Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH MATERIAL ANORGANIK


“POLISILENA”

Disusun Oleh:

1. Ahmad Sholikin 24030117120029

2. Bunga Fitri Sitoresmi 24030117120025

3. Lutfia Cahyaningrum 24030117140027

4. Sarahtrinita G. L.M. 24030117140029

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
2

KATA PENGANTAR

Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah mempermudah
dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Selain itu,
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta dosen
yang sudah mendukung hingga ini.

Dalam hal ini, Saya ingin membahas mengenai “Polisilena” untuk membaca
lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil makalah penulis.Saya menyadari jika
mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi
berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia
yang sempurna kecuali Tuhan.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil karya
ilmiah Saya.

Semarang, 22 Mei 2019

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian tentang material anorganik semakin banyak dilakukan.


Terutama pada bahan-bahan yang memiliki bahan dasar dari polimer. Polimer
merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana.
Polimer dapat ditemukan di alam dan dapat disintesis di laboratorium (Steven,
2001). Polimer tinggi terdapat di alam seperti pati, selulosa, protein, dan kitosan
serta dapat disintesis di laboratorium sepertipolivinil klorida, polivinil alkohol,
polimetil metakrilatdan polietilenaPolimer terbentuk darisusunan monomer-
monomer melalui proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses pembentukan
polimer dari monomernya. Reaksi tersebut akan menghasilkan polimer dengan
susunan ulang tertentu. Proses pembentukan polimer (polimerisasi) dibagi
menjadi dua golongan, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi
(Cowd, 1991). Penelitian mengenai dilakukan karena bahan-bahan yang
mengandung polimer ini memiliki keunikan dibandingkan dengan senyawa yang
lainnya. Salah satu kemajuan yang dibauat dalam bidang polimer ini sendiri
adalah menentukan sifat polimer yaitu konduktif dan semikonduktif. Salah satu
cara membuat polimer menjadi konduktif adalah dengan menambahkan karbon
aktif sebagai dopping sehingga terbentuk bahan komposit polimer-karbon.
Polimer dibagi dalam beberapa kelompok, diantaranya yaitu homopolimer dan
Heteropolimer. Heteropolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis.
Heteropolimer ada dua jenis yaitu heteropolimer alami dan heteropolimer sintesis.
Salah satu contoh heteropolimer sintesis adalah Polisilana. Polisilana adalah
senyawa organo-silikon yang didasarkan pada backbone atau rantai molekul atom
silicon.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Polisilena?


2. Bagaimana sifat Polisilena?
3. Bagaimana sintesis Polisilena?
4. Bagaimana struktur dari Polisilena?
5. Bagaimanakah kegunaan Polisilena?
4

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Mengetahui pengertian dari Polisilena.
2. Mengetahui bagaimana sifat kimia dan sifat fisika dari Polisilena.
3. Mengetahui sintesis dari Polisilena.
4. Mengetahui struktur dri polisilena.
5. Mengetahui manfaaat polisilena dalam kehidupan sehari hari.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini adlah
sebagai berikut:
1. Diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk menggali
informasi tentang Polisilena.
2. Penulis dapat memberikan pengertian, sifat, sintesis, struktur dan manfaat
polisilena sebagai referensi sumber.
5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Polisilena adalah polimeran organic golongan IV A dengan linier Si-Si
dalam rantai utama dan dengan dua subtituen organic pada setiap atom
silikon.

Polisilena pertama kali disintesis oleh Kipping pada tahun 1920


menggunakan larutan chlorosilane monomer dengan logam natrium, tetapi
produk Polisilena tidak bias diekstraksi. Pada 1970-an, Yajima, et al., mampu
membuat polimer polidimethil silane yang kemudian digunakan sebagai
precursor untuk mengembangkan serat silicon karbida. Pada awal 80-an, poli
(dimetil) silan dibuat dari monomer dengan kemurnian yang sangat
tinggi.Namun, polimer yang dihasilkan hanya sedikit larut dalam pelarut
organic pada suhu tinggi (Bube, R.H, 1992).
Polisilen menjadi polimer yang menarik karena dapat menghantarkan
listrik namun, sangat tahan panas sampai 300° C.Tingkat substitusi rangka
yang tinggi dimungkinkan olehpanjang (2,34 A) relative terhadap panjang
ikatan karbon. Sebuah rantai silicon memungkinkan delokalisasi electron dari
elektron sigma (Chu,1995).
6

2.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia


2.2.1 Sifat Fisika
Sifat fisika dari polisilena adalah sebagai berikut:
Menyerap panjang gelombang yang tinggi yaitu 300
nm.Penyerapan ini berasal dari eksitasi electron pada silikon-silikon yang
berhubungan dengan fotosensitif dan tergantung pada panjang gelombang
serta intensitas iradiasi yang belah untuk berbagai produk.Sensitifitas dari
polisilen relative rendah (aplikasi kimianya belum bias diterapkan pada
photodigredasi polisilen). Penyerapan UV dari alkil tersubtitusi polisilen
berasal dari ekstitasi electron terdelokalisasi pada bagian belakang.Dengan
demikian dari sudut pandang struktur elektronik, polisilen mempunyai
bentuk menyerupai poliena (Wenas,1999) .

2.2.2 Sifat Kimia


Sifat kimia polisilena yaitu sebagai berikut:
Polisilen merupakan photorhesistter baik karena memiliki kontras
yang sangat tinggi, mengandung silikon yang tinggi. Padasuhu yang
tinggi, polisilen mampu membentuk mesophes 5 columnar, tetapi pada
suhu yang rendah polisilen pada sisi organic tidak melebur dan tidak
terjadi penataan sebagian konformasi pada bagian belakangnya. Polisilen
7

sangat larut, film, bentuk dan seratnya berkualitas baik dan dapat
diproses dengan teknik standar seperti kasting film, injection molding dan
lain-lain (Stevens,2001).

2.3Sintesis

Sintesis untuk polisilena linear adalah metode kopling Wurtz, yang


digambarkan dalam skema gambar di bawah ini. Agenkatalisator yang
biasanya digunakan dalam Wurtz kopling adalah sodium.Metode ini
menggunakan kondensasi dichlorosilane pada suhu tinggi dalam pelarut inert
seperti toluene atau xilena menggunakan logam alkali sebagai katalis.Logam
lithium cenderung menghasilkan pembentukan oligomer siklik, sementara
logam kalium dapat menyebabkan degradasi spesies yang memiliki berat
molekul tinggi (Cowd,1991).

Gambar sintesis Polysilane: metode koplingWurtz.

Sintesis lain untuk memproduksi Polysilane linear adalah penggunaan


metode kopling dehydrogenative, juga dikenal sebagai metatesis σ-
obligasi,dijelaskanoleh Aitken dan Harrod. Dalam metode ini kompleks Zr
atau Ti dan sebagai katalis senyawa yang digunakan untuk polimerisasi
R1R2SiH2senyawa dalam bentuk umum Cp2MX (Cp = η-C5H5,M = Zr atau Ti,
X = H2, asam atau alkil seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawahini.
Metode ini efisien untuk polimerisasi monomer silan sampai dengan 99%
monomer tingkat konversi yang diamati (Rajeswaran,1983).
8

Gambar sintesis Polysilane: metode kopling Dehydrogenative

Polysilane juga dapat diproduksi menggunakan metode kopling


elektroreduksi. Dalam hal ini, elektroreduksi dari chlorosilane dilakukan
dengan batang elektroda Mg dengan elektrokimia yang belum terbagi di
bawah frekuensi ultrasonik dari 47 MHz. Logam lainnya,seperti Cu, Pt, Ni
dan Zn juga dapat digunakan meskipun tidak seefektif Mg.Metode
electroreductive menghasilkan Polysilane berat molekul tinggi dengan hasil
20-40%;namun juga menghasilkan ~ 2% dari produk sampingan siloxane
(Matsui,2002).

2.4 Struktur Molekul dan Struktur Elektronik


2.4.1 Delokalisasi Elektron

Teori awal mengemukakan bahwa penyerapan foton dalam sistem


berbasis Polysilane disebabkan oleh transisi antara Kedudukan Molekul
Orbital Tertinggi (HOMO) dari σSi-sidan π 3d Si-Siorbital sepanjang rantai.
Namun, penyelidikan kemudian menggunakan perhitungan orbital molekul
menyimpulkan d-orbital tidak memiliki peran yang signifikan baik dalam
HOMO atau energi yang lebih rendah orbital yang diduduki. Karakteristik
delokalisasi elektron berhubungan dengan tingkat ikatan molekul
terkonjugasi dari rantai Si dapat dijelaskan secara kualitatif dalam hal
tumpang tindih orbital sp3menggunakan metode Sandorfy C. Metode
Sandorfy C, awalnya dikembangkan untuk alkana dan memperkirakan
interaksi energi (resonansi integral) antara dua atom silikon saat
menggunakan batas periodik kondisi untuk mewakili sistem terpolimerisasi.
9

Dalam metode ini, kontribusi energi dari keadaan molekul yang timbul dari
ikatanSi-Si dibagi menjadi dua faktor utama, digambarkan oleh interaksi
orbital atom sepanjang rantai. Di sini,"Vicinal" kontribusi menggambarkan
interaksi yang timbul dari orbitalsp3 hibridaatom Si berdekatan langsung
berpartisipasi dalam ikatan interatomik, yaitu mereka yang menunjuk Si
tetangga. Kontribusi "Geminal" menjelaskan sp3terkait dengan interaksi
antara orbital Si-atom umum (Ichikawa,2000).

Gambar topologi σ-ikatan planar berinteraksi orbital Si 3 sp3 dalam rantai


linear

Polysilane menggambarkan kontribusi yang berbeda untuk diamati,


terdelokalisasi molekul orbital terkait dengan backbone Si-Si. βvicinal (βvic)
adalah energi interaksi antara dua sp3 yang berdekatan Si berpartisipasi dalam σ-
bond. βgeminal (βgem) adalah energi interaksi antara dua sp3 pada atom Si yang
sama. Resonansi integral, βvicinal menjelaskan kontribusi energi interaksi dariorbital
sp3atom silikon yang berdekatan bertanggung jawab untuk ikatan σSi-Si.
Analisisresonansi terpisahkan menunjukkan pembentukan orbital ikatan
terlokalisasi σSi-Si bonding sangat kuat dan orbital antibonding σ*SiSi. Sebuah
resonansi lemah, terkait dengan interaksi antara dua orbital sp3pada atom silikon
10

yang samaberfungsi untuk menghilangkan degenerasi terkait dengan keadaan-


keadaan yang timbul dariinteraksi vicinal. Dalam hal distribusi spasial dari tingkat
orbital molekulterkait dengan backbone Si-Si, metode Sandorfy menunjukkan
bahwa βgeminal yangberfungsi untuk pasangan σSiSi dan σ*SiSi lebih terlokalisasi,
orbital yang timbul dari pasangan interaksi Si-Si untuk membentuk σSiSidan σ*SiSi
terdelokalisasi yang memberikan dasar bagi delokalisasi elektronbersama rantai Si.
Gambar 3.5 menunjukkan diagram orbital molekul vicinal berbeda dan energi
interaksi geminal dan lokasi yang sesuai dengan node orbital di sepanjang rantai
bagi keadaan-keadaan yang terlibat. Karena jumlah atom Si yang berpartisipasi
dalam backbone meningkat, tingkat orbital tambahan dari atom Si akhirnya
menghasilkan pembentukan band yang berhubungan dengan σ dan σ *
dengantingkat orbitalyang timbul dari interaksi vicinal. Demikian pula, rantai Si
juga berkontribusi untuk tingkat energi yang timbul dari interaksi geminal. Secara
keseluruhan, efek untuk menghasilkan pitaikatan terdelokalisasi terkait dengan
kedua tingkat HOMO dan LUMO. Transisi penyerapan optik antara pita HOMO
dan LUMO ini bertanggung jawab atas puncak penyerapan energi terendah yang
diamati dalam sistem Polysilane. Penting untuk dicatat bahwa selain panjang
rantai, perubahantopologi obligasi Si-Si sepanjang rantai tentu akan
mempengaruhi energidan karakteristik spasial dari tingkat orbital yang terkait
dengan bagian Si-Si (Feenstra, 1999).
11

Gambar Skema pembangunan orbital σ dari Polysilane lama semua-trans

2.5 Kegunaan
Kegunaan Polisilena dapat digunakan sebagai precursor untuk keramik
silicon karbida, photoresist dimikro elektronika, photo initiators untuk reaksi
radikal dan sebagai photo conductors. Polysilane juga dapat digunakan
sebagai obat maag sekaligus perut kembung yang mengandung tiga kombinasi
zataktif; dimetilpolisiloksan, aluminium hidroksida, dan magnesium
hidroksida.
Dimetilpolisiloksan merupakan zataktif yang bertugas untuk mengurangi
gas dalam saluran cerna. Gas-gas di lambung dan usus bias terbentuk akibat
asam lambung yang tinggi, intoleransi makanan, makanan tidak tercerna
sempurna, ataupun pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Jika dibiarkan
begitu saja gas yang terkumpul akan menyebabkan kembung dan perut terasa
penuh. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida merupakan
kombinasi pas yang sering disebut sebagai antasida.Sesuai dengan namanya
antasida berarti (anti acid atauasam) yang menetralkan asam lambung yang
12

sudah terbentuk sehingga mampu meringankan atau bahkan mengatasi rasa


sakit ulu hati akibat iritasi asam lambung dan pepsin pada lapisan lambung.
Kombinasi keduanya memiliki efek menguntungkan, karena magnesium
hidroksida memiliki efek laksatif yang dapat mengurangi efek konstipasi
aluminium hidroksida (Hamers,1998).
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Polisilena merupakan polimer anorganik golongan IV A , yang


membentuk rantai linear dengan silikon (Si) yang berikatan dengan
kelompok organik. Dengan mengetahui struktur dan sifat polisilena ,
maka polisilena dapat dimanfaatkan sebagai obat maag.
3.1.2 Sintesis untuk polisilane linear adalah metode kopling Wurtz.
3.1.3 Kegunaan Polisilena dapat digunakan sebagai precursor untuk keramik
silicon karbida, photoresist dimikroelektronika, photoinitiators untuk
reaksi radikal dan sebagai photoconductors.

3.2 Saran

3.2.1 Saran yang dapat kami berikan dari makalah ini adalah sebaiknya
pembaca lebih banyak belajar atau mencari literatur lain mengenai
polisilena agar dapat lebih menambah wawasan dan pemahaman
mengenai polisilena tersebut.

3.2.2 Polisilena mempunyai kegunaan yang sangat besar terutama dalam


dunia farmasi sebagai obat sehingga perlu adanya inovasi lebih agar
hasilnya lebih baik.
14

DAFTAR PUSTAKA

Bube, R.H. 1992. Photoelectronic Properties of Semiconductors. Cambridge:


Cambridge University Press.
Chu, V., Conde, J.P., Broguira, P., Micaelo, P., Jarego, J.P., daSilva, M.F., and
Soares, J.C. 1995. Optoelectronic properties of high-gap amorphous silicon-
carbon alloys. Mat. Res. Soc. Symp. Proc., 377.
Cowd, M.A. 1991.Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh J.G. Stark. Bandung : Penerbit
ITB.
Feenstra, K.F., Schropp, R.E.I., and Van-der-Weg, W.F. 1999. Deposition of
amorphous silicon films by hot-wire chemical vapor deposition. J. Appl.
Phys., 85 (9): 6843-6852.
Hamers, E.A.G., van Sark, W.G.J.H.M., Bezemer, J., Meiling, H., and van der Weg,
W.F. 1998. Structural properties of a-Si:H related to ion energy in FHV
silane deposition plasma. J. Non-Cryst. Solids, 226: 205-216.
Ichikawa, M., Tsushima, T., Yamada, A., and Konagai, M. 2000. Amorphous-to-
polycrystalline silicon transition in hot wire cell method. Jpn. J. Appl. Phys.,
39: 4712-4715.
Matsui, T., Tsukiji. M., Saika, H., Tayoma, T., and Okamoto, H. 2002. Correlation
between microstructure and photovoltaic performance of polycrystalline
silicon thin film solar cells. Jpn. J. Appl. Phys., 41: 20-27
Rajeswaran, G., Vanier, P.E., Kampas, F.J., and Corderman, R.R. 1983. The effect of
silane fraction on the optoelectronic and photovoltaic properties of RF glow
discharge a-Si:H prepared from SiH4 + H2 mixtures. J. Non-Cryst. Solids,
59-60: 1131-1134.
Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta: PT.
Pradya Paramita.
Wenas, W.W. 1999. Divais semiconductor berbasis material silikon amorf, Proc.,
Third Workshop on Electro Communication and Information. Bandung:
Bandung Institute Technology, 4.17-4.20.

Anda mungkin juga menyukai