NIM : 18051022
MATKUL : ETNOBOTANI
Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami telah dikenal dan
digunakan masyarakat secara luas sejak zaman dahulu kala. Hal ini sudah berlangsung jauh sebelum
penggunaan bahan pewarna dari bahan sintetik. Penggunaan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami
dinilai lebih aman daripada penggunaan pewarna sintetik yang banyak mengandung bahan kimia.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan, diperoleh informasi bahwa
hampir seluruh jenis tumbuhan pewarna alami yang dimanfaatkan sekarang ini adalah jenis tumbuhan
pewarna alami yang dimanfaatkan oleh orang tua mereka terdahulu.
Mayoritas informan mengaku mulai menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami
sejak kecil. Informasi mengenai cara penggunaan tumbuhan pewarna alami tersebut merupakan
warisan dari orang tua sendiri dan beberapa diantaranya diperoleh melalui sahabat/ teman, serta
pengalaman yang didapatkan dari lingkungan di sekitar pada umumnya, jenis tumbuhan pewarna alami
yang dimanfaatkan diperoleh dari pekarangan rumah maupun di perkebunan warga.
Berdasarkan hasil penelitian, tercatat 16 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna
alami oleh masyarakat di antaranya family Amaranthaceae, Nyctaginaceae, Solanaceae, Myrtaceae,
Lytharaceae, Phyllantaceae, Lamiaceae, Euphorbiaceae, Labiatae, Araliaceae, Rubiaceae, Apindaceae,
Balsaminaceae, Pandanaceae, Caricaeae, dan Zingiberaceae, serta 17 jenis tumbuhan pewarna alami
yang dimanfaatkan. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan pewarna alami oleh
masyarakat suku Muna di disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami terdiri dari beberapa organ
tumbuhan misalnya daun, bunga, buah, rimpang, batang dan akar. Setiap jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dapat mengasilkan warna tertentu misalnya
warna merah, hijau, kuning dan jingga. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
pewarna alami dapat diolah dengan secara langsung dan tidak langsung. Pengolahan secara
tidak langsung dilakukan melalui proses penghalusan, dan perebusan organ tumbuhan yang
akan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami khususnya organ daun menjadi
bukti bahwa kearifan lokal dapat dijelaskan secara ilmiah karena daun mengandung berbagai
macam zat mineral. Daun merupakan organ tumbuhan yang penting, karena pada daun
terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan
transpirasi (Santoso dan Hariyadi, 2008). Contoh tumbuhan yang daunnya dimanfaatkan
sebagai bahan pewarna alami adalah bayam, cabai rawit, jati, katuk, mangkokan, pacar air,
pacar kuku, pandan , dan papaya.
Telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai obat tradisional, sebagai
sayuran dan pewarna alami. Rukmana dan Indra (2003) menyatakan bahwa katuk
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Tanaman tersebut
mengandung beberapa senyawa kimia antara lain alkaloid papaverin, protein, lemak,
vitamin, mineral, saponin, flavonid dan tanin. Beberapa senyawa kimia yang terdapat
dalam tanaman katuk diketahui dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang
menghasilkan warna hijau.
b. Daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.)
Telah lama dimanfaatkan sebagai pewarna kuku pada saat menjelang pernikahan.
Anisfiani (2014: 59) menyatakan bahwa di dalam daun pacar kuku terdapat senyawa
kuinon. Senyawa kuinon ini merupakan senyawa aromatik pada tumbuhan berupa minyak
yang dapat menghasilkan warna dengan rentang warna mulai dari kuning sampai merah
dan mudah larut dalam pelarut organik seperti benzena.
c. Jati (Tectona grandis Linn. F.).
Tumbuhan yang sering digunakan sebagai pewarna alami kerajinan tenun oleh
masyarakat adalah jati (Tectona grandis Linn. F.). Organ yang digunakan sebagai
pewarna alami adalah daun yang menghasilkan warna merah. Masyarakat menggunakan
tumbuhan jati sebagai pewarna alami dengan menggunakan beberapa bagian tumbuhan
antara lain daun tua dan daun muda. Jati mengandung zat warna berupa tannin yang
memberi warna merah.Tanin termasuk kelompok besar senyawa yang mempunyai sifat
larut dalam air (Lismawenning dkk., 2013).
d. Kunyit (Curcuma domestica val.)
Mempunyai banyak manfaat dan kegunaan yaitu sebgai pewarn kerajinan, pewarna
makanan dan pewana kosmetik. Bagian utama kunyit adalah rimpangnya yang merupakan
tempat tumbuhnya tunas. Kulit rimpang berwarna kecoklatan dan bagian dalamnya
berwana kuning tua, kuning jingga atau kuning jingga kemerahan sampai kecoklatan.
Rimpang utama berbentuk bulat panjang seperti telur ayam yang merupakan induk
rimpang. Rimpang kunyit banyak mengandung zat metabolit sekunder seperti
kurkuminoid, alkaloid, flavonoid, saponin, dan minyak atsiri yang sangat banyak
dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan pengobatan (Mamoto, dkk., 2012)
e. Temulawak (Curcuma domestica RoxB.)
Adalah salah satu jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami
khususnya pewarna kosmetik. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah rimpang.
Organ tersebut diparut dan dicampurkan dengan bedak beras sehingga menghasilkan
warna kuning. Rimpang temulawak mengandung kurkumin, minyak atsiri, pati, protein,
dan kurkuminoid (Cahyono dkk., 2011)
f. Mengkudu
Mengkudu termasuk tumbuhan suku Rubiaceae. Suku ini memiliki 4.500 jenis,
terbagi dalam kurang lebih 400 marga, terbesar di seluruh dunia, sebagian besar di daerah
iklim panas. Masyarakat menggunakan akar menggkudu sebagai bahan pewarna alami
untuk menenun. Menurut Hamid dalam Thomas dkk., (2013) akar mengkudu dapat
digunakan sebagai sumber zat pewarna untuk karena kulit akar mengkudu mengandung
senyawa morindon dan morindin. Kedua senyawa tersebut dapat digunakan untuk
mewarnai yang dapat menghasilkan warna kuning. Senyawa morin don dan morindin
merupakan turunan dari kuinon. Nangka merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan
sebagai pewarna alami kerajinan tenun. Warna yang dihasilkan dari kulit batang nangka
adalah warna kuning. Kulit kayu nangka mempunyai kandungan pigmen kuinon yang
menghasilkan warna coklat kekuningan, antosianin, dan karotenoid. Antosianin yaitu
pigmen yang larut dalam air yang dapat memberikan warna merah biru dan keunguan.
Karotenoid merupakan pigmen yang larut dalam lemak tetapi tidak larut dalam air yaitu
pigmen warna kuning dan merah (Purwanto, 2012)
BOTANI EKONOMI
Botani Ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari kegunaan tumbuhan bagi manusia
yang memiliki nilai ekonomis. Disiplin Ekonomi botani merujuk secara khusus pada kajian
nilai ekonomi pada suatu tumbuhan, yaitu menekankan pada usaha-usaha penemuan
tumbuhan-tumbuhan yang dapat mendatangkan kepentingan secara global atau bermanfaat
bagi pembangunan negara dan masyarakat
Pemanfaatan SDA
Arti dari pemanfaatan sumber daya secara tidak langsung adalah semua sumber daya
alam yang dimanfaatkan dengan melakukan tindakan PENGOLAHAN terlebih dahulu.
Ini adalah kebalikan dari pemanfatkan sumber daya alam langsung yang
memanfaatkan SDA tanpa harus diolah dahulu.
Secara umum sumber daya alam ini terbagi atas dua berdasarkan asalnya, yakni:
1) SDA Hayati, yakni sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup seperti
buah-buahan, daging, susu dan sebagainya.
2) SDA Non-Hayati, yakni sumber daya alam yang asalnya bukan dari makhluk
hidup. Contohnya air, tanah, udara, cahaya matahari, bebatuan dan lain
sebagainya.