Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN IV

PEMISAHAN PROTEIN DENGAN ETANOL ABSOLUT

NAMA : NURSAFITRI

STAMBUK : A 251 16 129

KELOMPOK : 1 (SATU)

KELAS :B

ASISTEN : MOH. ILHAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
PERCOBAAN IV

PEMISAHAN PROTEIN DENGAN ETANOL ABSOLUT

I. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu Untuk memperlihatkan bahwa sebagi


makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan
penambahan etanol absolut.

II. Dasar Teori

Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen
terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsur-unsur Karbon
(50-55%), Hidrogen (±7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula
protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%).
Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti Tembaga dan Besi
(Sorjo, 2013).

Protein adalah salah satu zat gizi makro yang dibutuhkan tubuh karena
fungsinya yang khusus dalam pertumbuhan. Hal ini disebabkan fungsinya dalam sin-
tesis DNA dalam pembentukan sel baru. Protein selain zat pembangun, juga memiliki
peran lain sebagai sumber energi alternatif jika suplai energi asal karbohidrat
menurun dari jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, peran protein dalam sistem imuni-
tas sangat penting, sehingga defisiensi protein berkorelasi dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh (Sorjo, 2013).
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.
Oleh karena itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh
(Poedjiadi, 1994).
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfugnsi sebagai biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam butir-butir darah me-
rah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke se-
luruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang ber-
peran untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein
(Poedjiadi, 1994).
Protein secara keseluruhan merupakan polipeptida, yang tersusun oleh se-
rangkaian asam-asam amino, dengan berat molekul yang relatif sangat besar, yaitu
berkisar antara 8.000 sampai 10.000. Meskipun protein merupakan polipeptida, na-
mun banyak yang mengandung selain asam amino, seperti heme, derivat vitamin, li-
pid, serta karbohidrat. Protein yang demikian tadi lazim disebut sebagai protein kom-
pleks, sedang protein yang hanya tersusun dari asam amino disebut protein sederhana
(Akbar, 2013).
Protein adalah senyawa yang dihasilkan dari polimerisasi asam amino melalui
ikatan peptida. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan
baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada dengan mengganti jaringan yang
rusak. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H,
O, dan N yang diserap oleh tubuh. Protein mengatur kesetimbangan cairan dalam
jaringan dan pembuluh darah, serta menjaga kesetimbangan asam-basa dalam tubuh
(Akbar, 2013).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan
asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino terikat satu sama lain
melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino
yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan
satu molekul air. Peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Se-
baliknya, peptida yang terdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino masing-masing
disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya (Akbar, 2013).
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen
terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsur-unsur Karbon
(50-55%), Hidrogen (±7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula
protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%).
Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti Tembaga dan Besi
(Akbar, 2013).
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa.
Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan
ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti
eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel
air yang melingkupi molekul-molekul protein. Kelarutan protein di dalam suatu
cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu,
kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya (Fessenden, 1990).
Ditinjau dari strukturnya protein terbagi menjadi dua yaitu rotein filber dan
proten globuler. Protein filber yang merupakan protein berbentuk molekul panjang
seperti serat. Sifat umum dari protein ini adalah sukar larut pada air dan sukar diu-
raikan dengan enzim. Sedangkan rotein globuler umumnya berbentuk bulat atau elips
dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang tidak bersenyawa dengan komponen struktur tubuh,tetapi terdapat
sebagai cadangan zat di dalam sel-sel makhluk hidup.Contoh protein seperti ini ada-
lah protein pada sel telur ayam,burung,kura-kura dan penyu. Semua jenis protein
yang kita makan akan dicerna di dalam saluran pencernaan menjadi zat yang siap dis-
erap di usus halus,yaitu asam amino.Asam amino-asam amino yang dihasilkan dari
proses pencernaan makanan berperan sangat penting di dalam tubuh untuk bahan da-
lam sintesis subtansi penting seperti hormon,zat antibodi, sebagai perbaikan, pertum-
buhan dan pemeliharaan struktur sel, jaringan dan organ tubuh, dan sebagai sumber
energi setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori (Fessenden, 1990).
III. Alat dan Bahan

A. Alat
1. Rak tabung reaksi 2 buah
2. Tabung reaksi 9 buah
3. Gelas kimia 6 buah
4. batang pengaduk 2 buah
5. Corong 3 buah
6. Kertas saring
7. Pipet tetes

B. Bahan
1. Telur ayam kampung
2. Telur puyuh
3. Telur ayam ras
4. Larutan etanol absolut
5. Larutan biuret
IV. Prosedur kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dilakukan


2. Memisahkan putih telur dan kuning telur (ayam kampung, telur puyuh dan
ayam ras).
3. Memasukan kedalam gelas kimia
4. Mengambil masing-masing 2 ml putih telur dan 2 ml kuning telur
5. Memasukan kedalam tabung reaksi yang berbeda
6. Menambahkan 2 ml larutan etanol absolut dingin kedalam masing-masing ta-
bung reaksi
7. Mengocok dan mengaduk masing-masing tabung reaksi tersebut
8. Mendiamkan selama 5 menit
9. Menyaring putih telu menggunakan kertas saring dan dipisahkan antara filtrat
dan residu
10. Menambahkan tetes demi tetes larutan biuret pada filtrat dan residu putih telur
dan tetes demi tetes larutan biuret pada kuning telur
11. Mengamati perubahan yang terjadi.
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu :
No Perlakuan Hasil
1. Telur ayam kampung
a. Putih telur
 2 ml putih telur ayam  Terbentuk endapan putih
kampung + 2 ml etanol ab-
solut +diamkan 5 menit
 Disaring menggunakan  Filtrat bening
kertas saring  Residu putih
 Diuji biuret filtrat dan  Filtrat berwarna biru(+1)
residunya  Residu berwarna biru (+2)

b.Kuning telur
 2 ml putih telur ayam  Terbentuk endapan kuning
kampung + 2 ml etanol ab-
solut +diamkan 5 menit
 Diuji biuret  Filtrat berwarna biru

2. Telur ayam ras


a. Putih telur
 2 ml putih telur ras + 2 ml  Terbentuk endapan putih
etanol absolut +diamkan 5
menit
 Disaring menggunakan  Filtrat bening
kertas saring  Residu putih
 Diuji biuret filtrat dan  Filtrat berwarna biru(+1)
residunya  Residu berwarna biru (+2)

b.Kuning telur
 2 ml putih telur ayam  Terbentuk endapan kuning
kampung + 2 ml etanol ab-
solut +diamkan 5 menit
 Diuji biuret  Filtrat berwarna hijau
No Perlakuan Hasil
3. Telur puyuh
a. Putih telur
 2 ml putih telur ayam  Terbentuk endapan putih
kampung + 2 ml etanol ab-
solut +diamkan 5 menit
 Disaring menggunakan  Filtrat bening
kertas saring  Residu putih
 Diuji biuret filtrat dan  Filtrat berwarna biru(+1)
residunya  Residu berwarna biru (+2)

b. Kuning telur
 2 ml putih telur ayam  Terbentuk endapan kuning
kampung + 2 ml etanol ab-
solut +diamkan 5 menit
 Diuji biuret  Filtrat berwarna hijau
VI. Pembahasan

Protein adalah salah satu zat gizi makro yang dibutuhkan tubuh karena
fungsinya yang khusus dalam pertumbuhan. Hal ini disebabkan fungsinya dalam sin-
tesis DNA dalam pembentukan sel baru. Protein selain zat pembangun, juga memiliki
peran lain sebagai sumber energi alternatif jika suplai energi asal karbohidrat
menurun dari jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, peran protein dalam sistem imuni-
tas sangat penting, sehingga defisiensi protein berkorelasi dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh (Fessenden, 1990).

Tujuan dari percobaan ini yaitu Untuk memperlihatkan bahwa sebagi


makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan
penambahan etanol absolut (Pembina mata kuliah, 2019).

Pada percobaan ini yang dilakukan yaitu pertama-tama dengan memisahkan te-
lur dari kuning dengan putihnya(albumin). Adapun telur yang digunakan pada perco-
baan ini yaitu telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur puyu. Setelah itu
mengambil masing-masing 2 mL kuning dan putih telur dan memasukannya kedalam
gelas kimia yang berbeda. Selanjutnya menambahkan 2 mL etanol absolut pada
kuning dan putih telur. lalu mengocok dan mengaduk tabung reaksi menggunakan
batang pengaduk. Adapun tujuan dari penambahan etanol absolut yaitu untuk
menghilangkan molekul-molekul air yang terdapat pada albumin, dimana diketahui
bahwa sifat dari etanol absolut sangat kuat dalam menarik air atau dengan kata lain
bersifat higroskopis. Serta tujuan dari dilakukannya pengadukan yaitu untuk men-
campurkan etanol absolut dengan putih dan kuning telur secara merata. Setelah dil-
akukan penambahan etanol absolut terbentuk endapan pada kuning dan albumin telur.
Terbentuknya endapan ini disebabkan penambahan etanol absolut pada larutan pro-
tein yang menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul protein me-
lalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol ebsolut, akibatnya molekul-molekul protein
beragregasi satu sama lainnya sehingga mengendap (Akbar, 2013).
Selanjutnya menyaring kuning dan putih telur tersebut dengan memisahkan fil-
trat dan residunya dengan menggunakan corong dan kertas saring. Setelah itu
melakukan uji kuantitatif dengan metode uji biuret. Adapun tujuan dari dilakukannya
uji biuret ini untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida serta jumlah ikatan pepti-
da dari protein yang akan dipisahkan dengan uji positifnya yaitu larutan berwarna un-
gu untuk tripeptida dan biru untuk dipeptida. Adapun hasil yang diperoleh pada filtrat
dan residu pada sampel menunjukan hasil positif terhadap uji biuret dengan diperoleh
warna biru kehijauan. Warna biru kehijauan yang terbentuk merupakan kompleks Cu
dengan albumin yang dihubungkan dengan ikatan koordinasi dan Cu bertindak se-
bagai atom pusat dan albumin sebagai ligan. Pada percobaan ini diperoleh warna pada
filtrat pada beberapa sampel memberikan warna biru kehijauan. Hal ini menunjukan
bahwa pada sampel masih mengandung protein, dimana berdasarkan literatur filtrat
tidak memberikan warna biru kehijauan. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena
protein belum terendapkan secara menyeluruh pada saat pengadukan yang dilakukan
( Akbar, 2013).
Adapun hasil endapan kuning dan putih(albumin) telur yang diperoleh pada
percobaan ini, pada sampel secara berturut-turut dari yang paling banyak sampai yang
paling sedikit mengahasilkan endapan pada kuning telur yaitu telur puyuh, telur ayam
ras dan telur ayam kampung. Sedangkan urutan hasil endapan yang diperoleh pada
putih (albimun) telur dari yang paling banyak mengahasilkan endapan sampai yang
paling sedikit menghasilkan endapan secara berturut-turut pada sampel yaitu telur
ayam ras, telur puyuh, dan telur ayam kampung.
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen
terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsur-unsur Karbon
(50-55%), Hidrogen (±7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula
protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%).
Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti Tembaga dan Besi
(Sorja, 2013).
Koagulum yang terbentuk sangatlah banyak hal ini menunjukan bahwa Albu-
min telur banyak mengandung protein, dari ke tiga sampel menunjukan hasil yang
berbeda-beda karena kandungan protein juga berbeda, dalam 100 gram kandungan
protein dalam sampel ayam kampung adalah 13, ayam Ras adalah 12,4 dan telur
puyuh 12,3 (Sorjo, 2013).

Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas. Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amoni-
um sulfat hingga jenuh. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan bagian
putih telur . Struktur protein tidak stabil karena mudah mengalami denaturasi yaitu
keadaan dimana protein terurai menjadi struktur primernya, baik reversibel maupun
ireversibel. Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi adalah pH, panas, pelarut,
kekuatan ion, terlarut, dan radiasi. Protein ada yang reaktif karena asam amino
penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif, seperti SH, -OH, NH2, dan –
COOH (Sorjo, 2013).
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pema-
nasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan
berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein mem-
bentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua
buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Karena protein dibuat dari asam amino, kehadiran ikatan-ikatan peptida selama uji
Biuret protein akan selalu memberikan hasil positif. Biuret adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia H2NC(O)NHC(O)NH2. Ini adalah hasil dari kondensasi dua
molekul urea. Senyawa Ini padat putih, larut dalam air panas. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui adanya ikatan peptide pada protein zat putih telur. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu 2+
dan N dari molekul ikatan peptida. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna
biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida warna merah (Sorjo, 2013).
Etanol absolute bersifat sangat kuat menarik air (higroskopis). Penambahan
etanol absolut pada satu larutan mengandung protein, akan menyebabkan molekul air
yang berinteraksi dengan molekul protein melalui ikatan hydrogen, ditarik dengan
etanol. Akibatnya molekul-molekul protein beragregasi satu sama lain dan mengen-
dap. Bila agrerat partikel protein tersebut dibiarkan bersentuhan dengan dalam wktu
yang lama, maka endapan yang terbentuk tidak dapat dilarutkan lagi. Sehingga de-
naturasi yang terjadi irreversible (Fessenden, 1990).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan
asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino terikat satu sama lain
melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino
yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan
satu molekul air. Peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Se-
baliknya, peptida yang terdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino masing-masing
disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya (Akbar, 2013).
Protein yang membangun tubuh disebut Protein Struktural sedangkan protein
yang berfungsi sebagai enzim,antibodi atau hormon dikenal sebagai Protein
Fungsional. Protein struktural pada umumnya bersenyawa dengan zat lain di dalam
tubuh makhluk hidupContoh protein struktural antara lain nukleoprotein yang ter-
dapat di dalam inti sel dan lipoprotein yang terdapat di dalam membran sel.Ada juga
protein yang tidak bersenyawa dengan komponen struktur tubuh,tetapi terdapat se-
bagai cadangan zat di dalam sel-sel makhluk hidup.Contoh protein seperti ini adalah
protein pada sel telur ayam,burung,kura-kura dan penyu. Semua jenis protein yang
kita makan akan dicerna di dalam saluran pencernaan menjadi zat yang siap diserap
di usus halus,yaitu berupa asam amino-asamamino.Asam amino-asam amino yang
dihasilkan dari proses pencernaan makanan berperan sangat penting di dalam tubuh
untuk bahan dalam sintesis subtansi penting seperti hormon,zat antibodi, sebagai per-
baikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel, jaringan dan organ tubuh, dan
sebagai sumber energi setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori (Fessenden,
1990).
Kekurangan protein di dalam tubuh dapat mengakibatkan beberapa penya-
kit.Seperti kwashiorkor,anemia,radang kulit,dan busung lapar yang disebut juga hon-
geroedem.Karena terjadinya edema(pembengkakan organ karena kandungan cairan
yang berlebihan) pada tubuh.Kelebihan protein tidak disimpan dalam
tubuh,melainkan akan dirombak di dalam hati menjadi senyawa yang mengandung
unsur N,seperti NH3 (amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida) ,serta senyawa
yang tidak mengandung unsur N.Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis
menjadi urea (Akbar, 2013).
Serum yang digunakan pada percobaan ini adalah serum bovine albumin. Bo-
vine serum albumin (BSA) adalah protein globular (~ 66.000 Da) yang digunakan
dalam berbagai aplikasi biokimia karena stabilitas dan kurangnya gangguan dalam
reaksi biologis. BSA memiliki aplikasi biokimia banyak termasuk ELISA (Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay), immunoblots, dan imunohistokimia. Hal ini juga
digunakan sebagai nutrisi dalam sel dan budaya mikroba. Dalam mencerna pembata-
san, BSA digunakan untuk menstabilkan beberapa enzim selama pencernaan DNA
dan mencegah adhesi enzim untuk tabung reaksi, kiat pipet, dan kapal lainnya. Pro-
tein ini tidak mempengaruhi enzim lain yang tidak perlu untuk stabilisasi. BSA juga
biasa digunakan untuk menentukan jumlah protein lain, dengan membandingkan
kuantitas yang tidak diketahui dari protein jumlah yang telah diketahui BSA (lihat
Bradford assay protein). BSA digunakan karena kemampuannya untuk meningkatkan
sinyal di tes, kurangnya efek di banyak reaksi biokimia, dan biaya rendah, karena
jumlah besar dapat dengan mudah dimurnikan dari darah sapi, produk sampingan dari
industri ternak (Wikipedia, 2019).
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu sebagai makromolekul
yang larut protein protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan
penambahan etanol absolut. Dimana hal ini terjadi karena penambahan etanol absolut
akan menyebabkan molekul air yang berkaitan dengan protein melalui ikatan hidro-
gen akan tertarik ke etanol absolut sehingga molekul-molekul protein akan berogresi
satu sama lain sehingga mengandap.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2013). Percobaan 1 Pemisahan Protein Dengan Etanol Absolut. [Online].


Tersedia; http://akbarcules46.blogspot.com. ( Di akses 04 Mei 2019).
Fessenden. (1990). Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Anna. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :UI-Press.
Pembina Mata Kuliah. (2019). Penuntun Praktikum Biokimia lanjut. Palu : Universi-
tas Tadulako.
Soljo, Nurhalimah. (2010). Laporan Praktikum Pemisahan Protein. [Online]. Terse-
dia : http://nurhalimahmath07.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-
pemisahan-protein.html. ( Di akses 04 Mei 2019).
Wikipedia. (2019). Bovine serum albumin. [Online]. Tersedia :
https://en.wikipedia.org/wiki/Bovine_serum_albumin.(Di akses 04 Mei 2019).

Anda mungkin juga menyukai