Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN III
GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRA SEPRIYANI


STAMBUK : A 251 17 005
KELAS :C
ASISTEN : WINARSYIH MUHIDIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufik serta
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tentang “Glikolisis dalam
Sel Ragi” tanpa ada halangan apapun. Adapun maksud dari penyusunan laporan
ini ialah untuk dapat memenuhi tugas pembuatan laporan praktikum Biokimia
Lanjut dengan tujuan percobaan adalah untuk mempelajari atau mengamati proses
glikolisis didalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa yang tersisa, tinggi
kadar etanol dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan serta untuk mempelajari atau
mengamati pengaruh inhibitor seperti HCl dan Aseton terhadap proses glikolisis.
Saya berharap dengan selesainya penyusunan laporan praktikum ini akan
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
akan selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Bunta, 20 Mei 2020

Penyusun
Ira Sepriyani
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

BAB I GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI


I. Tujuan Percobaan 1

II. Dasar Teori 1

III. Alat dan Bahan 4

IV. Prosedur Kerja 5

V. Hasil Pengamatan 6

VI. Reaksi – Reaksi 7

VII. Pembahasan 8

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan 12

II. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prosedur pemipetan setiap tabung reaksi 5


Tabel 2. Hasil pengamatan glikolisis sel ragi 6
BAB I
GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengamati proses glikolisis didalam sel ragi dengan
mengukur kadar glukosa yang tersisa, tinggi kadar etanol dan tinggi kolom
CO2 yang dihasilkan.
2. Mempelajari atau mengamati pengaruh inhibitor seperti HCl dan aseton
terhadap proses glikolisis.

II. DASAR TEORI


Metabolisme merupakan suatu proses reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh makhluk hidup guna memperoleh energi untuk kelangsungan hidupnya.
Metabolisme terbagi menjadi dua jalur yaitu anabolisme (suatu proses untuk
membentuk atau mensintesa suatu senyawa) dan katabolisme (suatu proses
perombakan atau penguraian suatu senyawa sehingga menghasilkan energi).
Glikolisis merupakan proses penguraian atau katabolisme karbohidrat (glukosa)
menjadi asam piruvat. Glikolisis dapat berlangsung secara aerob (memerlukan
oksigen) dan juga anaerob (tanpa oksigen). Dalam kondisi aerob, piruvat yang
terbentuk akan dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Sedangkan dalam kondisi
anaerob, karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa akan diuraikan oleh enzim
dalam ragi menjadi alkohol dan CO2 sebagai produk akhir (Akbar, 2013).
Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia dimana glukosa dioksidasi
menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis berasal kata Yunani, Glycos yang berarti
gula atau manis dan lisis yang berarti pelarutan atau degradasi. Glikolisis adalah
jalur metabolik yang merupakan urutan dari 10 reaksi yang dikatalisis enzim.
Urutan reaksi ini mengubah glukosa menjadi piruvat. Selama proses metabolisme
ini senyawa energi tinggi ATP (Adenosin trifosfat) dan NADH (nicotinamide
adenin dinukleotida) (Budisma, 2014).
Semua organisme hidup membutuhkan energi untuk melakukan berbagai
fungsi. Energi ini diperoleh dengan proses yang dikenal sebagai glikolisis, yang
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Dalam proses glikolisis, glukosa akan
teroksidasi dengan baik laktat atau piruvat. Ada dua jalur yang berbeda pada
proses glikolisis berlangsung glikolisis tempat aerobik dan glikolisis anaerobik.
Sebuah jalur metabolisme, yang melibatkan transformasi glukosa menjadi piruvat,
dan konversi lebih lanjut dari piruvat menjadi laktat, dalam ketiadaan oksigen
dikenal sebagai glikolisis anaerobik. Glikolisis anaerobik umumnya terjadi ketika
energi instan diperlukan tidak adanya lengkap oksigen atau terbatasnya pasokan
oksigen (Anshory, 1984).
Pada organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat dan
rantai transport elektron, saat sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan.
Sepuluh reaksi glikolisis terjadi didalam sitosol. Pada tahap pertama, glukosa
dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi, isomerasi, dan
fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai per molekul glukosa pada reaksi-
reaksi ini. Pada tahap kedua, fruktosa 1,6 difosfat dipecah oleh aldolase
membentuk dihrosiaseton fosfat dan gliserildehida 3-fosfat, yang dengan mudah
mengalami interkonvensi. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian mengalami oksidasi
dan fosforilasi membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat dengan potensi
transfer fosforil yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan ATP
dihasilkan. Pada tahap akhir glikolisis, fosfoenolpiruvat, zat antara kedua dengan
potensi transfer yang tinggi, dibentuk melalui pergeseran fosforil dan dehidrasi.
ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfienolpiruvat dikonnversi menjadi piruvat.
Tedapat keuntungan bersih dua molekul ATP pada pembentukan dua molekul
piruvat dari satu molekul glukosa. Akseptor elektron pada oksidasi gliseraldehida
3-fosfat adalh NAD+, yang harus dihasilkan kembali agar glikosis dapat
dihasilkan kembali agar glikolisis dapat berlangsung terus. Pada organism aerob,
NADH yang terbentuk pada glikolisis mentransfer elektronnya ke O 2 melalui
rantai transport elektron, dan dengan demikian menghasilkan kembali NAD +.
Sedangkan pada keadaan aerob, NAD+dihasilkan kembali melalui reduksi piruvat
menjadi laktat. Pada sejumlah mikroorganisme, NAD + biasanya dihasilkan
kembali oleh sintesis laktat atau etanol dari piruvat. Dua proses ini merupakan
contoh fermentasi (Robert K, 2006).
Jalur glikolisis mempunyai peran ganda: degradasi glukosa untuk
menghasilkan ATP, dan memberikan unit-unit penyusun untuk sintesis
komponen-komponen sel. Kecepatan konversi glukosa piruvat diatur sesuai
dengan dua keperluan utama sel ini. Pada reaksi fisiologis, reaksi-reaksi glikolisis
dengan mudah reversible kecuali reaksi-reaksi yang dikalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Fosfofruktokinase, elemen pengontrol
terpenting pada glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi ATP dan sitrat, dan
diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6 bifosfat. Pada hati, bifosfat menandakan
bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfofruktokinase aktif bila diperlukan
energy atau unit-unit penyusun. Hksokinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat, yang
berakumulasi bila fosfofruktokinase aktif. Piruvat kinase situs pengontrol lainnya,
secara alosterik dihambat oleh ATP dan alanin, dan diaktif oleh fruktosa 1,6
bifosfat. Akibatnya, piruvat kinase aktif maksimal bila muatan energy rendah dan
zat-zat ntara glikolisis menumpuk. Piruvat kinase, seperti enzim bifungsi yang
mengontrol kadar fruktosa 2,6 bisfosfat, diatur melalui fosforilasi. Kadar glukosa
yang rendah dalam darah mendorong fosforilasi pirivat kinase hati, sehingga
aktivitasnya menurun dengan demikian menurunkan pemakaian glukosa dalam
hati (Anonim, 2011).
Ragi berperan sebagai media berlangsungnya proses glikolisis. Ragi
mengandung mikroorganisme khamir Saccharomyces cereviciaea dan sedikit
bakteri laktat Lactobacelius aceti. Mikroorganisme tersebut yang akan melakukan
proses fermentasi dalam sel ragi. Fermentasi merupakan salah satu jalur glikolisis
yang berlangsung tanpa oksigen yang akan menghasilkan produk akhir berupa
alkohol dan karbon dioksida (Kamajaya, 1996).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. ALAT
1. Selang
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Mikro pipet
5. Tabung Y
6. Gelas beaker
7. Gelas ukur
8. Penangas listrik
9. Penggaris

B. BAHAN
1. Aquades
2. Larutan CaCO3
3. Plastisin
4. Larutan H2O2
5. Larutan glukosa
6. Larutan HCl
7. Aseton
8. Suspensi ragi
IV. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.


2. Menyediakan 4 buah tabung peragian yang bersih dan kering
Tabung 1 digunakan sebagai kontrol positif
Tabung 2 digunakan sebagai kontrol negatif
Tabung 3 dan 4 digunakan untuk melihat pengaruh inhibitor
3. Memipet ke dalam setiap tabung:
Tabung
Bahan
1 2 3 4
Suspensi ragi 6 mL 0 6 mL 6 mL
Suspensi ragi yang
0 6 mL 0 0
telah dididihkan
HCl 0 0 2 tetes 0
Aseton 0 0 0 2 tetes
Larutan glukosa 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL
(Tabel 1. Prosedur pemipetan setiap tabung reaksi)
4. Menutup masing – masing tabung reaksi dengan penutup tabung
5. Mendiamkannya selama 15 menit
6. Mengukur tinggi kolom CO2 mula-mula untuk setiap tabung dengan
menggunakan penggaris
7. Memasukkan CaCO3 kedalam tabung reaksi lainnya sebanyak 3 mL
8. Memasukkan selang kedalam tabung reaksi 1, 2, 3, 4 secara bergantian
dan tabung reaksi yang berisi CaCO3 untuk menghubungkan kedua
tabung reaksi tersebut serta menutupnya menggunakan plastisin
9. Mendiamkannya selama 15 menit untuk melihat perbedaan yang terjadi
10. Mengukur mengukur kembali kenaikan ragi menggunakan penggaris
11. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut
Tabung
1 2 3 4
Hasil
Kontrol + Kontrol - HCl Aseton

1) Tinggi 5 cm 0 cm 1 cm 1 cm
kolom CO2
yang
terbentuk

2) Keadaan - Berwarna - Berwarna - Berwarna - Berwarna


suspensi putih susu putih susu putih susu putih susu
Ragi -Terbentuk -Tidak -Terbentuk -Terbentuk
banyak terbentuk sedikit sedikit
gelembung banyak gelembung gelembung
gelembung
-Tercampur -Campuran -Tercampur -Tercampur
terpisah

3) Keadaan
-Terdapat -Tidak ada -Tidak ada -Tidak ada
CaCO3
sedikit endapan endapan endapan
endapan
(Tabel 2. Hasil pengamatan glikolisis sel ragi)
VI. REAKSI – REAKSI

Reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:

C6H12O6 C2H5OH + CO2


(Glukosa) (Etanol) (Karbondioksia)

CaCO3 CaO + CO2


(Kalsium Karbonat) (Kalsium Oksida) (Karbondioksia)
VII. PEMBAHASAN

Glikolisis merupakan proses penguraian atau katabolisme karbohidrat


(glukosa) menjadi asam piruvat. Glikolisis dapat berlangsung secara aerob
(memerlukan oksigen) dan juga anaerob (tanpa oksigen). Dalam kondisi aerob,
piruvat yang terbentuk akan dioksidasi menjadi CO 2 dan H2O. Sedangkan dalam
kondisi anaerob, karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa akan diuraikan oleh
enzim dalam ragi menjadi alkohol dan CO2 sebagai produk akhir (Anonim, 2011).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari atau mengamati
proses glikolisis didalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa yang tersisa,
tinggi kadar etanol dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan serta untuk mempelajari
atau mengamati pengaruh inhibitor seperti fluorida dan arsenat terhadap proses
glikolisis (Staf Pengajar Biokimia Lanjut, 2020).
Prinsip dasar percobaan ini yaitu metabolisme di dalam sel ragi, dimana
glukosa oleh enzim-enzim glikolisis di dalam sel ragi akan diubah menjadi etanol
dan CO2 (Staf Pengajar Biokimia Lanjut, 2020).
Prinsip kerja dari percobaan ini yaitu mengubah glukosa menjadi CO 2
dengan bantuan enzim, enzim tersebut yaitu enzim simase yang diperoleh dari
ragi. Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.
Selain itu, percobaan ini juga akan melihat pengaruh inhibitor pada proses
glikolisis. Dimana inhibitor merupakan suatu molekul atau zat yang menghambat
kerja enzim (Akbar, 2013).
Bahan dasar yang digunakan pada percobaan ini yaitu ragi roti, dimana
ragi berperan sebagai media berlangsungnya proses glikolisis. Ragi mengandung
mikroorganisme khamir Saccharomyces cereviciaea dan sedikit bakteri laktat
Lactobacelius aceti. Mikroorganisme tersebut yang akan melakukan proses
fermentasi dalam sel ragi. Fermentasi merupakan salah satu jalur glikolisis yang
berlangsung tanpa oksigen yang akan menghasilkan produk akhir berupa alkohol
dan karbon dioksida (Anita, 2014).
Percobaan ini terdapat 3 jenis variabel yang akan diamati yakni sampel
sebagai kontrol positif, sampel sebagai kontrol negatif dan sampel yang diberi
tambahan inhibitor. Inhibitor yang digunakan pada percobaan ini berupa larutan
HCl dan Aseton. Mekanisme kerja pada percobaan ini dapat dijelaskan, sebagai
berikut: Percobaan ini diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan setelah itu menyiapkan suspensi ragi cara menambahkannya aquades
sebagai kontrol positif dan juga menyiapkan suspensi ragi lainnya yang
dipanaskan atau dididihkan sebagai kontrol negatif. Suspensi ragi berfungsi
sebagai bahan yang digunakan sebagai sel ragi tempat berlangsungnya proses
glikolisis. Jalur glikolisis ditemukan di dalam sitosol sel. Pemanasan ini bertujuan
untuk merusak atau menonaktifkan enzim yang berada dalam ragi tersebut
sehingga mengalami denaturasi. Enzim mempunyai suhu optimum, dimana enzim
akan bekerja optimal pada suhu tersebut dan akan rusak atau tidak bekerja pada
suhu dibawah atau diatas suhu optimumnya. Setelah itu menyediakan 4 tabung
reaksi bersih, tabung pertama digunakan sebagai kontrol positif, pada tabung ini
dimasukkan 6 mL suspensi ragi tidak dipanaskan. Tabung kedua digunakan
sebagai kontrol negatif, pada tabung ini dimasukkan 6 mL suspensi ragi telah
mengamalami proses pemanasan. Sedangkan untuk tabung ketiga dan keempat,
masing-masing dimasukkan 6 mL suspensi ragi yang tidak mengalami proses
pemanasan, setelah itu ditambahkan dengan 2 tetes larutan HCl pada tabung
ketiga dan 2 tetes larutan aseton pada tabung keempat. Teknik ini sebisa mungkin
dilakukan dengan cepat (tabung peragian tertutup), tujuannya yaitu untuk
meminimalisir kontak antara oksigen dengan campuran larutan, karena
diharapkan glikolisis alkohol ini berjalan secara anaerob (tanpa oksigen). Larutan
HCl dan larutan aseton berfungsi sebagai penghambat atau inhibitor kerja enzim
dalam memecah glukosa menjadi etanol dan CO2 atau tujuan penambahan kedua
larutan ini yaitu untuk melihat pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis sel
ragi (Anonim, 2011).
Perlakuan selanjutnya melakukan penyiapan suspensi ragi pada perlakuan
kontrol positif setelah itu memasukkan suspensi ragi kedalam tabung reaksi 1
sebanyak 6 ml dan menambahkan larutan glukosa sebanyak 3 ml. Larutan glukosa
ini berfungsi sebagai substrat yang akan diubah oleh enzim (enzim simase) dalam
ragi menjadi etanol dan gas CO2 atau larutan glukosa berfungsi sebagai bahan
utama yang digunakan dalam proses glikolisis oleh sel ragi, dimana glikolisis
akan memecah glukosa menjadi etanol dan CO2. Kemudian menutup tabung
tersebut agar tidak ada oksigen yang masuk, hal ini bertujuan agar proses
glikolisis dalam sel ragi dapat berjalan sempurna dalam keadaan anaerob sehingga
menghasilkan etanol dan gas CO2. Lalu mendiamkan tabung selama 15 menit.
Dimana proses pendiaman ini bertujuan untuk memaksimalkan proses glikolisis
yang terjadi dalam sel ragi. Setelah 15 menit, terbentuk gas CO 2 yang ditandai
dengan bertambahnya tinggi kolom tabung peragian. Terbentuknya kolom udara
tersebut diakibatkan oleh adanya gas CO2 yang dihasilkan melalui proses
glikolisis ini, semakin banyak CO2 yang terbentuk maka semakin besar pula
tekanan yang ada di dalam tabung sehingga kolom udara akan terlihat lebih tinggi.
Setelah itu, mengukur tinggi kolom tabung tersebut menggunakan penggaris
sebelum terbentuk gas (Staf Pengajar Biokimia Lanjut, 2020).
Langkah berikutnya memasukan larutan CaCO3 sebanyak 3 mL kedalam
tabung reaksi yang berbeda. Kemudian meletakkan ujung selang ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan CaCO3 dihubungkan dengan tabung reaksi 1 yang berisi
suspensi ragi sebagai kontrol positif, serta ditutup menggunakan plastisin pada
ujung-ujung selang. Tujuan penambahan CaCO3 yaitu untuk mengamati
banyaknya gas CO2 yang terbentuk dengan cara melihat kadar endapan yang
terbentuk. Fungsi plastisin ialah agar tidak ada udara yang keluar maupun udara
yang masuk kedalam tabung reaksi. Setelah itu mendiamkan selama 15 menit
dengan tujuan agar terlihat terjadinya perbedaan kenaikan larutan ragi dan juga
endapan pada larutan CaCO3 dan juga perubahan warna pada larutan CaCO3. Lalu
mengukur kenaikan ragi dengan menggunakan penggaris. Mengulangi perlakuan
ini sebanyak 3 kali dengan mengganti suspensi ragi yang telah dipanaskan sebagai
kontrol negatif serta perlakuan inhibitor HCl dan aseton (Staf Pengajar Biokimia
Lanjut, 2020).
Hasil percobaan yang diperoleh yaitu tinggi kolom CO2 yang dihasilkan
dari percobaan ini untuk tabung 1 yaitu 5 cm suspensinya berwarna putih susu
dan bercampur, terbentuk banyak gelembung serta terdapat sedikit endapan
pada larutan CaCO3. Tabung 2 tidak dihasilkan tinggi kolom CO2,
suspensinya berwarna putih susu dan terpisah/tidak bercampur, tidak terbentuk
gelembung serta tidak ada endapan pada larutan CaCO3, sedangkan untuk tabung
3 dan 4 yaitu 1 cm, suspensinya berwarna putih susu dan bercampur, terbentuk
sedikit gelembung serta tidak ada endapan pada larutan CaCO3. Berdasarkan
hasil tersebut, terlihat bahwa proses glikolisis berjalan lebih baik atau sempurna
pada tabung peragian 1 atau pada perlakuan kontrol (+) karena dalam kontrol +
tersebut sel ragi dan larutan glukosa menghasilkan kolom CO 2 yang tinggi
bahkan paling tinggi dari yang lainnya sehingga dapat dikatakan sebagai
glikolisis yang sempurna sedangkan pada perlakuan yang lain yaitu pada kontrol
(-) karena dipanaskan terlebih dahulu suspensi ragi tersebut maka terjadi
kenaikan suhu sehingga terdapat proses denaturasi yang menyebabkan kerja
enzim yang sedikit lemah dan juga sisi aktif enzimnya ada yang terganggu. Nah
sedangkan pada perlakuan inhibitor HCl dan Aseton yaitu karena terdapat
inibitor maka dalam proses glikolisis terjadi tidak sempurna karena adanya zat –
zat yang mengganggu pada proses glikolisis tersebut. Sehingga tinggi kolom
pada perlakuan kontrol (-) dan pelakuan penambahan inhibitor lebih rendah dari
perlakuan kontrol (+). Hal ini terlihat karena semakin tinggi kolom tabung
peragian maka gas CO2 yang terbentuk semakin banyak yang berarti proses
hidrolisis glukosa berjalan dengan baik (Staf Pengajar Biokimia Lanjut, 2020).
Hasil yang diperoleh ini telah sesuai dengan literatur, yaitu pada tabung
pertama lebih tinggi ukuran kolomnya dari tabung yang lainnya. Dimana menurut
literatur, kadar glukosa yang tersisa diurutkan dari yang memiliki kadar glukosa
terbanyak hingga sedikit yaitu tabung pertama, tabung ketiga, keempat dan yang
terakhir tabung kedua. Hal ini karena pembentukkan etanol sejalan dengan
pembentukan gas CO2 dimana semakin baik kondisi enzim dalam sel ragi maka
proses pembentukan etanol akan semakin banyak. Dan sebaliknya jika kondisi
enzim tidak baik, maka kadar etanol dan CO2 yang terbentuk sedikit sehingga
kadar glukosa yang bersisa akan banyak. Kondisi enzim dipengaruhi oleh banyak
faktor, yang mana pada percobaan ini dipengaruhi oleh suhu dan inhibitor
(Poedjiadi, 2005).
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Proses glikolisis dalam sel ragi dapat terjadi secara anaerob dengan
bantuan enzim simase, menghasilkan etanol dan gas CO 2. Adapun tinggi
kolom CO2 yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu untuk tabung 1
sebesar 5 cm, tabung 2 tidak dihasilkan tinggi kolom CO2, sedangkan
untuk tabung 3 dan 4 sebesar 1 cm.
2. Larutan HCl dan larutan aseton berfungsi sebagai penghambat atau
inhibitor kerja enzim dalam memecah glukosa menjadi etanol dan CO2.
Hal ini dapat di tunjukkan dengan tinggi kolom CO2 yang terbentuk pada
masing-masing tabung, untuk tabung peragian yang ditambahkan larutan
HCl dan aseton menghasilkan tinggi kolom CO2 yang lebih rendah
dibandingkan pada kontrol positif ini menandakan bahwa adanya
penghambatan proses glikolisis sehingga CO2 yang terbentuk lebih
sedikit.

II. SARAN
Saran yang diberikan yaitu dalam melakukan praktikum gunakanlah
APD umum seperti jas lab, masker, sarung tangan ketika berada dilaboratorium
untuk menjaga keselamatan bersama. Serta dalam percobaan ini dibutuhkannya
ketelitian dan kecermatan dalam mengukur kolom pada tabung reaksi agar kita
dapat memperoleh hasil yang tepat dan akurat. Selalu berhati – hati dalam
melakukan semua percobaan baik itu percobaan yang membahayakan atau
percobaan yang biasa, tetap waspada dan selalu memperhatikan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2013). Laporan Biokimia Lanjut-Glikolisis. [Online]. Terdapat:


http://akbarcules46.blogspot.com/2013/08/laporan-biokimia-lanjut
glikolisis.html (Diakses 15 Mei 2020)

Anita. (2014). Fermipan. [Online]. Tersedia:


http://anitamulia.wordpress.com/tag/fermipan/ (21 Mei 2020).

Anonim. (2011). Glikolisis Dalam Sel Ragi. [Online]. Tersedia:


http://www.scribd.com/doc/80044357/71560310-Prak-Biokim-Glikolisis-
Anaerob. (Diakses 21 Mei 2020).

Anshory, I. (1984). Biologi umum. Bandung: Genesa Exact.

Budisma. (2014). Glikolisis dan Tahapnnya. [Online]. Tersedia:


http://budisma.net/2014/10/pengertian-glikolisis-dan-10-langkah-
glikolisis.html. (Diakses 15 Mei 2020).

Kamajaya. (1996). Sains Biologi. Bandung: Ganesa Exact.

Poedjiadi, Anna. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja

Robert K., Murray., Daryl K. (2006). Biokimia Harper. Jakarta: EGC.

Staf Pengajar Biokimia Lanjut. (2020). Penuntun Praktikum Biokimia Lanjut.


Palu: UNTAD.
LAMPIRAN

(Larutan yang digunakan)

(Memasukkan suspensi ragi kedalam tabung reaksi)

(Memasukkan larutan glukosa kedalam tabung reaksi)


(Menutup tabung reaksi dan mendiamkannya selama 15 menit)

(Memasukkan larutan CaCO3 kedalam tabung reaksi yang baru)

(Menghubungkan kedua tabung reaksi dengan selang)

(Mengukur tinggi kolom)

Anda mungkin juga menyukai