Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1907-9850

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU


(Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

Mariance Thomas, Manuntun Manurung, dan I. A. Raka Astiti Asih

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan zat warna alam dari ekstrak kulit akar mengkudu
(Morinda citrifolia Linn) pada kain katun. Ekstraksi zat warna kulit akar mengkudu dilakukan dengan menggunakan
pelarut air dan metanol dengan perbandingan 1:20 (b/v) (10 gram sampel : 200 mL pelarut). Hasil ekstrak yang
diperoleh dari pelarut air berwarna coklat kehitaman, sedangkan dari pelarut metanol berwarna coklat kemerahan.
Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk mewarnai kain katun dengan penambahan kapur sirih sebanyak 1,00 g
sebagai mordan.
Ekstrak dari kedua pelarut tersebut dapat mewarnai kain katun dengan warna bervariasi yaitu kuning,
merah, dan merah keunguan. Penambahan mordan dapat memperkuat ikatan antara zat warna dengan serat kain serta
mempertajam warna kain yang dihasilkan. Uji ketahanan warna kain katun menggunakan air deterjen 0,5% yang
direndam selama 15 menit, menunjukkan kain katun yang diwarnai tanpa mordan mudah luntur, sedangkan
pewarnaan dengan bantuan mordan kapur sirih tidak mudah luntur.

Kata kunci : mengkudu, ekstraksi, kain katun, kapur sirih, mordan

ABSTRACT

The research about utilization of natural dyes from root bark extract of Morinda citrifolia on cotton fabric
has been done. The extraction of root bark morinda was done by using water and methanol as solvent with ratio of
1:20 (w/v) (10 g sample : 200 mL solvent). The extract obtained from water was blackish brown, while from
methanol solvent was reddish brown. The extract obtained was used to dye cotton fabric with addition of 1.00 g
whiting as a mordant.
Extracts of both solvents can dye cotton fabrics with varied colors : yellow, red, and red purple. Mordant can
strengthen the bond between the fiber and dyes and sharpen the fabric color. Endurance test by using 0.5% detergent
water to soak for 15 minutes, showing the colour of fabric without mordant easily fade, whereas the colour with
mordant of whiting do not easily fade.

Keywords: Morinda citrifolia , extraction, cotton fabric, whiting, mordant

PENDAHULUAN menjadi suatu alternatif karena zat warna alam


direkomendasikan sebagai pewarna yang ramah
Saat ini sering ditemukan penggunaan dan baik bagi lingkungan maupun kesehatan,
pewarna sintetis dalam berbagai macam industri mempunyai nilai pencemaran yang relatif
seperti tekstil, makanan, dan obat-obatan. rendah, mudah terdegradasi secara biolongis,
Pewarna sintetis sendiri dapat berdampak buruk dan tidak beracun. (Fitrihana, 2007).
terhadap kesehatan dan juga lingkungan. Oleh Zat warna tekstil digolongkan menjadi 2
karena itu pewarna alami kembali dimanfaatkan yaitu: 1) Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat

119
JURNAL KIMIA 7 (2), JULI 2013: 119-126

warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada FeCl3 1%, asam sulfat pekat (H2SO4), asam
umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau klorida pekat (HCl), serbuk magnesium,
hewan. 2) Zat Pewarna Sintetis (ZPS) yaitu zat benzena, dan ammonia.
warna buatan atau sintetis yang dibuat dari
reaksi kimia dengan bahan dasar ter, arang, batu Peralatan
bara atau minyak bumi yang merupakan hasil Peralatan yang digunakan terdiri atas
senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti berbagai Peralatan yang digunakan dalam
benzena, naftalena dan antrasena.(Fitrihana, penelitian ini adalah pemanas air, alat-alat gelas,
2007). timbangan, alat refluks, dan batang pengaduk.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi
sebagai sumber pewarna alam adalah mengkudu Cara Kerja
(Morinda citrifolia). Menurut para peneliti
Eropa (1849), akar mengkudu dapat digunakan Penentuan rendemen zat warna kulit akar
sebagai sumber zat pewarna untuk tekstil karena mengkudu.
kulit akar mengkudu mengandung senyawa Sampel serbuk kulit akar mengkudu
morindon dan morindin. Kedua senyawa yang akan digunakan ditentukan kadar airnya
tersebut dapat digunakan untuk mewarnai kain. terlebih dahulu kemudian dihitung
Senyawa morindon dan morindin merupakan rendemennya. Sebanyak 20 g serbuk kulit akar
turunan dari antrakuion (Hamid dan Mulis, mengkudu ditambahkan metanol 400 mL.
2005) kemudian disokhletasi ± selama 3 jam. Ekstrak
Bahan tekstil yang berasal dari serat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan
alami lebih mudah diwarnai dengan zat warna rotary vacuum evaporator sehingga didapatkan
alam, seperti sutera, wol, dan kapas/katun. ekstrak pekat kemudian ditimbang dan dihitung
Berbeda dengan serat sintetis seperti polyester, rendemennya. Ekstrak pekat yang diperoleh
nilon dan lainnya kurang memiliki afinitas atau kemudian diuji fitokimia seperti tanin,
daya tarik terhadap zat warna alam. Jadi, untuk flavonoid, karotenoid, dan antrakuinon dengan
mewarnai serat sintetis dengan pewarna alami, reaksi warna.
diperlukan teknik tersendiri (Sulaeman, dkk,
1999/2000) Ekstraksi zat warna kulit akar mengkudu.
Berdasarkan hal di atas, maka pada Ekstraksi zat warna kulit akar mengkudu
penelitian ini dilakukan ekstraksi zat warna alam menggunakan pelarut air dan pelarut metanol
dari kulit akar mengkudu ( Morinda citrifolia dengan perbandingan 1: 20 (b/v), dimana
Linn ). Zat warna yang diperoleh diharapkan ekstraksi dengan pelarut air dilakukan dengan
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemanasan akuades hingga volume pelarut
untuk pewarna tekstil khususnya pada kain menjadi setengah, sedangkan pelarut metanol
katun, karena kain katun merupakan bahan dasar dilakukan dengan teknik maserasi selama 24
yang banyak digunakan pada Industri tekstil di jam. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk
Indonesia. Proses pewarnaan dilakukan secara mewarnai kain katun.
pre-mordanting dan tanpa mordan. Senyawa
mordan yang digunakan adalah kapur sirih. Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu pada
Selanjutnya diuji kekuatan warna kain terhadap kain katun tanpa mordan
deterjen 0,5%, lalu dibandingkan Kain katun yang sudah diberi label A
(A1, A2, A3) dan C (C1, C2, C3) direndam
kedalam ekstrak zat warna selama 24 jam. Kain
MATERI DAN METODE berkode A direndam pada ekstrak pelarut air
dan kain berkode C direndam pada ekstrak
Bahan pelarut metanol. Setelah 24 jam kain tersebut
Bahan penelitian yang digunakan dikeringkan dibawah sinar matahari, setelah
adalah: serbuk kulit akar mengkudu, akuades, kering kain tersebut ditimbang massanya.
metanol, kain katun, kapur sirih, deterjen, larutan

120
ISSN 1907-9850

Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu pada Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Akar Mengkudu
kain katun dengan menggunakan mordan. Untuk mengetahui kandungan zat warna
Penelitian ini menggunakan pencelupan dari sampel maka dilakukan uji fitokimia pada
dengan cara mordan pendahuluan (pre ekstrak kulit akar mengkudu. Hasil uji fitokimia
mordanting), yaitu dengan mencelupkan bahan dapat dilihat pada Tabel 1
ke dalam larutan mordan (kapur sirih) terlebih
dahulu kemudian dicelupkan dengan zat warna. Tabel 1. Uji fitokimia ekstrak kulit akar
Sebanyak 1,00 gram kapur sirih ditambahkan mengkudu
dengan 100 mL akuades lalu dipanaskan sampai
larut, kemudian didinginkan pada suhu kamar Sampel Tanin Flavo- Karo- Antra-
dan setelah dingin disaring. Larutan tersebut noid tenoid kuinon
digunakan sebagai larutan mordan.
Kain yang berlabel B (B1, B2, B3) dan D Kulit + - - +
(D1, D2, D3) terlebih dahulu direndam dengan akar
larutan mordan selama 30 menit lalu mengku
dikeringkan sampai massanya konstan. Setelah du
kering kain tersebut direndam dalam larutan zat Ket : uji fitokimia dari ekstrak metanol
warna. Kain berkode B direndam pada ekstrak
pelarut air, sedangkan kain berkode D direndam Berdasarkan data hasil uji fitokimia
pada ekatrak pelarut metanol. Perendaman pada Tabel 1 bertanda positif menunjukkan
dilakukan selama 24 jam, kemudian kain bahwa ekstrak kulit akar mengkudu
tersebut dikeringkan sampai massa konstan, mengandung golongan zat warna tanin dan
setelah kering kain tersebut difiksasi dengan antrakuinon, sedangkan bertanda negatif
larutan kapur 1% selama 30 menit. Kain yang menunjukkan ekstrak tersebut tidak
telah derendam kemudian dikeringkan sampai mengandung flavonoid dan karotenoid.
massa konstan.
Ekstraksi zat Warna Alam Kulit Akar
Uji Ketahanan Warna Mengkudu
Untuk uji ketahanan warna, masing- Serbuk kulit akar mengkudu yang
masing kain diberi perlakuan. Kain berlabel A2, diekstrak dengan menggunakan pelarut air dan
A3, B2, B3, C2, C3, D2, dan D3 direndam dengan metanol menghasilkan ekstrak berwarna coklat
air deterjen 0,5% selama 15 menit, sedangkan kehitaman dari pelarut air dan berwarna merah
berkode A1, B1, C1, dan D1, tidak direndam kecoklatan dari pelarut matanol. Pemilihan
(sebagai kontrol), kemudian kain tersebut pelarut air dan metanol dikarenakan kedua
dikeringkan dan ditimbang massanya. pelarut tersebut merupakan pelarut polar,
dimana pelarut tersebut dapat melarutkan atau
mengekstrak senyawa polar atau yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mempunyai kepolaran yang hampir sama yang
terdapat dalam kulit akar mengkudu. Zat warna
Rendemen Serbuk Kulit Akar Mengkudu yang terekstrak diperkirakan mengandung gugus
Sampel serbuk kulit akar mengkudu polar seperti hidroksil (-OH). (Meiyanto, 2008;
yang digunakan kadar airnya sebesar 9,5% dari Hermawan, 2007). Namun dalam penelitian ini
2,00 gram sampel. Rendemen kulit akar belum dipastikan apakah senyawa tersebut
mengkudu yang dihasilkan dari 20 gram sampel senyawa morindon atau morindin, tetap secara
adalah sebesar 34,85 %, penentuan rendemen kelompok mengantuk antrakuinon. (Hamid dan
kulit akar mengkudu bertujuan untuk Mulis, 2005)
mengetahui berapa zat warna yang terkandung
dalam sampel.

121
JURNAL KIMIA 7 (2), JULI 2013: 119-126

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pewarnaan Kain Katun Tanpa Mordan Kapur Sirih

Kode Massa Kain Massa Kain Besarnya Adsoppsi Warna Kain


Sebelum Setelah Adsorpsi Zat rata-rata
Pewarnaan Pewarnaan Warna
(g) (g) (g)
A1 0,6269 0,6916 0,0647 0,0613 ± Kuning
A2 0,6343 0,7011 0,0668 0,0077
A3 0,6364 0,6889 0,0525

C1 0,6427 0,7582 0,1155 0,1145 ± Kuning


C2 0,6341 0,7488 0,1147 0,0011
C3 0,6551 0,7685 0,1134

Ket : A = kain dari ekstrak air


C = kain dari ekstrak metanol

Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu warna. Berdasarkan literatur ikatan hidrogen
pada kain katun tanpa mordan yang terbentuk bersifat lemah dan mudah putus.
Ekstrak zat warna yang diperoleh Ikatan yang lemah dan mudah putus
digunakan untuk mewarnai kain katun yang menunjukkan bahwa ikatan tersebut terbentuk
berukuran 10 x 10 cm yang berwarna putih. Kain secara fisika (Sukardjo, 1985; Osipow, 1962).
katun ditimbang massanya sebelum dan sesudah Oleh karena itu, untuk memperjelas warna pada
diwarnai. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kain katun serta memperkuat ikatan antara zat
besarnya massa zat warna yang diserap oleh kain warna dengan kain katun maka perlu dilakukan
katun. Proses pewarnaan ini dilakukan dengan penambahan mordan dalam proses pewarnaan.
cara perendaman dalam larutan zat warna selama
24 jam dengan pengulangan sebanyak 2 kali. Aplikasi zat warna kulit akar mengkudu
Berdasarkan hasil pengamatan dapat pada kain katun dengan menggunakan
dilihat bahwa zat warna yang terekstrak pelarut mordan
air maupun metanol mampu mewarnai serat kain Penelitian ini menggunakan pencelupan
katun. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan dengan cara mordan pendahuluan (pre-
massa kain katun dan perubahan warna kain mordanting). Larutan kapur digunakan sebagai
katun dari putih menjadi kuning. Besarnya larutan mordan yang berfungsi membantu
adsorpsi zat warna pada kain katun dapat dilihat meningkatkan penyerapan zat warna oleh kain
pada Tabel 2. katun. Kain katun berukuran 10x10 cm yang
Massa zat warna yang teradsorpsi oleh berlabel B (B1, B2, B3) dan D (D1, D2, D3)
kain katun berlabel A (A1, A2, A3) adalah terlebih dahulu direndam dengan larutan mordan
sebesar 0,0613 ± 0,0077 dan C (C1, C2, C3) selama 30 menit pada suhu 27 ºC lalu
sebesar 0,1145 ± 0,0011. Perubahan massa kain dikeringkan sampai massanya konstan.
katun dikarenakan adanya sejumlah zat warna Kain katun yang telah kering direndam
yang diserap atau diadsorpsi oleh kain katun dalam larutan zat warna. Kain berlabel B
sehingga terjadi peningkatan massa kain katun. direndam pada larutan zat warna dengan pelarut
Proses adsorpsi yang terjadi kemungkinan air sedangkan kain yang berlabel D pada larutan
karena gugus OH- dari selulosa yang terdapat zat warna dengan pelarut metanol. Perendaman
dalam serat kain katun mampu membentuk dilakukan selama 24 jam dengan pengulangan 2
ikatan hidrogen dengan gugus OH- dari zat kali. Kemudian kain tersebut dikeringkan

122
ISSN 1907-9850

dibawah sinar matahari. Kain yang dihasilkan yang berbeda bila dicelupkan ke dalam larutan
berwarna kuning. Berdasarkan pengamatan fiksasi. (Gratha, 2012).
dilihat bahwa dengan menggunakan metode pre- Kemampuan menyerap zat warna pada
mordanting tersebut, kain katun dapat diwarnai masing-masing kain kemungkinan disebabkan
dan ketajaman warnanya lebih bagus jika oleh gugus OH- dari selulosa yang terdapat pada
dibandingkan dengan kain katun tanpa mordan serat kain mampu membentuk ikatan kovalen.
kapur sirih. Semakin banyak kapur sirih yang digunakan,
Kain yang sudah diwarnai kemudian maka semakin besar pula zat warna yang
difiksasi lagi dengan cara direndam pada larutan terserap oleh serat kain katun sehingga warna
kapur 1% selama 30 menit kemudian yang diperoleh semakin tajam karena pengaruh
dikeringkan. Fiksasi ini merupakan proses penambahan kapur sirih. Adsorpsi yang terjadi
penguncian warna pada kain agar warna dengan adanya penambahan mordan tergolong
memiliki ketahanan luntur yang baik (Fitrihana, adsorpsi kimia yang mempunyai sifat ikatan
2007). Setelah kering kain tersebut ditimbang relatif lebih kuat dibandingkan adsorpsi fisik.
massanya, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dengan adanya zat pembantu (mordan)
Berdasarkan hasil pengamatan pada kapur sirih dapat memperkuat ikatan antara zat
Tabel 3 dapat dilihat bahwa dengan adanya warna dan serat kain katun serta mempertajam
proses fiksasi warna kain berubah dari kuning warna kain katun. Kehadiran Kalsium (Ca)
menjadi merah pada kain berkode B dan untuk kapur sirih (Ca(OH)2) diperkirakan mampu
kain berkode D berubah dari kuning menjadi memberikan efek ikatan yaitu pseudoeter yang
merah keunguan. Hal ini kemungkinan dijembatani oleh logam Ca antara serat kain dan
dikarenakan, selain digunakan sebagai pewarna. (Manurung, dkk, 2004) Mekanisme
penguncian warna agar tidak mudah luntur, terkaitnya zat warna pada salah satu gugus serat
larutan fiksasi juga berfungsi sebagai penentu kain katun dengan adanya kapur sirih dijelaskan
warna, dimana kain bermordan yang telah pada Gambar 1.
dicelup warna alam, akan menghasilkan warna

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pewarnaan Kain Katun Dengan Mordan Kapur Sirih

Kode Massa Kain + Massa Kain Besarnya Adsorpsi Warna Kain


kapur sirih setelah Adsorpsi Zat rata-rata
sebelum pewarnaan + Warna
pewarnaan fiksasi
(g) (g) (g)
B1 0,6299 0,7189 0,0890 0,0986 ± Merah
B2 0,6269 0,7216 0,0947 0,0119
B3 0,6314 0,7434 0,1120
D1 0,6445 0,7657 0,1212 0,1209 ± Merah
D2 0,6408 0,7586 0,1178 0,0030 keunguan
D3 0,6516 0,7754 0,1238

Ket : B = kain dengan ekstrak air


D = kain dengan ekstrak metanol

123
JURNAL KIMIA 7 (2), JULI 2013: 119-126

Gambar 1. Adsorpsi Zat Warna Alam Pada Selulosa Dengan Penambahan Kapur Sirih

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Ketahanan Zat Warna Dengan Air Deterjen 0,5%.

Ekstrak Metode Massa kain Massa kain Massa kain Massa rata- Warna
setelah setelah diuji yang rata kain kain
pewarnaan air detergen berkurang yang ber-
0,5% kurang
(g) (g) (g)
Air Tanpa 0,7011 0,6632 0,0379 0,0349 ± Merah
mordan 0,6889 0,6570 0,0319 0,0042
Etanol Tanpa 0,7216 0,6948 0,0268 0,0309 ± Merah
mordan 0,7434 0,7083 0,3510 0,0059
Air Dengan pre- 0,7488 0,7287 0,0201 0,0174 ± Merah
mordanting 0,7685 0,7538 0,0147 0,0010
Etanol Dengan pre- 0,7586 0,7427 0,0159 0,0141 ± Merah
mordating 0,7754 0,7632 0,0122 0,0026 keunguan

Uji Ketahanan Zat Warna Dengan Air selama 15 menit. Uji ketahanan warna pada
Deterjen 0,5% masing-masing kain katun yang telah diwarnai
Uji ketahanan zat warna pada kain tanpa penambahan mordan maupun dengan
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penambahan mordan kapur sirih, seperti yang
ketahanan warna yang terikat pada kain katun ditunjukkan pada Tabel 4.
dengan perendaman dalam air deterjen 0,5%

124
ISSN 1907-9850

Berdasarkan Tabel 4 hasil yang mordan mudah luntur, sedangkan zat warna
diperoleh menunjukkan bahwa pada kain yang dengan penambahan mordan tidak mudah
diwarnai tanpa penambahan kapur sirih A2, A3 luntur
dan B2, B3 mengalami penurunan massa yang Saran
lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya, Dari hasil penelitian yang diperoleh,
dimana zat warna yang terserap oleh kain katun maka dapat disarankan :
luntur setelah direndam dalam air deterjen 0,5% 1. Perlu dilakukan kajian menggunakan
selama 15 menit. Selain itu kain yang berwarna mordan yang berbeda.
luntur. Hal tersebut terjadi karena terbentuknya 2. Perlu dilakukan variasi suhu, waktu
ikatan hidrogen yang lemah dan mudah putus. perendaman serta pH dengan penambahan
Adsorpsi ini tergolong dalam adsorpsi fisik mordan yang sama.
karena ikatan hidrogen yang terbentuk ini 3. Perlu dilakukan proses pewarnaan dengan
bersifat lemah dan mudah putus. metode simultan dan post-mordanting.
Kain katun berkode C2, C3 dan D2, D3
yang diwarnai dengan penambahan mordan
kapur sirih setelah dilakukan uji ketahanan UCAPAN TERIMA KASIH
warna dengan air deterjen 0,5% , menunjukkan
bahwa penurunan massa kain dan warna kain Pada kesempatan ini kami
tidak terlalu mengalami perubahan yang tidak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
terlalu besar bila dibandingkan dengan kain yang telah membantu sehingga tulisan ini dapat
tanpa penambahan mordan. Hal tersebut terselesaikan.
menujukkan bahwa mordan kapur sirih dapat
memperkuat ikatan yang terjadi antara zat warna
dengan serat kain katun dan dengan adanya DAFTAR PUSTAKA
proses fiksasi mempengaruhi daya tahan luntur
dan berubah warna merah - ungu jika dilarutkan Fitrihana, N. 2007, Teknik Eksplorasi Zat
dalam larutan basa (Robinson, 1995), zat Pewarna Alam Dari Tanaman Di Sekitar
warna yang terikat pada serat kain menjadi Kita Untuk Pencelupan Bahan
luntur. Hal tersebut terjadi karena terbentuknya Tekstil,<http://www.batikyogya.wordpr
ikatan hidrogen yang lemah dan mudah putus. ess.com/2007/08/02/teknik-zat-pewarna-
Adsorpsi ini tergolong dalam adsorpsi fisik alam-dari-anaman-sekitar-kita-untuk-
karena ikatan hidrogen yang terbentuk ini pencelupan-ahan-tekstil>, 28 April 2012
bersifat lemah dan mudah putus. Gratha, B., 2012, Panduan Mudah Belajar
Membatik, Demia Pustaka, Jakarta
Hamid, T. dan Mulis, D., 2005, Perubahan Sifat
SIMPULAN DAN SARAN Fisika Dan Kimia Kain Sutera Akibat
Pewarna Alami Kulit Akar Pohon
Simpulan Mengkudu (Morinda Citrifolia),
Berdasarkan hasil penelitian yang <http://staff.ui.ac.id/internal/130700698/
dilakukan, maka disimpulkan sebagai berikut : publikasi/perubahansifatfisikadankimia_
1. Kulit akar mengkudu dapat terekstrak oleh tilaniok_.pdf >
pelarut air dengan warna coklat kehitaman Hermawan, A., 2007, Pengaruh Ekstrak Daun
dan pelarut metanol dengan warna merah air Sirih (Piper betle L.) Terhadap
deterjen 0,5% yang direndam kecoklatan. Pertumbuhan Staphylococcus aureus
2. Ekstrak kulit akar mengkudu mampu dan Escherichia coli dengan Metode
mewarnai kain katun dengan warna kain Difusi Disk, Artikel Ilmiah hal 1-7,
bervariasi yaitu kuning, merah dam merah Fakultas Kedokteran Hewan,
keunguan. Universitas Airlangga, Surabaya
3. Hasil uji ketahanan warna menggunakan
selama 15 menit dimana zat warna tanpa

125
JURNAL KIMIA 7 (2), JULI 2013: 119-126

Manurung, R., Hasibuan, R., dan Irvan., 2004, (2004), Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Perombakan Zat Warna Azo Reaktif Kimia, Universitas Sumatra Utara
Secara Anaerob-Aerob, Jurnal, Hal 1-19

126

Anda mungkin juga menyukai