PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemisahan termasuk suatu proses yang sangat penting untuk dipelajari dalam
bidang kimia. Komponen senyawa sangat didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Metode ini dikenal sebagai metode pemisahan kimia. Mengetahui sifat fisik dan
pemisahan. Mengetahui sifat fisik dan kimia juga dapat memudahkan pemilihan
metode pemisahan yang tepat. Proses pemisahan dilakukan untuk mendapatkan dua
atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian
besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Salah
satu metode pemisahan yang biasa digunakan dalam pemisahan kimia yaitu
pemisahan secara ekstraksi (Budiman, 2021: 1). Metode pemisahan campuran atau
senyawa termasuk ke dalam ilmu kimia pemisahan, seperti yang terdapat pada QS.
bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya merupakan suatu objek yang
saling menyatu tanpa ada pemisah antara keduanya. Maka tidak ada hujan dari langit
22
dan tidak ada tanaman dari muka bumi. Kemudian Kami memisahkan keduanya
dengan kuasa Kami dan Kami turunkan hujan dari langit dan Kami keluarkan
tanaman dari dalam tanah, serta kami menjadikan segala sesuatu hidup dari air.
Apakah orang-orang yang ingkar itu tidak mau beriman, lalu mengimani apa yang
dari tumbuhan.
Ekstraksi termasuk suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan kelarutan terhadap dua cairan. Ekstraksi salah satu proses perpindahan
suatu zat dari larutan asal atau padatan ke dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi
yang ada dalam campuran. Ekstraksi dilakukan dengan proses pemisahan kandungan
senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari
tertentu. Secara umum eekstraksi terbagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi padat
cair (leaching) dan ekstraksi cair-cair. Isolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu
tanaman dapat dilakukan dengan cara ekstraksi (Aji, dkk., 2017: 37).
dipisahkan dari sitoplasma dan ada pula yang disimpan dalam bentuk senyawa tidak
aktif. Senyawa metabolit sekunder yang disimpan dalam bentuk tidak aktif akan
terikat secara kimia dengan senyawa-senyawa lain seperti gula, garam dan protein
sehingga tidak berbahaya bagi tumbuhan penghasilnya. Selain itu, ada pula senyawa
metabolit sekunder yang tidak terikat dengan senyawa lain. Senyawa yang seperti ini
biasanya tersimpan utuh pada jaringan tertentu misalnya tersimpan dalam vakuola
pada jaringan muda. Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang kompleks,
sekunder pada suatu tumbuhan menggunakan pelarut organik (Cahya, 2021: 13).
Pelarut n-heksana termasuk salah satu pelarut organik yang dapat digunakan
termasuk sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan hasil refining dari minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi
oleh sumber minyak. Pelarut ini umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan
mendidih pada suhu 60°C–70˚C. Heksana sering digunakan sebagai pelarut organik
yang bersifat inert karena memiliki sifat non polar. Selain itu heksana juga banyak
dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji-bijian, misal kacang-kacangan dan flax
(Mujaizah, 2019: 29). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan
ekstraksi bahan alam metode maserasi dengan tujuan untuk mengekstraksi komponen
kimia bahan alam dari kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dan mengetahui rendemen
B. Rumusan Masalah
2. Berapa rendemen ekstrak kental kulit buah lemo cuco (Citrus sp.)?
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara mengekstraksi komponen kimia bahan alam dari kulit
sejak peradaban manusia tumbuh. Sebagian besar bahkan hampir semua kandungan
senyawa kimia bahan alam adalah senyawa organik dan sumber utama senyawa
karbon atau senyawa organik ini adalah glukosa yang dibentuk melalui fotosintesis di
berdasarkan struktur kimia senyawa bahan alam yaitu senyawa lemak rantai terbuka
atau alifatik seperti asam-asam lemak, gula-gula dan hampir semua asam amino.
Senyawa sikloallifatik atau alisiklik seperti terpenoid, steroid dan beberapa alkaloid.
Senyawa benzeroid atau aromatik seperti fenon dan kuinon (Heliawati, 2018: 2).
Senyawa bahan alam merupakan bagian terpenting dari ilmu kimia organik
Senyawa kimia bahan alam hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan
sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan lain-lain. Secara umum
senyawa yang dikaji dalam ilmu kimia senyawa bahan alam berasal dari tumbuhan.
Senyawa aktif dari metabolit sekunder diperlukan sumber tanaman yang cukup
22
berlimpah sehingga mengalami kesulitan dalam penyediaan tanaman. Usaha-usaha
wilayah di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan buah yang termasuk dalam keluarga
Citrus dari suku Rutaceae. Jeruk lemo cuco merupakan tanaman buah tahunan yang
berasal dari Asia. Jeruk termasuk tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis
dan daerah subtropis. Jeruk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis pada
ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
yaitu terdapat batang, buah, daun, akar dan bunga. Setiap organ tersebut memiliki
bentuk dan fungsi yang berbeda. Tanaman jeruk mempunyai batang yang dapat
mencapai ketinggian 6-10 m, banyak bercabang, tajuk daun bundar dan umumnya
berbuah satu kali satu tahun. Tanaman jeruk memiliki akar tunggang dan akar
serabut, akar tunggang tumbuh cukup dalam bisa mencapai kedalaman 4 meter lebih
sedangkan akar serabut tumbuh dangkal. Daun jeruk terdiri dari dua bagian yaitu
lembaran daun besar dan kecil. Ujung daun runcing, demikian pula pangkalnya juga
meruncing tetapi daun agak rata, helai daun kaku dan tebal. Jeruk memiliki
permukaan buah yang halus bentuknya bulat sampai bulat pendek. Buah jeruk terdiri
Kulit buah jeruk mengandung minyak atsiri yang banyak dimanfaatkan oleh
industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, serta di
bidang kesehatan digunakan sebagai antioksidan dan antikanker. Kulit jeruk ini
yang berbeda. Senyawa aktif pada lemo cuco seperti flavoniod, karotenoid, limonoid
dan mineral sangat penting bagi kesehatan. Kulit jeruk dapat diekstrak minyak
yang memiliki titik didih berbeda dan sifat yang tidak stabil atau mudah menguap.
Mudah teroksidasi oleh panas, udara kelembaban, dikatalis oleh cahaya dan beberapa
metabolisme lain yang secara tidak langsung terlibat dalam pertumbuhan suatu
tumbuhan. Metabolit sekunder memiliki peran bagi tumbuhan dalam jangka waktu
panjang, sebagai tujuan pertahanan, serta memberikan karakteristik yang khas dalam
dan pertumbuhan suatu tumbuhan. Warna yang diberikan oleh metabolit sekunder
1. Fenolik
Fenol bersifat asam, karena sifat gugus hidroksil yang mudah melepaskan diri,
berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri
atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 (dua cincin aromatik yang
terhubung oleh tiga karbon yang tidak dapat membentuk cincin ketiga). Gugus
hidroksil (-OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid berupa tempat menempelnya
gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Alkaloid dapat dijumpai
pada bagian daun, ranting, biji dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam
bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi
sebagai salah satu diantara golongan senyawa metabolit sekunder yang memberi nilai
pengobatan pada suatu tumbuhan. Steroid termasuk terpenoid lipid yang dikenal
dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun
cukup beragam. Perbedaan disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang
5. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi
yang dihasilkan oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri.
Saponin dapat larut dalam air namun tidak larut dalam eter. Sifat khas dari saponin
yaitu terasa pahit, berbusa dalam air, beracun pada binatang berdarah dingin.
diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan. Senyawa terpenoid terdiri dari
kerangka karbon 2 atau lebih unit karbon disebut isopren. Fraksi hasil penelitian yang
mudah menguap terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon.
Sedangkan fraksi yang mempunyai titik didih tinggi biasanya terdiri dari terpenoid
yang mengandung 15 atom karbon. Susunan kepala dan ekor dari struktur terpenoid
disebut kaidah isopren. Kaidah ini merupakan ciri khas dari sebagian terpenoid
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak Atsiri,
alkaloid, flavonoid dan lainnya. Senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Proses pembuatan
ekstrak diawali dari pembuatan serbuk simplisia kering yang memiliki derajat
kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk simplisia, maka proses ekstraksi yang
semakin efektif, namun hal tersebut dapat menyebabkan semakin sulitnya proses
1. Maserasi
dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruang. Secara teknologi termasuk
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu atau terus menerus.
Remaserasi yang berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
atau penampungan ekstrak, secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)
3. Refluks
Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin
tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini
dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Metabolit
sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik.
Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang akan
mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali. Larutan
melewati batas lubang pipa samping sokhlet maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi
E. N-Heksana (C6H14)
harus yang tidak toksik, mudah diuapkan, memiliki tingkat absorbsi yang baik dan
dengan pelarut. N-heksana termasuk pelarut yang inert, sehingga hanya bisa
tersebut dengan teori like dissolve like (Hastuti, dkk., 2017: 52).
dalam mengekstraksi suatu ekstrak. N-Heksana adalah bahan kimia yang dibuat dari
minyak mentah dan merupakan cairan tidak berwarna dengan bau sedikit tidak
menyenangkan. N-heksana memiliki sifat sangat mudah terbakar dan uap yang
digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa yang disebut pelarut.
Pelarut n-heksan termasuk produk industri yang terdiri dari campuran hidrokarbon
dengan 6 atom karbon dan memiliki 19 isomer 2-metil pentana dan 3-metil pentana
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu rotary evaporator, neraca
analitik, blender, hair dryer, gelas kimia 250 mL, wadah maserasi, wadah ekstrak,
botol maserat, batang pengaduk, spatula, corong plastik, pisau dan gunting.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, es batu, kain
blacu, kulit buah lemo cuco (Citrus sp.), pelarut n-heksana (C6H14) dan tissu.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu mengupas kulit buah lemo cuco
(Citrus sp.) dari daging buah. Kemudian mengeringkan kulit buah pada suhu ruang.
Selanjutnya menghaluskan sampel yang telah kering lalu menimbang sebanyak 250
dengan n-heksan (C6H14) selama 2 × 24 jam dan menyimpan ditempat yang gelap.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1 Ekstraksi dari Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus sp.)
No
Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan
.
1. Bobot kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) 250 gr
2. Analisis Data
Diketahui : Bobot wadah kosong = 164,6712 g
Penyelesaian :
% Ekstrak kental
Bobot ekstrak kental
= x 100%
Berat sampel
16 8 ,2544 g - 16 4 , 6712 g
= x 100%
250 g
3 , 5832 g
= 2 50 g x 100%
= 1,43%
22
B. Pembahasan
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
efektifitas yang tinggi melalui cara memerhatikan kelarutan senyawa bahan alam
Preparasi sampel kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dilakukan dengan cara
mengeringkan sampel kulit buah lemo cuco pada suhu ruang tanpa sinar matahari
yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada sampel sehingga dapat diekstrak
dengan baik serta menghasilkan ekstrak dengan kandungan metabolit yang tinggi.
pelarut dapat masuk ke dalam sel dan mengikat senyawa aktif atau metabolit
sekundernya dengan lebih optimum sehingga menghasilkan ekstrak kulit buah lemo
cuco. Proses maserasi atau perendaman dengan pelarut n-heksana bertujuan untuk
sebagai pelarut karena merupakan pelarut dengan toksisitas rendah yang bersifat non
polar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun
nonpolar dari kulit buah lemo cuco (Citrus sp.). Setiap 1 kali 24 jam dilakukan
penyaringan untuk memisahkan residu dan filtrat agar endapan yang ada pada sampel
tidak ikut bercampur dengan ekstrak yang dihasilkan. Filtrat yang dihasilkan
menggunakan hair dryer agar diperoleh ekstrak yang kental. Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan maka diperoleh hasil ekstrak kental sampel kulit buah lemo
cuco (Citrus sp.) dengan proses maserasi menggunakan pelarut n-heksan berupa
cairan berwarna kuning kecoklatan dengan rendemen sebesar 1,43% dari 250 gram
sampel. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Mujaizah (2019)
yang melakukan ekstraksi kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dengan metode
hasil ekstrak yang diperoleh dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan.
Metode sokhletasi mampu menghasilkan ekstrak yang lebih besar walaupun jumlah
A. Kesimpulan
1. Ekstraksi komponen kimia dari kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-qarim
Aji, A. Bahri, S. dan Tantalia. “Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi HCl
untuk Pembuatan Pektin dari Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima)”. Teknologi
Kimia Unimal 6, no. 1 (2017): h. 33-44.
Budiman, A. Destilasi Teori dan Pengendalian Operasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2021.
Cahya, A. “Penentuan Parameter Optimum Proses Ekstraksi Metabolit Sekunder
pada Rimpang Curcuma zedoaria yang Dilakukan secara Sokhletasi.” Skripsi.
Makassar: Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, 2021.
Hastuti, D., Rohadi. dan Putri, A. S. “Rasio n-Heksana-Etanol terhadap Karakteristik
Fisik dan Kimia Oleoresin Ampas Jahe (Zingiber majus Rumph) Varietas
Emprit”. Ilmiah 1, no. 1 (2017): h. 41-56
Heliawati, L. Kimia Organik Bahan Alam. Bogor: UNPAK, 2018.
Hermansyah. “Ekstraksi Senyawa Fenol dari Batang dan Daun Mangga
Menggunakan Pelarut Metanol dengan Metode Maserasi dan Microwave
Asissted Extraction (MAE)”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, 2015.
Julianto, T. S. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2019.
Mujaizah, A. “Uji Aktivitas Bakteri Dan Karakterissasi Komponen Penyusun
Minyak Atsiri Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus sp)”. Skripsi. Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2019.
Nurbaity. “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Bahan Alam Melalui Metode
Pengenalan Pola”. Cakrawala Pendidikan 30, no. 1 (2011): h. 73-90.
Sholikin, L. N. “Identifikasi Fraksi Aktif Antivirus Hepatitis C dari Ekstrak Etanol
80% Herba Scoparia dulcis Linn”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, 2016.
Utomo, S. “Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-heksana) terhadap Rendemen Hasil
Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit”.
Konversi 5, no. 1 (2016): h. 39-47.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
diblender sampel.
- Ditampung maserat.
- Ditambahkan lagi pelarut n-heksan yang baru dan didiamkan
Ekstrak kental