di
daerah Sinjai dan Bone terdapat jenis jeruk yang morfologinya menyerupai jeruk
lemon. Namun, masyarakat mengenal dengan sebutan “Lemo Cuco”. Jeruk ini
memiliki aroma yang khas biasanya digunakan untuk masakan sebagai pemberi
aroma, pereda batuk serta sebagai penghilang bau amis pada ikan dan daging. Salah
satu kandungan dalam kulit jeruk yaitu minyak atsiri (Al Mujaizah, 2019: 2).
Manfaat dari tumbuh-tumbuhan telah lebih awal dijelaskan oleh Allah dalam
demikian, jenis tanahnya dapat berbeda-beda. Ada yang kering tandus, ada pula yang
1
2
basah subur. Ada pula tanah yang, kalaupun jenisnya sama, menjadi lahan
itu ada yang berkumpul di atas satu area, ada pula yang tumbuh berpisah-pisah.
Selain itu, meskipun kebun-kebun itu disiram dan tumbuh dari sumber air yang sama,
keajaiban alam itu, benar-benar terdapat bukti yang jelas atas kemahakuasaan Allah
yang Allah ciptakan menunjukkan tanda-tanda akan kekuasaan Allah yang jelas
hanya diketahui bagi orang-orang yang mau berfikir. Sebagaiman pada percobaan ini
dengan memanfaatkan buah lemo cuco (Citrus sp.) dengan mengolah kulit buahnya
dengan cara merendam simplisia dengan kondisi dingin diskontinyu untuk menarik
senyawa yang diinginkan. Kekurangan dari metode maserasi ini adalah lamanya
waktu ekstraksi dan banyaknya pelarut yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi
(Ambaro, dkk., 2020: 891). Berdasarkan penelitian Badaring, dkk (2020: 21), proses
maserasi merupakan proses atau metode ekstraksi yang cukup sederhana tanpa sistem
pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi dingin. Jadi pada proses sampel dan pelarut
yang digunakan tidak mengalami proses pemanasan sehingga dapat digunakan pada
senyawa yang tidak tahan panas. Salah satu pelarut yang digunakan pada metode
kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip like dissolve like
yaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama. Pelarut yang
(C3H6O) dan air (H2O) (Verdiana, dkk., 2018: 214). Berdasarkan pada penelitan
Mutiara, dkk (2016: 53) pemilihan pelarut metanol (CH3OH) karena dapat
Sebab diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder ada yang bersifat polar dan ada
juga yang bersifat non polar, sehingga diyakini bahwa senyawa metabolit sekunder
yang bersifat polar akan terekstrak oleh pelarut metanol sebagai akibat dari kesamaan
percobaan untuk mengekstrak komponen bahan alam dari daun lemo cuco (Citrus
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaiman cara mengekstraksi komponen dari daun lemo cuco (Citrus sp.)
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara mengekstraksi komponen dari daun lemo cuco (Citrus sp.)
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan sebagai flavor alami pada berbagai produk makanan dan minuman di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Flavor dari daun jeruk lokal berasal dari
Kandungan sitronellal yang tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak daun jeruk
lokal di bidang industri, khususnya industri parfum dan kosmetik. Ekstraksi daun
makanan, minuman dan flavor, minyak atsiri daun jeruk lokal merupakan salah satu
alternatif yang potensial (Khasanah, dkk., 2015: 48). Buah jeruk jika dilihat dari
dan core. Kulit jeruk tersusun atas bagian epidermis, flavedo, kelenjar minyak, dan
bagian paling dalam ikatan pembuluh. Bagian segmen-segmen jeruk, terdiri dari
dinding segmen, rongga cairan dan biji jeruk (Yustinah dan Dena, 2016: 26).
Menurut Al Mujaizah (2019: 11), Morfologi dari Citrus sp. dengan buah yang
jorong atau memanjang, pada ujung buah terdapat penonjolan yang jelas, memiliki
biji kecil. Sedangkan berdasarkan penelitian Adelina, dkk (2017: 62-63), bentuk daun
tanaman jeruk lokal (Citrus sp.) sebagian besar berbentuk lanceolate (meruncing),
bentuk ujung daun acute (runcing), tepi daun bergerigi, permukaan daun kasar,
bentuk tangkai daun oblique (bundar dan lurus), dengan warna tangkai daun hijau,
luas dan panjang tangkai daun bervariasi, warna flush daun hijau muda dan hijau.
4
5
Daun tanaman jeruk termasuk daun tunggal, daun terdiri dari dua bagian, yaitu
lembaran daun besar dan kecil. Ujung daun runcing, demikian pula pangkalnya juga
meruncing, tetapi daun agak rata, helai daun kaku dan tebal. Permukaan daun bagian
atas mengandung lilin, pektin, licin dan mengkilap berwarna hijau tua dan memiliki
hijau muda.
Menurut Al Mujaizah (2019: 11), tanaman lemo cuco (Citrus sp.) dapat
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Daun jeruk purut (Citrus sp.) merupakan tanaman berdaun yang kaya vitamin
C dan vitamin. Terdapat 38 senyawa yang dapat diidentifikasi dalam minyak atsiri
jeruk purut. Dimana minyak atsri mengandung monoterpen sebanyak 87% dengan
ß-pinene sebagai komponen utama (10%) dan limonene rendah (4,7%). Minyak atsiri
6
daun jeruk purut ditandai dengan tingginya konten terpinen-4-ol (13,0%), α-terpineol
(7,6%), 1,8-cineole (6,4%), dan citronellol (6,0%). Minyak daun jeruk purut memiliki
B. Metabolit Sekunder
dengan fungsi dan peranan yang berbeda-beda. Alkaloid, flavonoid, saponin dan
terpenoid termasuk ke dalam golongan metabolit sekunder yang sering dijumpai pada
ekstrak tanaman (Variani, dkk., 2021: 65). Setiap jenis senyawa metabolit sekunder
pertahanan tumbuhan, baik dari cekaman biotik maupun abiotik. Selain sebagai
1. Alkaloid
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya berwarna, sering kali
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan pada suhu kamarAlkaloid bisa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan
7
kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu
2. Flavonoid
bersifat polar, memiliki 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6
(dua cincin aromatik yang terhubung oleh tiga karbon yang tidak dapat membentuk
cincin ketiga).
3. Terpenoid
dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan. Senyawa terpenoid terdiri dari
kerangka karbon 2 atau lebih unit karbon disebut isopren. Fraksi hasil penelitian yang
mudah menguap terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon
Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan
dengan struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau lebih.
4. Saponin
yang dihasilkan oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri.
Saponin dapat larut dalam air tetapi tdak larut dalam eter. Sifat khas dari saponin
yaitu terasa pahit, berbusa dalam air, beracun pada binatang berdarah dingin.
5. Steroid
Steroid termasuk terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin kerangka
dasar karbon yang menyatu dan struktur senyawanya cukup beragam. Perbedaan
8
disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin dan
metanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dari Sudan dilaporkan memiliki
penelitian Hanina dan Sarah (2020: 11), daun jeruk perut positif mengandung
segala gangguan saraf dan gangguan spirakel yang berakhir pada kematian pada
oksigen kedalam tubuh. Penelitian Dhavesia (2017: 6), hasil uji senyawa metabolit
sekunder ekstrak daun jeruk purut menunjukkan hasil positif pada uji alkaloid,
Berdasarkan penelitian Arfania (2017: 134), hasil positif pada uji alkaloid
ditandai dengan terbentuknya endapan putih dan keruh. Hasil positif pada uji
flavonoid terbentuk endapan kuning. Hasil positif pada uji polifenolat terbentuk
endapan hitam tidak terlalu pekat. Hasil positif pada uji kuinon terbentuk warna
terbentuk warna hitau hitam kebiruan. Hasil positif pada uji triterpenoid dan steroid
terbentuk warma biru ungu. Hasil positif pada uji saponin terbentuk busa. Hasil
primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi yang bukan merupakan
9
senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai hasil
pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul
tumbuhan namun berperan dalam interaksi sel dengan lingkungannya, seperti untuk
karbohidrat dan protein. Jalur pembentukan metabolit sekunder ada tiga, yaitu jalur
asam malonat contohnya palmitat, oleat, linoleat. Jalur asam mevalonat contohnya
steroid, terpenoid, saponin. Sedangkan jalur asam sikhimat contohnya, fenol, asam
C. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau
menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel
dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi dari sampel padatan
dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi.
Pada ekstraksi ini prinsip pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya larut
analit dalam pelarut tertentu. Pelarut yang digunakan harus mampu menarik
memisahkan air terlarut melalui dua buah pelarut (biasanya cair) yang dapat
melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapatr saling melarutan. Proses
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
akan dipisahkan dari sampel dengan cara penyaringan. Ekstrak awal akan sulit
Oleh karena itu, proses ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki
yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut
kepelarut lain. Misalnya iodine sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung
zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. Kasus seperti ini, hamper
semua iodine dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang
memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan
karbon tetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi
zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses
suatu tanaman. Metode baru ini dapat mengekstraksi dengan waktu yang lebih
singkat dan dengan konsumsi pelarut yang minimal dengan kualitas hasil ekstraksi
yang lebih tinggi. Metode MAE ini merupakan metode yang memanfaatkan radiasi
gelombang mikro dengan frequensi frekuensi 30 GHz – 300 MHz. Selain MAE,
11
memiliki frekuensi lebih dari 20 kHz. Ekstraksi dengan bantuan UAE dilakukan
dengan membuat gelembung kecil dalam pelarut karena adanya ultrasound dari
gelombang suara yang memungkinkan penetrasi pelarut yang lebih besar. Metode ini
dilakukan dengan membantu migrasi semua senyawa aktif dengan lebih cepat dari
1. Maserasi
dalam sekala kecil maupun dalam sekala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan bahan yang ingin diekstrak kedalam pelarut yang sesuai dan diletakkan
pada wadah tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi akan dihentikan ketika
konsentrasi dalam sel bahan. Setelah proses ekstraksi, pelarut kemudian dipisahkan
2. Perkolasi
Pada metode perkolasi, bahan sampel dibasahi perlahan dalam sebuah perkolator
ditambahkan dari bagian atas dan dibiarkan menetes perlahan. Kelebiahan dari
metode ini adalah sampel akan terus dialiri oleh pelarut baru, sehingga akan banyak
senyawa yang terekstrak. Namun kerugian dari metode ini adalah jika sampel pada
perkolator tidak homogeny, maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
12
3. Sokhletasi
Metode ini dilakukan dengan menempatkan sampel pada kertas saring dan
diletakkan didalam wadah sokhlet. Pelarut yang sesuai dimasukkan kedalam labu
untuk selanjutnya dipanaskan dan dibiarkan menguap. Uap ini yang kemudian akan
metode ini karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
oleh panas.
D. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan
diluar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang
paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena
Maserasi adalah cara penarikan simplisia dalam cairan penyari pada suhu
biasa yaitu 15-25°C. Penyarian zat aktif dilakukan dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar
13
terlindung dari cahaya, cairan penyari masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan, hasil dari
terkandung dalam jeruk sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri dapat diperoleh
dengan metode maserasi. Percobaan tersebut dapat terlihat hasil secara kualitatif dari
segi warna dan aroma minyak essensial jeruk purut. Pada penelitian Prastiwi, dkk
(2019: 28), peningkatan kadar total fenolik sejalan dengan peningkatan waktu
maserasi, hal ini memungkinkan terjadinya degradasi senyawa fenolik karena waktu
kontak ekstrak dengan oksigen dan cahaya yang terlalu lama. Waktu maserasi yang
relatif lama dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan aktif dalam campuran
bahan atau sampel tersebut. Pemilihan metode ekstraksi dapat mempengaruhi kadar
polifenol dimana polifenol yang diperoleh dari ekstraksi cara refluks (cara panas)
lebih tinggi kadarnya dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan cara
maserasi.
Berdasarkan penelitian Sari dan Risma (2018: 71), hasil maserasi dari 1 kg
sampel daun jeruk purut segar didapat ekstrak kental sebanyak 53,8 gram. efektivitas
proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, jenis pelarut yang
digunakan menentukan senyawa yang terambil, jumlah solut yang terekstrak dan
14
kecepatan proses ekstraksi. Kedua, metode yang digunakan, karena pemilihan metode
yang tepat dapat menghasilkan ekstrak yang baik. Pemilihan metode dilihat dari sifat
masing-masing dari senyawa yang akan diekstrak. Ketiga, ukuran partikel simplisia,
semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan
solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa
semakin tinggi
sehingga derajat perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut
akan tetap terjaga. Hasil penyarian atau maserat perlu dibiarkan selama waktu
tertentu agar zat-zat yang tidak diperlukan mengendap (Imani, 2018: 33).
E. Pelarut
Pelarut organik merupakan pelarut yang memiliki titik didih yang relatif
rendah, bersifat non polar sehingga kelarutannya rendah di dalam air namun tinggi di
dalam pelarut non polar. Pelarut organik berdifat mudah terbakar dan tidak mengion
sehingga tidak dapat menghantarkan listrik. Reaksi kimia pada pelarut organik
berlangsung secara lambat. Adapun jenis ikatan kimianya sebagian besar merupakan
ikatan kovalen. Beberapa contoh dari pelarut organik yaitu alkohol, etanol, metanol
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, sedangkan alkohol terikat pada atom
hidrogen dan atom karbon lain. Alkohol memiliki dua penamaan berbeda atau yang
15
memberi nama gugus alkil yang mengandung substituen hidroksil (-OH). Gugus
hidroksil pada alkohol bersifat polar karena atom oksigen dan hidrogen memiliki
keelektronegatifan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena alkohol tidak terikat pada
ikatan polar dan ikatan hidrogen dapat terbentuk diantara molekul alkohol. Alkohol
memiliki titik didih pada suhu yang sangat tinggi dibandingan dengan hidrokarbon
yang memiliki berat yang sama. Titik didih yang tinggi ini disebabkan oleh besarnya
suhu yang diperlukan untuk memecah ikatan hidrogen yang saling tarik menarik antar
Alkohol yang dipakai pada proses transesterifikasi yakni metanol dan etanol.
Metanol merupakan jenis alkohol yang paling disukai dalam pembuatan biodiesel
sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon, sehingga metanol lebih mudah
memperoleh pemisahan gliserol. Sifat dari metanol adalah memiliki massa molar
32,04 gram/mol, wujud yang tidak berwarna, memiliki titik didih 64,7 oC dan titik
leleh -97oC. Kelarutan dalam air yaitu sangat larut (Sarastina, 2014: 10-11). Gultom,
dkk (2020: 444-445), Jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan
dari ekstrak daun ubi jalar putih. Pelarut terbaik dalam mengekstrak daun ubi jalar
putih adalah pelarut metanol dengan nilai rendemen ekstrak sebesar 32,11, total
flavonoid sebesar 226,45 mg QE/g, total tanin sebesar 16,58 mg TAE/g, vitamin C
gram simplisia dari 500 gram daun jeruk yang dikeringkan. Dimana setelah maserasi
16
didapatkan larutan ekstrak sebanyak 480 mL. Kemudian setelah dilakukan evaporasi
didapatkan ekstrak kental daun jeruk nipis sebesar 3,6 gram. Dalam penelitian ini
antioksidan daun jeruk nipis lebih baik dengan menggunakan pelarut metanol
dibandingkan pelarut lainnya. Penelitian Agustien dan Susanti (2021: 46), pelarut
diperoleh dari ekstrak dengan pelarut etanol yaitu sebesar 6.02±0.03%, kemudian etil
pada penelitian
dalam industri kimia dan makanan, baik dalam bentuk murni atau sebagai komponen
Munawaroh dan Prima (2010: 78), ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut etanol
sedangkan pada pelarut n-heksan diperoleh rendemen minyak 10,50% dan kadar
sitronellal 97,27%. Sehingga pelarut n-heksan pada ekstraksi daun jeruk purut
menghasilkan kadar sitronellal lebih tinggi daripada pelarut etanol. Hal ini
n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar, volatil, mempunyai bau khas
yang dapat menyebabkan pingsan. Berat molekul n-heksana adalah 86,2 gram/mol
dengan titik leleh -94,3 sampai -95,3°C. Titik didih n-heksana pada tekanan 760
daun kesum yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan metode maserasi
karena senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun kesum cenderung polar dan
semi polar dan sedikit senyawa yang bersifat non polar, sehingga rendemen ekstrak
n-heksan daun kesum yang dihasilkan bernilai kecil. Hasil ini sesuai dengan konsep
like disolve like yang berarti zat akan terlarut dan terekstrak dengan baik apabila
pelarut yang digunakan memiliki tingkat kepolaran yang sama. Sedangkan pada
penelitian Rahmi dan Salfauqi (2021: 619), hasil uji fitokimia n-heksan memiliki
fenolik dan flavonoid dan ekstrak n-heksan kulit alpukat memliki aktivitas
hidroksil pada asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon yang terdapat pada etanol.
Etil asetat seringkali disintesis dengan mengunakan katalisator cair berupa asam
sulfat (Nuryoto, 2008: 24). Etil asetat merupakan pelarut dengan toksisitas rendah
yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa senyawa yang bersifat
polar maupun non polar. Etil asetat merupakan pelarut yang baik digunakan untuk
ekstraksi karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak hogroskopis dan memiliki
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk (2013: 58) proses ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etil asetat (C4H8O2) pada ekstraksi kulit buah manggis
Nabilah dan Peni (2019: 16) menggunakan pelarut etil asetat (C4H8O2) pada ekstrak
kulit buah jeruk purut menghasilkan bahwa kulit buah jeruk purut mengandung
penelitian Rahmi dan Salfauqi (2021: 619), hasil uji fitokimia etil asetat memiliki
senyawa alkaloid, fenolik dan flavonoid dan ekstrak etil asetat kulit alpukat memiliki
METODE PERCOBAAN
Juni 2022. Bertempat di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi
Heidolph, neraca analitik, blender, hairdrayer, gelas kimia 250 mL, statif dan klem,
rangkaian alat destilasi, toples kaca besar, toples kaca kecil, wadah maserat, batang
2. Bahan
aluminium foil, daun lemo cuco (Citrus sp.), metanol (CH3OH), kain blacu dan tissu.
C. Prosedur Kerja
Mengeringkan daun lemo cuco (Citrus sp.) pada suhu ruang kemudian
250 gram lalu dimasukkan ke dalam wadah toples dan direndam menggunakan
pelarut metanol 1×24 jam sebanyak dua kali. Setelah itu, sampel disimpan ditempat
yang gelap. Selanjutnya, sampel disaring menggunakan kain blacu untuk memperoleh
19
20
yang dihasilkan.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Analisis Data
B. Pembahasan
Maserasi adalah cara penarikan simplisia dalam cairan penyari pada suhu
biasa yaitu 15-25°C. Penyarian zat aktif dilakukan dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, cairan penyari masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan, hasil dari
21
22
teknik maserasi yaitu suatu teknik ekstraksi dingin dengan cara merendam sampel
bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sampel yang digunakan pada
metode ini adalah daun lemo cuco (Citrus sp.). Hal yang pertama dilakukan adalah
memotong kecil sampel daun lemo cuco (Citrus sp.) fungsi dari pemotongan secara
kecil agar metabolit sekunder dapat keluar dari sampel kemudian dijemur selama
kurang lebih 3 minggu pada suhu kamar, tujuan dari penjemuran pada suhu kamar
bukan pada sinar matahari langsung adalah agar metabolit sekunder yang terdapat
pada daun lemo cuco (Citrus sp.) tidak rusak karena terkena cahaya matahari
langsung. Setelah itu, dilakukan penghalusan daun lemo cuco (Citrus sp.) hingga
menjadi serbuk dengan tujuan agar untuk memperkecil luas permukaan sampel
terbentuknya ekstrak.
Langkah selanjutnya yaitu menimbang daun lemo cuco (Citrus sp.) untuk
mengetahui bobot sampel. Kemudian perendaman sampel daun lemo cuco (Citrus
sp.) 1×24 jam sebanyak dua kali menggunakan pelarut metanol (CH3OH) bertujuan
untuk melarutkan isi sel sampel dengan pelarut sehingga didapatkan ekstrak sampel.
Pada percobaan ini digunakan pelarut metanol (CH3OH) karena metanol dapat
rendemen sampel tersebut dengan menggunakan kain blacu agar endapan yang ada
pada sampel tidak ikut ke dalam ekstrak cair daun lemo cuco (Citrus sp.) yang
disaring.
Ekstrak daun lemo cuco (Citrus sp.) cair yang diperoleh selanjutnya dilakukan
evaporasi yang berfungsi untuk menguapkan sehingga akan terpisah antara pelarut
23
metanol yang digunakan dengan ekstrak daun lemo cuco (Citrus sp.) kental yang
diperoleh. Proses isolasi bahan alam yang digunakan adalah masera, dimana prinsip
maserasi adalah untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun
yang tidak tahan pemanasan. Mareasi termasuk metode ekstraksi dengan prinsip
persentase ekstrak kental daun lemo cuco sebesar % dalam 250 gram.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Kesimpulan pada percobaan ini adalah ekstraksi komponen kimia dari kulit
buah lemo cuco (Citrus sp.) menggunakan metode maserasi selama 2×24 jam.
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental dengan bobot .......gram dan nilai
2. Persentase ekstrak kental daun lemo cuco (Citrus sp.) adalah sebesar …%
B. Saran
Saran pada percobaan ini sebaiknya pada percobaan selanjutnya
menggunakan sampel lain seperti kulit alpukat (Persea ameicana Mill) agar dapat
24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim.
Adelina, dkk. “Identifikasi Morfologi Dan Anatomi Jeruk Lokal (Citrus sp) Di Desa
Doda Dan Desa Lempe Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso”.
Agrotekbis 5, no.1 (2017): h. 58-65.
Adrianto, H. dan Hamidah. “Evaluasi Toksisitas Ekstrak Metanol Daun Jeruk
Nipis(Citrus aurantifolia) terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti”.
Aspirator 10, no. 1 (2018): h. 57-64.
Agustien dan Susanti. “Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Hasil Ekstraksi Daun Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata)”. Prosiding Seminar Nasional Farmasi 1, no.
1 (2021): h. 39-45.
Al Mujaizah. “Uji Aktivitas Antibakteri Dan Karakterisasi Komponen Penyusun
Minyak Atsiri Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus sp.)”. Skripsi. Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2019.
Ambaro, F.Y., Fitrianti, D. dan Mentari, L.D. “Prosedur Ekstraksi Maserasi Daun
Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.) Menggunakan Pelarut Etanol dan
Air”. Prosiding Farmasi 6, no. 2 (2020): h. 890-893.
Angin, Yusfachri, dkk. “Pemanfaatan Kandungan Metabolit Sekunder yang
Dihasilkan Tanaman pada Cekaman Biotik”. Agriland 7, no. 1 (2019): h.
39-47.
Arfania, M. “Telaah Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc)
Di Kabupaten Karawang”. Ilmu Farmasi 2, no. 2 (2017): h. 131-135.
Azizy, Z. A. B. “Optimasi Proses Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Dari
Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina) Secara Microwave-Assisted
Extraction”. Skripsi. Makassar: Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin,
2021.
Azkiyah, Siti Zamilatul. “Isolasi senyawa aktif antioksidan dari fraksi n-heksana
tumbuhan paku Nephrolepis falcata”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013.
Badaring, D.R., Sari, P.M., Satrina, N., Wirda, W., dan Sintiya, A.R.L. “Uji Ekstrak
Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus”. Indonesian Journal of Fundamental
Sciences 6, no. 1 (2020): h. 16-26.
Cahyani dan Ifra. “Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kayu Bakau (Rhizophora
mucronata) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction”. Skripsi.
Surabaya: Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
2016.
Dhavesia, V. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.
C.) terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis”.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya, 2017.
25
26
Fajarwati, N. “Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) Dengan Menggunakan Metode DPPH”. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, 2013.
Fitri, L. “Ekstraksi Senyawa Fitokimia Dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav) Menggunakan Air Subkritis”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2015.
Gultom, dkk. “Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Ubi Jalar Putih (Ipomoea Batatas L) menggunakan Metode Maserasi”. Itepa 9,
no. 4 (2020): h. 438-447.
Hakim, dkk. “Pemilihan Bagian Tanaman Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Potensial
Sebagai Minyak Essensial Aromaterapi Hasil Proses Maserasi Dengan
Metode Analytical Hierarkhi Process (AHP)”. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi 1, no. 1 (2019): h. 1-7.
Hanina dan Sarah, M.B. “Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Sebagai Insektisida Alami Terhadap Kecoak Amerika (Periplaneta
americana) Dengan Metode Semprot”. JMJ 8, no. 1 (2020): h. 8-14.
Husna, Zahra Razani. “Pengembangan Sensor Untuk Mendeteksi Alkohol Berbasis
Polyvinylidene Fluoride (PVDF)”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019.
Imani, N.M. “Pengaruh Modifikasi Metode Maserasi Terhadap Kadar Fenolat Total
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Cincau Hijau Perdu (Premna
oblongifolia Merr)
Khasanah, dkk. “Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Karakteristik Mutu
Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)”. Aplikasi Teknologi
Pangan 4, no. 2 (2015): h. 48-65.
Lathifah, Umi. “Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antioksidan
Daun Tebu (Saccharum offinarum L.)”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 2020.
Leba, M.A.U. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Melani, I.R. “Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae Secara In Vitro”. Skripsi. Malang:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2020.
Mukhriani.“Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif”.
Kesehatan 7, no.2 (2014): h. 361-67.
Munawarah dan Prima. “Ekstraksi minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
Dengan Pelarut Etanol dan n-heksan”. Kompetensi Teknik 2, no. 1 (2010):
h.73-78.
Mutiara, R., Muhammad, J.D. dan Netti, H. “Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Buah Mangrove Pidada
(Sonneratia caseolaris)”. Chemica 17, no. 2 (2016): h. 52-62.
27
Nabilah, Isya dan Peni Indrayudha. “Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol, Fraksi
Etanol, Etil Asetat dan Heksana Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.)
terhadap Sel Kanker Payudara T47D”. Farmasi Indonesia 16, no. 1 (2019): h.
11-17.
Nuryoto. “Studi Kinerja Katalisator Lewatit Monoplus s-100 pada Reaksi Esterifikasi
antara Etanol dan Asam Asetat” Jurnal Rekayasa 2, no. 1,(2008): h. 24-27.
Oxtoby David W. Principles Of Modern Chemistry. Terj. Suminar Satiati Achmadi.
Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2001.
Prastiwi, dkk. “Variasi Lama Maserasi Terhadap Rendemen, Indeks Bias, Total
Fenolik Dan Sitronelal Oleoresin Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)”.
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 14, no. 1 (2019): h. 23-31.
Putri, W.S, dkk. “Skrining Fitokimia Ekstrak etil Asetat Kulit Buah Manggis
(Garcinia mongostana L)”. Farmasi Udayana (2013): h. 56-60.
Rifky, dkk. “Uji Kualitatif Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak N-Heksan Daun
Kesum (Polygonum minus Huds.) Menggunakan Metode Kromatografi Lapis
Tipis”. Mahasiswa Farmasi 4, no. 1 (2018): h. 1-4.
Roni dan Legiso. Kimia Organik. Palembang: NoerFikri Offest, 2021.
Rotinsulu dan Defny. Gelenika. Jawa Tengah: Lakeisha, 2021.
Sarastina. “Penggunaan Minyak Goreng Curah terhadap Biodiesel dengan Teknik
Destilasi”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 2014.
Sari dan Risma. “Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C) Dengan Metode DPPH(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)”.
Current Pharmaceutical Sciences 1, no. 2 (2018): h. 69-74.
Suteja, Aji. “Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Durian (Durio
zibethinus Murr)”. Skripsi. Medan: Fakultas Biologi Universitas Medan Area,
2018.
Variani Y.S, dkk. “Analisis Senyawa Bioaktif Ekstrak Metabolit Sekunder Serratia
marcescens Strain MBCI”. Chemical Analysis 4, no. 2 (2021): h. 64-71.
Verdiana, M., I Wayan, R.W. dam I Dewa, G.M.P. “Pengaruh Jenis Pelarut Pada
Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik Terhadap Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus limon Linn.) Burm F. Ilmu
dan Teknologi Pangan 7, no. 4 (2018): h. 213-222.
Yustinah dan Dena. “Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan
Tambahan Pada Pembuatan Sabun” konversi 5, no. 1 (2016): h, 25-30.