Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemisahan termasuk suatu proses yang sangat penting untuk dipelajari dalam

bidang kimia. Komponen senyawa sangat didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.

Metode ini dikenal sebagai metode pemisahan kimia. Mengetahui sifat fisik dan

kimia suatu campuran ataupun komponennya akan memudahkan dalam proses

pemisahan. Mengetahui sifat fisik dan kimia juga dapat memudahkan pemilihan

metode pemisahan yang tepat. Proses pemisahan dilakukan untuk mendapatkan dua

atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian

besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Salah

satu metode pemisahan yang biasa digunakan dalam pemisahan kimia yaitu

pemisahan secara ekstraksi (Budiman, 2021: 1). Metode pemisahan campuran atau

senyawa termasuk ke dalam ilmu kimia pemisahan, seperti yang terdapat pada QS.

Al-Anbiya/21: 30 yang berbunyi:

        


          

Terjemahnya:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.

Menurut tafsir Al Muyassar apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui

bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya merupakan suatu objek yang

saling menyatu tanpa ada pemisah antara keduanya. Maka tidak ada hujan dari langit

22
dan tidak ada tanaman dari muka bumi. Kemudian Kami memisahkan keduanya

dengan kuasa Kami dan Kami turunkan hujan dari langit dan Kami keluarkan

tanaman dari dalam tanah, serta kami menjadikan segala sesuatu hidup dari air.

Apakah orang-orang yang ingkar itu tidak mau beriman, lalu mengimani apa yang

mereka saksikan dengan mengkhususkan ibadah bagi Allah saja.

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya langit dan bumi

diciptakan tanpa adanya pemisah. Kemudian Allah memisahkan keduanya dengan


kuasaNya. Hubungan ayat diatas dengan percobaan ini adalah langit dan bumi

dipisahkan, kemudian pada percobaan ini dilakukan pemisahan komponen senyawa

dari tumbuhan.

Ekstraksi termasuk suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan pada

perbedaan kelarutan terhadap dua cairan. Ekstraksi salah satu proses perpindahan

suatu zat dari larutan asal atau padatan ke dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi

pemisahan berdasarkan perbedaan kemampuan melarutnya komponen-komponen

yang ada dalam campuran. Ekstraksi dilakukan dengan proses pemisahan kandungan

senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari

tertentu. Secara umum eekstraksi terbagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi padat

cair (leaching) dan ekstraksi cair-cair. Isolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu
tanaman dapat dilakukan dengan cara ekstraksi (Aji, dkk., 2017: 37).

Metabolit sekunder dalam tumbuhan terletak di dalam jaringan tertentu dan

dipisahkan dari sitoplasma dan ada pula yang disimpan dalam bentuk senyawa tidak

aktif. Senyawa metabolit sekunder yang disimpan dalam bentuk tidak aktif akan

terikat secara kimia dengan senyawa-senyawa lain seperti gula, garam dan protein

sehingga tidak berbahaya bagi tumbuhan penghasilnya. Selain itu, ada pula senyawa

metabolit sekunder yang tidak terikat dengan senyawa lain. Senyawa yang seperti ini
biasanya tersimpan utuh pada jaringan tertentu misalnya tersimpan dalam vakuola

pada jaringan muda. Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang kompleks,

namun sulit untuk disintises secara sederhana. Mengisolasi senyawa metabolit

sekunder pada suatu tumbuhan menggunakan pelarut organik (Cahya, 2021: 13).

Pelarut n-heksana termasuk salah satu pelarut organik yang dapat digunakan

untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan. N-Heksan

termasuk sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan hasil refining dari minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi

oleh sumber minyak. Pelarut ini umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan

mendidih pada suhu 60°C–70˚C. Heksana sering digunakan sebagai pelarut organik

yang bersifat inert karena memiliki sifat non polar. Selain itu heksana juga banyak

dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji-bijian, misal kacang-kacangan dan flax

(Mujaizah, 2019: 29). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan

ekstraksi bahan alam metode maserasi dengan tujuan untuk mengekstraksi komponen

kimia bahan alam dari kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dan mengetahui rendemen

ekstrak kental kulit buah lemo cuco (Citrus sp.).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana cara mengekstraksi komponen kimia bahan alam dari kulit buah

lemo cuco (Citrus sp.)?

2. Berapa rendemen ekstrak kental kulit buah lemo cuco (Citrus sp.)?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara mengekstraksi komponen kimia bahan alam dari kulit

buah lemo cuco (Citrus sp.).


2. Untuk mengetahui rendemen ekstrak kental kulit buah lemo cuco (Citrus sp.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Senyawa Bahan Alam

Hakikatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah dikenal

sejak peradaban manusia tumbuh. Sebagian besar bahkan hampir semua kandungan

senyawa kimia bahan alam adalah senyawa organik dan sumber utama senyawa

karbon atau senyawa organik ini adalah glukosa yang dibentuk melalui fotosintesis di

dalam tumbuhan autotrofik atau diperoleh dari organisme heterotrof. Klasifikasi

berdasarkan struktur kimia senyawa bahan alam yaitu senyawa lemak rantai terbuka

atau alifatik seperti asam-asam lemak, gula-gula dan hampir semua asam amino.

Senyawa sikloallifatik atau alisiklik seperti terpenoid, steroid dan beberapa alkaloid.

Senyawa benzeroid atau aromatik seperti fenon dan kuinon (Heliawati, 2018: 2).

Senyawa bahan alam merupakan bagian terpenting dari ilmu kimia organik

yang mempelajari berbagai jenis senyawa dari sumber-sumber organik tumbuhan,

hewan maupun mikroorganisme. Senyawa-senyawa bahan alam tersebut tergolong

metabolisme sekunder yang berasal dari metabolit primer. Perkembangan kimia


bahan alam, terutama pada pembentukan struktur dan menyelidiki sifat-sifat dari

metabolit sekunder seperti terpenoid, polipeptida, flavonoid, steroid dan alkaloid,

melakukan pemisahan, memurnikan dan menganalisis senyawa-senyawa yang

dihasilkan dari sel-sel makhluk hidup, serta menentukan struktur molekul-molekul

dari senyawa-senyawa yang dihasilkan (Nurbaity, 2011: 74).

Senyawa kimia bahan alam hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan

sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan lain-lain. Secara umum

senyawa yang dikaji dalam ilmu kimia senyawa bahan alam berasal dari tumbuhan.

Senyawa aktif dari metabolit sekunder diperlukan sumber tanaman yang cukup

22
berlimpah sehingga mengalami kesulitan dalam penyediaan tanaman. Usaha-usaha

untuk mendapatkan metabolisme sekunder tersebut secara terus-menerus dilakukan

dan penelitian-penelitian dengan memanfaatkan kultur jaringan (Heliawati, 2018: 1).

B. Kulit Buah Lemo Cuco

Jeruk merupakan buah-buahan tropis yang dihasilkan hampir diseluruh

wilayah di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan buah yang termasuk dalam keluarga

Citrus dari suku Rutaceae. Jeruk lemo cuco merupakan tanaman buah tahunan yang
berasal dari Asia. Jeruk termasuk tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis

dan daerah subtropis. Jeruk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis pada

ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta

mempunyai persyaratan air tertentu (Mujaizah, 2019: 10).

Gambar 2.1: Lemo cuco (Citrus sp.)


(Sumber: Dokumentasi praktikum)
Menurut Mujaizah (2019: 11), klasifikasi tanaman lemo cuco (Citrus sp.)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rutales

Suku : Rutaceae

Marga : Citrus

Jenis : Citrus sp.


Morfologi tanaman jeruk secara umum sama dengan tanaman pohon lainnya

yaitu terdapat batang, buah, daun, akar dan bunga. Setiap organ tersebut memiliki

bentuk dan fungsi yang berbeda. Tanaman jeruk mempunyai batang yang dapat

mencapai ketinggian 6-10 m, banyak bercabang, tajuk daun bundar dan umumnya

berbuah satu kali satu tahun. Tanaman jeruk memiliki akar tunggang dan akar

serabut, akar tunggang tumbuh cukup dalam bisa mencapai kedalaman 4 meter lebih

sedangkan akar serabut tumbuh dangkal. Daun jeruk terdiri dari dua bagian yaitu
lembaran daun besar dan kecil. Ujung daun runcing, demikian pula pangkalnya juga

meruncing tetapi daun agak rata, helai daun kaku dan tebal. Jeruk memiliki

permukaan buah yang halus bentuknya bulat sampai bulat pendek. Buah jeruk terdiri

dari kulit luar dan kulit dalam (Aslamiyah, 2017: 11).

Kulit buah jeruk mengandung minyak atsiri yang banyak dimanfaatkan oleh

industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, serta di

bidang kesehatan digunakan sebagai antioksidan dan antikanker. Kulit jeruk ini

memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung varietasnya dan aroma

yang berbeda. Senyawa aktif pada lemo cuco seperti flavoniod, karotenoid, limonoid

dan mineral sangat penting bagi kesehatan. Kulit jeruk dapat diekstrak minyak

atsirinya karena mengandung komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester


dan sterol. Minyak jeruk purut terdiri dari berbagai macam komponen zat penyusun

yang memiliki titik didih berbeda dan sifat yang tidak stabil atau mudah menguap.

Mudah teroksidasi oleh panas, udara kelembaban, dikatalis oleh cahaya dan beberapa

harus dikatalis oleh logam (Mujaizah, 2019: 12).


C. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang dihasilkan dalam jalur

metabolisme lain yang secara tidak langsung terlibat dalam pertumbuhan suatu

tumbuhan. Metabolit sekunder memiliki peran bagi tumbuhan dalam jangka waktu

panjang, sebagai tujuan pertahanan, serta memberikan karakteristik yang khas dalam

bentuk senyawa warna. Metabolit sekunder juga digunakan sebagai penanda

dan pengatur jalur metabolisme primer. Hormon tumbuhan yang merupakan

metabolit sekunder seringkali digunakan untuk mengatur aktivitas metabolisme sel

dan pertumbuhan suatu tumbuhan. Warna yang diberikan oleh metabolit sekunder

dalam tumbuhan merupakan contoh bagaimana sistem keseimbangan diterapkan

(Julianto, 2019: 9).

Menurut Mujaizah (2019: 15-18), senyawa metabolit sekunder yang umum

terdapat pada tanaman adalah sebagai berikut:

1. Fenolik

Senyawa fenolik terdiri atas molekul-molekul besar dengan beragam struktur,

karakteristik utamanya adalah adanya cincin aromatik yang memiliki gugus

hidroksil. Kebanyakan senyawa fenolik termasuk ke dalam kelompok flavonoid.

Fenol bersifat asam, karena sifat gugus hidroksil yang mudah melepaskan diri,

memiliki kemampuan membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah teroksidasi

dan membentuk polimer yang menimbulkan warna gelap.

Gambar 2.2 Struktur Fenolik


(Sumber: Mujaizah, 2019: 15)
2. Flavanoid
Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol mempunyai sifat

efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa flavanoid

umumnya bersifat antioksidan dan sebagai bahan baku obat-obatan. Flavanoid

berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri

dan mampu menghambat motilitas bakteri. Flavanoid bersifat polar, memiliki 15

atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 (dua cincin aromatik yang

terhubung oleh tiga karbon yang tidak dapat membentuk cincin ketiga). Gugus

hidroksil (-OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid berupa tempat menempelnya

berbagai gula yang berpengaruh terhadap kelarutan flavonoid dalam air.

Gambar 2.3 Struktur Flavonoid


(Sumber: Mujaizah, 2019: 16)
3. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid


bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam

gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid kebanyakan berbentuk kristal

tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Alkaloid dapat dijumpai

pada bagian daun, ranting, biji dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam

bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi

rasa sakit, antimikroba, obat penenang, penyakit jantung dan lain-lain.

Gambar 2.4 Struktur Alkaloid


(Sumber: Mujaizah, 2019: 17)
4. Steroid
Steroid merupakan senyawa penting dalam pengobatan. Keberadaannya

sebagai salah satu diantara golongan senyawa metabolit sekunder yang memberi nilai

pengobatan pada suatu tumbuhan. Steroid termasuk terpenoid lipid yang dikenal

dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun

cukup beragam. Perbedaan disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang

terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonnya.

Gambar 2.5 Struktur Steroid


(Sumber: Mujaizah, 2019: 17)

5. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi

yang dihasilkan oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri.

Saponin dapat larut dalam air namun tidak larut dalam eter. Sifat khas dari saponin

yaitu terasa pahit, berbusa dalam air, beracun pada binatang berdarah dingin.

Gambar 2.6 Struktur Saponin


(Sumber: Mujaizah, 2019: 18)
6. Terpenoid
Terpenoid merupakan komponen tumbuhan yang memiliki aroma dan dapat

diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan. Senyawa terpenoid terdiri dari

kerangka karbon 2 atau lebih unit karbon disebut isopren. Fraksi hasil penelitian yang

mudah menguap terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon.

Sedangkan fraksi yang mempunyai titik didih tinggi biasanya terdiri dari terpenoid

yang mengandung 15 atom karbon. Susunan kepala dan ekor dari struktur terpenoid

disebut kaidah isopren. Kaidah ini merupakan ciri khas dari sebagian terpenoid

sehingga dapat dijadikan dasar penetapan senyawa terpenoid, sehingga dapat

digunakan sebagai dasar penetapan struktur terpenoid.

Gambar 2.7 Struktur Terpenoid


(Sumber: Mujaizah, 2019: 19)
D. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak Atsiri,

alkaloid, flavonoid dan lainnya. Senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Proses pembuatan

ekstrak diawali dari pembuatan serbuk simplisia kering yang memiliki derajat

kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk simplisia, maka proses ekstraksi yang

semakin efektif, namun hal tersebut dapat menyebabkan semakin sulitnya proses

penyarian (Sholikin, 2016: 17-18).


Menurut Sholikin (2016: 18-20), jenis-jenis ekstraksi yang biasa dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruang. Secara teknologi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu atau terus menerus.
Remaserasi yang berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesan

atau penampungan ekstrak, secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)

yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.

Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.

Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin

tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini

biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam.


4. Sokhlet
Metode ekstraksi sokhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan

dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan

membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Metabolit

sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik.

Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang akan

mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali. Larutan

melewati batas lubang pipa samping sokhlet maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi

yang berulang itulah yang menghasilkan ekstrak yang baik.

E. N-Heksana (C6H14)

Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi sangat menentukan terhadap

komponen-komponen bioaktif yang terekstrak. Pelarut yang baik untuk ekstraksi

harus yang tidak toksik, mudah diuapkan, memiliki tingkat absorbsi yang baik dan

tidak memiliki kemampuan yang dapat mengakibatkan ekstrak membentuk kompleks

dengan pelarut. N-heksana termasuk pelarut yang inert, sehingga hanya bisa

mengesktrak minyak. Oleh karena itu, ekstraksi menggunakan n-heksana sebagai

pelarut dapat menarik senyawa-senyawa nonpolar yang ada didalam tumbuhan

tersebut dengan teori like dissolve like (Hastuti, dkk., 2017: 52).

Tabel 2.1 sifat-sifat fisik dari N-heksana


Karakteristik Syarat
Berat molekul 86,2 gram/mol
Warna Tak berwarna
Wujud Cair
Titik lebur -95°C

Titik didih 69°C

Densitas 0,6603 gr/mL


Sumber: Utomo, 2011
N-Heksana merupakan salah satu pelarut n-heksana yang sering digunakan

dalam mengekstraksi suatu ekstrak. N-Heksana adalah bahan kimia yang dibuat dari

minyak mentah dan merupakan cairan tidak berwarna dengan bau sedikit tidak

menyenangkan. N-heksana memiliki sifat sangat mudah terbakar dan uap yang

dapat meledak dan banyak digunakan di laboratorium. Sebagian besar n-heksan

digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa yang disebut pelarut.

Pelarut n-heksan termasuk produk industri yang terdiri dari campuran hidrokarbon
dengan 6 atom karbon dan memiliki 19 isomer 2-metil pentana dan 3-metil pentana

(Utomo, 2011: 41).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilakukan pada hari Selasa, 14 Juni 2022 pukul

07.30-selesai WITA di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu rotary evaporator, neraca

analitik, blender, hair dryer, gelas kimia 250 mL, wadah maserasi, wadah ekstrak,

botol maserat, batang pengaduk, spatula, corong plastik, pisau dan gunting.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, es batu, kain

blacu, kulit buah lemo cuco (Citrus sp.), pelarut n-heksana (C6H14) dan tissu.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu mengupas kulit buah lemo cuco

(Citrus sp.) dari daging buah. Kemudian mengeringkan kulit buah pada suhu ruang.

Selanjutnya menghaluskan sampel yang telah kering lalu menimbang sebanyak 250

gram. Kemudian memasukkan sampel ke dalam wadah maserasi lalu merendam

dengan n-heksan (C6H14) selama 2 × 24 jam dan menyimpan ditempat yang gelap.

Selanjutnya menyaring untuk memisahkan filtrat dan residunya lalu menguapkan

dengan menggunakan rotary evaporator untuk menghasilkan ekstrak kental.

Kemudian menimbang dan mencatat bobot ekstrak kental yang diperoleh.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Ekstraksi dari Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus sp.)
No
Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan
.
1. Bobot kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) 250 gr

2. Bobot wadah kosong 164,6712 gr

3. Bobot ekstrak + wadah 168,2544 gr

4. Bobot ekstrak kental 3,5832 gr

5. Warna ekstrak Hijau pekat

2. Analisis Data
Diketahui : Bobot wadah kosong = 164,6712 g

Bobot ekstrak + wadah = 168, 2544 g

Bobot sampel = 250, g

Ditatanyakan : % Ekstrak kental = ….?

Penyelesaian :
% Ekstrak kental
Bobot ekstrak kental
= x 100%
Berat sampel

16 8 ,2544 g - 16 4 , 6712 g
= x 100%
250 g

3 , 5832 g
= 2 50 g x 100%

= 1,43%

22
B. Pembahasan
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut

organik pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa

bahan alam karena melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel

sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut

organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman

yang dilakukan. Pemilihan pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan

efektifitas yang tinggi melalui cara memerhatikan kelarutan senyawa bahan alam

pelarut tersebut (Hermansyah, 2015: 12).

Preparasi sampel kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dilakukan dengan cara

mengeringkan sampel kulit buah lemo cuco pada suhu ruang tanpa sinar matahari

yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada sampel sehingga dapat diekstrak

dengan baik serta menghasilkan ekstrak dengan kandungan metabolit yang tinggi.

Penghalusan sampel bertujuan untuk memperkecil luas permukaan sampel sehingga

pelarut dapat masuk ke dalam sel dan mengikat senyawa aktif atau metabolit

sekundernya dengan lebih optimum sehingga menghasilkan ekstrak kulit buah lemo
cuco. Proses maserasi atau perendaman dengan pelarut n-heksana bertujuan untuk

melarutkan zat aktif dalam sampel sehingga diperoleh ekstrak sampel.

Esktraksi maserasi dilakukan selama 2x24 jam dengan menggunakan pelarut

n-heksana untuk melarutkan kandungan metabolit sekunder. Penggunaan n-heksana

sebagai pelarut karena merupakan pelarut dengan toksisitas rendah yang bersifat non

polar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun

nonpolar dari kulit buah lemo cuco (Citrus sp.). Setiap 1 kali 24 jam dilakukan
penyaringan untuk memisahkan residu dan filtrat agar endapan yang ada pada sampel

tidak ikut bercampur dengan ekstrak yang dihasilkan. Filtrat yang dihasilkan

kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan

ekstrak dengan pelarutnya. Ekstrak yang diperoleh diuapkan kembali dengan

menggunakan hair dryer agar diperoleh ekstrak yang kental. Berdasarkan percobaan

yang telah dilakukan maka diperoleh hasil ekstrak kental sampel kulit buah lemo

cuco (Citrus sp.) dengan proses maserasi menggunakan pelarut n-heksan berupa
cairan berwarna kuning kecoklatan dengan rendemen sebesar 1,43% dari 250 gram

sampel. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Mujaizah (2019)

yang melakukan ekstraksi kulit buah lemo cuco (Citrus sp.) dengan metode

sokhletasi menggunakan pelarut n-heksan sebesar 3,2% dari 50 gr sampel. Perbedaan

hasil ekstrak yang diperoleh dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan.

Metode sokhletasi mampu menghasilkan ekstrak yang lebih besar walaupun jumlah

sampel yang diekstrak lebih sedikit.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Ekstraksi komponen kimia dari kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera

montrouz) menggunakan metode maserasi dilakukan dengan cara

memasukkan sampel ke dalam wadah maserasi lalu merendam dengan

metanol (CH3OH) selama 1 × 24 jam (3 kali) dan menyimpan sampel

ditempat yang gelap . Maserat yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan

menggunakan rotary evaporator.

2. Kadar ekstrak kental yang diperoleh sebesar 11,98 %.

B. Saran

Saran pada percobaan selanjutnya menggunakan daun kersen (Muntingia

calabura L.) yang mengandung komponen berupa flavonoid sehingga dapat

dibandingkan kadar ekstrak kental dan rendemen yang dihasilkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-qarim
Aji, A. Bahri, S. dan Tantalia. “Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi HCl
untuk Pembuatan Pektin dari Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima)”. Teknologi
Kimia Unimal 6, no. 1 (2017): h. 33-44.
Budiman, A. Destilasi Teori dan Pengendalian Operasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2021.
Cahya, A. “Penentuan Parameter Optimum Proses Ekstraksi Metabolit Sekunder
pada Rimpang Curcuma zedoaria yang Dilakukan secara Sokhletasi.” Skripsi.
Makassar: Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, 2021.
Hastuti, D., Rohadi. dan Putri, A. S. “Rasio n-Heksana-Etanol terhadap Karakteristik
Fisik dan Kimia Oleoresin Ampas Jahe (Zingiber majus Rumph) Varietas
Emprit”. Ilmiah 1, no. 1 (2017): h. 41-56
Heliawati, L. Kimia Organik Bahan Alam. Bogor: UNPAK, 2018.
Hermansyah. “Ekstraksi Senyawa Fenol dari Batang dan Daun Mangga
Menggunakan Pelarut Metanol dengan Metode Maserasi dan Microwave
Asissted Extraction (MAE)”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, 2015.
Julianto, T. S. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2019.
Mujaizah, A. “Uji Aktivitas Bakteri Dan Karakterissasi Komponen Penyusun
Minyak Atsiri Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus sp)”. Skripsi. Makassar:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2019.
Nurbaity. “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Bahan Alam Melalui Metode
Pengenalan Pola”. Cakrawala Pendidikan 30, no. 1 (2011): h. 73-90.
Sholikin, L. N. “Identifikasi Fraksi Aktif Antivirus Hepatitis C dari Ekstrak Etanol
80% Herba Scoparia dulcis Linn”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, 2016.
Utomo, S. “Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-heksana) terhadap Rendemen Hasil
Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit”.
Konversi 5, no. 1 (2016): h. 39-47.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA

Kulit buah lemo cuco


(Citrus sp.)

- Dibersihkan sampel kulit buah lemo cuco dan dikeringkan

sampel pada suhu ruang.

- Digunting kecil-kecil sampel hingga berbentuk serbuk dan

diblender sampel.

- Ditimbang sampel sebanyak 250 gram.

- Direndam sampel dengan pelarut n-heksan.

- Disimpan sampel pada suhu ruang selama 24 jam.

- Disaring sampel menggunakan kain blacu

- Ditampung maserat.
- Ditambahkan lagi pelarut n-heksan yang baru dan didiamkan

selama 24 jam lalu disaring kembali.

- Digabungkan maserat dan diuapkan maserat menggunakan

evaporator hingga memperoleh ekstrak kental.

- Ditimbang ekstrak kental yang diperoleh.

Ekstrak kental

Anda mungkin juga menyukai