Anda di halaman 1dari 30

50

BAB IV
ZAT WARNA TEKSTIL

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Pada BAB ini akan dibahas mengenai zat warna tekstil yang mencakup
pengertian, syarat-syarat dan klasifikasi zat warna. Setelah mempelajari materi ini
mahasiswa diharapkan dapat memahami klasifikasi zat warna sesuai dengan jenis-
jenis zat warna yang digunakan berdasarkan cara perolehan dan cara pemakaian.
Pada saat perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat berdiskusi mengenai
klasifikasi zat warna berdasarkan cara pemakaian dan sifat pencelupannnya.Pada
akhir BAB terdapat evaluasi formatif yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa agar
lebih memahami materi yang telah dipelajari.

B. RELEVANSI
Bahan tekstil sebagai bahan sandang sebelum dipasarkan memerlukan
syarat-syarat tertentu yang dapat dipenuhi dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahan bahan tekstil yang biasa disebut dengan penyempurnaan yang
meliputi persiapan penyempurnaan, pengelantangan, pencelupan, pencapan dan
penyempurnaan akhir. Pengolahan bahan tekstil dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan mutu pada bahan tekstil, yang salah satunya yaitu dengan
pemberian warna sehingga dapat membentuk motif-motif yang memberi nilai
keindahan pada bahan tekstil tersebut.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Menganalisis klasifikasi zat warna tekstil serta mampu


melakukan pratikum pencelupan zat warna alam
51

A. Pengertian zat warna


Zat warna adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan
untuk dicelupkan pada serat tekstil dan mudah dihilangkan kembali.
Sedangkan zat warna tekstil secaraumum dapat didefinisikan sebagai suatu
benda berwarna yangmemiliki afinitas kimia terhadap benda yang
diwarnainya, atau semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk
dicelupkanpada serat tekstil dan memiliki sifat ketahanan luntur
warna(permanent).

B. Syarat-syarat zat warna


Setiap zat warna tekstil memiliki sifat yang berbeda-beda, baik
sifattahan luntur maupun cara pemakaiannya. Jadi suatu zat dapat disebut
sebagai zat warna apabilamempunyai syarat-syarat tertentu.
Syarat-syaratsuatu zat dapat disebut sebagai zat warna adalah :
1. Mempunyai gugus yang dapat menimbulkan warna (kromofor), misalnya:
azo, nitro dan nitroso.
2. Mempunyai gugus yang dapat mempunyai afinitas terhadap serat tekstil
atau gugus yang dapat mengaktifkan kerja kromofor danmemberikan daya
ikat terhadap serat yang diwarnainya yangdisebut dengan gugus
auksokrom, misalnya amino, hidroksildan sebagainya.

C. Klasifikasi zat warna


Zat warna dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu :
1. Berdasarkan cara perolehan
Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan
menjadi 2 yaitu:
a. Zat Warna Alam
Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan
alam yang pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari
hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji
52

ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal


tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa
diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi
(Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit
(Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga
jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun
jambu biji (Psidium guajava).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah
bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan
kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon
dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna
alam sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam.
Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus
terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Sifat zat warna alam pada umumnya kurang baik, beberapa
diantaranya adalah :
1) Jarang diperoleh dalam keadaan murni.
2) Kadarnya tidak tetap.
3) Ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas
4) Sukar pemakaiannnya
5) Ketahanan dan kecerahannya kurang baik.
6) Ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan
proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil.
Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis
penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam
memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk
Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik
yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat
kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan
pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber-
sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang
53

melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara


kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita
untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin
memperkaya jenis-jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga
ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang
dihasilkan semakin beragam.
Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai
jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga,
batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita
pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman-
tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke
permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat
warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan
menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999)
sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, pada
jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang
berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen
tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon.
Untuk itu pigmen-pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan
atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk
pencelupan bahan tekstil.
Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk
mengambil pigmen-pigmen penimbul warna yang berada di dalam
tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun
akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut
proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan
dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian
yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna
misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya.
54

Tabel 1 . Tanaman Penghasil Zat Warna Alam

Pada proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan-bahan sebagai


berikut:
1) Kain katun (birkolin) dan sutera,
55

2) Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar


kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam seperti : daun
pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati,
kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji
ataupun jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi.
3) Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas,
natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3),
bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan
yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor,
thermometer , pisau dan gunting.
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna
alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses
sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat
mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna
alam yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan
diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan bahan tekstil yang
biasa digunakan adalah 1: 30. Misalnya berat bahan tekstil yang
diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3
liter.
Langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat
pewarna alam dalam skala laboratorium adalah :
1) Potong menjadi ukuran kecil-kecil bagian tanaman yang diinginkan
misalnya:daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan
dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat
500 gr.
2) Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan
air denganperbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang
diekstrak 500gr maka airnya 5liter.
3) Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter).
Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa
perebusan bisa diperkecil misalnyamenjadi sepertiganya. Sebagai
56

indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalamtumbuhan telah


keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi
berwarna.Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir
dipastikan tidakmengandung pigmen warna.
4) Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi
tersebut untukmemisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak
(residu). Larutan ekstrak hasilpenyaringan ini disebut larutan zat
warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam
pada kain katun dan sutera perlu dilakukan beberapa proses persiapan
sebagai berikut:
1) Proses mordanting
Bahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses
mordanting terlebih dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan
untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan
tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman
warna yang baik.
Proses mordanting dilakukan sebagai berikut:
a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk
diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuaikeinginan
sebanyak tiga lembar.
b. Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai
dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabunsunlight batangan)
atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang
digunakanditambahkan 2 gram sabun netral atau TRO.
Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisajuga direndam selama
semalam. Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.
c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang
mengandung 8 gram tawas dan 2 gram sodaabu (Na2CO3)
dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut.
Rebus larutanhingga mendidih kemudian masukkan bahan kapas
57

dan direbus selama 1jam. Setelah itumatikan api dan kain


kapas dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam.
Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain
diangkat dan dibilas (jangan diperas)lalu dikeringkan dan
disetrika. Kain kapas tersebut siap dicelup.
d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang
mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 literair yang
digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60ºC
kemudianmasukkan bahan sutera atau wol dan proses selama 1
jam dengan suhu larutan dijagakonstan (40 - 60ºC ). Setelah itu
hentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalamlarutan
selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan
tersebut, kaindiangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu
dikeringkan dan disetrika. Kain sutera yangtelah dimordanting
tersebut siap dicelup dengan larutan zat warna alam.
2) Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)
Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna
alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian
warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna
memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer
yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO4), tawas, atau kapur
tohor (CaCO3). Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita
perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dengan dengan cara :
a) Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap
liter air. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
b) Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter
air yang digunakan.Biarkan mengendap dan ambil larutan
beningnya.
c) Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor
dalam tiap liter air yangdigunakan. Biarkan mengendap dan
ambil larutan beningnya.
58

Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses


pencelupan bahan tekstil dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai
berikut:
1) Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat
pencelupan.
2) Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan
zat warna alam dan diproses pencelupan selama 15 – 30 menit.
3) Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara
tunjung,tawas atau kapur tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer
selama 10 menit.Untuk mengetahui perbedaan warna yang
dihasilkan oleh masing-masing larutanfixer maka proses 3 lembar
kain pada larutan zat warna alam setelah itu ambil 1 lembar
difixer pada larutan tunjung, 1 lembar pada larutan tawas dan
satunyalagi pada larutan kapur tohor.
4) Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai
dengan larutanzat warna alam.
5) Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan
tekstil setelahdifixer dengan masing-masing larutan fixer. Pada
umumnya hampir semua jeniszat warna alam mampu mewarnai
bahan dari sutera dengan baik, namun tidakdemikian dengan bahan
dari kapas katun. (berdasar beberapa eksperimen yangtelah
dilakukan penulis).
6) Lakukan pengujian-pengujian kualitas yang diperlukan (ketahanan
luntur warnadan lainnya)
7) Simpulkan potensi tanaman yang diproses (diekstrak) sebagai
sumber zatpewarna alam untuk mewarnai bahan tekstil.
Pencelupan dengan zat warna alam biasanya dilakukan dengan
berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Artinya
setelah dicelup kemudian diatuskan (dianginkan beberapa waktu),
dicelup lagi berulangkali hingga diperoleh warna yang diinginkan
kemudian baru difixer dan dikeringkan. Ada juga yang dilakukan
59

dengan dicelup kemudian difixer , celup lagi difixer berulang ulang


hingga diperoleh warna yang diinginkan baru kemudian dikeringkan.

b. Zat Warna Sintetis


Zat warna sistetis yaitu zat warna buatan atau sintesis dibuat
dengan reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau minyak
bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik
seperti benzena, naftalena dan antrasena.
Zat warna sintetis (synthetic dyes) atau zat wana kimia
merupakanzat warna yang mudah diperoleh, stabil (komposisinya
tetap), mempunyai aneka warna, dan praktis pemakaiannya. Zat Warna
sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik, seperti
benzena, toluena, naftalena dan antrasena yang diperoleh dari ter arang
batubara (coal, ter,dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna
hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari dispersi karbon
dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa
dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena (C6H6) sampai
bentuk yang rumit misalnya krisena (C18H12) dan pisena (C22Hn).

2. Berdasarkan sifat pencelupan


Berdasarkan sifat pencelupannya, zat warna dapat digolongkan
menjadi dua yaitu :
a. Zat warna substantif, zat warna yang langsung dapat mewarnai serat
b. Zat warna ajektif, yaitu zat warna yang memerlukan zat pembantu
pokok untuk dapat mewarnai serat.

3. Berdasarkan susunan kimia


Berdasarkan susunan kimia atau inti zat warna, dapat digolongan
menjadi :
a. Zat warna nitroso
b. Zat warna nitroazo
60

c. Zat warna poliazo


d. Zat warna indigoida
e. Zat warna antrakwinon
f. Zat warna ptalosianin, dan lai-lain.

4. Berdasarkan cara pemakaian dan sifat pencelupannya.


Berdasarkan cara pemakaian dan sifat pencelupannya, zat warna
dapat diggolongkan menjadi beberapa, diantanya yaitu :
a. Zat warna Direk
b. Zat warna Asam
c. Zat warna Basa
d. Zat warna Napthol
e. Zat warna Belerang
f. Zat warna Pigmen
g. Zat warna Dispersi
h. Zat warna Bejana
i. Zat warna Bejana larut (Indigosol)
j. Zat warna Reaktif
Tidak semua zat warna sintetis yang disebutkan di atas dapat
dipakaiuntuk pewarnaan bahan kerajinan karena ada zat warna
yangprosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya
dapatdipakai pada skala Industri. Zat warna sintetis yang banyak
dipakaiuntuk pewarnaan bahan kerajinan tekstil terutama untuk
mewarnaiserat dan kain batik atau cetak saring, antara lain: Zat warna
direk, asam, napthol, Indigosol, reaktif, Indanthreen dan pigmen.
Pemilihan zat warna yang akan dipakai bergantung
padabermacam-macam faktor antara lain :
1) Jenis serat yang diwarnai
2) Macam warna yang dipilih dan warna-warna yang tersedia di dalam
jenis zat warna
3) Tahan luntur warna yang diinginkan
61

4) Peralatan produksi yang tersedia dan


5) Biaya
Berikut ini dijelaskan beberapa zat warna yang banyak
digunakanuntuk mewarnai serat dan kain:
a. Zat warna direk
Zat warna direk disebut juga zat warna subtantif karena
mempunyai afinitas yang tinggi atau dapatterserap baik oleh serat
sellulosa (kapas). Beberapa diantaranya dapat mencelup serat
protein, seperti wol dan sutra. Zat warna direk disebut juga zat warna
garamkarena dalam pencelupannya harus ditambah garam
untukmemperbesar penyerapan.
Sifat-sifat zat warna direk antara lain yaitu :
1) Termasuk golongan zat warna yang larutdalam air.
2) Ketahanan cucinya kurang baik
3) Ketahanan sinarnyacukup dan beberapa di antaranya cukup baik.
4) Ketahananterhadap alkali kurang baik.
5) Tidak tahan terhadap oksidasi dan reduksi.
Golongan zat warna direk memiliki warna yang cukup
banyak, harganya murah dan mudah pemakaiannya. Tetapi karena
ketahananya terhadap cucian, sinar, alkali dan lainnya kurang baik,
maka lebih banyak dipakai untuk mewarnai anyaman bambu untuk
kerajinan.
Nama dagang zat warna direk adalah :
1) Benzo (Bayer)
2) Diazol (Francolor)
3) Solar (Sandoz)
4) Cuprophenyl (Ciba Geigy)
5) Direct (Sumitomo)
6) Chlorasol (I.C.I)
Cara pemakaianzat warna direk yaitu :
62

1) Mula-mula zat warna dibuat pasta dengan air dingindengan


ditambah zat pembasah non ionik atau anionik.
2) Kemudian ditambah air mendidih, diaduk hingga larutsempurna.
3) Larutan tersebut dimasukkan ke dalam larutancelup dengan
penambahan calgon atau natrium karbonat1-3% untuk
menghilangkan kesadahan air.
4) Selanjutnyaditambah natrium klorida 5-20% bergantung kepada
tuamudanya warna.
5) Bahan dari selulosa yang telah dimasak, dicelup padasuhu 40-50
C sambil suhunya dinaikkan hingga mendidih,selama 30-40
menit. Pencelupan diteruskan selama ¾ - 1 jam pada suhu
mendidih tersebut.
6) Apabila celupannyabelum rata maka dapat diperpanjang
waktunya selamabeberapa menit
Cara identifikasi zat warna direk ini adalah dengan
mengerjakan contoh uji dalam tabung reaksi yang diberi 5 – 10 ml
air dan ½ - 1 ml amonia pekat. Larutanyang berisi contoh uji ini
kemudian dididihkan, supaya melunturkan zat warnasampai
larutannya cukup banyak untuk dapat mencelup kapas kembali.
Setelah zatwarna yang luncur cukup banyak, contoh uji dikeluarkan
dan ke dalam tabung reaksidimasukan sepotong kain kapas putih dan
garam dapur sedikit. Larutan dididihkanselama 1 menit, dinginkan
sampai suhu kamar, kainnya diambil, dicuci dan diamatipewarnaan
pada kain kapas putih tersebut. Pencelupan kembali pada kain
kapasputih dalam larutan amonia dan garam dapur yang
menghasilkan warna yang samadengan warna contoh uji,
menunjukkan uji positif zat warna direk.

b. Zat warna asam


Zat warna asam merupakan garam natrium yang berasal dari
asam-asam organik, misalnya asam sulfonat atau asamkarboksilat.
63

Zat warna ini digunakan dalam suasana asam danmemiliki daya


tembus langsung terhadap serat-serat protein ataupoliamida
(contohnya serat sutera atau wol).
Sifat-sifat zat warna asam antara lain yaitu :
1) Termasuk golongan zat warna yang larutdalam air
2) Pada umumnya zat warna asam mempunyaiketahanan cuci dan
ketahanan sinar yang baik
3) Sifatketahanan cuci dan sinar sangat dipengaruhi oleh berat
molekuldan konfigurasinya.
Cara pemakaian serat asam yaitu :
1) Pencelupan Serat Wol :
a) Mula-mula zat warna dibuat pasta dengan air dingin,kemudian
ditambah air hangat hingga larut sempurna.
b) Bahan dari serat wol yang telah dimasak, dikerjakandalam
larutan celup yang mengandung 10-20%garam glauber 2-4%
asal sulfat pada suhu 40 Cselama 10-20 menit, sehingga
diperoleh pH yangsama merata pada bahan.
c) Zat warna yang telah dilarutkan dimasukkan dansuhu
dinaikkan sampai mendidih selama 45 menit.
d) Selanjutnya ditambahkan 1-3% asam asetat 30%atau 1% asam
sulfat pekat dan pencelupanditeruskan selama beberapa menit.
2) Pencelupan untuk Serat Sutera
a) Cara pencelupan untuk serat sutera sama denganserat wol
hanya suhunya lebih rendah yakni 85ºC. Hal ini disebabkan
karena pada suhu mendidihkemungkinan dapat menurunkan
kekuatan serat sutera
b) Kadang-kadang dalam larutan celupditambahkan 10 ml/l air
bekas degumming.
Zat warna asam ini jarang dipakai untuk mencelup serat
selulosa kecuali untuk jenis rayon yang dapat dicelup dengan zat
warna asam. Bila pada uji zatwarna direk terjadi pelunturan warna
64

tetapi tidak mencelup dengan warna yang sangat muda, maka larutan
tersebut dinetralkan dengan asam asetat kemudian tambah 1 ml
asetat 10% dan masukkan wol putih, lalu dididihkan larutan itu
selama½ menit, kemudian wolnya dicuci dan diamati adanya
pewarnaan pada woltersebut. Bila terjadi pewarnaan pada wol putih
tersebut, ini menunjukkan ujipositif zat warna asam.

c. Zat warna basa


Zat warna basa pada umumnya merupakan garam khlorida
atau oksalat dari basa organik, misalnya basa ammonium dan
basaoksonium, dan sering pula merupakan garam rangkap,
misalnyaseng khlorida. Khromofor dari zat warna ini terdapat
padakationnya maka dari itu zat warna ini juga disebut zat warna
kation.Zat warna ini mempunyai daya tembus langsung terhadap
serat-serat protein.
Zat warna basa jarang dipakai untuk mencelup serat selulosa,
karena berkembangnya pemakaian zat warna reaktif. Zat warna basa
ini hanya dipakaiuntuk mendapatkan bahan dengan warna yang
cerah dan murah tetapi tahan lunturwarnanya jelek. Cara
pengujiannya ialah bila pada uji zat warna direk tidak
terjadipelunturan atau hanya luntur sedikit maka perlu diadakan uji
zat warna basa.
Contoh uji dimasukkan pada tabung reaksi, kemudian
tambahkan ½ ml asam asetat glasial, panaskan dan tambahkan 5 ml
air dan dididihkan. Kemudian contoh uji diambil dan masukkan serat
acrilic yang dapat dicelup dengan zat warna cationic, atau kapas
yang telah dibeits dengan tanin dan terus dididihkan. Pencelupan
kembali pada serat acrilic atau pada kapas yang ditanin menunjukkan
adanya zatwarna basa. Untuk uji penentuan zat warna basa dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 10%
pada larutan ekstraksi tersebut, dan tambahkan juga eter. Larutan
65

dikocok supaya ekstraksi zat warna basa terserap ke dalam lapisan


eter. Setelah campuran didiamkan sampai terjadi pemisahan lapisan,
kemudian tambahkan air supaya lapisan atas eter berada di dekat
mulut tabung, kemudian lapisan dipindahkan ke dalam tabung reaksi
tambah 2 – 3 tetas asam asetat 10% dan dikocok kembali. Semua zat
warna basa akan meninggalkan lapisan eter dan warna asli akan
terlihat dalam lapisan asam asetat.

d. Zat warna nafthol


Zat warna napthol termasuk zat warna Azo (“Developed Azo
Dyes”) karena jika digabungkan dengan garam diazo baru
timbulwarna dan tidak larut dalam air. Untuk melarutkan
komponennapthol memerlukan obat bantu yaitu kostik soda dan
prosespewarnaannya memerlukan komponen pembangkit warna
yaitugaram diazonium atau disebut garam napthol. Wujud zat
warnanapthol berbentuk serbuk, warna yang tampak akan
berbedadengan warna yang terserap. Ciri lain dari zat warna
naptholadalah dengan nama depan AS (termasuk golongan
azo),sedangkan garam napthol /garam diozonium menunjukkan
arahwarna, seperti contoh garam kuning GC menunjukkan arah
warnakuning.
Penggunaannya terutama untuk pencelupan serat
selulosa.Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mencelup
seratprotein (wol, sutera) dan serat poliester.
Sifat-sifat zat warna naftol antara lain yaitu :
1) Termasuk golongan zat warna azo yangtidak larut dalam air.
2) Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosakurang baik
dan bervariasi, sehingga dapat digolongkandalam 3 golongan,
yaitu yang mempunyai substantivitasrendah, misalnya Naftol AS,
substantivitas sedang,misalnya Naftol AS – G dan substantivitas
tinggi, misalnyaNaftol AS – BO.
66

3) Tahan gosoknyayang kurang, terutama tahan gosok basah


4) Tahancuci dan tahan sinarnya sangat baik
5) Zat warna naftolbaru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa
setelahdiubah menjadi naftolat, dengan jalan melarutkannyadalam
larutan alkali.
6) Garam diazonium yang dipergunakan sebagaipembangkit tidak
mempunyai afinitas terhadap selulosa,sehingga cara pencelupan
dengan zat warna naftol selaludimulai dengan pencelupan
memakai larutan naftolat,kemudian baru dibangkitkan dengan
garam diazonium.
7) Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya
dapatmemberikan bermacam-macam warna, bergantungkepada
macam garam diazonium yang dipergunakan dandapat pula
bersifat monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang
mengarah ke satu warna saja,tidak bergantung kepada macam
garam diazoniumnya.
Mekanisme pencelupan dengan zat warna naftol terdiridari
4 pokok, yaitu :
1) Melarutkan naftol (membuat naftolat)
Zat utama yang dipergunakan untuk pelarutan zat warna
naftol adalah soda kostik. Pelarutan naftoldilakukan dengan dua
cara yaitu :
a) Cara dingin
Zat warna naftol didispersikan dengan spiritusdiaduk rata
ditambah larutan soda kostik, kemudian ditambah air dingin.
b) Cara panas
Zat warna naftol didispersikan dengan koloid pelindung
(TRO) diaduk rata ditambah larutansoda kostik kemudian
ditambah air panas. Zat warna naftol yang larut akan
berwarna kuning jernih
2) Pencelupan dengan larutan naftolat
67

Zat warna naftol tidak larut dalam air dan


tidakmempunyai afinitas terhadap serat selulosa. Akan tetapi
setelah dilarutkan menjadi larutan naftolat yang larut dalam air
timbul afinitasnya, sehingga serat dapat tercelup. Bahan yang
telah dicelup tersebutperlu diperas, sebelum dibangkitkan
dengan garam diazonium untuk mengurangi terjadinya
pembangkitan warna pada permukaan serat yang dapat
menyebabkan ketahanan gosok yang kurang.
3) Diazotasi
Garam diazonium yang dipergunakan
sebagaipembangkit pada pencelupan zat warna naftol
dapatberupa basa naftol, yaitu senyawa amina aromatik maupun
garam diazonium, yaitu basa naftol yan telah diazotasi. Apabila
telah berupa garam diasonium, maka dengan mudah dapat
dilarutkan dalam air dengan jalan menaburkannya sambil diaduk
terus. Akan tetapi apabila masih dalam bentuk basa naftol maka
perlu didiazotasi terlebih dahulu dengan menggunakan asam
chlorida berlebihan dan natriumnitrit pada suhu yang sangat
rendah.
4) Pembangkitan
Naftolat yang telah berada di dalam serat
perludibangkitkan larutan garam diazonium agar terjadi pigmen
naftol yang berwarna dan terbentuk di dalam serat. Setelah
pigmen Zat warna naftol dalam serat bereaksi pembangkitan
selesai, selanjutnya perlu dilakukan penyabunan panas untuk
menghilangkan pigmen naftol yang terbentuk pada permukaan
serat, sehingga memperbaiki tahan gosok dan mempertinggi
kilapnya.
Tiap-tiap pabrik zat warna memberi nama dagang sendiri-
sendiri, contohnya nama Zat Warna Napthol yang banyak dipakai
antara lain:
68

1) Napthol AS
2) Napthol AS.G
3) Napthol AS.LB
4) Napthol AS.BO
5) Napthol AS.OL
6) Napthol AS.GR
7) Napthol AS.BR
8) Napthol AS.GR
9) Napthol AS.D
10) Napthol AS.BS
Garam diazonium yang dipakai antara lain:
1) Garam Kuning GC
2) Garam Bordo GP
3) Garam Orange GC
4) Garam Violet B
5) Garam Scarlet R
6) Garam Blue BB
7) Garam Scarlet GG
8) Garam Blue B
9) Garam Red 3 GL
10) Garam Black B
11) Garam Red B
Untuk menentukan warna yang diinginkan dapat berdasarkan
padastandard warna napthol seperti dalam table berikut :
69

Tabel 1. Standar Warna Napthol

e. Zat warna belerang


Zat warna belerang termasuk golongan zat warna yang tidak
larut dalam air dan menyerupai zat warna bejana. Zat warna belerang
tidak langsung dipakai untuk mencelup serat sellulosa tanpa
dirteduksi terlebiuh dahulu. Cara pengujiannya ialah dengan
memasukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi, kemudian tambah
air 2- 3 ml, natrium karbonat dan sedikit natrium sulfida.Larutan
dipanaskan sampai mendidih selama 1 – 2 menit. Contoh uji diambil,
70

lalu kedalam tabung reaksi itu dimasukkan kapas putih dan garam
dapur. Setelah larutandididihkan, kiapasnya diambil diletakkan di
atas kertas saring dan dibiarkan di udarayang teroksidasi. Dengan
cara ini zat warna belerang akan mencelup kembali kainkapas dalam
warna yang sama dengan warna contoh uji tetapi lebih muda.
Uji penentuan untuk zat warna belerang dilakukan dengan
mendidihkancontoh uji dalam 5 ml larutan natrium hidroksida 10%,
cuci bersih. Setelah contohitu dimasukkan dalam tabung reaksi,
tambahkan larutan pereduksi. Mulut tabungditutup dengan kertas
saring di tengah kertas saring ditetesi larutan Pb asetat alkali.
Tabung reaksi tersebut kemudian diletakkan dalam gelas
piala yang berisi airmendidih. Bila dalam waktu 1 menit tetesan Pb
asetat pada kertas saring berubahmenjadi coklat tua atau hitam, maka
menunjukkan uji positif zat warna belerang. Ujilebih lanjut pada zat
warna belerang dapat dilakukan dengan membasahi kaincontoh uji
dengan natrium hipokhlorit 10%. Zat warna belerang oleh larutan
iniakan hilang warnanya dalam waktu 5 menit.

f. Zat warna Pigmen


Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam
segalamacam pelarut. Zat warna ini tidak memiliki afinitas
terhadapsegala macam serat. Penggunaannya pada bahan
tekstildiperlukan zat pengikat untuk membantu proses pengikatan
zatwarna tersebut pada serat. Pengikat yang digunakan yaitu
emulsi(campuran dari emulsifier, air dan minyak tanah) yang
dicampurdengan putaran yang tinggi.
Hampir semua jenis zat warna dalam tekstil bisa digunakan
dalampenyablonan. Tetapi zat warna pigmen paling banyak
digunakanterutama pada industri T-Shirt dan spanduk, contohnya
sandycolour walaupun sifatnya hanya menempel pada permukaan
71

serat tekstil atau kain, tetapi penggunaannya sangat mudah,


sepertiuntuk warna pokok Merah, Biru, Kuning dan Hitam.
Contoh nama dagang zat warna pigmen :
a) Procion ( produc dari I.C.I)
b) Remazol (produc Hoechst)
c) Cibacron (produc CibaGeigy)
d) Levafix (produc Bayer)
e) Drimarine (produc Sandoz)
f) Basilen (BASF)
g) Primazine (produc BASF)
h) Apollo Reactive (Taiwan)

Untuk menentukan adanya zat warna pigmen dengan


pengikat resin danjenis dari pigmennya dapat dilakukan uji dengan
mikroskop, uji pelarutan dalampelarut dan uji-uji secara kimia. Di
bawah mikroskop partikel-partikel pigmen yangdigunakan untuk
mewarnai rayon viskosa dengan cara pencelupan larutan,
akanterlihat merata pada seluruh serat. Ekstraksi contoh uji dalam
pelarut organik padasuhu mendidih misalnya dimetel formamid
(DMF) berguna untuk membedakanbeberapa golongan zat warna
dan juga sebagai uji pendahuluan zat warna pigmen.
Cara pengujiannya adalah dengan memasukkan serat dari
contoh uji dalamtabung yang kemudian ditetesi larutan dimetil
formamida dalam air (I : I), kemudiandidihkan. Setelah itu dinginkan
dan pewarnaan yang terjadi pada pelarut diamati.
Kemudian contoh uji serat yang lain dimasukkan dalam
tabung reaksi dan diberilarutan dimetil formamida 100%, didihkan,
lalu dinginkan dan diamati pewarnaanyang terjadi pada pelarutnya.
Tua mudanya pewarnaan pada pelarut merupakancara untuk
membedakan zat warna pigmen dan zat warna reaktif. Bila contoh
72

ujidicelup dengan zat warna reaktif dan tidak dicuci sempurna, maka
contoh uji luntursedikit dalam dimetil formida air (I : I).

k. Zat warna Bejana


Zat warna bejana merupakan zat warna sintetis yang
digunakanuntuk mewarnai serat tekstil. Zat warna bejana termasuk
golongan zat warna yang tidak larut dalam air dan tidak mungkin
dipergunakan untuk mencelup apabila tidak dirubah dahulu struktur
molekulnya, dengan pertolongan suatu reduktor, senyawa tersebut
dibejanakan artinya dirubah menjadi bentuk leuko yakni bentuk zat
warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali.
Senyawa leuko tersebut mempunyai substantivitas terhadap
serat kapas sehingga dapat dipergunakan untuk mencelup. Dengan
perantaraan suatu oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko
yang berada dalam serat akan teroksidasi kembali ke bentuk semula
yakni pigmen zat warna bejana. Zat warna bejana mempunyai sifat
tahan cuci, tahan gosok dan tahan sinar yang sangat baik.
Proses pencelupan dengan zat warna bejana terdiri dari 3
tahap :
1) Pembejanaan yaitu merubah larutan bejana menjadi bentuk
2) leuko.
3) Pencelupan bahan tekstil dengan senyawa leuko.
4) Oksdasi senyawa leuko berubah menjadi senyawa asal.
Dilihat dari cara pemakaian dalam pencelupan, zat warna
bejana dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Golongan IK, mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Memerlukan jumlah alkali yang sedikit
b) Suhu pembejanaan dan pencelupan rendah
c) Memerlukan penambahan garam yang banyak untuk
penyerapannya
2). Golongan IW, mempunyai sifat sebagai berikut :
73

a) Memerlukan jumlah alkali cukup banyak


b) Suhu pembejanaan dan pencelupan 45-50 ºC
c) Memerlukan penambahan garam untuk penyerapannya
3). Golongan IN, mempunyai sifat sebagai berikut :
a) memerlukan jumlah alkali yang banyak
b) Suhu pembejanaan dan pencelupan 50-60 ºC
c) Tidak memerlukan penambahan garam untuk penyerapannya,
4). Golongan IN Sp, mempunyai sifat-sifat yang hampir sama
dengan golongan IN, hanya penggunaan alkalinya lebihbanyak.
Pada pembahasan ini yang akan dibahas adalah golongan
IN,karena golongan IN dianggap yang paling netral. Nama zat warna
bejana berbeda-beda tergantung pada pabrik yang membuatnya,
antara lain :
a) Indanthrene (Bayer, Hoechst, BASF)
b) Cibanone (Ciba)
c) Sandozthren (Sandoz)
d) Caledone (ICI)
e) Mikethren (Mitsui)
f) Helanthren (Mitsui)
Zat warna bejana dapat diidentifikasikan dengan cara
memasukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi, yang ditambahkan
air dan 1 ml larutan natriumhidroksida 10%. Kemudian tabung
dipanaskan sampai mendidih tambahkan sedikitnatrium hidrosulfit
dan didihkan kembali. Contoh uji diambil ke dalam larutan zatwarna
masukkan kapas putih dan garam dapur. Pemanasan diteruskan
sampaimendidih, lalu dinginkan. Kapasnya diambil dan diletakkan di
atas kertas saringsupaya teroksidasi oleh udara. Bila kapas tersebut
berwarna sama dengan contohuji, tetapi lebih muda, maka ini
menunjukkan uji positif zat warna bejana.Kesimpulan ini hanya
benar bila uji zat warna belerang memberi hasil negatif.
74

l. Zat warna bejana larut (Indigosol)


Zat warna Indigosol termasuk golongan zat warna Bejana
Larutyang merupakan zat warna yang ketahanan lunturnya
baik,berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat digunakan
dengancara pencelupan dan coletan. Warna akan muncul
setelahdirangsang dengan Natrium Nitrit dan Asam (Asam sulfat
atauAsam klorida). Zat warna Indigosol berbentuk serbuk, warna
yangtampak berbeda dengan warna yang terserap. Ciri lain dari zat
warna Indigosol adalah karakter nama belakang menunjukkan
jeniswarna (seperti contoh di bawah ini).
a) Jenis warna Indigosol antara lain:
b) Indigosol Yellow IRK
c) Indigosol Green IB
d) Indigosol Yellow JGK
e) Indigosol Blue 0 4 B
f) Indigosol Orange HR
g) Indigosol Grey IBL
h) Indigosol Brown IBR
i) Indigosol Violet ARR
j) Indigosol Brown IRRD
k) Indigosol Violet 2R
l) Indigosol Violet IBBF
m) Indigosol Pink IR Extra

Tabel 2. Standar Warna Indigosol


75

m. Zat warna Reaktif


Zat warna reaktif termasuk zat warna sintetis yang diperole
darihasil reaksi bahan–bahan kimia aromatik atau dari batubaradan
mengandung unsur logam, sehingga mempunyai daya tahanterhadap
sinar, cuci yang baik tetapi limbahnya sangat sulit diolahkembali.
Zat warna reaktif berbentuk serbuk dan warna yangtampak akan
sama dengan warna yang terserap. Nama belakang pada zat warna
reaktif menunjukkan jenis warna. Zat warna reaktifmudah larut
dalam air, menghasilkan warna yang cerah dan sangatbervariasi
untuk pewarnaan batik dengan teknik colet, kuas ataucelup.
1). Jenis zat warna Reaktif
Berdasarkan cara pemakaiannya jenis zat warna reaktif
dapatdigolongkan menjadi dua yaitu zat warna reaktif panas dan
zatwarna reaktif dingin. Yang termasuk zat warna reaktif
dinginsalah satunya adalah zat warna procion, dengan nama
dagang
Procion MX yang mempunyai daya reaktif tinggi dan
diceluppada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna
76

yang larut dalam air danbereaksi dengan serat selulosa, oleh


karena itu zat warnareaktif merupakan bagian dari serat yang
memiliki sifat-sifattahan luntur dan tahan terhadap sinar.
Pencelupan dengan zatwarna reaktif banyak dilakukan terutama
untuk jenis warnamuda.
2). Nama Dagang Zat Warna Reaktif:
a) Procion ( produc dari I.C.I)
b) Remazol (produc Hoechst)
c) Cibacron (produc CibaGeigy)
d) Levafix (produc Bayer)
e) Drimarine (produc Sandoz) Basilen (BASF)
f) Primazine (produc BASF) Apollo Reactive (Taiwan)

Tabel 3. Standar Zat Warna Reaktif


77

Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi secara
kimia denganserat selulosa dalam ikatan yang stabil. Karena tidak
ada cara yang khusus menguji zat warna reaktif, sebelum dilakukan
pengujian yang menunjukkan bahwa zat warna tersebut adalah zat
warna reaktif, maka terlebih dahulu perlu diadakan pengujian yang
menunjukkan ada tidaknya zat warna yang luntur dalam air. Untuk
pengujian terhadap beberapa jenis zat warna pigmen dan zat warna
reaktif hasilnya menunjukkan reaksi yang sama. Zat warna reaktif
bentuk struktur kimianya bermacam-macam, tetapi untuk
identifikasinya dapat digabungkan dengan dasar mengetahui jenis
gugus reaktifnya.
78

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Teori Penyempurnaan Tekstil. Bandung : STTT Bandung

Aliunir, N. 1984. Kimia Tekstil I. Padang : FPMIPA IKIP Padang

Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta : Djambatan

Erwin. 1992. Teknologi Pencelupan. Jakarta

Isminingsih & Jufri, Rasjid. 1978/1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung :
ITT Bandung

Jupri,Rasjid.1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan.


Bandung : STTT Bandung

Karmayn, Kustini & Widjitoro. 1979. Petunjuk Praktek Penyempurnaan Tekstil.


Jakarta : Departemen P&K

Katib, Winarni & Sunaryo, Oriati.1980. Teori Penyempurnaan Tekstil II. Jakarta:
Departemen P&K

Lansen, Jacklenor. The Dry’s Art : Ikat, Batik, Pelangi.

Lubis, Arifin dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : STTT Bandung

Lubis, Arifin dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.. Bandung : STTT


Bandung

Norma Hollan, Et, ASL. 1968. Textiles The Macmilan Co

Rianto, Didik. 1990. Proses Batik (Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing). Solo :
Aneka

Sumarlan. Teori Penyempurnaan Tekstil.

Susanto, Suwan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jokjakarta : Balai


Pelatihan Batik dan Kerajinan
79

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat
di bagian akhir BAB ini.Hitunglah jawaban yang benar.Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi BAB
4.

Arti tingkat penguasaan:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 5. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 4, terutama bagian yang belum dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai