Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

“METODE ANALISIS TUMBUHAN”

OLEH:

MUH. FIKRY KHAYKAL A 251 16 122


HALFINA A 251 16 031
DEWIYANTI A 251 16 075
MAWARDA A 251 16 033
WINDY ASTRIANA DEWI A 251 16 149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr, Wb

Salam sejahtera untuk kita semua

Puji dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia
yang telah dilimpahkan kepada kami. Turut serta dalam pengantar ini kami
haturkan rasa terimahkasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Kimia Organik
Bahan Alam, Bapak Drs. Supriadi M.si dan Ibu Dra. Minarni Tjaura, M.Si. Atas
segala keramahan beliau dalam membing kami pada mata kuliah ini kami selaku
tim kelompok mampu menyelesaikan makalah ini.

Seperti kita ketahui bahwa dewasa ini, Hasil alam atau bahan alam
merupakan organisme seperti tumbuhan, hewan atau mikroba atau bagian dari
organisme yang tidak mengalami proses kecuali proses pengawetan. Lebih lanjut
bahan alam juga mencaku pada agian-bagian dari tanaman seperti daun, bunga,
akar dan juga ekstrak yang didapatkan dari organisme maupun senyawa-senyawa
yang diisolasi dari organisme tersebut. Sebagai salah satu cabang ilmukimia yang
concern terhadap pemanfaatan bahan alam (pada tumbuhan khusunya) disekitar
kita dan pada pembelajaran ini penulis tertarik untuk membahas mengenai Metode
Analisis Tumbuhan dalam ruang lingkup Metode Ekstraksi dan isolasi Serta
Metode pemisahan.

Kami menyadari, dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai


kekurangan yang terdapat di dalamnya. Olehnya itu saran untuk perbaikan dalam
segi penulisan dan penyusunan sangat kami butuhkan. Melalui makalah ini pula,
kami mengharapkan dapat menjadi sumber literasi yang mudah di dapatkan oleh
para pembaca, khususnya teman-teman mahasiswa pendidikan Kimia Universitas
Tadulako, Palu.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................

1.2 Rumusan Masalah ..................................................

1.3 Tujuan ....................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................

2.1 Pengantar Metode Analisis tumbuhan ...................

2.2 Metode ekstraksi dan isolasi ..................................

2.3 Metode Pemisahan .................................................

BAB IV PENUTUP .............................................................

3.1 Kesimpulan ............................................................

3.2 Saran .......................................................................

Daftar Pustak

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Hasil alam atau bahan alam merupakan organisme seperti
tumbuhan, hewan atau mikroba atau bagian dari organisme yang tidak
mengalami proses kecuali proses pengawetan. Lebih lanjut bahan alam
juga mencakup bagian-bagian dari tanaman seperti daun, bunga, akar dan
juga ekstrak yang didapatkan dari organisme maupun senyawa-senyawa
yang diisolasi dari organisme tersebut.
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati
terkaya di dunia. Tingginya kekayaan keanekaragaman tumbuhan oleh
pencapaian sebagai urutan Negara terbesar ketujuh yang memiliki 25%
dari spesies tumbuhan berbunga dan 40%nya merupakan tumbuhan
endemik Indonesia Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa
kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional.
Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya
diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Kimia organic bahan alam (KOBA) adalah suatu pembelajaran
yang merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia yang membahas
senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari
tumbuhan atau hewan.
Sebagai salah satu cabang ilmu kimia yang concern terhadap
pemanfaatan bahan alam (pada tumbuhan khusunya) disekitar kita dan
pada pembelajaran ini sangat berkenaan dengan bahasan hasil alam ekstrak
maupun hasil senyawa alam, makalah ini bertujuan untuk membahas
mengenai cara-cara atau metode yang dapat digunakan untuk hal tersebut.
Sehingga penulis tertarik untuk membahas mengenai Metode Analisis
Tumbuhan dalam ruang lingkup Metode Ekstraksi dan isolasi Serta
Metode pemisahan.

4
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka
berikut dirumuskan masalah pada penulisan ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Metode ekstraksi dan Isolasi
serta bagaimanakah mekanisme kerjanya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Metode Pemisahan serta
bagaimanakah mekanisme kerjanya ?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas


mengenai apa saja yang menjadi bagian pada metode analisis tumbuhan
khususnya pada metode ekstraksi dan isolasi serta metode pemisahan.
Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
mekanisme kerja dari metode tersebut sehingga dapat menambah sumber
literasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Analisis Tumbuhan


Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang banyak terdapt di alam
semesta. Peranan tumbuhan bagi umat manusia sangatlah banyak, tak
terkecuali pada bidang-bidang penelitian yang berupaya untuk menemukan
suatu senyawa tertentu agar dapat dimanfaatkan dengan baik, seperti
mengenai obat-obat kesehatan pada tumbuhan. Tentunya dalam hal ini
perlu dilakukan analisis yang mendalam.
Pada hakekatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang
telah dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Para kimiawan sejak
dahulu sangat antusian untuk menguak sifat-sifat yang sebenarnya dari
bahan ekstrak yang diperoleh dari alam. Mereka mulai memisahkan,
memurnikan dan akhirnya menganalisi senyawa-senyawa yang dihasilkan
dari sel-sel hidup.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan maka perkembangan kimia
bahan alam tidak diragukan lagi. Kini, berbagai cara analisis atau metode
pemisahan telah ditemukan dan dikembangkan. Berbagai cara yang ada
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui senyawa yang terdapat pada suatu
bahan alam bahkan dalam kadar kecil sekalipun.
Pada semua pekerjaan tersebut diperlukan metode pemisahan,
pemurnian dan identifikasi kandungan yang terdapat dalam tumbuhan
yang sifatnya berbeda-beda dan jumlahnya banyak itu. Jadi, pada
pembahasan ini memuat beberapa metode analisis yang dapat digunakan
dalam hal menemukan susatu zat atau senyawa pada bahan alam disekitar
kita:
2.1 Metode Ekstraksi Dan Isolasi
 Metode Ekstraksi
Beberapa definisi mengenai ekstraksi adalah sebagai berikut:

6
1. Ekstraksi adalah proses penyaringan zat aktif dari bagian
tanaman yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bagian tanaman tersebut.
2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari
campurannya dengan menggunakan pelarut tertentu.
3. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang
mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam
menggunakan pelarut yang sesuai.
4. Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa tumbuh-
tumbuhan menggunakan pelarut tertentu.

Walaupun ada beberapa rujukan mengenai definisi ekstraksi


tersebut, namun dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya proses
ekstraksi ini merupakan proses perpindahan massa dari komponen
zat padat yang terdapat pada suatu sampel dengan menggunakan
pelarut tertentu.

Adapun tujuan yang dimaksudkan dengan pemihan metode


ekstraksi ini adalah untuk menarik zat aktif dan komponen tertentu
yang terdapat pada suatu sampel.

Ekstraksi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara


yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Seperti
dengan menggunakan metode Maserasi, Perkolasi, refluks,
sokletasi, destilasi uap.

Berikut ini beberapa metode ekstraksi yang dapat kita temukan dalam
beberapa referensi;
a. Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin “macerare” yang berarti
perendaman, sehingga maserasi dapat diartikan sebagai suatu median
cair yang di buat dengan cara merendam bahan nabati menggunakan

7
pelarut bukan air atau pelarut setengah air atau pelarut setengah air
seperti etanol encer selama waktu tertentu.
Maserasi merupakan suatu cara ekstraksi bahan dengan pelarut
yang cocok pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali
diaduk/ di kocok.
Prinsip kerja maserasi adalah proses pelarutannya zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved
like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu
wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari
sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok.
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau
pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi
direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang
penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan
penyari itu terjadi proses pelarutan(zat aktifnya larut dalam penyari)
sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada
di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya
difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha
mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di
luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi
keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat
aktif didalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama,
yaitu masing-masing50%. Alat maserasi ditunjukkan pada gambar
No1

8
A B

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyaringan yang dilakukan dengan


jalan mengalirkan pelarut melalui serbuk simplisia yang telah
terlebih dahulu dibasahi dan merupakan suatu teknik penyaringan
menggunakan pelarut organik yang sesuai secara lambat
menggunakan perkolator dilakukan pada temperatur ruang.
Prinsip dari perkolasi adalah penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara mengalirkan suatu pelarut melalui serbuk
simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi selama waktu
tertentu, kemudian ditempatkan dalam suatu wadah berbentuk
silinder yang diberi sekat berpori pada bagian bawahnya. Pelarut
dialirkan secara vertikal dari atas kebawah melalui serbuk

9
simplisia dan pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel – sel
simplisia yang dilaluinya sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri
dan berat cairan di atasnya dikurangi gaya kapiler yang cenderung
untuk menahan gerakan ke bawah. Faktor – faktor yang berperan
penting pada proses perkolasi diantaranya adalah : gaya berat,
kekentalan cairan, daya larut zat aktif, tegangan permukaan,
difusi, tekanan osmosa, daya adesi, daya kapiler dan daya
geseran.
Proses perkolasi
(1) Menimbang simplisia
(2) Simplisia dibasahi dengan pelarut
(3) Didiamkan 3 sampai 4 jam
(4) Bagian bawah bejana diberi sekat berpori (kapas) untuk
menahan serbuk
(5) Simplisia dimasukkan, dengan sesekali di padatkan dengan
bambu kecil sehingga tidak ada rongga udara
(6) Diberi pelarut selapis (2 cm) diatas simplisia
(7) Didiamkan selama 24 jam
(8) Kran dibuka, biarkan menetes 1 ml/menit sampai tetesan
bening. . Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui
serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh
(9) Dipekatkan
c. Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan
berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada
pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang
timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi
bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada

10
suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut
yang diinginkan.
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang
ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai
dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu
reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi
sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil
dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada
pada titik didih.
Prinsip kerja ekstraktor soxhlet

Ekstraktor Soxhlet
Ekstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan
untuk mengekstrak suatu senyawa. Dan umumnya metode yang
digunakan dalam instrumen ini adalah untuk mengekstrak senyawa
yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut namun jika suatu
senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi dalam suatu pelarut
tertentu, maka biasanya metode filtrasi (penyaringan/pemisahan) biasa
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa tersebut dari suatu
sampel. Adapun demikian, prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah
salah satu model ekstraksi (pemisahan/pengambilan) yang

11
menggunakan pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga
terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut konstan
yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor).
Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang
harus dilakukan yaitu dengan menghaluskan sampel (untuk
mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya lebih besar,
jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian sampelnya dibungkus
dengan kertas saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu alas
bulat ketika diekstraksi), setelah itu dimasukkan batu didih (untuk
meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu alas
bulat. Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal,
dan timbalnya dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu
pelarut dituangkan kedalam timbal dan disana akan langsung menuju
ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut
dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya
akan menguap melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding
kondensor hingga akan terjadi proses kondensasi (pengembunan),
dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair.
Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak
(memisahkan/mengambil)senyawa yang kita inginkan dari suatu
sampel. Setelah itu maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan ketika
pada sifon penuh kemudian akan dislurkan kembali kepada labu alas
bulat. Proses ini dinamakan 1 siklus, semakin banyak jumlah siklus
maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga
akan semakin maksimal.
1. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada senyawa yang kita
ambil dari sampelnya karena akan berpengaruh pada struktur
senyawanya (ditakutkan strukturnya akan rusak oleh pemanasan).
2. Pelarut harus inert (tidak mudah bereaksi dengan senyawa yang
kita ekstrak)

12
3. Posisi sifon harus lebih tinggi dari pada sampelnya (karena
ditakutkan, nanti pada sampel yang berada diposisi atas tidak
terendam oleh pelarut).

gambar dari ekstraktor soxhlet


Nama-nama instrumen dan fungsinya :
1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk
mempercepat proses pengembunan.
2. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin
diambil zatnya.
Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang
menguap dari proses penguapan.
d. Refluks
Refluks merupakan salah satu metode dalam ilmu kimia untuk
men-sintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik.
Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah
menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan
biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai.

13
Refluks merupakan teknik yang melibatkan kondensasi uap. Prinsip
dari metode refluks adalah pelarutvolatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengankondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung.
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia
yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas
bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
e. Destilasi Uap
Distilasi adalah proses pemisahan yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Distilasi sangat baik untuk memisahkan
bahan-bahan alam yang berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan
yang mengandung pengotor.
Pemisahan secara distilasi pada prinsipnya adalah metode
pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan titik didih antara
komponen-komponen yang akan dipisahkan. secara teoritis bila
perbedaan titik didih antar komponen makin besar maka pemisahan
dengan cara distilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang
diperoleh makin murni.
Distilasi uap dilakukan untuk memisahkan komponen campuran
pada temperatur lebih rendah dari titik didih normal komponen-
komponennya. Dengan cara ini pemisahan dapat berlangsung tanpa
merusak komponen-komponen yang hendak dipisahkan.

14
Prinsip dari distilasi uap adalah dengan mengalirkan uap air ke
dalam campuran bahan yang terdapat komponen yang akan dipisahkan.
pada contoh telah dilakukan pemisahan minyak atsiri yang terdapat
pada bunga mawar. Aliran uap air di sekitar bunga akan menyebabkan
dari minyak akan teruapkan dan terbawa bersama uap air yang
kemudian diembunkan dan terpisah dengan cara dekantasi.

Alat destilasi pada suatu industri


Alat destilasi pada suatu Minyak nilam
praktikum

 Metode Isolasi
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah
sebuah cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga
dapat menghasil kansenyawa tunggal yang murni.

Tahapan isolasi senyawa kimia dari Tumbuhan adalah sbb:

1. Melakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.


2. Melakukan pemisahan dengan berbagai metoda kromatografi
antara lain menggunakan metoda partisi, kromatografi kolom,
Kromatografi planar, kromatografi radial, HPLC dll.
3. Elusidasi struktur senyawa yang telah diisolasi dengan
menggunakan berbagai metoda spectroskopi seperti Inframerah,
spektum massa, NMR dll

15
Prinsip dari pemisahan (isolasi) adalah adanya perbedaan sifat
fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecendrungan dari molekul
untuk melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul
untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk melekat
pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penserapan) (Harborne,
1987).

2.2 Metode pemisahan


Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia
karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk
memperoleh materi murni dari sautu campuran, kita harus lebih dahulu
melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran.
a. Filtrasi
Pengertian Filtrasi (Penyaringan)
Filtrasi atau disebut juga dengan penyaringan adalah suatu teknik
penyaringan yang dapat dipakai untuk memisahkan campuran yang
ukuran partikel zat-zat penyusunnya tidak sama. Seperti, pada
pembuatan santan kelaa, santan kelapa dibuat dengan cara
memisahkan santan, air dan juga ampas kelapa dengan menggunakan
saringan.
Dengan mempergunakan saringan yang memiliki pori-pori kecil,
santan kelpa dapat melalui lubang saringan tersebut dan ampas kelapa
tertahan dalam saringan. Contoh lainnya adalah ketika membuat teh.
Untuk memperoleh air teh maka harus melakukan dengan cara
merendam teh dalam air panas, kemudian menggunakan saringan
untuk memisahkan teh dengan air tehnya. Untuk lebih memahami
proses pemisahan dengan cara filtrasi, maka lakukan kegiatan berikut
ini.

16
Tujuan Filtrasi
Tujuan pemisahan dengan cara filtrasi adalah untuk memisahkan
zat padat dari zat cair dalam suatu campuran berdasarkan
perbandingan wujudnya. Hasil dari penyaringan berupa zat padat yang
tertinggal di atas kertas saring ( residu atau ampas) dan cairan yang
tertampung dalam wadah ( fltrat). Bahan penyaring yang biasa
digunakan di laboratorium adalah kertas saring.
Alat dan bahan:
 Dua buah gelas kimia,
 kertas saring,
 corong kaca,
 butiran-butiran kapur dan
 air.
Cara Kerja:
1. Masukkan butiran-butiran kapur ke dalam gelas kimia yang berisi
air, kemudian aduk hingga butiran-butiran kapur larut.
2. Tuangkan larutan kapur ke dalam gelas kimia lain melalui corong
kaca yang telah dipasang kertas saring.
3. Amati campuran kapur setelah melewati kertas saring (filtrat)
4. Bandingkan campuran air kapur sebelum penyaringan dengan
sesudah penyaringan (filtrat).
Contoh Filtrasi / Penyaringan dan Gambarnya

17
Sebagai contoh dari filtrasi, ketika kita memiliki campuran
heterogen antara zat padat dan cairan di mana ukuran partikel zat
padat lebih besar dari ukuran partikel zat cair. Untuk memisahkan
keduanya, kita dapat menggunakan penyaring yang memiliki ukuran
pori lebih kecil dari ukuran partikel zat padat dan lebih besar dari
ukuran partikel zat cair. Dengan demikian, kertas saring dapat dilewati
oleh partikel cairan, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel zat padat.
b. Sublimasi
Sublimasi ialah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas
ke padat. Bila partikel penyusun sebuah zat padat diserahkan kenaikan
suhu melewati pemanasan, maka partikel itu akan berubah fasa
[wujud] menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas itu diturunkan dengan
teknik kondensasi, maka gas bakal segera pulang menjadi padat. Pada
dasarnya sublimasi diterapkan untuk mengasingkan suatu zat dari
pengotornya [impurities] sehingga didapatkan zat yang lebih murni,
kotoran seringkali akan terbelakang dalam wadah dampak
ketidakmampuannya dalam menyublim. Syarat pemisahan gabungan
dengan menggunkan sublimasi ialah partikel yang bercampur mesti
mempunyai perbedaan titik didih yang besar, sampai-sampai dapat
menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Sublimasi juga ditafsirkan sebagai proses evolusi zat dari fasa
padat menjadi uap, lantas uap itu dikondensasi langsung menjadi padat
tanpa melewati fasa cair fase antara.
Prinsip Kerja Sublimasi
Prinsip kerja sublimasi secara umum [dalam skala industri] ialah
memisahkan zat yang gampang menyublim itu dengan suatu
sublimator sampai-sampai menjadi gas/uap. Gas yang didapatkan
ditampung, kemudian didinginkan/dikondensasi kembali. Sedangkan
teknik kerja sublimasi secara simpel [dalam skala laboratorium] ialah
zat yang bakal disublimasi dimasukkan dalam cawan/gelas piala guna
keperluar sublimasi, diblokir dengan gelas arloji , corong/labu

18
mengandung air sebagai pendingin , lantas di panaskan dengan api
kecil pelan-pelan. Zat padat bakal menyublim pulang menjadi uap,
sementara zat penyampur tetap padat. Uap yang terbentuk sebab
adanya proses pendinginan berubah lagi menjadi padat yang
menempel pada dinding perangkat pendingin. Bila telah tidak terdapat
lagi zat yang menyublim , dihentikan proses pemanasan dan tidak
dipedulikan dingin agar uap yang terbentuk menyublim semua, lantas
zat yang terbentuk dikoleksi untuk dicek kemurniannya. Bila tidak
cukup murni proses sublimasi bisa diulang sampai diperoleh zat yang
murni.
Tujuan Sublimasi

Untuk mendapatkan suatu zat yang murni atau beberapa zat
yang murni dari suatu campuran yang disebut dengan
Pemurnian.
 Untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel
analisa laboratorium.
PROSES SUBLIMASI
Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu proses sublimasi buatan dan
secara alami:
 Proses Sublimasi Buatan
Merupakan proses sublimasi yang terjadi secara sengaja/paksa,
proses ini dapat terjadi pada skala industri dan skala laboratorium.
Skala Laboratorium –> Sublimasi Kristal Iodin
Berikut ini merupakan langkah retorika proses sublimasi iodin pada
skala laboratorium :
Prinsipnya : Iodin diubah menjadi gas dengan cara memanaskan
campuran bersama kotoran. Setelah iodin berubah menjadi gas, gas
akan terperangkap di dalam beaker glass yang atasnya telah ditutup
dengan labu didih sehingga gas iodin tidak keluar. Untuk mengubah
wujud iodin yang berupa gas menjadi padat kembali secara cepat,
diperlukan proses pendinginan [kondensasi]. Pendinginan pada
percobaan tersebut dilakukan dengan meletakkan beberapa potong es

19
batu/air dingin di dalam labu didih. Hasil dari percobaan tersebut
adalah adanya kapur barus yang menempel di bagian bawah labu didih
yang berbentuk kerak. Pada akhirnya kotoran [impurities] akan
tertinggal di dasar beaker glass karena tidak dapat menyublim.
Alat & Bahan :
 Beaker glass  Pembakar bunsen
 Cawan porselein beserta mortir  Campuran kristal iodin yang telah ditumbuk
dengan pasir/karbon aktif
 labu didih berleher  es batu/air dingin
 Kaki tiga dan kassa
Prosedur :
 Gerus/tumbuk iodin [kuantitas bahan sesuai keinginan kita
sendiri] sampai halus untuk memperoleh luas permukaan yang
besar sehingga proses perubahan fasa berjalan lebih cepat
 Tambahkan zat pengotor seperti pasir maupun karbon aktif.
 Masukkan ke dalam beaker glass lalu tutup bagian atasnya dengan
cawan porselein atau labu didih yang didalamnya telah dilengkapi
dengan batu es atau air dingin.
 Susun alat dan bahan tersebut seperti pada gambar di bawah ini,
nyalakan pembakar Bunsen

 Biarkan sampai semua iodin yang ada di dalam campuran


menguap. Setelah itu matikan pembakar bunsen.
 Amati yang terjadi pada labu didih. Akan terbentuk kerak yang
menempel pada bagian bawah labu didih seperti di bawah ini.

20
Keterangan :
Hati-hati saat mengambil kerak iodin, karena uap berwarna ungu dari
iodin yang menerobos keluar dapat menimbulkan keracunan dan iritasi
pernafasan bila terhirup.
 Proses Sublimasi Secara Alami
Merupakan proses sublimasi yang terjadi secara natural [alami]
akibat dari proses alam itu sendiri. Misalnya sublimasi belerang yang
terjadi pada kawah-kawah gunung berapi. Contohnya yakni pada
kawah Gunung Ijen (ketinggian 2.386 m), Kecamatan Licin, Sempol,
Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jawa Timur. Kawah ini selalu
melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang tinggi dan
bau gas yang kadang menyengat. Belerang tersebut dihasilkan dari
hasil sublimasi gas-gas belerang yang terdapat dalam asap solfatara
[asap yang berasal dari kawah] yang bersuhu sekitar 200 °C. ketika
asap tersebut menuju atmosfer maka udara dingin di pegunungan akan
mengkondensasi secara alami gas yang mengandung belerang.
Selanjutnya belerang yang telah padat akan menumpuk di tanah
lalu terkubur secara alami membentuk deposit [endapan] yang dapat
berupa batuan padat. Kemudian akibat adanya erosi [misal karena
hujan dan angin] maka batuan belerang ini dapat muncul separuh
bagian maupun seluruhnya dengan wujud visual batuan padat kasar
berwarna kuning pucat. Biasanya deposit belerang ini dimanfaatkan

21
oleh penambang lokal maupun industri terdekat [misalnya industri
karet] melalui penggalian secara langsung.
Contoh Sublimasi

 penguapan kapur barus


 memisahkan kapur barus dengan zat pengotor, contohnya pasir
 memisahkan iodin dari campurannya
 sublimasi belerang yang terjadi di kawah gunung berapi
 pemisahan es kering(karbondioksida padat) dengan air

c. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat
padat yang terlarut dalam suatu larutan . Misalnya, pembuatan gula
pasir. Caranya, air tebu di saring agar kotorannya tidak terbawa.
Prinsip dasar kristalisasi
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan
pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau
larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Kristal dapat
terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated) yaitu kondisi dimana pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi
kapasitas pelarut. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain

22
dan reaksi kimia. Nah, untuk petani garam tradisional menggunakan
cara penguapan menggunakan bantuan sinar matahari langsung.
Contoh Kristalisasi Air Laut. Air laut dialirkan kedalam tambak
dan selanjutnya ditutup. Air laut yang ada dalam tambak dibiarkan
terkena sinar matahari secara langsung sehingga mengalami proses
penguapan. Setelah beberapa hari (tergantung panas cahaya matahari)
jumlah air berkurang, dan mengering bersamaan dengan itu pula
kristal garam terbentuk. Kristal-kristal garam yang telah terbentuk
kemudian dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sehingga
menghasilkan kristal garam yang bersih dan terbebas dari kotoran.
d. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan yang prinsipnya
didasarkan pada perbedaan titik didih zat cair yang ada dalam
campuran sehingga dapat dipisahkan pada saat salah satu zat cair
menguap lebih dahulu. Penyulingan terhadap daun dan kayu dari
tanaman minyak kayu putih adalah cara yang digunakan untuk
membuat minyak tersebut.
Prinsip Destilasi
Proses destilasi merupakan proses dimana kita dapat memisahkan
campuran menjadi komponen-komponennya melalui proses
penguapan dan pengembunan(kondensasi).
Sebagai contoh, jika kita memiliki campuran air yang dengan
etanol, maka yang perlu kita lakukan ialah melakukan destilasi pada
campuran tersebut.
Campuran akan dimasukkan dalam destilator, kemudian destilator
akan memanaskan campuran hingga pada temperatur 78.5°C dimana
etanol akan menguap sedangkan air tidak akan menguap karnena titik
didih air ialah 100°C .
Ethanol yang menguap akan naik ke bagian atas tabung, kemudian
mengalir ke bagian kondensor dan didinginkan, hasilnya ialah pada

23
tabung pemanasan hanya akan tersisa air dan pada tabung setelah
pendingin akan berisi etanol.

Rangkaian Alat pada Destilasi Skala Laboraturium


Distilasi pada skala laboraturium memiliki peralatan yang lebih
sederhana dan mudah dirangkai. Beberapa alat yang digunakan ialah:
Alat-Alat dalam praktikum Destilasi:
1. Sumber panas (heater) 2. Sumber panas (heater)
3. Labu destilasi untuk sampel 4. Labu destilasi untuk sampel
5. Tabung penghubung 6. Tabung penghubung

7. Termometer (pengukur suhu) 8. Termometer (pengukur suhu)


9. Kondensor 10. Kondensor

11. Air pendingin masuk 12. Air pendingin masuk

13. Air pendingin keluar 14. Air pendingin keluar


15. Labu alas bulat hasil pemisahan 16. Labu alas bulat hasil pemisahan

17. Sumber panas (heater) 18. Gas inlet

19. Labu destilasi untuk sampel 20. Tabung penghubung


21. Tabung penghubung 22. Kontrol panas

23. Termometer (pengukur suhu) 24. Kontrol kecepatan pengaduk


(magnet stirer)
25. Kondensor 26. Pengaduk / panas plate

27. Air pendingin masuk 28. Bath pemanas (Minyak/ pasir)

24
29. Air pendingin keluar 30. Magnet stirer
31. Labu alas bulat hasil pemisahan 32. Bath pendingin

Proses Distilasi yang Akan Berlangsung


Proses distilasi yang akan terjadi jika menggunakan rangkaian alat
diatas ialah, pertama tama campuran dimasukkan dalam labu
destilasi (2). Kemudian akan dipanaskan oleh heater(1) dan batch(14).
Pada tahap ini, kita harus sudah mengetahui komponen yang akan
dipisahkan dari campurannya. Misalkan ingin memisahkan eter dari
campuran, maka harus mengatur temperatur pada 34.6°C
menggunakan pengatur panas (11), dan kontrol suhu dengan
termometer(4). Kemudian dilakukan pengadukan dengan magnetic
stirer (15) yang diatur kecepatan geraknya oleh kontrol pengaduk (12).
Pada temperatur 34.6°C, komponen eter dalam campuran akan
menguap dan naik melalui tabung penghubung(3) dan mengalir
menuju kondensor(5).
Air pendingin akan mengalir dari pipa (6) menuju ke pipa (7),
aliran air ini bekerja sebagai kondensor.

Fungsi kondensor ialah untuk mendinginkan gas, sehingga dapat


mengubah gas etanol menjadi cairan (mengembunkan etanol).Cairan
etanol akan masuk ke tabung penghubung (10) kemudian jatuh ke
tujuan akhirnya yaitu labu alas bulat hasil pemisahan(8).

e. Ekstraksi
Walaupun ada beberapa rujukan mengenai definisi ekstraksi
tersebut, namun dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya proses
ekstraksi ini merupakan proses perpindahan massa dari komponen zat
padat yang terdapat pada suatu sampel dengan menggunakan pelarut
tertentu.
Ekstraksi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara
yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Seperti

25
dengan menggunakan metode Maserasi, Perkolasi, refluks dan
sebagainya sebagaimana telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya.
f. Adsorpsi
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan
suatu bahan dari pengotornya dengan cara penarikan bahan
pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan
pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai untuk memurnikan air
dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang
berwarna coklat karena terdapat kotoran.

Pada proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbat


sebagai zat yang diserap dan adsorben sebagai zat yang menyerap.
Pada prinsipnya proses adsorpsi dapat dibedakan atas empat tipe
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika juga disebut adsorpsi Van Der Waals yang
bersifat terbalikkan (reversible), terjadi karena gaya interaksi antar
molekul. Kalor pada adsorpsi fisika rendah, yaitu 5-10 kalori per
molar, yang setingkat dengan kalor penguapan.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia juga disebut adsorpsi tak terbalikkan
(irreversible) yang ditandai dengan besarnya potensial interaksi
yang menyebabkan tingginya panas adsorpsi.Kalor pada adsorpsi
kimia cukup tinggi yaitu 10-100 kalori per molar, yang setingkat

26
dengan tenaga reaksi kimia.Adsorpsi kimia diperkirakan
melibatkan ikatan kimia antara cairan dengan permukaan padatan.
Adanya ikatan ini menyebabkan adsorpsi kimia tidak dapat terjadi
pada temperature kritis adsorbat
3. Adsorpsi Pertukaran (Exchange Adsorption)
Adsorpsi pertukaran, lebih sering dikenal dengan pertukaran
ion (ion exchange) adalah melibatkan tarik–menarik elektrostatik
spesies ionik dari posisi muatan yang berlawanan pada permukaan
adsorben. Dimana afinitas elektrostatik dari spesies ion yang akan
menggantikan harus lebih besar dari ion-ion yang telah diadsorpsi
pada mulanya atau ion-ion yang terdapat pada permukaan
adsorben.
4. Adsorpsi Spesifik (Spesific Adsorption)
Adsorpsi spesifik terjadi apabila gugus fungsi molekul
adsorbat melekat pada permukaan adsorben atau berinteraksi,
namun adsorbat tidak mengalami transformasi. Kebanyakan
adsorben adalah bahan yang mempunyai porositas yang tinggi dan
adsorbat menempati pada dinding pori, bahan adsorben yang telah
dipakai pada industri adalah Fuller’s earth, bauksit, clays, bone
back, karbon, alumina, silica gel, base-exchange silikat dan resin
sintetik. Faktor yang mempengaruhi adsorpsi yaitu :
1. Jenis adsorben
Pemilihan adsorben pada proses adsorpsi sangat
mempengaruhi daya serap adsorben. Beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh adsorben adalah:
a. Berpori
b. Aktif dan murni
c. Tidak bereaksi dengan adsorbat
d. Mempunyai permukaan yang luas
Secara umum, pemilihan adsorben didasarkan pada
kapasitas, selektifitas, tipe butiran, murah, mudah

27
diregenerasi, dan komposisi adsorben tidak ada terdiri dari
bahan pencemar.
2. Jenis adsorbat
Sifat adsorbat juga sangat mempengaruhi daya
adsorpsi, dimana adsorben cenderung menyerap molekul
atau zat lain yang sangat sesuai dengannya. Beberapa sifat
adsorbat yang perlu diperhatikan adalah:
a. Ukuran molekul
Adsorben mempunyai pori-pori dengan diameter
tertentu.Dalam hal ini tentu saja yang diserap adalah
molekul-molekul yang lebih kecil dari diameter rongga
adsorben.
b. Kepolaran
Umumnya adsorben bersifat ionik dengan polaritas
molekul yang tinggi.Jika diameternya sebanding, maka
molekul-molekul polar lebih kuat diserap dari pada
molekul-molekul kurang polar.Molekul yang polar dapat
menggantikan molekul yang kurang polar yang lebih
dulu diserap.
c. Jenis ikatan
Senyawa-senyawa yang tidak jenuh lebih banyak diserap
dibandingkan senyawa-senyawa jenuh.
d. Berat molekul
Senyawa dengan berat molekul besar lebih banyak
diserap dibandingkan dengan senyawa berat molekul
yang lebih kecil.
3. Suhu
Penambahan suhu mengakibatkan zat yang diserap
cenderung meninggalkan zat penyerap.Pengaruh
penambahan konsentrasi merupakan kebalikan dari

28
kenaikan suhu.Dalam hal ini disebabkan karena jumlah
tumbukkan dengan adsorben bertambah.
Menurut Bergeyk (1981), ada beberapa kriteria
suatu zat untuk bisa menjadi adsorben, yaitu:
1. Tidak boleh larut dengan zat yang akan dimurnikan
2. Tidak boleh bereaksi dengan zat yang akan
dimurnikan
3. Dapat diregenerasi
4. Kromatograsi
Pengertian Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan interaksi antara komponen dengan fase diam dan fase gerak
sebagai senyawa pembawa melalui media pendukung yang cocok.
Fase gerak : Pelarut yang bergerak melalui media pendukung.
Fase diam : Lapisan atau salut di atas media pendukung yang
kontaklangsung dengan analit.
Media pendukung : Permukaan padat tempat fase diam terikat.
Prinsip Kromatografi
Prinsip dasar dari kromatografi adalah adanya daya absorpsi dari
absorben tertentu terhadap senyawa hasil isolasi maupun terhadap
pengotor.
Pemisahan komponen kimia terjadi berdasarkan prinsip adsorpsi
dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen). Komponen kimia yang akan dipisahkan bergerak naik
mengikuti fase gerak. Perbedaan daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia, mengakibatkan komponen kimia yang
akan dipisahkan tersebut bergerak dengan kecepatan yang berbeda
pula berdasarkan tingkat kepolarannya, sehingga terjadi pemisahan
diantara komponen kimia tersebut.
Pembagian Kromatografi
1. Berdasarkan teknik pengerjaan :

29
a. Kromatografi partisi :
Melibatkan cairan atau gas sebagai fase gerak dan cairan atau zat
padat lainnya sebagai fasa diam.
b. Kromatografi absorpsi :
Melibatkan cairan atau gas sebagai fasa gerak dan absorben
padat sebagai fasa diam. Kromatografi absorpsi dapat dibedakan
menjadi :
1. Kromatografi kolom
2. Kromatografi kertas (partisi)
3. Kromatografi absorpsi (lapis tipis)
2. Berdasarkan bentuk tempat kromatografi :
a. Kromatografi kolom
b. Kromatografi planar
3. Berdasarkjan pada alat yang digunakan kromatografi dibedakan atas:
a. Kromatografi lapis tipis
b. Kromatografi penukar ion
c. Kromatografi penyaringan gel
d. Kromatografi elektroforesis
e. Kromatografi kertas
f. Kromatografi gas
Jenis-Jenis Kromatografi
1. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas merupakan metode pemisahan yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan zat-zat yang akan dipisahkan.
Kromatografi kertas biasanya menggunakan fase diam kertas,
yakni kandungan selulosa di dalamnya, sedangkan untuk fase gerak
yang digunakan adalah pelarut atau campuran yang sesuai. Kertas
yang bertindak sebagai fase diam dicelupkan ke dalam sampel dan
pelarut berdasarkan gaya kapilaritas.
Prinsip kromatografi kertas :
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif
suatu senyawa antar dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi
partisi suatu senyawa terjadi dalam pelarut yang bergerak lambat
pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda

30
dengan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak
warna.

2. Kromatografi lapis tipis


Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik kromatografi yang
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil.
Kromatografi lapis tipis dilakukan pada selembar kaca, plastic atau
alumunium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben,
biasanya silica gel, alumunium oksida, atau selulosa.
Prinsip kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan
komponen kimia berdasarkan adsorpsi dan partisi, yang ditentukan
oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia
akan naik mengikuti fase gerak akibat daya adsorbsi dari fase diam
(adsorben). Kemampuan menyerap dari fase diam terhadap masing-
masing komponen kimia tergantung tingkat kepolarannya, sehingga
dengan adanya perbedaan daya serap ini, akan terjadi pemisahan dari
masing-masing komponen.
Kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah silica lapis tipis
atau alumina yang ditempatkan pada sebuah lempeng gelas atau
logam atau plastic gelas yang keras. Silica gel atau alumina ini
berfungsi sebagai fase diam dan sering juga ditambahkan bahan-
bahan yang dapat berpendar pada sinar ultra violet. Fase gerak untuk
kromatografi lapis tipis berupa pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai dengan bahan yang akan dipisahkan.

31
3. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan suatu metode yang digunakan
untuk memisahkan dan memurnikan sampel yang berbentuk padat
dan cairan dengan jumlah kurang dari 10 gram. Kromatografi kolom
merupakan suatu teknik pemisahan yang dilakukan berdasarkan pada
perbedaan daya adsorpsi suatu absorben tertentu terhadap hasil suatu
senyawa.
Prinsip kromatografi kolom :
Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan gaya adsorpsi
suatu adsorben terhadap hasil suatu senyawa sehingga bisa
digunakan untuk menentukan pelarut yang sesuai. Absorben yang
paling umum digunakan yaitu alumunium oksida karena mempunyai
daya adsorpsi yang baik.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode analisis tumbuhan yang di bahas dalammakalah ini yaitu metode
ektaksi, isolasi dan metode pemisahan.
Metode Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut tertentu, metode ini mempunyai beberapa jenis
yaitu merasi, perkolasi, sokletasi, refluks, dan destilasi uap. Dan metode
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut tertentu.
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Jenis jenis
metode pemisahan adalah filtrasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi, ektraksi,
adsorpsi dan kromatografi

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih sangat membutuhlan banyak
penyempurnaan namun juga sangat bermanfaat dalam mendalami
pengetahuan tentang kimia organik bahan alam. Dengan demikian diharapkan
pembaca untuk bisa mempelajari dan mendalaminya sebagai pengetahuan
yang penting.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adhiyangsah. (2014). Ekstraksi, Jenis dan Metode. Online:


https://www.academia.edu/7395598/

Lestari, P R. (2013). Metode Ekstraksi dan Isolasi. Online:


https://www.academia.edu/10643135/

Marjoni, M, R (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta : Trans Info Media

Novita, D. Dkk. (2015). Laporan Praktikum Teknik Kimia II. Online;


https://www.academia.edu/Documents/in/Laporan_Praktikum_Teknik_Kimi
a
Raharjo, T K. (2013). Kimia Hasil Alam. Yogyakarta : Pustakapelajar

Sastrohamidjojo, H. (1995). Sintesis Bahan Alam.Yogyakarta : UGM


Press.
Susanty, S., & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
Dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea
Mays L.). JURNAL KONVERSI, 5(2), 87-92.

Sujadmiko, A F. Dkk. (2015). Metode Pemisahan Kimia.Online :


https://id.scribd.com/document/363588975/

Taufik, I. (2006). Kimia Pemisahan. Bandung: Rosdakarya

Tetti, M. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan, 7(2).

Wirna, S . Dkk (2017). Metode-Metode Ekstraksi. Online:


https://id.scribd.com/document/378328676/

34

Anda mungkin juga menyukai