Ecoprint
Abstrak
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang melimpah, salah satunya adalah
keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk tekstil.
Bahan pewarna alami dapat diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti
akar, kayu, daun, biji dan bunga. Penggunaan pewarna alami dari tumbuhan sudah dilakukan
dari zaman dahulu secara turun temurun, di antaranya digunakan dalam pewarnaan kain batik
dan kain tenun tradisional suku-suku di Indonesia. Karakter dari Ecoprint sendiri adalah
terbuat dari pewarna alami, maka daun yang digunakan haruslah daun yang mampu
mengeluarkan warna supaya menghasilkan batik yang dijamin keunikannya.
Pendahuluan
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang berorientasi lingkungan, telah
membangkitkan kesadaran dan kekhawatiran terhadap dampak negatif pada lingkungan yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan pewarna sintetik. Limbah bahan pewarna tekstil merupakan
salah satu dari bermacam sumber pencemaran air. Konsentrasi bahan pewarna yang tinggi di
perairan dapat menghambat penetrasi cahaya dan aktivitas reoksigenasi di perairan sehingga
mengganggu aktivitas biologis kehidupan akuatik dan juga proses fotosintesis tumbuhan air
atau alga. Pewarna tekstil juga dapat bertindak sebagai agen toksik, mutagenik dan
karsinogenik, Kondisi demikian dapat dijadikan alasan untuk kembali memanfaakan zat
pewarna alami yang ramah lingkungan.
Maka sebelum memutuskan untuk membuat batik ecoprint perlu diketahui terlebih
dahulu jenis-jenis daun yang akan dipergunakan dalam pembuatannya.
Tentunya langkah ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kegagalan dalam proses
pembuatan ecoprint.
Selain memastikan daun itu menghasilkan warna yang tajam, dalam memilih daun untuk
batik Ecoprint juga ada kriteria khusus yang perlu dijadikan pertimbangan diantaranya
daun yang dipakai memiliki ketebalan tertentu tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal,
serta daun tanaman tersebut memiliki bentuk permukaan daun yang tidak licin.
Lalu ada daun yang memasuki kriteria tersebut,beberapa daun yang memasuki kriteria
tersebut adalah :
1. Daun jarak
2. Daun kayu afrika
3. Daun pongporang atau daun lanang
4. Daun jati
5. Daun jambu biji
6. Daun kersen
7. Daun belimbing
8. Daun tinta atau daun mangsi
9. Daun ungu
10.Daun arbei atau daun murbei
Sepuluh jenis tumbuhan yang digunakan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai pewarna
alami pada tekstil. Warna yang cukup beragam dapat dihasilkan dari ekstrak daun enam jenis
tumbuhan yang diteliti. Sepuluh tumbuhan ini umumnya ditanam bukan untuk bahan pewarna,
tetapi untuk tujuan lainnya; kecuali daun lanang yang mulai banyak ditanam sebagai bahan
dalam pembuatan motif ecoprint. Alpukat merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan
untuk dipanen buahnya. Kayu manis dipanen kulit batangnya. Kayu
2
putih disuling untuk menghasilkan minyak atsiri. Sedangkan pucuk merah dan jacaranda
biasanya ditahan sebagai tanaman peneduh atau tanaman hias. Tiga dari enam jenis
tumbuhan ini, yaitu daun lanang, daun alpukat, dan daun kayu putih, sudah cukup dikenal
penggunaannya sebagai pewarna kain khususnya untuk pembuatan motif ecoprint. Potensi
sebagai bahan pewarna dari enam jenis tumbuhan ini dapat menambah nilai guna dari jenis
tumbuhan tersebut. Pemanfaatannya sebagai bahan perwarna dapat dilakukan misalnya untuk
pewarnaan batik atau motif ecoprint dalam skala rumah tangga. Selama ini penggunaan
pewarna alami pada indunstri batik umumnya dilakukan oleh pengrajin batik skala kecil hingga
menengah (UKM).