Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN IV
PEMISAHAN PROTEIN DENGAN ETANOL ABSOLUT

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRA SEPRIYANI


STAMBUK : A 251 17 005
KELAS :C
ASISTEN : RIKA RAHAYU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufik serta
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tentang “Pemisahan
Protein dengan Etanol Absolut” tanpa ada halangan apapun. Adapun maksud dari
penyusunan laporan ini ialah untuk dapat memenuhi tugas pembuatan laporan
praktikum Biokimia Lanjut dengan tujuan percobaan adalah memperlihatkan
bahwa sebagai makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan
mengendapkannya dengan penambahan etanol absolut.
Saya berharap dengan selesainya penyusunan laporan praktikum ini akan
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
akan selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Bunta, 21 Mei 2020

Penyusun
Ira Sepriyani
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

BAB I PEMISAHAN PROTEIN DENGAN ETANOL ABSOLUT


I. Tujuan Percobaan 1

II. Dasar Teori 1

III. Alat dan Bahan 4

IV. Prosedur Kerja 5

V. Hasil Pengamatan 7

VI. Pembahasan 8

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan 12

II. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan denaturasi protein 6


BAB I
PERCOBAAN VI

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan bahwa sebagai
makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya
pemanasan penambahan asam nitrat, penambahan aseton dan penambahan etanol
absolut.

II. DASAR TEORI


Kata protein berasal dari “protos” atau “proteos” yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel makhluk
hidup. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita maka protein yang
erdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 2005).
Protein adalah komponen yang terdiri atas atom karbon, hydrogen,
oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor.
Tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relatif sangat
besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000. Protein yang tersusun dari hanya asam
amino disebut protein sederhana. Adapun protein yang mengandung bahan selain
asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein
kompleks. Pengujian kelarutan protein terhadap pemanasan dilakukan dengan
menggunakan putih telur ayam, susu sapi dan susu kedelai sebagai materi uji. Jika
protein tersebut dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti
bau rambut terbakar. Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi
hasil hidrolisis protein, yaitu proteosa, pepton, dan peptida. Viskositas larutan
protein dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi protein. (Sumardjo, 2008).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro
molekul, protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul
tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O
dan N serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua
protein pada semua makhluk, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20
macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus.
Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber
energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan
dari generasi ke generasi (Patong, 2012).
Dalam hubungannya dengan asam amino, protein merupakan polimer dari
sekitar asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan peptida, yaitu
rantai pendek. Karena keragaman rantai samping yang terbentuk jika asam-asam
amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang berbeda dapat mempunyai
sifat kimia yang berbeda dan struktur sekunder dan tersier yang sangat berbeda.
Rantai samping itu dapat bersifat polar atau nonpolar. Kandungan bagian asam
amino polar yang tinggi dalam protein meningkatkan kelarutannya dalam air.
Rantai samping yang paling polar ialah rantai samping amino basa dan asam
amino asam. Asam-asam amino ini terdapat dalam albumin dan globulin yang
larut dalam air dengan aras yang tinggi (Kuchel dan Gregory, 2002).
Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut
dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau
bau rambut terbakar. Keratin misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak
mengandung asam amino sistein. Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak.
Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein,
yaitu proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai rasa pahit. Pada umumnya,
protein terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang terdapat dalam
bentuk Kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal
dibandingkan dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah
membentuk suatu Kristal, sedangkan albumin sukar. Kandungan protein pada
setiap bahan berbeda-beda. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin, urease,
dan katalase juga dapat membentuk Kristal (Sumardjo, 2008).
Denaturasi protein merupakan proses terjadinya perubahan atau modifikasi
terhadap konformasi protein yang terjadi pada struktur tersier maupun kuarterner
dari protein. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini menyebabkan gangguan
terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel. Adapun beberapa faktor
yang menjadi pemicu terjadinya denaturasi protein antara lain faktor kimia yakni
perubahan protein yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia, seperti basa, asam,
bahan organik, anion kompleks, logam berat, alkohol, dehydrating agent, garam
netral nammun konsentrasinya tinggi, pelarut organik, dan lain-lain. Sedangkan
faktor fisika yakni denaturasi protein yang terjadi akibat pemanasan atau
pendinginan, sinar ultraviolet, tekanan tinggi, pengocokan secara insentif, pH
ekstrim, tekanan yang cukup tinggi dan lain-lain (Poedjadi,1994).
Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan
karakteristik bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan
kuaterner struktural. Karena fungsi biokimia protein tergantung pada tiga dimensi
bentuknya atau susunan senyawa yang terdapat pada asam amino. Hasil
denaturasi adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa
protein itu sendiri. Meskipun beberapa protein mengalami kemungkinan untuk
kehilangan kandungan senyawa mereka karakteristik struktural saat denaturasi.
Namun, kebanyakan protein tidak akan mengalami hal tersebut, hanya saja tidak
menutup kemungkinan juga protein akan berubah struktur kecil didalamnya saat
proses denaturasi terjadi secara umum, prosesnya sama dan tidak dapat diubah
(Stoker, 2010).
Protein dalam suatu sampel dapat dipisahkan dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya yaitu pengendapan protein dengan pemanasan.
Dalam metode ini menggunakan temperatur dalam dalam batas-batas tertentu
dapat menaikkan kelaruan protein. Pada umumnya kelarutan protein naik pada
suhu lebih tinggi. Pada suhu diatas 40oC kebanyakan protein mulai tidak mantap
dan mulai terjadi denaturasi. Denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan
struktur skunder, tersier, dan kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya
pemecahan ikatan peptida. Peristiwa denaturasi biasanya di ikuti dengan koagulasi
(penggumapalan). Rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein
sekitar 55-75oC. Suhu koagulasi albumin telur 56oC, albumin serum api 67oC, dan
albumin susu sapi 72oC (Nurhalima, 2013)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. ALAT
1. Gelas kimia 150 mL
2. Labu Erlenmeyer
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Batang pengaduk
6. Pipet tetes
7. Corong kaca
8. Kertas saring
9. Pembakar Bunsen
10. Toothpick (Tusuk Gigi)

B. BAHAN
1. Ethanol absolut
2. Aseton
3. HNO3
4. Putih telur dan kuning telur
5. Aquades
IV. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu:
A. Pemanasan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Memisahkan kuning dan putih telur ke dalam 2 gelas kimia
3. Menambahkan 5 mL aquades ke dalam gelas kimia yang berisi putih telur
kemudian mengaduknya hingga homogen kemudian menyaring putih telur
dengan menggunakan kertas saring.
4. Mengambil 3 mL filrat putih telur kemudian memasukkan ke dalam
tabung reaksi
5. Memanaskan tabung reaksi dengan pemanas Bunsen.
6. Mengamati perubahan yang terjadi
7. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
8. Menambahkan 5 mL aquades ke dalam gelas kimia yang berisi kuning
telur.
9. Menyaring kuning telur dengan menggunakan kertas saring.
10. Mengambil 3 mL filrat kuning telur kemudian memasukkan ke dalam
tabung reaksi
11. Memanaskan tabung reaksi dengan pemanas Bunsen
12. Mengamati perubahan yang terjadi
13. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

B. Penambahan Asam Nitrat


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Memisahkan kuning dan putih telur ke dalam 2 gelas kimia
3. Menambahkan 5 mL aquades ke dalam gelas kimia yang berisi putih telur
kemudian mengaduknya hingga homogen.
4. Menyaring putih telur dengan menggunakan kertas saring.
5. Memasukkan filtrate putih telur ke dalam tabung reaksi berisi 3 mL HNO3
6. Mengamati perubahan yang terjadi
7. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
C. Penambahan Aseton
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Memisahkan kuning dan putih telur ke dalam 2 gelas kimia
3. Menambahkan 5 mL aquades ke dalam gelas kimia yang berisi putih
telur kemudian mengaduknya hingga homogen.
4. Menyaring putih telur dengan menggunakan kertas saring.
5. Memasukkan filtrate putih telur ke dalam tabung reaksi berisi 3 mL
Aseton
6. Mengamati perubahan yang terjadi
7. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

D. Penambahan Ethanol Absolut


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membuat lubang di sisi atas dan bawah cangkang telur menggunakan
tusuk gigi.
3. Memisahkan putih telur ke dalam gelas kimia.
4. Memasukkan ethanol absolut kedalam tabung reaksi
5. Memipet putih telur kemudian memasukkan putih telur ke dalam
tabung reaksi berisi 12 mL ethanol absolut
6. Mengamati perubahan yang terjadi
7. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut
No. Sampel Perlakuan Hasil pengamatan
1. 2 mL kuning telur Dipanaskan +++
2 mL putih telur ++++
2. 2 mL kuning telur Ditambahkan mL asam nitrat ++
2 mL putih telur ++++
3. 2 mL kuning telur Ditambahkan asteon ++
2 mL putih telur +++
4. 2 mL putih telur Ditambahkan etanol absolut +++
(Tabel 2. Hasil pengamatan denaturasi protein)

Keterangan :
 + + + + = gumpalan banyak sekali
 +++ = gumpalan banyak
 ++ = gumpalan sedikit
VI. PEMBAHASAN

Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan


karakteristik bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan
kuaterner struktural. Karena fungsi biokimia protein tergantung pada tiga dimensi
bentuknya atau susunan senyawa yang terdapat pada asam amino. Hasil
denaturasi adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa
protein itu sendiri. Meskipun beberapa protein mengalami kemungkinan untuk
kehilangan kandungan senyawa mereka karakteristik struktural saat denaturasi.
Namun, kebanyakan protein tidak akan mengalami hal tersebut, hanya saja tidak
menutup kemungkinan juga protein akan berubah struktur kecil didalamnya saat
proses denaturasi terjadi secara umum, prosesnya sama dan tidak dapat diubah
(Stoker, 2010).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan bahwa sebagai
makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya
pemanasan penambahan asam nitrat, penambahan aseton dan penambahan etanol
absolut (Staf Pengajar Biokimia Lanjut, 2020).
Prinsip dasar percobaan ini yaitu berdasarkan kelarutan protein dalam
etanol absolut, dimana penambahan etanol akan menyebabkan molekul air yang
berikatan dengan protein melalui ikatan hydrogen akan tertarik ke etanol sehingga
molekul-molekul perotein akan beragregasi satu sama lain sehingga mengendap
(Akbar, 2013).
Percobaan ini terdiri dari 4 (empat) perlakuan besar yaitu pemanasan,
penambahan asam, penambahan aseton, dan penambahan ethanol absolut. Untuk
penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut:

A. Pemanasan
Perlakuan pertama pada denaturasi karena pemanasan yaitu menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian memisahkan putih telur dan kunig telur ke dalam 2
gelas kimia selanjutnya menambahkan aquades sebanyak 5 mL kedalam masing-
masing gelas kimia kemudian aduk hingga homogen. Tujuan penambahan
aquades yaitu untuk melarutkan putih telur dan kuning telur. Lalu menyaring
campuran dan mengambil filtratnya. Selanjutnya memasukkan larutan putih telur
dan kuning telur kedalam tabung reaksi. Kemudian memanaskan larutan putih
telur dan kuning telur dan mengamati perubahan yang terjadi. Denaturasi karena
panas yaitu panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein
bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul
tersebut. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik.
Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda
bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan,
semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan ini juga dapat
mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan
menyebabkan terjadinya koagulasi. Protein telur mengalami denaturasi dan
terkoagulasi selama pemanasan (Lehninger, 1982).

B. Penambahan Asam
Perlakuan pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya memisahkan putih telur dan kuning telur kedalam 2 buah gelas kimia
kemudian aduk. Lalu menambahkan aquades kedalam masing-masing gelas kimia
lalu aduk. Tujuan penambahan aquades yaitu untuk melarutkan putih telur dan
kuning telur. Lalu menyaring campuran dan mengambil filtratnya. Kemudian
memasukkan larutan putih telur dan kuning telur kedalam tabung reaksi.
Kemudian menambahkan asam pada larutan putih telur dan kuning telur dan
mengamati perubahan yang terjadi. Penambahan asam atau basa dapat
mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif
pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam
ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu
jenis interaksi pada protein menjadi kacau sehingga protein dapat dikatakan
terdenaturasi. Seperti telah diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur
zwitter ion. Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif
dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah, protein dapat
terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk gumpalan dan larutannya menjadi
keruh (Lehninger, 1982).

C. Penambahan Aseton
Perlakuan pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya memisahkan putih telur dan kuning telur kedalam 2 buah gelas kimia
lalu aduk. Lalu menambahkan aquades kedalam masing-masing gelas kimia lalu
aduk. Tujuan penambahan aquades yaitu untuk melarutkan putih telur dan kuning
telur. Lalu menyaring campuran dan mengambil filtratnya. Selanjutnya
memasukkan larutan putih telur dan kuning telur kedalam tabung reaksi. Lalu
menambahkan aseton kedalam larutan putih telur dan kuning telur dan mengamati
perubahan yang terjadi. Aseton ini merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari
bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi. Aseton berfungsi sebagai
pelarut organik dalam proses denaturasi protein. Aseton dapat bercampur dalam
air dan dalam semua perbandingan pada suatu zat pelarut yang baik bagi banyak
zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting diantaranya
kloroform dan iodoform (Lehninger, 1982).

D. Penambahan Etanol Absolut


Perlakuan pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya memisahkan putih telur gelas kimia kemudin aduk. Lalu
menambahkan aquades kedalam gelas kimia lalu aduk. Tujuan penambahan
aquades yaitu untuk melarutkan putih telur. Lalu menyaring campuran dan
mengambil filtratnya. Selanjutnya memasukkan larutan putih telur kedalam
tabung reaksi. Kemudian menambahkan etanol absolut kedalam larutan putih telur
dan mengamati perubahan yang terjadi. Adapun tujuan dari penambahan etanol
absolut yaitu untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terdapat pada putih
telur, dimana diketahui bahwa sifat dari etanol absolut sangat kuat dalam menarik
air atau dengan kata lain bersifat higroskopis (Lehninger, 1982).
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah untuk perlakuan pemanasan
hasil yang didapatkan adalah pada kuning telur terdapat gumpalam banyak (+ + +)
dan putih telur terdapat banyak sekali gumpalan (+ + + +). Pada perlakuan
penambahan asam hasil yang didapatkan adalah pada kuning telur sedikit
gumpalan (+ +) dan putih telur terdapat banyak gumpalan (+ + + +) . Pada
perlakuan penambahan aseton hasil yang diperoleh pada putih telur terdapat
banyak gumpalan (+ + +) dan pada kuning telur gumpalan sedikit (+ +). Pada
penambahan asteon, putih telur tidak tercampur dengan aseton , hal ini disebabkan
karena proteinnya terdenaturasi. Selanjutnya perlakuan penambahan etanol
absolut, hasil yang diperoleh yaitu pada putih telur. Adapun hasil endapan kuning
dan putih telur yang diperoleh pada percobaan ini yang paling banyak adalah pada
albumin. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terdapat kesesuaian dengan
literature Poedjiadi(1994) yang menyatakan bahwa protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan atau pemanasan.
Ciri – ciri suaru protein yang mengalami denaturasi bisa dilihat dari
berbagai hal. Salah satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya, protein yang
terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada bagian – bagian
tertentu. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya.
Lapisan molekul yang bagian hidrofilik akan mengalami perubahan posisi dari
dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan
(Poedjiadi, 2005).
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu denaturasi protein
adalah protein yang mengalami kerusakan struktur seperti terjadinya perubahan
fisik protein sehingga protein kehilangan fungsinya. Pada percobaan ini
terdapat kesesuaian dengan literature yang menyatakan bahwa protein telur
mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemanasan. Pada proses
pemanasan protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama
pemasakan. Penambahan etanol absolute akan menyebabkan molekul air yang
berkaitan dengan protein melalui ikatan hidrogen akan tertarik ke etanol
absolut sehingga molekul-molekul protein akan berogresi satu sama lain
sehingga mengendap.

II. SARAN
Saran yang diberikan yaitu dalam melakukan praktikum gunakanlah
APD umum seperti jas lab, masker, sarung tangan ketika berada dilaboratorium
untuk menjaga keselamatan bersama. Serta dalam percobaan ini dibutuhkannya
ketelitian dan kecermatan dalam memisahkan antara putih telur dan kuning
telur agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Selalu berhati – hati dalam
melakukan semua percobaan baik itu percobaan yang membahayakan atau
percobaan yang biasa, tetap waspada dan selalu memperhatikan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2013). Laporan Biokimia Lanjut. [Online]. Tersedia:


http://akbarcules46.blogspot.com/2013/08/laporan-biokimia-lanjut-
pemisahan.html (21 Mei 2020).

Kuchel, Philip dan Gregory B Ralston. (2002). Schaum’s Easy Outlines


Biochemistry. US: McGraw-Hill Companies.

Nurhalima. (2013). Pemisahan Protein. [Online]. Tersedia:


http://nurhalimahmath07.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum
pemisahan-protein.html (18 Mei 2020).

Lehninger, Albert L. (1982). Dasar – Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Patong, A.R., dkk. (2012). Biokimia Dasar. Makassar: Lembah Harapan Press.

Poedjiadi, A (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press


Poedjiadi, A. (2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Sumardjo, D. (2008). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Staf Pengajar Biokimia Lanjut. (2020). Penuntun Praktikum Biokimia Lanjut.


Palu: Universitas Tadulako.

Stoker, H. (2010). General, Organic, And Biological Chemistry Fifth


Edition. Belmont, CA USA: Cengage Learning
LAMPIRAN

(Memisahkan putih telur dan kuning telur, kemudian menambahkan aquades)

(Menyaring dan diambil filtratnya)

(Memanaskan tabung reaksi)

(Terjadi perubahan warna menjadi keruh dan terjadi denaturasi protein)


(Alat dan bahan yang disiapkan dalam penambahan etanol absolut)

(Melubangi telur untuk memisahkan putih dan kuning telur)

(Memasukkan etanol absolut kedalam tabung reaksi)

(Menambahkan putih telur kedalam tabung reaksi yang berisi etanol absolut)
(Terjadi denaturasi protein)

Anda mungkin juga menyukai