Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

SGD 6 LBM 4

MEDICAL EDUCATION

ANGGOTA KELOMPOK :
1. ADJI DWI PRABAWA 31101500474
2. ANHA RIZZA MUZENIN 31101500479
3. CANTIKA OFINTANA GRATI 31101500491
4. DIAN KUSUMO WATI 31101500493
5. INDAH DWI FEBRIYANTI 31101500510
6. INTAN PUTRI ASTARI 31101500512
7. LINTANG ASMARANI 31101500517
8. NAYLA FIRDA ZAIN 31101500527
9. QINTARI FAUZIA SETYAWATI 31101500532
10. SHAFIRA RAUDYA AIDINA 31101500542

FAKULTAS KEDOTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 6 LBM 4

MEDICAL EDUCATION

Telah Disetujui oleh :

Tutor Tanggal

Drg. Rossa Pratiwi 25 Maret 2016

i
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan i
Daftar isi ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Skenario 1
C. Identifikasi masalah 1
BAB II Tinjauan Pustaka 2
A. Landasan teori
1. Metabolisme Karbohidrat 2
2. Pengaruh dengan hormon lain 4
3. Metabolisme Protein 8
4. Pengaruh insulin 8
5. Akibat kekurangan dan kelebihan karbohidrat 10
B. Kerangka Konsep 11
BAB III Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karbohidrat adalah suatu sumber energy yang sangat penting bagi utbuh manusia.
Metabolism karbohidrat yang mengatur segala mekanisme untuk menghasilkan
karbohidrat tersebut. Dalam keadaan normal maupun ketika sedang berpuasa,
metabolisme karbohidrat tetap berjalan untuk memenuhi kebutuhan sumber energy
tubuh. Walaupun produk yang dihasilkan tidak sebanyak pada saat keadaan normal.
Mekanisme metabolism karbohidrat juga dipengaruhi oleh banyak factor dan akan
berhubungan dengan hormon – hormon yang ada dalam tubuh manusia.
B. Skenario
Ita rajin berpuasa sunnah Senin – Kamis. Pada hari Senin ini, Ita bangun kesiangan
sehingga tidak sempat sahur. Ita terburu-buru berangkat ke kampus karena ada jadwal
SGD pukul 06.30. pada saat SGD, Ita mulai merasa lapar dan haus. Kepalanya terasa
pusing dan lemas, dan tidak punya energi untuk belajar. Sesudah SGD ada jadwal
kuliah di OSCE center. Ita dan teman-temannya berjalan dengan tergesa-gesa karena
khawatir terlambat mengikuti kuliah. Sistem homeostasis menyebabkan Ita mampu
berjalan ke OSCE dan mengikuti kuliah. Ita juga mampu melanjutkan puasa hingga
magrib. Ketika waktu berbuka tiba, Ita meneguk segelas es dawet yang dia beli.
Seketika dia merasa lapar dan hausnya terobati.

Keywords : homeostasis, puasa, energi

C. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana metabolisme tubuh Ita dalam berpuasa padahal tidak sahur ? Adji
2. Hormon apa saja yang berperan dalam skenario di atas ? Anha
3. Pengaruh hormon yang dihasilkan kelenjar pankreas saat berpuasa ? Intan
4. Bagaimana mekanisme metabolisme karbohidrat ? Cantika
5. Faktor apa yang mempengaruhi kinerja metabolisme karbohidrat ? Nayla
6. Apa perbedaan antara metabolisme karbohidrat ketika keadaan normal
dengan ketika berpuasa ? Dian
7. Bagaimana mekanisme metabolisme protein ? Lintang
8. Apa hubungan insulin dengan metabolisme glukosa ? Qintari
9. Bagaimana proses pembentukan insulin dan glukagon ? Shafira
10. Apa kelainan akibat kekurangan dan kelebihan karbohidrat ? Indah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Proses Metabolisme Tubuh yang terjadi pada Ita
Proses sintesis glukosa dari prekursor bukan karbohidrat, yang terjadi terutama di
hati pada keadaan puasa dinamakan glukoneogenesis. Pada keadaan kelaparan
yang ekstrim, korteks ginjal juga dapat membentuk glukosa yang akan digunakan
oleh medula ginjal dan sebagian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Diawali
dengan piruvat, sebagian besar langkah pada glukoneogenesis adalah hanya
kebalikan dari reaksi pada glikolisis dan menggunakan enzim yang sama. Aliran
karbon adalah dalam arah yang berlawanan (Murray R. K. et al., 2003).
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah adalah salah satu
proses homeostasis yang stabil.
Adaptasi Fisiologis terkait dengan keseimbangan cairan selama berpuasa.
Pada keadaan puasa akan terjadi penurunan asupan cairan sehingga
seseorang akan relatif kekurangan cairan dan terjadi peningkatan osmolaritas
darah yang merangsang hipofisis posterior untuk memproduksi Hormon Anti
Diuretik (ADH). Hormon ini meningkatkan kepekatan dalam sel tubulus proksimal
dan tubulus distal dari ginjal sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Akibatnya
volume urin yang diproduksi akan sedikit dan pekat.
Penurunan asupan cairan juga akan menurunkan tekanan darah yang
merangsang baroreseptor di arteri carotis dan atrium kanan, sehingga akan
merangsang saraf simpatis dan terjadi vasokonstriksi sistemik termasuk pada
arteri yang menuju ginjal. Pada keadaan ini akan terjadi penurunan Glomerular
Filtration Rate (GFR) sehingga produksi urin berkurang.
Keadaan kekurangan cairan ini juga akan merangsang ginjal untuk
memproduksi Renin, yang melalui jalur Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)
akan diubah menjadi Aldosteron. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium
dalam tubulus proksimal ginjal, sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Hal ini
akan menyebabkan produksi urin dengan volume sedikit. Meskipun volume urin
sedikit, ginjal tetap bisa mengekskresikan zat-zat yang bersifat toksik dan harus
dibuang dari tubuh, sehingga urin yang dihasilkan berkonsentrasi tinggi atau
pekat. Sebagai organ ekskresi utama, ginjal berperan penting dalam adaptasi
tubuh terkait dengan keseimbangan cairan pada saat berpuasa (Waugh&Grant,
2003; Sherwood, 2007; Guyton&Hall, 2006).
2
Mekanisme Metabolisme Karbohidrat
1. Glukosa akan mengalami glikolisis menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen
dalam tahap ini menghasilkan ATP
2. Masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA, menghasilkan ATP
3. Asetil koA masuk ke siklus asam sitrat
4. Jika sumber glukosa berlebihan akan dirangkai menjadi polimer glukosa
(glikogen)
5. Jika terjadi pengurangan glukosa, glikogen dipecah menjadi glukosa,
selanjutnya glukosa mengalami glikolisis diikuti dengan oksidasi piruvat sampai
dengan siklus asam sitrat
6. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru)
Faktor yang mempengaruhi kerja metabolisme karbohidrat antara lain :
1) Aktivitas, semakin banyak aktivitas yang dikerjakan semakin banyak kebutuhan
energi (karbohidrat)
2) Tingkat stress, ketika mengalami stress hormon insulin dan adrenalin yang mngatur
waktu lapar terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih cepat
(mudah lapar)
3) Olahraga, jika sering berolahraga maka akan mempengaruhi metabolism
karbohidratnya
3
4) Massa otot yang besar maka metabolism karbohidrat besar
5) Tidur yang cukup , jika dalam keadaan lelah akan mempengaruhi kadar gula darah.
Maka dari itu perlu mengatur pola makan
6) Usia , metabolism pada usia muda lebih cepat bekerja
Ketika dalam keadaan normal glukosa dalam plasma menjadi 60mg/dL. Selama
kelaparan berkepanjangan tidak menyebabkan hipoglekemia karena glukoneogenesis
mencegah penurunan lanjut. Sedangkan ketika puasa pada tubuh manusia tepatnya di
vena perifer mengandung sebanyak 70-110mg/dL dan di arteri mengandung sebanyak
15-30mg/dL.

2. Pengaruh hormone yang dihasilkan kelenjar pancreas ketika berpuasa


Insulin
Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu
dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa maupun setelah mendapat beban.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada
sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai
kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi
glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang
disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun
dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali
lagi dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C
(C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui
membran sel.

4
Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara
normal, karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi
glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan
komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi
insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula
memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana
mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan sekresi insulin setelah adanya
rangsangan tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat
dipahami secara jelas.

Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya
rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati
membrane sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan
senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang
terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa.
Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel
jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta
misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati
membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul
glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap
selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel.
Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang
menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh
tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion
Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel. Suasana ini
dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan
belum seutuhnya dapat dijelaskan.( Gambar 1 )

Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya


disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga
dapat oleh pengaruh beberapa faktor lain termasuk obat-obatan.

Namun senyawa obat-obatan tersebut, misalnya obat anti diabetes sulfonil urea,
bekerja pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor yang sama dengan glukosa,
yang disebut sulphonylurea receptor (SUR) pada membran sel beta.
6
Glukagon bekerja terutama di hati, tempat hormon ini menimbulkan berbagai efek
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yaitu:
(1) Efek pada karbohidrat, mengakibatkan peningkatan pembentukan dan
pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah.
Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen,
meningkatkan glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
(2) Efek pada lemak, mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesa
trigliserida. Glukagon meningkatkan pembentukan keton (ketogenesis) di hati
dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton (gambar 1).
(3) Efek pada protein, glukagon menghambat sintesa protein dan meningkatkan
penguraian protein di hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek
katabolik glukagon pada metabolisme protein di hati. Walaupun meningkatkan
katabolisme protein di hati, glukagon tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam
amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein
yang utama di tubuh. Secara sekematik ditunjukkan oleh Gambar 4 :

Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin (17). Ketika glukosa
darah mengalami penurunan maka sel α pankreas meningkatkan sekresi glukagon.
Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke
tingkat normal. Sebaliknya peningkatan glukosa darah seperti yang terjadi setelah
makan akan menghambat sekresi glukagon yang juga cenderung memulihkan kadar
glukosa ke kadar normal, seperti ditunjukkan gambar 5 berikut:

7
repository.unand.ac.id ejournal.unesa.ac.id

3. Metabolisme Protein
Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus.Ketika protein
meninggalkan lambung,biasanya protein dalam bentuk proteosa,pepton,dan
polipeptida besar.Setelah memasuki usus,produk-produk yang telah di pecah
sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim
proteolitik,seperti tripsin,kimotripsin,dan peptidase.Baik tripsin maupun kimotripsin
memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil.Peptidase kemudian akan
melepaskan asam-asam amino.
4. Pengaruh Insulin terhadap Metabolisme Glukosa
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang di adsorpsi kedalam darah
menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa oleh semua jaringan tubuh, terutama
jaringan otot adipose dan hati.
 Pengaruh insulin dalam meningkatkan metabolisme glukosa dalam otot.
Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya tetapi
sebagian besar bergantung pada asam lemak karena membran otot istirahat.
Diantara waktu makan , jumlah insulin yang disekresikan terlalu kecil untuk
meningkatakan jumlah pemasukan glukosa yang masuk ke dalam otot. Akan tetapi,
ada dua kondisi dimana otot memang menggunakan sejumlah besar glukosa yaitu,
selama kerja fisik baik sedang ataupun berat dan penggunaan sejumlah besar
glukosa oleh otot adalah selama beberapa jam setelah makan.

8
 Pengaruh Insulin dalam meningkatkan penyimpan dan penggunaan glukosa oleh
hati.
Salah satu efek penting insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang
diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen.
Selanjutnya diantara waktu makan bila tidak tersedia makanan dan konsentrasi
glukosa dalam darah mulai berkurang, sekresi insulin menurun dengan cepat dan
glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali
kedalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa tidak berkurang terlalu rendah.
Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan timbulnya pemasukan
glukosa dan penyimpanan dalam hati meliputi beberapa langkah:
1. Insulin menghambat fosforilasi hati, yang merupakan enzim utama yang
menyebabkan tepecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa.
2. Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati. Keadaan
ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukonase, yang merupakan salah
satu enzim yang menyebabkan fosforilasi.
3. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis
glikogen termasuk enzim glikogen sintetase yang bertanggung jawab untuk
polinerisasi dari unit monosakarida untuk membentuk molekul glikogen.
Setelah makan dan kadar glukosa dalam darah mulai menurun sampai kadar rendah
beberapa peristiwa akan mulai berlangsung sehingga menyebabkan hati melepaskan
glukosa kembali kedalam sirkulasi darah. Jadi bila sesudah makan, didalam darah
timbul kelebihan glukosa maka hati akan memindahakan glukosa dari darah.
 Pengaruh insulin terhadap metabolisme karbohidrat dalam sel-sel lain .
Insulin meninkatkan pengakutan dan pemakaian glukosa kedalam sebagain besar
sel tubuh lain dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh insulin dalam
mempengaruhi pengangkutan glukosa dalam sel otot.
Pembentukan Insulin dan Glukagon
Insulin dibentuk di RE kasar kemudian insulin dipindahkan ke aparatus golgi, tempat
pengemasan dalam granula berlapis membran. Granula ini bergerak ke membran
plasma melalui proses yang menyebabkan mikrotubulus dan isi granula dikeluarkan
melalui eksositosis. Endotel kapiler untuk mencapai aliran darah.
Sintesis insulin dimulai dari preproinsulin menjadi proinsulin kemudian menadi insulin
dan peptide, dan selanjutnya melakukan sekresi insulin.
Glukagon diproduksi setiap kali tubuh membutuhkan gula lebih untuk produksi
energi, yang dilakukan melalui respirasi selular.
9
Biasanya, glukagon ini akan dilepaskan selama respon fight-or flight, karena
membantu dengan pelepasan glukosa dari hati dan mereka memerlukan sejumlah
besar energi untuk memastikan bahwa tubuh mampu bertahan dari keadaan darurat
ini.
Dari protein kinase A menjadi asam piruvat. Jadi, glucagon berasal dari cAMP.
5. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Karbohidrat
Kekurangan:
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainya.
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah
(Depkes RI, 2000) :
a.Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b.Wajah seperti orang tua
c.Iga gambang dan perut cekung
d.Otot paha mengendor (baggy pant)
e.Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi jika kadar glukosa
turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Hipoglikemi adalah suatu
kondisi dimana kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl. Faktor-faktor yang menyebabkan
hipoglikemia: a. Asupan karbohidrat kurang, Makan tertunda atau lupa, porsi makan
kurang b. Diet slimming, anorexia nervosa c. Muntah, gastroparesis d. Menyusui

Kelebihan:
Obesitas adalah kelebihan gizi yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak
secara berlebihan dalan tubuh sehingga menaikkan berat badan. Kegemukan hanya
dapat terjadi jika ada kelebihan energi karena berbagai sebab, antara lain kelebihan
zat gizi, kelainan baagian otak tertentu, kelainan hormon endokrin, faktor keturunan,
dan akibat pemakaian obat tertentu.

10

Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air
melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi
produksi urin yang melimpah pada penderita Diabetes mellitus (DM) merupakan
suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara lain insulin dan
glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat,
dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. Kondisi
hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai
macam bentuk manifestasi komplikasi.Terdapat beberapa definisi yang dapat
merepresentasikan penyebab, perantara dan wujud komplikasi tersebut.

B. Kerangka Konsep

PANKREAS

INSULIN GLUKAGON

METABOLISME

HOMEOSTASIS

11
BAB III
KESIMPULAN

Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh


semua makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu organism
dengan lingkungannya. Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole” yang
berarti perubahan, dapat kita katakana bahwa makhluk hidup mendapat, mengolah dan
mengubah suatu zat melalui proses kimiawi untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh antara lain metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Metabolisme karbohidrat dalam keadaan normal jika dibandingkan dengan keadaan
ketika berpuasa akan memperoleh hasil yang berbeda. Metabolism yang terjadi akan
berjalan berjalan dengan baik jika faktor – faktor yang mempengaruhi juga mendukung
mekanisme kerja metabolisme tersebut. Akan tetapi, keadaan tubuh tak selamanya
membaik, akan ada dampak yang akan dialami jika suatu konsentrasi yang dihasilkan terlalu
banyak maupun sedikit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Petunjuk Praktikum Biokimia Untuk PSIK (B) Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Lab. Biokimia FK UGM

http://www.biology.arizona.edu\biochemistry, 2003, The Biology Project-Biochemistry

http://www.bioweb.wku.edu\courses\BIOL115\Wyatt, 2008, WKU Bio 113 Biochemistry


http://www.ull.chemistry.uakron.edu\genobc, 2008, General, Organic and Biochemistry

http://www.wiley.com\legacy\college\boyer\0470003790\animations\electron_transport,
2008, Interactive Concepts in Biochemistry: Oxidative Phosphorylation

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC

, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC

http://www.wiley.com\legacy\college\boyer\0470003790\animations\electron_transport,
2008, Interactive Concepts in Biochemistry: Oxidative Phosphorylation

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai