PENDAHULUAN
dahulu telah mengenal dan memanfaatkan tanaman yang mempunyai khasiat obat
obat tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman yang dapat digunakan
penambah nafsu makan, penenang, penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau
tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah,serta pegal linu (Agustiningsih,
saponin, flavonoida, tanin, polifenol, fenil propanoid, dan zat warna (Dalimartha,
2000:103). Banyak metode yang digunakan dalam ekstraksi yang seperti cara
dingin yaitu maserasi, perkolasi, dan ultrasonik, sedangkan cara panas yaitu
sokletasi, refluks, digestasi, infusa dan dekokta. Senyawa fenol alami terdapat
pada buah dan sayur, yang telah banyak dikembangkan peneliti karena efeknya
yang mengandung satu atau lebih beberapa gugus hidroksi (-OH). Berdasarkan
1
penelitian yang telah dilakukan oleh Agustingsih (2010) kadar fenolik total
ekstrak daun pandan wangi penyari air = 24,0004 mg/g ekstrak; etanol 96% =
478,7629 mg/g ekstrak; air : etanol 96% (0,5 : 0,5) = 308,9702 mg/g ekstrak.
Sejumlah fenolik seperti asam fenolik, flavonoid, tanin, lignin dan non fenolik
dan anti karsinogenik (Shahidi dan Naczk, 1995). Selain itu, senyawa fenolik
2003).
diketahui dapat menghambat kerja radikal bebas (Hanin, et al, 2005). Sejalan
dengan itu, (Black 1990) menyatakan bahwa antioksidan memiliki potensi sebagai
antioksidan dapat mengurangi efek yang merugikan dari radikal bebas. Secara
alami beberapa jenis tumbuhan merupakan sumber antioksidan, hal ini dapat
(Praptiwi, 2006).
maserasi terhadap kadar fenolat total dan aktivitas antioksidan daun pandan
magnetic stirrer selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm, maserasi dengan
2
pengadukan magnetic stirrer pada suhu 40ºC selama 2 jam dengan kecepatan 500
frekuensi 40 Khz dan maserasi dengan pengadukan stirrer selama 1 jam 30 menit
pada suhu 40ºC dengan kecepatan 500 rpm dilanjutkan ultrasonikasi selama 30
menit pada suhu 40ºC dengan frekuensi 40 Khz. . Berdasarkan hal tersebut maka
Vis.
1. Berapa kadar fenolat total dan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun
teknik maserasi II, teknik maserasi III, dan teknik maserasi IV?
total dan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifous Roxb).
1. Mengetahui kadar fenolat total dan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun
teknik maserasi II, teknik maserasi III, dan teknik maserasi IV.
total dan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifous Roxb).
3
1.4 Manfaat penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kingdom : Plantae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa);
Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang,
Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa
Tenggara).
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter,
5
batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun segitiga
lancip-lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun
berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral,
soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan S Handayani,
2008).
Tanaman pandan wangi dapat dengan mudah dijumpai di daerah tropis dan
secara liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh
liar ditepi sungai, rawa, dan tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan
dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai di daerah dengan ketinggian 500
Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma
dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline
(ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY
pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee dan
Sine, 2006).
karotenoids, kuercetin (Lee et al., 2004; Lopez dan Nonato, 2005). Berdasarkan
memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi dimana hasil maserasi daun
6
pandan wangi dengan etanol 96% mengandung kadar fenolik total sebesar
478,762 mg/g.
2.2.2 Fenolat
yang mengandung satu atau lebih gugus hidroksi (OH¯). Senyawa fenol
cenderung mudah larut dalam air karena pada umumnya sering kali berikatan
dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Senyawa
fenolat kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut
flavonoid yang merupakan turunan kumarin dan asam sinamat seperti asam galat
dan katekin. Turunan flavonoid seperti lignin yang berfungsi sebagai bahan
pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen pada bunga, melanin, dan
2.2.3 Identifikasi
mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III)
klorida 1% dalam air atau etanol kepada larutan cuplikan, yang menimbulkan
warna hijau, merah ungu, biru atau hitam yang kuat (Harborne, 1987).
Metode Folin-Ciocalteu
7
pereaksi yang memiliki nama sama dengan metodanya yaitu Folin
2.2.5 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu proses penarikan zat yang dapat
larut dalam pelarut cair sehingga terpisah dengan bahan yang tidak dapat
batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi lapisan batas
aktif atau yang tidak aktif. Pengolahan ekstraksi bahan tumbuhan obat dengan
pelarut yang sesuai (air, alkohol dan pelarut organik lain) menjadi ekstrak cair
atau ekstrak kering banyak dilakukan untuk tujuan standarisasi sediaan obat herba
Mudahar, 2000).
8
Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses ekstraksi sehingga bahan
merekomendasikan air, alkohol dan air dengan alkohol untuk cairan penyari
ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat
dengan menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang diinginkan larut.
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Bila sudah diketahui senyawa
a. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
9
Tahapan pembuatan simplisia dimulai dengan pengumpulan bahan baku.
b. Pelarut
Pelarut atau cairan penyari yang akan digunakan untuk ekstraksi adalah
diantaranya adalah: murah dan mudah diperoleh; stabil secara fisika dan
kimia; bereaksi netral atau inert; tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar; selektif, yang berarti hanya menarik zat berkhasiat yang diinginkan;
obat tradisional adalah aquades (air), etanol atau etanol-air. Pelarut akuades
digunakan karena murah dan mudah diperoleh stabil tidak mudah menguap dan
tidak mudah terbakar; tidak beracun; dan alami, namun kekurangan akuades
sebagai cairan penyari yaitu tidak selektif sari dapat ditumbuhi kapang atau
kuman sehingga cepat rusak; dan penguapannya diperlukan waktu yang lama
(DepKes RI, 1986). Pelarut etanol digunakan sebagai cairan penyari dengan
universal; kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas tidak
beracun netral etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan;
10
untuk menguapkan pelarut dibutuhkan waktu yang relatif lebih cepat,
c. Metode ekstraksi
1. Cara dingin
1). Maserasi
yang diberi pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
penyaringan sehingga tidak ada sisa simplisia yang terbawa. Maserasi kinetik
dalam sel dengan pelarut akan tetap terjaga. Hasil penyarian atau maserat
perlu dibiarkan selama waktu tertentu agar zat-zat yang tidak diperlukan
11
2). Perkolasi
lambat pada simplisia dalam suatu alat perkolator pada suhu kamar. Proses ini
terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
diperoleh ekstrak atau perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (DepKes RI,
2000).
2. Cara panas
1). Sokletasi
pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah
membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan kembali
dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini
sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas. (DepKes, 1986).
2). Refluks
Refluks adalah ekstrak dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5
kali sehingga dapat termasuk proses ekstrak sempurna (DepKes RI, 2000).
12
ditempatkan dalam botol. Vial ditempatkan dalam penangas ultrasonik, dan USG
digunakan untuk menginduksi mekanik pada sel melalui produksi kavitasi dalam
sampel. Efisiensi ekstrak tergantung pada frekuensi instrumen, panjang dan suhu
sonikasi.
medium yang dilewati. Pada saat gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui
medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya
4). Digestasi
yang lebih tinggi dari suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-
50°C. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu kamar tidak terekstraksi
5). Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan ekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C selama waktu tertentu (15-20 menit) (DepKes RI,
2000).
6). Dekokta
Dekokta adalah suatu proses ekstraksi yang hampir sama dengan infusa,
tetapi dekokta dipanaskan selama 30 menit sampai dengan 90°C. Cara ini dapat
13
dilakukan untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri atau simplisia
yang mengandung bahan yang tahan terhadap pemanasan (DepKes RI, 2000).
digunakan sebagai:
1. Lemah Saraf
Ambil 3 helai daun pandan segar, cuci, lalu potong kecil-kecil. Rebus dengan
Gunakan 3 helai daun pandan segar, cuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Seduh
dengan ½ cangkir minyak kelapa yang telah dipanaskan, aduk rata. Dinginkan,
5 helai daun pandan segar, dan 20 helai daun serai. Cuci bersih, lalu ditumbuk
sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak gandaoura masing-
masing 1 sendok makan. Aduk sambil diremas sampai rata, lalu gosokkan dan
3. Gelisah
Ambil 2 helai daun pandan segar, cuci, lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan
segelas air panas. Dinginkan, lalu saring dan diminum sekaligus. Lakukan 2-3
14
4. Rambut Rontok
Gunakan 1 helai daun pandan, 10 helai daun waru muda yang segar,
melati, dan 1 kuntum bunga mawar. Cuci bersih, lalu potong secukupnya.
sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur, esok paginya
5. Menghitamkan rambut
Gunakan 7 helai daun pandan segar, cuci, lalu potong-potong. Rebus dengan 1
liter air hingga warna air menjadi hijau. Embunkan air rebus semalam.
6. Ketombe
Daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu digiling halus.
Tambahkan ½ cangkir air bersih sambil diremas merata. Peras dan saring. Air
perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke seluruh kulit kepala yang
berketombe. Biarkan mengering, kalau perlu oleskan diulang sekali lagi. Kira–
kira ½ - 1 jam kemudian, rambut dibilas dengan air bersih. Lakukan setiap
15
mengatasi kerontokan, dan sebagai penenang. Kandungan minyak atsiri dari
daun pandan wangi diketahui memiliki aktivitas sebagai stimulan, serta efektif
untuk mengurangi sakit kepala, dan epilepsi (Cheeptham dan Towers, 2002).
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (kehilangan satu atau
maka radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain atau
elektronnya. Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan tejadi
reaksi berantai dan menghasilkan raikal bebas baru akhirnya jumlah terus
kerusakan jaringan yang akan mempercepat proses penuaan (Subuea, P., 2004).
Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu reaktivitas tinggi, karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
(Suryohudoyo, 1993).
a. Endogen
Secara endogen radikal bebas terbentuk sebagai respon normal dari rantai
peristiwa kimia dalam tubuh yang berupa hasil samping dari peristiwa kimia
16
b. Eksogen
Secara eksogen radikal bebas yang dibentuk dari proses luar tubuh bisa
disebabkan dari polusi, asap rokok, gas, zat tambahan makanan, obat-obatan
dan radiasi.
2.5 Antioksidan
mencegah proses oksidasi lipid radikal bebas. Antioksidan dapat diperoleh dari
luar tubuh seperti makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E, dan
dapat memberikan elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi stabil dantidak
a. Antioksidan alami
b. Antioksidan sintetik
Antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia yaitu butil hidroksil
anisol (BHA), butil hidroksil toluen (BHT), propil galat, tert butil hidroksil
kuinon (TBHQ).
Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri berupa enzim seperti :
17
2.5.1 Fungsi Antioksidan (Kuncahyo & Sunardi,2007 ; Praptiwi, Dewi,
Harapini, 2006)
terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses
1. Antioksidan primer
18
antioksidan ini berperan sebagai donor hidrogen dan dapat juga berperan
2. Antioksidan sekunder
3. Antioksidan tersier
1. Uji Dpph
DPPH merupakan suatu radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk
dari larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH. Uji aktivitas
19
gelombang sekitar 520 nm. Pada metode ini tidak diperlukan yaitu lebih
2. Uji FRAP
3. Uji ABTS
panjang gelombang 414 nm. ABTS merupakan senyawa larut air dan
20
2.6 Spektrofotometer UV-VIS
dan analisa kuantitatif. Pada analisa kualitatif dapat dilakukan penentuan struktur
tertentu. (Clifford,1987)
Keterangan:
1. Sumber cahaya
merata pada panjang gelombang yang dikehendaki serta stabil selama waktu
yang diperlukan.
21
2. Monokromator
panjang gelombang yang bebas, bersifat polikromik yaitu terdiri dari banyak
panjang gelombang yang lebih kecil atau menjadi pita yang sempit sehingga
3. Kuvet
Kuvet atau bejana tempat larutan, dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
meneruskan sinar yang digunakan dan dinding sel yang akan ditentukan harus
tegak lurus terhadap cahaya yang masuk. Kuvet yang digunakan untuk sinar
kuarsa.
4. Detektor
Detektor yaitu suatu alat yang dapat merubah energi sinar menjadi listrik,
dengan menyerap energi foton sinar yang jatuh dirubah menjadi besaran yang
dapat diukur.
5. Meter/ Rekorder
Merupakan suatu alat untuk membaca isyarat dari detektor untuk analisa kimia
22
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Andalas.
3.2.1 Alat
seperangkat alat hot plate dan magnetic stirrer, seperangkat alat ultrasonifikasi,
corong, gelas ukur, sudip, spatel, pipet tetes, Erlemeyer, labu ukur, beaker glass ,
kaca arloji, vial, botol berwarna gelap, timbangan analitik, tabung reaksi, kapas,
Series.
3.2.2 Bahan
dengan H2SO4 2N), kloroform amoniak 0,05N, H2SO4 2N, reagen HCL pekat,
etanol 96%, aquadest, natrium sulfat anhidrat, asam hidroklorida, metanol, DPPH,
23
3.3 Metode Penelitian
10) ml. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer selama 2 jam
dengan kecepatan 500 rpm. Larutan yang sudsh selesai disaring kemudian
suhu 40ºC
50 ml). Erlenmeyer dengan aluminium foil dan distirrer ditutup pada suhu 40ºC
selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm. Larutan yang sudah selesai disaring
24
kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental.
10 ml). Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan stirrer selama 1 jam 30
menit. Larutan yang sudah selesai disaring kemudian dipekatkan dengan rotary
10 ml). Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer selama 1 jam
30 menit pada suhu 40˚C dengan kecepatan 500 rpm, dilanjutkan dengan
ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu 40ºC. Larutan yang sudah selesai
ekstrak kental.
a. Pemeriksaan Organoleptis
dan rasa.
25
b. Rendemen
Keringkan krus porselen dan tutupnya di dalam oven pada suhu 105˚C selama
30 menit dan dibiarkan dingin, lalu ditimbang beratnya (A), goyang krus agar
ekstrak merata (B) dan masukkan ke dalam oven, selama 1 jam. Setalah itu
Lakukan pengulangan seperti cara diatas hingga diperoleh berat yang konstan. \
(B − A) − (C − A)
% susut pengeringan = x 100%
(B −A)
Keterangan :
26
1. Pemeriksaan fenolik
Lapisan air diambil 1-2 tetes ditambahkan 1-2 tetes FeCl3 masukkan dalam
2. Pemeriksaan flavonoid
Ambil 1-2 tetes lapisan air letakkan pada plat tetes ditambahkan logam Mg dan
Lapisan kloroform 1-2 tetes dimasukkan dalam plat tetes, biarkan kering
4. Pemeriksaan saponin
Ambil lapisan air, kocok kuat-kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa
mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga
gumpalan putih.
27
3.3.5 Pembuatan Reagen
Ditimbang 10,6 gram natrium karbonat dan tambahkan aquadest dalam labu
ukur 100 ml sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 𝜇g/mL. Dari
tanda batas.
Larutan induk asam galat di pipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 10 ml,
28
tambahkan 4 ml larutan natrium karbonat 1M kocok homogen. Biarkan pada suhu
kamar selama 15 menit dan diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 800
Larutan induk asam galat di pipet (0,8; 1,2; 1,6; 2,0; 2,4) ml diencerkan
sehingga diperoleh konsentrasinya 40, 60, 80, 100, 120 𝜇g/ml asam galat. Dari
1M kocok homogen, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit dan ukur serapan
mL metanol : aquadest (1:1), lalu diamkan selama 30 menit ditempat gelap. Ukur
800 nm.
29
B. Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat (Poumorad,
2006)
dalam campuran metanol dan aquadest (1 : 1) dalam labu ukur 100 ml sampai
tanda batas, sehingga didapat larutan asam galat dengan konsentrasi 50 𝜇g/ml.
Dari larutan ini masing-masingnya dipipet (1; 1,5; 2; 2,5; 3)ml ke dalam labu
ukur 50 ml. Tambahkan campuran metanol dan aquadest (1:1) sampai tanda batas
diperoleh persamaan regrasi liniernya IC50 asam galat adalah konsentrasi larutan
pembanding asam galat yang memberikan inhibisi sebesar 50% yang dapat
konsentrasi 1000 𝜇g/ml. Dari larutan sampel dipipet (1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3) ml.
tanda batas. Sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (100, 150, 200, 250,
300) 𝜇g/ml.
1. Teknik Maserasi I
Dari konsentrasi 1000 𝜇g/mL dipipet (0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2) ml .
30
sampai tanda batas. Sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (40,
larutan sampel dengan pipet mikro dan masukkan kedalam vial, kemudian
Vis.
2. Teknik Maserasi II
Dari konsentrasi 1000 𝜇g/mL dipipet (0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2) ml .
larutan sampel dengan pipet mikro dan masukkan kedalam vial, kemudian
Vis.
Dari konsentrasi 1000 𝜇g/mL dipipet (0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2) ml .
larutan sampel dengan pipet mikro dan masukkan kedalam vial, kemudian
31
selama 30 menit ditempat gelap, serapan diukur dengan spektrofotometer
Vis.
4. Teknik Maserasi IV
Dari konsentrasi 1000 𝜇g/mL dipipet (0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,4) ml .
larutan sampel dengan pipet mikro dan masukkan kedalam vial, kemudian
Vis.
y = a + b.x
Dimana :
y = Absorban sampel
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Kadar fenolat total yang diperoleh dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah
32
2. Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak sampel dau pandan wangi
(Molyneuk, 2004)
a. % Inhibisi
Dimana :
gelombang maksimum.
b. Nilai IC
33
BAB IV
4.1 Hasil
terhadap kadar fenolat dan aktivitas antioksidan daun pandan wangi (Pandanus
diperoleh 280 gram daun pandan wangi yang kering dan diserbukkan masing-
selama 2 jam pada suhu 40˚C 5,1816 gram dengan Rendemen = 10,36%
6, Tabel III) :
10,68 %
34
b. Teknik maserasi II dengan pengadukan magnetic stirrer selama 2 jam
menit pada suhu 40˚C dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu
40˚C = 8,06 %
3. Dari hasil pemeriksaan skrining fitokimia sampel ekstrak daun pandan wangi
berwarna coklat kehitaman, serta memiliki bau khas (Lampiran 4, Tabel I).
6. Hasil penentuan kadar fenolat total yang dapat ekstrak dari masing-masing
24,58 %
35
d. Teknik maserasi IV dengan pengadukan magnetic stirrer selama 1 jam 30
menit pada suhu 40˚C dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu
40˚C = 19,31 %
7. Analisa statistik dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan program
SPSS 16.00 dan dilanjutkan dengan uji Duncam dengan tingkat kepercayaan
22).
9. Hasil perhitungan IC50 larutan asam galat sebagai pembanding pada penentuan
aktivitas antioksidan sebesar 1,95 𝜇g/ml (Lampiran 24, Tabel X, Gambar 10).
menit pada suhu 40˚C dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu
36
11. Kesetaraan aktivitas antioksidan masing-masing teknik maserasi dengan
4.2 Pembahasan
Parak Laweh Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat dan diidentifikasi di
(FMIPA), Universitas Andalas, Padang. Daun pandan wangi yang telah diambil
dicuci dengan air, ditiriskan dan dikering angin diruangan yang tidak terkena
air dari sampel sehingga sampel tahan lama tidak voluminus. Daun pandan wangi
37
Daun pandan wangi yang telah diserbukkan dan ditimbang sebagai sampel
500 rpm, teknik maserasi II dengan pengadukan magnetik stirrer selama 2 jam
pada suhu 400C dengan kecepatan 500 rmp, teknik maserasi III dengan
pengadukan magnetik stirrer selama 1 jam 30 menit dengan kecepatan 500 rpm
pengadukan magnetic stirrer selama 1 jam 30 menit pada suhu 40ºC dengan
kecepatan 500 rpm dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu 400C.
yang berbeda.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah cara maserasi atau cara ekstraksi
tanpa pemanasan dan dengan pemanasan pada suhu 400C, maserasi dengan
pengadukan magnetik stirrer selama 1 jam 30 menit pada suhu 400C dilanjutkan
dalam bentuk kering, kandungan air relatif sedikit tujuannya untuk mempermudah
38
mengekstraksi senyawa non polar dan polar. Etanol juga bersifat tidak toksik
Ekstrak daun pandan wangi dari teknik maserasi I sebesar 6,3640 gram
(12,72%), teknik maserasi II 5,1816 gram (10,36%), teknik maserasi III 5,8682
gram (11,73%), dan teknik maserasi IV 5,6969 gram (11,39%). Ekstrak maserasi
II, maserasi III, dan maserasi IV kurang kental dibandingkan ekstrak maserasi I.
menguapkan air dan minyak atsiri yang ada pada bahan dengan jalan pemanasan
pada suhu 1050C kemudian menimbang bahan sampai berat konstan. Pada
penelitian ini persentase susut pengeringan daun pandan wangi dengan teknik
maserasi I 10,68%, teknik maserasi II 9,3%, teknik maserasi III 10,06% dan
mudah menguap didalam ekstrak. Dari hasil pengujian teknik maserasi I memiliki
persentasi susut pengeringan lebih besar dibandingkan teknik maserasi II, teknik
maserasi III dan teknik maserasi IV zat-zat yang mudah menguap dapat hilang
rendah. Hasil skrining fitokimia untuk ekstrak etanol daun pandan wangi
mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, fenolik, dan alkaloid ( Tabel I).
kimia maka dilakukan penentuan kadar senyawa fenolat total. Metode yang
terhadap senyawa fenolat dan menggunakan reagen dalam jumlah sedikit serta
39
ditambahkan natrium karbonat akan membentuk komplek berwarna biru tua
nm dan koefisien korelasinya r = 0,9977. Nilai batas deteksi (BD) = 2,85 𝜇g/mL
dan batas kuantisasi (BK) = 9,52 𝜇g/mL. Batas deteksi adalah jumlah analit
terkecil yang dapat diukur secara cermat dan seksama pada alat.
Kadar fenolat total dari ekstrak maserasi I, maserasi II, maserasi III dan
Berdasarkan analisa statiska dengan uji ANOVA satu arah menunjukkan program
DPPH karena merupakan metode sederhana, mudah, peka dan hanya memerlukan
sedikit sampel dengan waktu yang relatif singkat. DPPH merupakan radikal bebas
yang stabil pada suhu kamar dan mudah teroksidasi karena cahaya dan udara.
yang ditunjukkan dengan perubahan warna dari ungu violet menjadi kurning
karena terjadi donor atom hidrogen dari antioksidan ke DPPH lalu diukur
40
Dari hasil pengukuran aktifitas antioksidan sampel didapatkan panjang
senyawa antioksidan yang memberikan inhibisi sebesar 50% yang artinya bahwa
1,5; 2; 2,5; 3 𝜇g/mL. Setelah absorban diperoleh dapat dihitung persen inhibisi
korelasinya r = 0,9997. Dari persamaan ini dapat dihitung nilai IC50 asam galat
yaitu 1,95 𝜇g/mL. Aktifitas antioksidan sampel ekstrak daun pandan wangi
dengan teknik maserasi I yaitu 80,27 𝜇g/mL, teknik maserasi II yaitu 73,10
𝜇g/mL, teknik maserasi III yaitu 78,95 𝜇g/ml dan teknik maserasi IV yaitu 58,44
𝜇g/mL. Nilai IC50 yang lebih kecil menunjukkan aktivitas antioksidan yang
semakin tinggi. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun
pandan wangi dengan teknik maserasi IV lebih kecil dibandingkan dengan teknik
maserasi I, teknik maserasi II dan teknik maserasi III artinya daun pandan wangi
teknik maserasi I, teknik maserasi II, dan teknik maserasi III, tetapi bila
1,95 𝜇g/mL ekstrak daun pandan wangi dengan teknik maserasi IV masih lebih
antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, antioksidan kuat
jika IC50 50-100 ppm, antioksidan sedang jika IC50 kurang dari 150 ppm,
antioksidan lemah jika nilai IC50 150-200 ppm dan antioksidan sangat lemah jika
41
IC50 lebih dari 200 ppm, kekuatan aktivitas antioksidan dari keempat sampel
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
19,31%.
I 80,27 𝜇g/mL, teknik maserasi II 73,10 𝜇g/mL, teknik maserasi III 78,95
5.2. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik, Vol.
08, PT. Trubus Swadaya, Bogor.
Cheetangdee, V and Siree, C. 2006. Free Amino Acid and Reducing Sugar
Composition of Pandan (Pandanus amaryllifolius) Leaves. Thailand:
Departement of Food Science and Technology University of Thailand.
Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat, Jilid 3, Puspa Swara, Jakarta.
Dalimartha, S., 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Trubus Agriwidya,
Anggota IKAPI PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.
44
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.
Farouq., 2003. Ekstrak sebagai salah satu pengembangan bentuk obat tradisional.
Seminar POKJANAS TOI XXIII. Unversitas Pancasila, Jakarta. Hal. 12.
Fengel, D., dan Wegener, G., 1995. Kayu Kimia Ultrastruktur dan Reaksi-reaksi.
Walter de Gruyter and Co. Berlin.
Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta,
Erlangga.
Hanin, E., Mun’im, A., Mun’im & Sekarini, R. 2005. Identifikasi Senyawa
Antioksidan Dalam Spons Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No. 3, Desember 2005, 127 – 133.
45
Kuncahyo, I & Sunardi, (2007), Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazy
(DPPH), Seminar Nasional Teknologi 2007, ISSN : 1978 - 9777
Lee, B.L., Su, J., Ong, S.C. 2004. Monomeric C18 chromatographic method for
the liquid chromatographic determination of lipophilic antioxidants plants. J.
Chromatogr, 1048: 263-276.
Lee, S.A., Hong, S.S., Han, X.H., Hwang, J.S., Oh, G.J., Lee, K.S., Lee, M.K.,
Hwang, B.Y., and Ro, J.S. 2005. Piperine from the fruits of Piper longum
with inhibitory effect on monoamine oxidase and antidepressant-like activity.
Chem. Pharm. Bul, 53: 832-835
Mosquera, O. M., Yaned, M. C., Diana, C. B., and Jaine, N., 2006, Antioxidant
Activity of Twenty Five Plants From Biodiversity Mem Inst Oswaldo Cruz 5:
1142- 1145.
Petmawati. 2017. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Fenolat Total dan
Aktivitas Antioksidan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
Jurnal Katalisator, Vol.2, No.2 : 53 – 60
Praptiwi, Dewi, P & Harapini, M. 2006. Nilai Peroksida dan Aktivitas Anti
Radikal Bebas Diphenyl Picril Hidrate (DPPH) Ekstrak Metanol Knema
Laurina, Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), 32-36.
46
Poumorad, F., Hosseinimehr, N., Shohabimajd., 2006, Antioxidant Activity
Phenol and Flavanoid Content of Some Selected Iranian Medicinal Plants,
African Journal of Biotechnology, 11: 1142- 1145
Rohmawati, E.1995. “Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan Serta Isolasi dan
Identifikasi Alkaloidnya” (tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sahidi, F dan M. Narzk. 1995. Food Phenolics. Tecnomicpub. Co. Inc. Lanceser-
Basel.
Sidik., dan H. Mudahar., 2000. Ekstraksi tumbuhan obat, metode dan faktor-
faktor yang mempengaruhi mutunya. Makalah pada seminar sehari
Perhipba Komasariat jakarta. Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta 8 hal.
Sibuea, P., (2004), Antioksidan, Senyawa Ajaib Penangkal Penuaan Dini, Diakses
22 April 2010 dari
http : //www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0130/kes2.html
Suhartono, E., Fujiati dan Aflanie, I. (2002), Oxygen Toxicity by radiation and
Effec of Glutamic Piruvat Transamine (GPT) activity rat Plasma After
Vitamin C Treatmen, Diajukan pada Internasional Seminar on
Environmental Chemistry and Toxicology, Yogyakarta.
Waterhouse, A. 1999. Folin Ciocalteu Micro Method For Total Phenol in Wine,
American Journal of Enology and Viticulture, 28 : 1 – 3
47
Winarsi, Hery., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi Dan
Aplikasinya Dalam Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta, Indonesia
48
Lampiran 1. Gambar Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifous Roxb)
49
Lampiran 2. Surat Indentifikasi Tanaman Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifous Roxb)
50
Lampiran 3. Skema Kerja Ekstraksi Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifous Roxb)
1. Teknik Maserasi I
Masukkan magnetic stirrer kedalam erlemayer, lalu masukkan serbuk daun pandan wangi sebanyak 50
gram tambahkan etanol 70% sebanyak 500 ml. Erlemayer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer
selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm. Larutan yang sudah selesai disaring kemudian dipekatkan
dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental.
2. Teknik Maserasi II
Masukkan magnetic stirrer kedalam erlemayer, lalu masukkan serbuk daun pandan wangi sebanyak 50
gram tambahkan etanol 70% sebanyak 500 ml. Erlemayer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer
selama 2 jam pada suhu 40ºC dengan kecepatan 500 rpm. Larutan yang sudah selesai disaring
kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental.
Masukkan magnetic stirrer kedalam erlemayer, lalu masukkan serbuk daun pandan wangi sebanyak 50
gram tambahkan etanol 70% sebanyak 500 ml. Erlemayer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer
selama 1jam 30 menit dengan kecepatan 500 rpm dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit. Larutan
yang sudah selesai disaring kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental
4. Teknik Maserasi IV
Masukkan magnetic stirrer kedalam erlemayer, lalu masukkan serbuk daun pandan wangi sebanyak 50
gram tambahkan etanol 70% sebanyak 500 ml. Erlemayer ditutup dengan aluminium foil dan distirrer
selama 1jam 30 menit pada suhu 40ºC dengan kecepatan 500 rpm dilanjutkan ultrasonikasi selama 30
menit pada suhu 40ºC. Larutan yang sudah selesai disaring kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator hingga didapatkan ekstrak kental.
Roxb)
51
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Ekstrak daun Pandan Wangi
Keterangan :
(+) : bereaksi
(-) : tidak bereaksi
52
Lampiran 5 (Lanjutan)
Tabel II. Hasil Berat Ekstraksi Daun Pandan Wangi masing-masing teknik
maserasi
6,3640 𝑔
Rendemen = 𝑥 100 % = 12,72%
50 𝑔
5,1816 𝑔
Rendemen = 𝑥 100 % = 10,36%
50 𝑔
5,8682 𝑔
Rendemen = 𝑥 100 % = 11,73 %
50 𝑔
30 menit pada suhu 40ºC dilanjutkan ultrasonikasi selama 30 menit pada suhu
40ºC
53
5,6969 𝑔
Rendemen = 𝑥 100 % = 11,39%
50 𝑔
54
Lampiran 6. Penentuan Susut pengeringan
[(𝐵−𝐴)−(𝐶−𝐴)]
% susut pengeringan = 𝑥 100%
(𝐵−𝐴)
Dimana :
[(41,3587−40,2540 )−(41,2407−40,2540)
= x 100 %
( 41,3587−40,2540 )
(1,1047−0,9867)
= 𝑥 100 %
1,1047
10,6%
55
2. susut pengeringan untuk ekstrak daun pandan wangi dengan metode maserasi
1,0814−0,9804
= 𝑥 100
1,0814
= 9,3 %
[(39,4486−38,3758)−39,3406−38,3758)]
= x 100%
39,4486−38,3758
1,0728−0,9648
= 𝑥 100 %
1,0728
= 10,06 %
[(39,4606−38,3700)−(39,3726−38,3700)]
= x 100 %
39,4606−38,3700
1,0906−1,0026
= 𝑥 100 %
1,0906
= 8,06 %
56
Lampiran 7. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam
Galat Dengan Pereaksi Folin-Ciocalteu
57
Lampiran 8. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam Galat
Fenolat Total
58
Lampiran 9. Pembuatan kurva kalibrasi Asam galat
59
Lampiran 10. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asam Galat
Tabel IV. Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar Asam galat Pada
1. 40 0,228
2. 60 0,298
3. 80 0,368
4. 100 0,474
5. 120 0,560
0.3
absorban
0.2 Linear (absorban)
0.1
0
0 50 100 150
Konsentrasi
60
Lampiran 11. Analisi Regresi untuk Penentuan Standar Asam Galat
No. x y x2 y2 x.y
Keterangan :
x = Konsentrasi
y = Absorban
Persamaan regresi :
y = a + bx
Dimana :
x = Kadar
y = Absorban
61
Lampiran 12. ( Lanjutan )
855,2 −771,2
=
√[(180000 − 1000000)(4,0715 − 3,7171)
84
=
√[(20000 . 0,3544
84
=
√7088
84
=
84,19
= 0,9977
𝑛. ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 . ∑𝑦
b= 𝑛. ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
855,2 −771,2
=
180000−160000
84
=
20000
= 0,0042
62
c. Konstanta (a)
∑𝑦 −𝑏. ∑𝑥
a=
𝑛
1,928−0,0042 .400
=
5
1,928−1,68
=
5
= 0,0496
y = a + bx
y = 0,0496 + 0,0042 x
63
Lampiran 13. Analisis Batas Deteksi dan Batas Kuantisasi
x y yi y-yi (y-yi)15
Persamaa regresi :
y = a + bx
y = 0,0496 + 0,0042 x
Dimana :
y = Absorban
x = Kadar
64
Lampiran 14. (Lanjutan)
∑(𝑦 −𝑦𝑖)2
SB = √
𝑛−2
0,00048
=√
5 −2
0,00048
=√
3
= 0,004
3 . 𝑆𝐵
BD =
𝐵
3.0,004
=
0,0042
= 2,85 𝜇g/ml
10 .𝑆𝐵
BK =
𝐵
10.0,004
=
0,0042
= 9,52 𝜇g/ml
65
Lampiran 15. Evaluasi Penentuan Kadar Fenolat Total Ekstrak Daun
Pandan Wangi
Tabel VII. Hasil Evaluasi Penentuan Kadar Fenolat Total Ekstrak Daun
66
Lampiran 16. Skema Kerja Penetapan Kadar Fenolat Total Ekstrak Daun
Pandan Wangi Masing-masing Teknik Maserasi
Data Absorban
67
68
69
Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Fenolat Total
Contoh perhitungan penetapan kadar senyawa fenolat total yang didapat dalam
1. Teknik Maserasi I
𝜇𝑔
245,848 ⁄𝑚𝐿
= 𝜇𝑔 𝑥 100%
1000 ⁄𝑚𝐿
= 24,58 %
∑( 𝐶 − 𝐶̅)2
SD = √
𝑛 −1
0,91
=√
5−1
= 0,476
2. Teknik Maserasi II
𝜇𝑔
175,082 ⁄𝑚𝐿
= 𝜇𝑔 𝑥 100%
1000 ⁄𝑚𝐿
= 17,50 %
70
b.Standar Deviasi (SD)
∑( 𝐶 − 𝐶̅ )2
SD = √
𝑛 −1
0,076
=√
5−1
= 0,137
𝜇𝑔
201,281 ⁄𝑚𝐿
= 𝜇𝑔 𝑥 100%
1000 ⁄𝑚𝐿
= 20,12 %
∑( 𝐶 − 𝐶̅ ) 2
SD = √
𝑛 −1
0,057
=√
5−1
= 0,118
4. Teknik Maserasi IV
𝜇𝑔
193,101 ⁄𝑚𝐿
= 𝜇𝑔 𝑥 100%
1000 ⁄𝑚𝐿
71
= 19,31 %
∑( 𝐶 − 𝐶̅)2
SD =√
𝑛 −1
0,6
= √5 −1
= 0,387
72
Lampiran 19. Analisis Data Menggunakan Uji Anova Satu Arah
Tabel IX. Uji Anova Satu Arah Kadar Fenolat Total Ekstrak Daun Pandan
Oneway
[DataSet0]
Descriptives
Kadar fenolat
total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
3.788 3 8 .059
ANOVA
Total 8142.474 11
73
Lampiran 20. (Lanjutan)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Duncan
2 3 1.75082E2
4 3 1.93102E2
3 3 2.01281E2
1 3 2.45849E2
74
Lampiran 21. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH
4 mL larutan DPPH
Tambahkan 2 mL Metanol :
Aquadest (1:1)
Diamkan selama 30 menit ditempat
yang gelap
75
Lampiran 22. Panjang Gelombang Serapan Masimum DPPH Menggunakan
Spektrofotometer UV-Visibel
76
Lampiran 23. Penentuan Aktivitas Antioksidan Standar Asam Galat
Hitung % inhibisi
77
Lampiran 24. Aktivitas Antioksidan Larutan Standar Asam Galat
r = 0,9997
50
40
inhibisi
30
Linear (inhibisi)
20
10
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi
78
Lampiran 25. (Lanjutan)
= 32,94 %
persamaan regresi ini bisa dihitung konsentrasi larutan standar asam galat yang
y = 15,572 + 17,6x
50 = 15,572 + 17,6x
50 − 15,572
x =
17,6
= 1,95 𝜇g/mL
Dimana :
y = Persen Inhibisi
79
Lampiran 26. Skema Kerja Penentuan Aktivitas Antioksidan Sampel
Ekstrak
80
Lampiran 27. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Pandan Wangi dengan
Teknik Maserasi I
Tabel XI. Hasil penentuan IC50 Larutan Ekstrak Daun Pandan Wangi
50
40
Inhibisi
30
20 Linear (Inhibisi)
10
0
0 50 100 150
Konsentrasi
81
Lampiran 28. (Lanjutan)
= 25,03%
persamaan regresi ini bisa dihitung konsentrasi larutan standar asam galat yang
y = 1,748 + 0,6011 x
50 = 1,748 + 0,6011 x
50 −1,748
x =
0,6011
= 80,27 𝜇g/mL
Dimana :
y = Persen Inhibisi
82
Lampiran 29. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Pandan Wangi dengan
Teknik Maserasi II
Tabel XII. Hasil penentuan IC50 Larutan Ekstrak Daun Pandan Wangi
50 r = 0,9885
40
Inhibisi
30
20 Linear (Inhibisi)
10
0
0 50 100 150
Konsentrasi
83
Lampiran 30. (Lanjutan )
= 31,88%
persamaan regresi ini bisa dihitung konsentrasi larutan standar asam galat yang
y = 13,958 + 0,49305 x
50 = 13,958 + 0,49305 x
50 −13,958
x =
0,49305
= 73,10 𝜇g/mL
Dimana :
y = Persen Inhibisi
84
Lampiran 31. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Pandan Wangi dengan
Tabel XIII. Hasil penentuan IC50 Larutan Ekstrak Daun Pandan Wangi
50
40
Inhibisi
30
20 Linear (Inhibisi)
10
0
0 50 100 150
Konsentrasi
85
Lampiran 32. (Lanjutan)
= 29,10%
persamaan regresi ini bisa dihitung konsentrasi larutan standar asam galat yang
y = 6,072 + 0,5564 x
50 = 6,072 + 0,5564 x
50 − 6,072
x =
0,5564
= 78,95 𝜇g/mL
Dimana :
y = Persen Inhibisi
86
Lampiran 33. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Pandan Wangi dengan
Teknik Maserasi IV
Tabel XIV. Hasil penentuan IC50 Larutan Ekstrak Daun Pandan Wangi
80
y = 0,5966x + 15,134
r = 0,9966
Inhibisi
60
40 Inhibisi
Linear (Inhibisi)
20
0
0 50 100 150
Konsentrasi
87
Lampiran 34. (Lanjutan)
= 40,27%
persamaan regresi ini bisa dihitung konsentrasi larutan standar asam galat yang
y = 15,134 + 0,5966 x
50 = 15,134 + 0,5966 x
50 −15,134
x =
0,5966
= 58,44 𝜇g/mL
Dimana :
y = Persen Inhibisi
88
Lampiran 35. Kesetaraan Aktivitas Antioksidan Masing-Masing Ekstrak
galat (mg)
= 41,16 mg
89
1 𝑚𝑔 𝜇𝑔
= 𝜇𝑔 x 73,10
1,95 𝑚𝐿
𝑚𝐿
= 37,48 mg
menit
1 𝑚𝑔 𝜇𝑔
= 𝜇𝑔 x 78,95
1,95 𝑚𝐿
𝑚𝐿
= 40,48 mg
= 29,96 mg
90
Lampiran 37. Foto Spektrofotometer UV-Visibel
1 2 3
Keterangan :
1. Tempat Kuvet
2. Keybroad
3. Monitor
91
Lampiran 38. Foto Ekstrak Daun Pandan Wangi dengan beberapa Teknik
Maserasi
92
Lampiran 39. Foto alat Hotplate dan Magentic stirrer
Keterangan :
1. Hotplate
2. Magnetic Stirrer
93
Lampiran 40. Foto alat ultrasonikasi
Gambar19. Ultrasonikasi
94